Anda di halaman 1dari 25

KEBIDANAN DALAM ISLAM

ANALISIS JURNAL
DONOR ASI

Disusun oleh :
Sarah Puspita
1910104093

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN

FAKLUTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS AISIYAH

YOGYAKARTA

2019/2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, karena
pengolahannya telah berjalan secara alami dalam tubuh si ibu. Sebelum anak lahir,
makanannya telah disiapkan lebih dahulu, sehingga begitu anak itu lahir, air susu ibu
telah siap untuk dimanfaatkan. Demikian kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya.
Namun demikian ada banyak kaum ibu pada saat ini yang tidak dapat memberikan
ASI kepada anaknya dengan berbagai alasan seperti ASI-nya tidak keluar, alasan
kesehatan serta karena waktunya tersita untuk bekerja, maka muncullah gagasan
untuk mendirikan Bank ASI untuk memenuhi kebutuhan ASI balita yang ibunya tidak
bisa menyusui anaknya secara langsung..
Hooker dalam buku Islam Madzhab Indonesia : Fatwa-fatwa dan Perubahan
Sosial (2003 : 254) menyatakan bahwa pada awal 1970-an rumah sakit Jakarta
mendirikan bank air susu manusia dimana ibu-ibu yang mempunyai kelebihan air
susu dapat memberikan kelebihan itu dan menyimpannya untuk bayi-bayi yang
ibunya kekurangan air susu. Sejumlah ulama mempertanyakan perbuatan itu atas
dasar bahwa perbuatan tersebut sama dengan rada'ah, yakni menyusui dengan tujuan
membantu perkembangan jiwa anak. Anak yang memperoleh air susu semacam itu,
dalam pandangan hukum disebut saudara sesusu, yakni anak yang menyusui dari
wanita yang sama sebagai pendonor untuk anak tersebut. Kedua anak tersebut tidak
dapat menikah. Lebih jauh lagi, jika pendonor itu tidak diketahui maka kemungkinan
terjadinya pergaulan yang melanggar susila atau hubungan seksual sesama saudara
pasti ada.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa tujuan perkawinan, diantaranya adalah
untuk melanjutkan keturunan dan menentramkan jiwa. Namun demikian kadang-
kadang keturunan tidak diperoleh karena adakalanya si suami mandul (tidak subur),
sedang suami istri menginginkan anak, sehingga tidak tercipta suasana jiwa keluarga
yang tenang dan tenteram, karena tidak ada anak sebagai penghibur hati. Berdasarkan
keadaan tersebut ada orang yang berupaya untuk mendapatkan anak dengan jalan
mengangkat atau memungut anak, melakukan inseminasi sperma, dan adakalanya
dengan jalan menerima sperma dari donor yang telah tersimpan pada Bank Sperma.
Daniel Rumondor memberikan isyarat bahwa inseminani buatan agaknya di
ilhami oleh keberhasilan syaikh-syaikh Arab memperanakkan kuda sejak tahun 1322.
Begitu juga karena Rusia sangat mencemaskan akibat dari perang atom, maka Stalin
menyetujui pendapat yang dilontarkan oleh Prof. Dr. I. I. Kuperin untuk mendirikan
Bank Ayah atau Bank Sperma. Bahkan pada tahun 1968 Khruschov, dengan adanya
Bank Sperma itu, ingin mengumpulkan sperma orang-orang yang jenius dalam
lapangan ilmu pengetahuan, peperangan, sastra dan lain-lain yang akan
dikembangbiakkan kepada gadis-gadis yang sehat, cantik, serta ber-IQ tinggi agar
nantinya terbentuk generasi yang jenius. Bank sperma didirikan untuk memenuhi
keperluan orang yang menginginkan anak, tetapi dengan berbagai sebab, sperma
suami tidak mungkin dibuahkan dengan sel telur (ovum) si isteri. Dengan demikian,
atas kesepakatan suami isteri, dicarikan donor sperma.
Ibu - ibu yang berkategori  sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa
menjadi pendonor ASI , ini juga merupakan hal yang patut kita pertimbangkan . ASI
biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang didinginkan dalam lemari es
agar tidak tercemar oleh bakteri.
Kesulitan para ibu memberikan ASI untuk anaknya menjadi salah satu
pertimbangan mengapa bank ASI perlu didirikan, terutama di saat krisis seperti pada
saat bencana yang sering membuat ibu-ibu menyusui stres dan tidak bisa memberikan
ASI pada anaknya.Semua ibu donor diskrining dengan hati-hati. Ibu donor harus
memenuhi syarat, yaitu non-perokok, tidak minum obat dan alkohol, dalam kesehatan
yang baik dan memiliki kelebihan ASI.
Berapa lama ASI dapat bertahan dalam bank ASI tersebut, ini merupakan hal
yang perlu kita kaji jangan sampai membuat sesuatu yang belum teruji sehingga dapat
dipastikan akan menimbulkan sesuatu yang mudharat, walaupun sebenarnya tujuan
bank ASI itu sendiri mulia.Setelah kita membaca dan memperhatikan berbagai
pendapat yang disampaikan oleh para ulama, penulis memiliki pandangan bahwa
adanya larangan terhadap pendirian bank ASI juga ada yang membolehkan pendirian
nya oleh sebab itu mari kita bahas bersama pembahasan ini agar tidak terjadi
perpecahan di antara ummat muslim itu sendiri.
Berdasarkan hal di atas maka makalah ini akan membahas tentang pengertian
bank ASI dan donor ASI, syarat donor dan pendonor ASI, cara donor ASI, peraturan
donor ASI, syarat bank ASI, juga akan membahas hukum mendirikan bank ASI di
tinjau dari pandangan hukum islam dan kesehatan, dan hukum menjual belikan ASI.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud donor asi dan bank asi?
2. Bagaimana tindakan untuk melakukan donor asi dan bank asi?
3. Apa hukum jual beli ASI?
4. Bagaimana pentingnya bank asi dan donor asi dilihat dari sudut pandang
kesehatan?
5. Hukum pendirian bank ASI dilihat dari sudut pandang Islam ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bank ASI.
2. Mengetahui tindakan yang harus dilakukan untuk donor asi dan bank ASI.
3. Mengetahui hukum jual beli ASI.
4. Mengetahui pentingnya donor asi dan bank asi menurut sudut pandang kesehatan.
5. Mengetahui bagaimana hukum pendirian bank ASI dilihat dari sudut pandang
Islam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Donor ASI
Donor ASI adalah memberikan ASI dari ibu pendonor kepada bayi yang
ibunya tidak dapat memberikan ASInya sendiri. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat
bagi bayi. Didalamnya terkandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan bagi bayi. Namun
apa jadinya jika ada seorang ibu yang tidak bisa menyusui karena beberapa kasus
kesehatan, Ibu bayi meninggal usai melahirkan atau sama sekali tidak bisa
mengeluarkan ASI.
Di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, donor ASI sudah mulai
dilakukan. Melalui Bank ASI yang tersedia, para Ibu yang tidak bisa memberikan ASI
kepada bayinya karena beberapa alasan bisa tetap memberikan ASI kepada bayinya
dengan bantuan pendonor ASI.Pada beberapa keadaan di mana ibu tidak bisa
menyusui bayinya, donor ASI merupakan alternatif untuk mendukung pemberian ASI
sebagai makanan terbaik bagi bayi. Berbeda dengan bank ASI, donor ASI tidak
mencampur ASI dari para donor, melainkan dikelompokkan sesuai nama donor.
Banyak ibu yang merasa dimudahkan dengan adanya donor ASI ini. Umumnya ibu-
ibu ini ingin anaknya mendapat ASI tapi tidak sempat memerah payudaranya sendiri
sehingga lebih memilih memberikan ASI dari donor. Di daerah perkotaan, tren ini
mengalami peningkatan yang cukup signifikan.  Di masa mendatang tampaknya
permintaan donor ASI makin meningkat karena masyarakat makin menyadari bahwa
jika tidak dapat memberi ASI, ada cara lain selain memberikan susu formula
Idealnya ASI donor dari bank ASI dan sudah dipasteurisasi menjadi urutan
berikutnya setelah ASI dari ibu si bayi dirasakan masih kurang. Hanya saja, di
Indonesia tidak ada Bank ASI yang melakukan skrining terhadap pendonor ASI serta
kultur dan pasteurisasi terhadap ASI donor.
B. Bank ASI
Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari donor ASI
yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI
sendiri ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa menjadi
pendonor ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang didinginkan
dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri. (Mujiman Jawa, 2012)
Bank ASI, yaitu suatu sarana yang dibuat untuk menolong bayi-bayi yang
tidak terpenuhi kebutuhannya akan ASI. Pendapat lain mengatakan bahwa Bank ASI
adalah Bank khusus untuk menampung air susu ibu atau suatu lembaga untuk
menyimpan atau menghimpun air susu ibu. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa Bank ASI adalah suatu lembaga yang dibuat yang tujuannya khusus untuk
menyimpan atau mengumpulkan ASI guna memenuhi kebutuhan bayi yang tidak
terpenuhi. (Indah Byduri, 2012)
Bank ASI sangat diperlukan, mengingat pentingnya pembentukan bank ASI
sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan penggunaan ASI dan kesehatan bayi-
bayi yang baru lahir, terutama di rumah sakit besar. keberadaan Bank ASI amat
didukung oleh Unicef dan WHO. Hanya saja proses uji kelayakan ASI ini
membutuhkan peralatan canggih dengan dana yang tidak sedikit.
Klinik Laktasi Carolus pernah melakukan praktek semacam bank ASI, dengan
berbekal berbagai literatur mengenai bank ASI di luar negeri serta persetujuan dari 5
pemuka agama di Indonesia. Sayangnya hanya berjalan 3 tahun. Pasalnya, pihaknya
hanya mampu melakukan tes kesehatan dan wawancara untuk calon ibu penyumbang.
Tak ada screening dan teknik pasturisasi canggih seperti yang dilakukan bank ASI di
luar negeri. Jadi tak dapat menjamin air susu sumbangan ibu 100% aman.
Konsep Bank ASI ini sudah populer sejak ratusan tahun lalu, sejak para dokter
tertarik pada kemampuan bayi dan anak-anak bertahan hidup berkat ASI. Donor bank
ASI dibentuk dengan cara mengumpulkan, melakukan penapisan (screening),
pemrosesan, dan distribusi ASI dari ibu yang mendonorkan ASInya. Untuk pertama
kali di AS berdiri bank ASI di Boston, tahun 1911. Para ibu donor ini menerima
sejumlah uang sebagai tanda terimakasih telah bersedia mendonorkan ASInya
disamping untuk bayinya sendiri. ASI yang telah terkumpul itu kemudian
dipasteurisasi untuk membunuh bakteri yang mungkin bisa membahayakan bayi
penerima ASI donor. Tahun 1943 The American Academy of Pediatrics merilis
panduan untuk operasional Bank ASI. Pada tahun 1970, neonatology menjadi satu
kajian tersendiri menangani bayi prematur untuk mampu bertahan hidup. Sejak itu
pula ASI donor menjadi menu utama bayi prematur dan jumlah bank ASI semakin
meluas. Awal 1980, jumlah donor bank ASI menurun drastis akibat isu penyakit
AIDS dan berbagai infeksi lainnya. Seperti halnya darah, air susu juga bisa disusupi
virus. Akibatnya penggunaan susu formula melonjak drastis. Ditambah lagi, susu
formula ini dikembangkan agar bisa sesuai untuk bayi prematur. Namun demikian
harus diakui, nutrisi komplit sebagaimana yang terdapat dalam ASI belum bisa
disamai oleh susu formula.
Kini dengan cara penapisan (screening) yang lebih ketat, Bank ASI kembali
bangkit dan menjadi pilihan nutrisi yang dipilih oleh ahli kesehatan dan dokter anak.
Bahkan pendonor cukup menelpon agar ASInya dijemput dengan tas khusus yang
steril. Dan ASI donor hanya bisa diperoleh melalui Bank ASI yang resmi ditunjuk
setelah melewati persyaratan ketat yang harus dipenuhi. Itu pun harus dengan resep
yang memang ditujukan untuk bayi yang membutuhkan karena alasan medis atau
anak-anak balita yang memang mengalami masalah kekebalan tubuh. Kesadaran
terhadap manfaat ASI yang kini meluas, diharapkan lebih banyak lagi bayi prematur
atau bayi sakit yang meninggal sia-sia.
Namun di Indonesia, masih terdapat beberapa hambatan dalam pengadaan
Bank ASI sehingga perlu diteliti secara mendalam dan dipersiapkan dengan baik.
Beberapa hambatan yang terdapat dalam pembentukan Bank ASI adalah sebagai
berikut:
1. Kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI untuk perturmbuhan dan
perkembangan bayi yang masih sangat minim. Oleh karena itu, masyarakat
perlu diberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemberian ASI, sehingga
ibu terdorong untuk memberikan ASI untuk bayinya.
2. Adanya anggapan masyarakat bahwa pengadaan Bank ASI memerlukan biaya
yang mahal dan perlu ditunjang dengan saran medis yang memadai. Oleh
karena itu, sebaiknya Bank ASI dimulai dalam bentuk micro pilot project.
Mengingat masih adanya hambatan – hambatan dalam masyarakat, maka
diharapkan masalah bank ASI ini juga bisa ikut dibahas dan disebarluaskan
oleh Departemen Agama, Departemen Peneranagan, Departemen
Perindustrian, serta Departemaen Pendididkan dan Kebudayaan.
3. Perlunya diadakan penelitian bank ASI yang menyangkut aspek medis,
ekonomi, dan psikososiologis.
4. Berhubung belum terbentuknya Bank ASI di rumah – rumah sakit dan di
rumah bersalin di Indonesia, maka untuk mengatasi masalah bayi-bayi yang
sangat membutuhkan ASI perlu dikembangkan penggunaaan ASI
lain  (weet              nurse). Hal ini memerlukan persetujuan kedua belah pihak
dengan tetap memperhatikan ajaran agama masing-masing.Salah satu
keberhasilan menyusui adalah memiliki persediaan ASI atau bank ASI,
sehingga bayi dapat terus minum ASI walaupun ibunya bekerja.(Siti Saleha,
2009)
C. Syarat Donor ASI dan Pendonor ASI
1. Syarat Donor ASI
Pemberian ASI pada bayi jelas sangat dianjurkan sebab ASI makanan terbaik
bayi. Kecuali bila ibu mengalami sakit berat dan mengonsumsi obat-obatan yang
dikhawatirkan "mencemari" ASI. Donor ASI dapat dilakukan kepada bayi yang
benar-benar tidak bisa mendapatkan air susu ibunya sendiri. Misalkan dalam
keadaan :
a. Ibu meninggal setelah melahirkan
b. Ibu yang mengidap Hepatitis B parah
c. Ibu yang positif mengidap AIDS
d. Ibu yang sedang dalam proses pengobatan kanker
e. Ibu dengan masalah jantung
f. Ibu yang mengalami Gangguan Hormon
2. Syarat Pendonor ASI
Tidak semua ibu bisa mendonorkan ASI nya. Ada beberapa persyaratan untuk
menjadi seorang pendonor ASI. Syarat-syarat yang harus dipenuhi, antara lain
adalah :
a. Melahirkan anak dengan cara normal dan sehat
b. ASI untuk anak sendiri sudah mencukupi dan berlimpah
c. Tidak sedang hamil
d. Tidak merokok
e. Tidak minum alkohol
f. Tidak minum kopi/kafein (toleransi 150-200 ml/hari)
g. Tidak mengkonsumsi narkoba
h. Bukan vegetarian
i. Calon ibu donor dan suami tidak mengalami gejala yang mengarah ke
penyakit HIV/AIDS, CMV (Citomegalovirus), HTLV-1 (Human T-
Lymphocyte Virus), Hepatitis, TBC, Sifilis.
3. Skrining Donor ASI
Skrining dilakukan untuk menjamin agar bayi yang mendapat ASI donor tidak
terpapar penyakit yang mungkin diderita oleh ibu donor. Idealnya, ibu yang akan
melakukan donor ASI untuk diberikan kepada bayi harus melakukan skrining baik
secara lisan, tulisan, dan melalui laboratorium. Skrining lisan untuk mengetahui
riwayat kesehatan secara detail. 
Beberapa tahapan skrining yang harus dilakukan jika seseorang ingin
mendonorkan ASI:
a. Tahap pertama adalah skrining lisan dan tulisan. Pada tahap ini donor akan
menjalani menjawab pertanyaan tentang riwayat kesehatan secara detail.
Selain itu juga apakah pernah mendapat transfusi darah atau produk darah
lainnya dalam 12 bulan terakhir, serta melakukan transplantasi organ atau
jaringan dalam 12 bulan terakhir 
b. Setelah melalui tahap pertama, donor ASI akan memasuki tahap dua yaitu
pemeriksaan serologi (tes darah) untuk HIV-1 dan HIV-2, Hepatitis B,
Hepatitis C, dan Sifilis. Setelah melalui tahapan penapisan, ASI harus
diyakini bebas virus atau bakteri dengan cara pasteurisasi atau pemanasan. 
Setelah menjalani skrining, barulah pendonor diperkenankan
mendonorkan ASI. Setelah didonorkan, ASI masih harus menjalani proses
pasteurisasi untuk mematikan bakteri serta virus berbahaya. Tak hanya itu,
penyimpanannya pun juga membutuhkan wadah dan suhu khusus agar ASI
tetap awet.
Biasanya ibu yang diperbolehkan mendonor minimal menghasilkan
ASI 2 - 3 liter per hari, jadi tidak semua ibu boleh donor. Skrining terhadap
donor juga dilakukan 3 bulan sekali. Setelah 6 bulan, pendonor tidak
direkomendasikan lagi karena ASI yang dihasilkan mulai sedikit
4. Cara Donor ASI
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Donor ASI :
a. Menghubungi pusat layanan laktasi
Untuk menjalankan prosedur sebagai donor ASI, Ibu dapat langsung
menghubungi pusat layanan  laktasi, agar Ibu dapat langsung menjalin
kedekatan personal antara Ibu sebagai donor ASI dan penerima donor ASI.
b. Wawancara
Hal ini dilakukan agar penerima donor mengetahui riwayat kesehatan,
asal usul dan jati diri Ibu sebagai donor ASI. Ibu dapat bertemu langsung
dengan calon penerima donor ASI. Donor ASI harus dipastikan bersih dan
sehat, jauh dari penyakit yang terdeteksi ataupun belum terdeteksi.
Sayangnya, Indonesia belum memiliki fasilitas pasteurisasi yang sebenarnya
bisa membantu meminimalisasi kontaminasi penyakit.
c. Mengisi formulir donor ASI
Untuk mengisi formulir, Ibu dapat langsung menghubungi pusat layanan
laktasi ataupun melalui e-mail. Kesepakatan donor dan fasilitator ini
memudahkan proses pencatatan data donor dan kepada siapa ASI akan
diberikan.
d. Konsultasi penyimpanan ASI
Penting bagi donor ASI untuk mengetahui kaidah penyimpanan ASI
secara tepat, karena donor akan menyimpan ASI secara pribadi. Konsep awal
donor ASI adalah first in first out, yaitu tanggal yang lebih lama harus
digunakan lebih dulu/dikeluarkan. Setelah ASI dipompa oleh pendonor, ASI
disimpan dalam botol dan plastik khusus penyimpanan ASI, jangan lupa
untuk memberikan label tanggal dan waktu hasil produksi ASI agar kualitas
ASI dapat terjaga hingga saat dibutuhkan oleh si kecil.
D. Peraturan Donor ASI
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang donor Air Susu Ibu (ASI)
terus digodok Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak.Peraturan mengenai donor ASI tersebut akan terangkum dalam PP No.33
tahun 2012, yang mengatur tentang pemberian ASI eksklusif, pendonor ASI,
pengaturan penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya, pengaturan
bantuan produsen atau distributor susu formula bayi, saksi terkait, serta pengaturan
tempat kerja dan sarana umum dalam mendukung program ASI Eksklusif.
Peraturan pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif sebenarnya telah menetapkan persyaratan-persyaratan khusus untuk para
pendonor dan penerima donor ASI, yaitu; 
1. Donor ASI dilakukan sesuai permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang
bersangkutan. 
2. Identitas, agama dan alamat pendonor ASI diketahui jelas oleh ibu kandung atau
keluarga bayi penerima ASI. 
3. Mendapat persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi yang
diberi ASI. 
4. Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai indikasi
medis.
5. ASI tidak diperjualbelikan Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan dikenai.

1. Logika Yang Mengharamkan Bank ASI


ASI manusia tidak sama seperti benda-benda yang boleh diperjualbelikan.
ASI adalah barang istimewa. Bayi mengonsumsi ASI karena mereka tidak bisa
memperoleh gizi dengan cara lain. Berarti, bagi bayi, meminum ASI adalah
keterpaksaan (darurat). Buktinya, jika bayi sudah tumbuh besar dan kuat, ia tidak
boleh lagi minum ASI. Sedangkan dalam prinsip fiqh disebutkan, benda yang
tidak boleh dimanfaatkan kecuali dalam keadaan darurat, ia tidak termasuk
kategori harta (maal) yang boleh dijual-belikan. ASI tidak dijual bebas di pasaran
karena ia tidak termasuk harta-benda. Kemudian, ASI merupakan bagian dari
tubuh manusia. Sedangkan manusia beserta seluruh organ tubuhnya adalah
terhormat. Maka, menjualbelikan ASI sama saja dengan menjatuhkan derajat
kemuliaan manusia.
2. Logika Yang Membolehkan
ASI itu suci dan bisa diambil manfaatnya (intifa’) sehingga boleh dijual
seperti halnya air susu hewan. Mengenai tidak adanya budaya jual-beli ASI, hal
itu tidak bisa menjadi landasan bahwa ASI tidak boleh dijual. ASI sangat
bermanfaat. ASI adalah gizi bagi manusia (bayi) sehingga boleh dijual. Sama
seperti beras dan lauk-pauk yang merupakan pemasok gizi bagi kehidupan
manusia.
Selain itu, terdapat prinsip fiqh bahwa: Benda yang tidak haram
dikonsumsi, berarti tidak haram mengonsumsi hasil penjualannya. Karena ASI
boleh dikonsumsi, otomatis boleh pula dijual dan hasil penjualannya tidak haram.
Menurut Lutfi (2013), ada beberapa aspek dalam logika hukum bank ASI,
yaitu :
a. Aspek sosial
Dari uraian di atas, dapat kita lihat bahwa logika hukum masing-
masing pendapat sama-sama kuat dan logis. Namun, uraian di atas hanya
berbicara tentang hukum jual-beli ASI secara langsung, dari seorang
pendonor kepada keluarga si bayi. Bukan transaksi jual-beli ASI melalui
perantara pihak lain. Mengenai jual-beli ASI melalui Bank ASI, jika ditinjau
dari aspek sosial, maka akan berakibat timbulnya kekaburan hubungan
mahram atau persaudaraan sepersusuan. Telah dimaklumi, Bank ASI
mengumpulkan ASI dari banyak wanita ke dalam satu wadah (dicampur)
tanpa proses identifikasi diri maupun keluarganya. Kemudian, ASI campuran
itu dijual kepada konsumen (bayi) yang juga tidak diketahui identitasnya
(asalkan punya uang bisa membeli). Bank ASI tidak bisa mengidentifikasi
atau mengontrol sejauh mana pembelian dan penjualan ASI tersebut. Pihak
pendonor bisa berasal dari mana saja, pihak konsumen bisa mendapatkan
ASI tanpa harus mengetahui siapa pendonornya dan siapa saja yang ikut
mengonsumsi ASI darinya. Kenyataan ini dapat menyebabkan perkawinan
saudara sesusuan.
Seorang lakilaki menikah dengan seorang perempuan yang ternyata
pernah mengkonsumsi ASI dari pendonor yang sama. Sebagian kalangan
menyatakan bahwa Bank ASI membawa manfaat, yaitu bagi bayi yang
ibunya tidak bisa menyusui secara langsung (baik karena kesibukan ataupun
karena penyakit tertentu). Alasan ini memang bisa diterima, akan tetapi tidak
berlaku tanpa batas. Artinya, dalam keadaan darurat, seorang ibu boleh saja
membeli ASI dari bank ASI, asalkan ada upaya untuk mengetahui identitas
pendonor, agar hubungan keluarga bisa terjalin dan tali silaturahim bisa
tersambung di antara mereka. Jika tidak demikian, maka alasan darurat tidak
bisa diterima, karena di antara prinsip dasar Islam adalah: kemudaratan tidak
boleh ditolak dengan kemudaratan yang lain. Kemudaratan berupa ketiadaan
ASI, tidak boleh dicegah dengan menimbulkan kemudharatan lain berupa
kekaburan hubungan keluarga (nasab).
b. Aspek Kesehatan
Telah disinggung di atas, bahwa Bank ASI mengumpulkan ASI dari
banyak wanita dengan latarbelakang kesehatan dan karakter yang
berbeda.Pendonor bisa saja beragama atau justru atheis, akhlaknya baik atau
justru buruk, kesehatannya bagus atau justru penyakitan. Padahal
pertumbuhan bayi sangat ditentukan oleh kualitas ASI yang dikonsumsinya.
Oleh sebab itulah Rasulullah SAW menganjurkan agar bayi tidak menyusu
pada ibu (susuan) yang lemah pikirannya (idiot), karena akan berpengaruh
pada perkembangannya.Kemudian, sangat pula pendonor merupakan wanita
yang tidak sehat dan mengidap penyakit kronis. Otomatis bayi yang
meminum ASInya akan tertular. Banyak pakar kedokteran yang
mengingatkan bahwa penyakit HIV/AIDS bisa
menular melalui konsumsi ASI. Selain itu, para dokter mengingatkan,
mengambil ASI melalui alat-alat tertentu sangat membahayakan bagi si
wanita. Karena dapat menghilangkan hormon ASI sehingga bisa berakibat
ASInya tidak bisa dimanfaatkan lagi.
c. Aspek hubungan emosional
Ini merupakan sisi yang paling penting dalam hubungan horizontal
antar manusia. Mengonsumsi ASI yang tidak jelas statusnya, akan
menjauhkan hubungan emosional antara ibu dan anak. Berbeda bila donor
ASI didapatkan dari ibu susuan secara langsung, tidak melalui perantara
Bank ASI (seperti Halimatus Sa’diyah yang menyusui Nabi SAW). Di sana
terdapat kedekatan emosional, juga kualitas pribadi ibu pendonor yang dapat
diketahui secara langsung. Juga, kualitas ASI seorang ibu tidak hanya diukur
dari jenis makanan apa saja yang dikonsumsi, tapi juga dari mana sang ibu
mendapatkan sumber makanan itu. Sayur-mayur yang diperoleh dari uang
halal, tidak sama dengan sayur-mayur yang didapat dari uang haram. Jangan
sampai bayi yang masih suci itu terkontaminasi oleh ASI seorang ibu yang
ternyata membeli bahan makanan dari hasil korupsi. Ibu yang bijak adalah
ibu yang akan sangat berhati-hati terhadap apa pun yang masuk ke dalam
perut anaknya.

E. ASI Eksklusif
Yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif adalah, bayi hanya diberikan
ASI, tanpa diberi tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
bahkan air putih sekalipun. Selain tambahan cairan, bayi juga tidak diberi makanan
padat lain, seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain-lain.
Pemberian ASI eksklusif dianjurka untuk jangka waktu minimal empat bulan dan
akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia enam bulan.(Roesli, 2001)
Asi eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain. Asi
eksklusi dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi (Depkes, 2005) ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur 0-6 bulan, bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif.
1. Pemberian Asi Eksklusif Oleh Wanita Karier.
Banyak ibu bekerja yang memutuskan untuk tetap menyusui.
Masalahnya,pemberian asi eksklusif merupakan satu-satunya makanan terbaik
untuk bayi dan harus di berikan selama 6 bulan pertama, namun perusahaan
biasanya hanya memberikan kebijakan cuti selama 3 bulan, bahkan ada yang
kurang. Tentu saja, hal tersebut masih jauh dari ketentuan pemberian asi
eksklusif. Jika diambil 1 bulan di awal maka ibu hanya memiliki kesempatan 2
bulan untuk fokus pada bayinya ( Yuliarti, 2010). Seiring dengan kemajuan
dalam bidang kedokteran, para orang tua kini dapat mengetahui perkiraan
kelahiran anaknya. Perkiraan kelahiran tersebut dapat menjadi pedoman bagi ibu
yang bekerja untuk mengambil cuti menjelang kelahiran agar mempunyai waktu
yang lebih banyak sesudah melahirkan (Yuliarti, 2010). Pada dasarnya, ada 3
aspek penting bagi ibu menyusui yang ingin tetap berkarier, antara lain:
2. Persiapan secara fisik
Jika ditinjau secara medis, ibu memang harus memberikan ASI eksklusif
selama bulan. Oleh karena itu, kodisi ibu harus benar-benar sehat. Ada
perkecualian untuk kondisi tertentu yang memang tidak memungkinkan ibu
memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
3. Persiapan psikilogis
Ada berbagai alasan yang digunakan oleh para ibu untuk menolak
memberikan Asi eksklusif, misalnya takut kariernya terganggu dan khawatir
badannya tak bagus lagi. Pada kenyataannya, hal tersebut tidaklah benar. Jika
ditinjau dari sisi pisikologis, ASI justru menciptakan hubungan keterikatan
emosional antara ibu dan anak.
4. Persiapan sosiologis
Agar pemberian ASI eksklusif dapat berjalan lancar, harus ada upaya khusus
dan tidak boleh malas. Ibu harus menyisihkan waktunya untuk memeras ASI atau
menyusui anaknya. Di rumah, perlu adanya dukungan dari suami, orang tua,
saudara, dan anak yang lebih besar dalam hal melancarkan kelangsungan
pemberian ASI. Suami turut berperan dalam mendukung atau membantu
pekerjaan istri di rumah, misalnya ketika pagi hari istrinya harus menyusui, suami
dapat memandikan anak pertama mereka. Selama ibu menyusui, suami harus
mengambil alih tugas-tugas domestik lainnya. Dukungan sosial dari alasan
kantor, rekan kerja, dan kondisi pekerjaan juga sangat penting. Bagi ibu yang
menyusui, biasanya perusahaan akan memberikan toleransi. Seseorag pimpinan
perusahaan hendaknya dapat memahami jika ada stafnya yang ingin meminta izin
untuk memerikan ASI eksklusif kepada anaknya. Jika sakit saja kantor masih
memberikan toleransi, apa lagi dalam soal memberikan ASI. Pihak perusahaan
hendaknya memberikan toleransi berupa pemberian izin selama 1-2 jam agar
stafya dapat pulang sekedar menyusui bayinya atau memeras ASI, jika memang
persediaan telah habis. Jika diperlukan, perusahaan dapat membangun tempat
penitipan bayi yang sekaligus menjadi tempat bagi ibu untuk menyusui anaknya.
Menyeimbangkan antara karier dengan menyusui sebenarnya tergantung dari
manajemen waktu si ibu. sejauh ibu dapat mengatur waktunya dengan baik dan
tidak mengganggu operasional kantor maka hal tersebut tidak menjadi masalah.
menyusui sambil bekerja sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan dan
sifatnya fleksibel sekali. Begitu pula dengan rekan kerja. Jika rekan kerjanya
seorang laki-laki dan memiliki ibu atau istri maka ia pasti dapat memahami,
apalagi rekan kerjanya itu seorang perempuan, biasanya, dukungan antar teman
dapat membantu melancarkan pemberian ASI. Saat ini, pemberian ASI makin
dimudahkan dengan adanya teknolgi penyimpanan dan pemerasan ASI, serta
adanya pengetahuan tentang ASI yang semakin baik. Keadaan tersebut juga
semakin dipermudah dengan adanya kemajuan di bidang kedokteran. Jika
demikian maka tidak ada alasan apa pun bagi ibu untuk tidak dapat
menyeimbangkan antara karier dan menyusui. Jika tempat kerja tidak
memberikan kemudahan bagi para ibu untuk memberikan ASIeksklusif maka
beberapa ulasan berikut ini dapt membantu para ibu daam memberikan ASI
eksklusif. Setelah disimpan dikulkas dan ingin segera digunakan, ASI tersebut
tidak perlu dididihkan karena hal tersebut akan menyebabkan rusaknya protein.
Cukup di rendam dalam air hangat, yang penting tidak terlalu dingin sampai bayi
dapat menerimanya, maka suhu di sesuaikan.
5. Menjaga Kualitas ASI
Untuk menjaga kualitas ASI, ibu harus mengikuti pola makan dengan prinsip
gizi seimbang dan komunikasi beragam makanan, terutama sayuran yang
berwarna hijau tua, yang baik untuk melancarkan ASI, misalnya daun katuk.
Selain daun katuk, kacang-kacangan, air sari akar jombang, buncis, jagung, dan
pare juga termasuk bahan makanan yang dapat membantu memperlancar ASI.
Kurangi makanan yang mengandung gas, seperti brokoli atau kol karena dapat
membuat perut bayi kembung. Makanan lain yang harus di hindari adalah yang
beraroma terlalu kuat, misalnya makanan pedas. “seimbang” juga berarti vitamin,
mineral, sayur, dan buah harus baik dan bervariasi.(Yuliarty, 2010)

6. Memerah Dan Menyimpan Asi


Setidaknya sebulan sebelum masuk kerja, mulailah memerah ASI dengan
tangan. Cara memerah ASI adalah sebagai berikut:
a. Perah areoa (bagian gelab sekitar puting) dengan ibu jari, telunjuk, dan jari
tengah.
b. Selanjutnya tekan areola dengan ritme persis seperti ritme bayi yang
mengisap.
c. Arahkan aliran ASI ke gelas bersih.
d. Tuliskan tanggal pemerahan pada kantong plastik gula dengan spidol
permanen.
e. Masukkan ASI ke dalam kantong plastik, ikat, dan simpan
dalam freezer  (Saleha, 2009).
7. Mencairkan ASI Beku
Berikut ini adalah cara untuk mencair ASI yang beku:
a. Siapkan air hangat suam kuku di dalam rantang atau panci kecil.
b. Taruhlah plastik berisi ASI beku dalam air hangat tersebut. ASI akan mencair
dalam waktu kurang dari 5 menit.

Catatan:

a. Jangan biasakan member susu fomula, sebab ia akan kenyang dan kurang
megisap ASI. Jika isapan berkurang, otomatis produksi ASI menurun.
b. Jangan gunakan dot, agar bayi tidak bigung puting. Akibatnya bayi akan
menolak payudara ibu.
c. Jangan khawatir jika bayi yang diberi ASI tidak buang air setiap hari. Sebab
hampir seluruh bagian ASI bermanfaat dan tidak banyak yang harus di buang
(Saleha, 2009).
F. Menyusui
Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut ASI sebagai makanan alami
yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang
benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang
berkualitas, seperti kita ketahui, ASI adalah makanan satu-satunya yang paling
sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain
itu, dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan
jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya (Saleha, 2009).
1. Manfaat Menyusui
Berikut ini adalah manfaat menyusui yang di dapatkan dengan menyusui bagi bayi,
ibu, keluarga, dan Negara.
a. Manfaat bagi bayi
1) Komposisi sesuai kebutuhan.
2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan.
3) ASI mengandung zat pelindung.
4) Pekembangan psikomotorik lebih cepat.
5) Menunjang perkembangan kognitif.
6) Menunjang perkembangan penglihatan.
7) Memperkuat ikatan batin antara ibi dan anak.
8) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.
9) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri.
b. Manfaat bagi ibu
1) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke
bentuk semula.
2) Mencegah anemia defisiensi zat besi.
3) Mempercepat ibu kembali keberat badan sebelum hamil.
4) Menunda kesuburan.
5) Menimbulkan perasaan dibutuhkan.
6) Mengurangi kemungia kanker payudara dan ovarium.
c. Manfaat bagi keluarga
1) Mudah dalam proses pemberiannya.
2) Mengurangi biaya rumah tangga.
3) Bayi yang mendaapat ASI jarang sakit, sihingga dapat menghemat biaya untuk
berobat.
d. Manfaat bagi Negara
1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.
2) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan
menyusui.
3) Mengurangi polusi.
4) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Saleha,
2009) untuk dijual beli.
G. Hukum Mendirikan Bank ASI
Setelah kita memperhatikan pembahasan yang lalu, dimana kita menganggap
bahwa pendapat yang lebih kuat yaitu pendapat yang tidak membolehkan menjual
ASI. Maka dengan sendirinya kita dapat mengatakan bahwa mendirikan bank yang
mengumpulkan ASI wanita ke dalam satu wadah yang dicampur antara satu dengan
lainnya adalah haram. Ini dikarenakan ASI tersebut berasal dari anggota tubuh
manusia dan manusia beserta seluruh tubuhnya dimuliakan maka tidak boleh
menjadikan bagian tubuhnya itu sebagai barang jual beli.
Selain itu kita juga melihat efek yang buruk dari pendirian bank ASI ini,
karena akan membawa bahaya kepada kita semua, mulai dari bahaya fisik atau
rusaknya hubungan darah antara manusia yang dikarenakan bank susu tersebut tidak
bisa mengontrol sejauh mana pembelian dan penjualan susu tersebut.
Karlany berkata bahwa di dalam pembolehan menjual ASI itu ada kemunkaran
karena bisa menimbulkan rusaknya pernikahan yang disebabkan kawinnya orang
sesusuan dan hal tersebut tidak dapat diketahui jika antara lelaki dan wanita meminum
ASI yang dijual bank ASI tersebut. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa
menjual ASI tersebut membawa manfaat bagi manusia yaitu tercukupinya gizi bagi
bayi karena kita melihat bahwa banyak bayi yang tidak memperoleh ASI yang cukup
baik karena kesibukan sang ibu ataupun karena penyakit yang diderita ibu tersebut.
Tetapi pendapat tersebut dapat ditolak karena kemudaratan yang ditimbulkan lebih
besar dari manfaatnya yaitu terjadinya percampuran nasab. Padahal Islam
menganjurkan kepada manusia untuk selalu menjaga nasabnya. Kaidah ushul juga
menyebutkan bahwa:
‫ح‬ َ ‫ب ْال َم‬
ِ ِ‫صال‬ ِ ‫ار اَوْ لَى ِم ْن َج ْل‬ َّ ‫َد ْف ُع ال‬
ِ ‫ض َر‬
Menolak kemadharatan lebih utama dari pada menarik kemaslahatan.
Ibnu Sayuti di dalam kitab Asybah Wa Nadhaair menyebutkan bahwa di
dalam kaidah disebutkan bahwa diantara prinsip dasar Islam adalah :
‫ار‬
ِ ‫ض َر‬ َّ ‫اَل‬
َّ ‫ض َرا ُر الَ يُ َزا ُل بِال‬
Kemudaratan itu tidak dapat dihilangkan dengan kemudaratan lagi.
Hal ini jelas, karena akan menambah masalah. Kaitannya dengan pembahasan
kita yaitu, ketiadaan ASI bagi seorang bayi adalah suatu kemudaratan, maka memberi
bayi dengan ASI yang dijual di bank ASI adalah kemudaratan pula. Maka apa yang
tersisa dari bertemunya kemudaratan kecuali kemudaratan. Karena Fiqih bukanlah
pelajaran fisika dimana bila bertemu dua kutub yang sama akan menghasilkan hasil
yang berbeda. Maka penulis sependapat dengan perkataan Ibn Karlany yang
mengatakan bahwa hendaknya kita melihat mana yang lebih besar manfaatnya
daripada kerusakannya.
H. Sebagian Ulama Kontemporer Membolehkan Bank ASI
Sebagian ulama kontemporer membolehkan pendirian bank ASI ini, diantara
mereka adalah Dr. Yusuf al-Qardhawi. Mereka beralasan :
1. Bahwa kata kata radha'(menyusui) di dalam bahasa Arab bermakna menghisap
puting payudara dan meminum ASI-nya. Maka oleh karena itu meminum ASI
bukan melalui menghisap payudara tidak disebut menyusui, maka efek dari
penyusuan model ini tidak membawa pengaruh apa-apa di dalam hukum nasab
nantinya.
2. Yang menimbulkan adanya saudara sesusu adalah sifat "keibuan", yang
ditegaskan Al-Qur'an itu tidak terbentuk semata-mata diambilkan air susunya,
tetapi karena menghisap teteknya dan selalu lekat padanya sehingga melahirkan
kasih sayang si ibu dan ketergantungan si anak. Dari keibuan ini maka muncullah
persaudaraan sepersusuan. Jadi, keibuan ini merupakan asal (pokok), sedangkan
yang lain mengikutinya.
3. Alasan yang dikemukakan oleh beberapa madzhab dimana mereka memberi
ketentuan berapa kali penyusuan terhadap seseorang sehingga antara bayi dan ibu
susu memilki ikatan yang diharamkan nikah, mereka mengatakan bahwa jika si
bayi hanya menyusu kurang dari lima kali susuan maka tidaklah membawa
pengaruh di dalam hubungan darah.
Setelah memperhatikan berbagai pendapat yang disampaikan oleh para
ulama, penulis memiliki pandangan bahwa adanya larangan terhadap pendirian
bank ASI adalah disebabkan oleh kekhawatiran akan terjadinya kekacauan nasab
sehingga bias menimbulkan hal yang dilarang yaitu pernikahan dengan saudara
sesusu. Dengan demikian jika hal ini dapat dihindarkan misal dengan
mengadakan persyaratan yang ketat, serta pendataan yang mendetail sehingga
yang membeli ASI mengetahui ASI-nya berasal dari siapa, maka hukumnya
boleh
I. Kaitan Bank ASI dengan Rada'ah
Pengertian ar-Radha'
Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan ar -radha' atau susuan.
Menurut Hanafiyah bahwa ar-Radha' adalah seorang bayi yang menghisap puting
payudara seorang perempuan pada waktu tertentu. Sedangkan Malikiyah mengatakan
bahwa ar-Radha' adalah masuknya susu manusia ke dalam tubuh yang berfungsi
sebagai gizi. As-Syafi'iyah mengatakan ar-Radha' adalah sampainya susu seorang
perempuan ke dalam perut seorang bayi. Al-Hanabilah mengatakan ar-Radha' adalah
seorang bayi di bawah dua tahun yang menghisap puting payudara perempuan yang
muncul akibat kehamilan, atau meminum susu tersebut atau sejenisnya. (Ibnu
Nujaim, al Bahru ar Raiq: 3/221, Ibnu Arafah, Syarhu Hudud: 1/316, al Muthi'i,
Takmilah al Majmu': 19/309, al Bahuti, Syarhu Muntaha al Iradat: 4/ 1424).
1. Batasan Umur
Para ulama berbeda pendapat di dalam menentukan batasan umur ketika orang
menyusui yang bisa menyebabkan kemahraman. Mayoritas ulama mengatakan bahwa
batasannya adalah jika seorang bayi berumur dua tahun ke bawah. Dalilnya adalah
firman Allah swt:
‫ضا َعةَ ۚ َو َعلَى ْال َموْ لُو ِد لَهُ ِر ْزقُه َُّن‬ َ ‫ض ْعنَ أَوْ اَل َده َُّن َحوْ لَ ْي ِن َكا ِملَ ْي ِن ۖ لِ َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُتِ َّم ال َّر‬ ُ ‫َو ْال َوالِد‬
ِ ْ‫َات يُر‬
َ‫ث ِم ْث ُل ٰ َذلِك‬
ِ ‫ار‬ِ ‫ضا َّر َوالِ َدةٌ بِ َولَ ِدهَا َواَل َموْ لُو ٌد لَهُ بِ َولَ ِد ِه ۚ َو َعلَى ْال َو‬ َ ُ‫ُوف ۚ اَل تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ إِاَّل ُو ْس َعهَا ۚ اَل ت‬ ِ ‫َو ِك ْس َوتُه َُّن بِ ْال َم ْعر‬
‫ضعُوا أَوْ اَل َد ُك ْم فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم‬ ِ ْ‫َاح َعلَ ْي ِه َما ۗ َوإِ ْن أَ َر ْدتُ ْم أَ ْن تَ ْستَر‬
َ ‫اض ِم ْنهُ َما َوتَ َشا ُو ٍر فَاَل ُجن‬ ٍ ‫صااًل ع َْن ت ََر‬ َ ِ‫ۗ فَإ ِ ْن أَ َرادَا ف‬
ِ َ‫ُوف ۗ َواتَّقُوا هَّللا َ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
‫صي ٌر‬ ِ ‫إِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َما آتَ ْيتُ ْم بِ ْال َم ْعر‬
233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi
makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas
keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa
yang kamu kerjakan. (QS. 2 [al - Baqarah] : 233)
Hadist Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
                (‫)رواه مسلم‬    ‫ضا َعةُ ِم ْن ْال َم َجا َع ِة‬
َ ‫فَإِنَّ َماال َّر‬
"Sesungguhnya persusuan (yang menjadikan seseorang mahram) terjadi karena lapar" (HR
Bukhari dan Muslim)
2. Jumlah Susuan
Madzhab Syafi'i dan Hanbali mengatakan bahwa susuan yang mengharamkan
adalah jika telah melewati 5 kali susuan secara terpisah. Hal ini berdasarkan hadits
Aisyah ra, bahwasanya beliau berkata:
ِ ‫ت فَتُ ُوفِّ َي َرسُو ُل هَّللا‬
ٍ ‫س َم ْعلُو َما‬
ٍ ‫ت يُ َح ِّر ْمنَ ثُ َّم نُ ِس ْخنَ بِخَ ْم‬
ٍ ‫ت َم ْعلُو َما‬ َ ‫َكانَ فِي َما أُ ْن ِز َل ِم ْن ْالقُرْ آ ِن َع ْش ُر َر‬
ٍ ‫ض َعا‬
‫(يأ ُ ِم ْن ْالقُرْ آ ِن (رواه مسلم‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوه َُّن فِي َما‬
َ
"Dahulu dalam Al Qur`an susuan yang dapat menyebabkan menjadi mahram
ialah sepuluh kali penyusuan, kemudian hal itu dinasakh (dihapus) dengan lima kali
penyusuan saja. Lalu Rasulullah saw wafat, dan ayat-ayat Al Qur`an masih tetap di
baca seperti itu." (HR Muslim)
Kapan seorang bayi menyusui dan dianggap sebagai satu susuan? Yaitu jika
dia menyusui, setelah kenyang dia melepas susuan tersebut menurut kemauannya.
Jika dia menyusu lagi setelah satu atau dua jam, maka terhitung dua kali susuan dan
seterusnya sampai lima kali menyusu. Kalau si bayi berhenti untuk bernafas, atau
menoleh kemudian menyusu lagi, maka hal itu dihitung satu kali susuan saja. (Sidiq
Hassan Khan, Raudhatu an Nadiyah, 2/174)
3. Cara Menyusu
Para ulama berbeda pendapat tentang tata cara menyusu yang bisa
mengharamkan. Mayoritas ulama mengatakan bahwa yang penting adalah sampainya
air susu tersebut ke dalam perut bayi, sehingga membentuk daging dan tulang, baik
dengan cara menghisap puting payudara dari perempuan langsung, ataupun dengan
cara as-su'uth (memasukkan susu ke lubang hidungnya), atau dengan cara al-
wujur (menuangkannya langsung ke tenggorakannya), atau dengan cara yang lain.
Sebagaimana Riwayat Abu Daud dan Daar Kuthny dari Ibnu Mas'ud bahwasannya
Rasulullah Saw. Bersabda,
ْ ‫ضا َع اِالَّ َماا ْن َش َز ْالع‬
‫ُظ َم َوا ْنبَتَ ا للَّحْ َم‬ َ ‫الَ َر‬
Tidak ada penyusuan kecuali yang membesarkan tulang dan menumbuhkan
daging. (HR. Abu Dawud)
Adapun Madzhab Dhahiriyah mengatakan bahwa persusuan yang
mengharamkan hanyalah dengan cara seorang bayi menghisap puting payudara
perempuan secara langsung. Selain itu, maka tidak dianggap susuan yang
mengharamkan. Mereka berpegang kepada pengertian secara lahir dari kata menyusui
yang terdapat di dalam firman Allah swt:
‫ت َوأُ َّمهَاتُ ُك ُم الالتِي‬ ْ ‫َات‬
ِ ‫األخ‬ ُ ‫األخ َوبَن‬
ِ ُ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم أُ َّمهَاتُ ُك ْم َوبَنَاتُ ُك ْم َوأَ َخ َواتُ ُك ْم َو َع َّماتُ ُك ْم َو َخاالتُ ُك ْم َوبَن‬
‫َات‬ ْ ‫حُرِّ َم‬
‫ُور ُك ْم ِم ْن نِ َسائِ ُك ُم الالتِي َد َخ ْلتُ ْم بِ ِه َّن فَإ ِ ْن‬ ُ َ‫ضا َع ِة َوأُ َّمه‬
ِ ‫ات نِ َسائِ ُك ْم َو َربَائِبُ ُك ُم الالتِي فِي ُحج‬ َ ‫ض ْعنَ ُك ْم َوأَ َخ َواتُ ُك ْم ِمنَ ال َّر‬ َ ْ‫أَر‬
ْ
َ‫األختَي ِْن إِال َما قَ ْد َسلَف‬ َ‫لَ ْم تَ ُكونُوا َد َخ ْلتُ ْم بِ ِه َّن فَال ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم َو َحالئِ ُل أَ ْبنَائِ ُك ُم الَّ ِذينَ ِم ْن أَصْ البِ ُك ْم َوأَ ْن تَجْ َمعُوا بَ ْين‬
٢٣ ‫إِ َّن هَّللا َ َكانَ َغفُورًا َر ِحي ًما‬ 
23.Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan;
ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari
isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu
(dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan
(dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi
pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. 4 [an – Nisa]: 23)
4. Hukum Jual Beli Asi
Air Susu Ibu (ASI) adalah bagian yang mengalir dari anggota tubuh manusia,
dan tidak diragukan lagi itu merupakan karunia Allah bagi manusia dimana dengan
adanya ASI tersebut seorang bayi dapat memperoleh gizi. ASI tersebut merupakan
sesuatu hal yang urgen di dalam kehidupan bayi. Karena pentingnya ASI tersebut
untuk pertumbuhan maka sebagian orang memenuhi kebutuhan tersebut dengan
membeli ASI pada orang lain. Jual beli ASI manusia itu sendiri di dalam fiqih Islam
merupakan cabang hukum yang para ulama berbeda pendapat di dalamnya. Ada dua
pendapat ulama tentang hal tersebut.
Pertama, tidak boleh menjualnya. Ini merupakan pendapat ulama madzhab
Hanafi kecuali Abu Yusuf, salah satu pendapat yang lemah pada madzhab Syafi'i dan
merupakan pendapat sebagian ulama Hanbali.
Kedua, pendapat yang mengatakan dibolehkan jual beli ASI manusia. Ini
merupakan pendapat Abu Yusuf (pada susu seorang budak), Maliki dan Syafi'i,
Khirqi dari madzhab Hanbali, Ibnu Hamid, dikuatkan juga oleh Ibnu Qudamah dan
juga madzhab Ibnu Hazm.

Sebab Timbulnya Ikhtilaf Menurut Ibn Rusyd, sebab timbulnya perselisihan


pendapat ulama di dalam hal tersebut adalah pada boleh tidaknya menjual ASI
manusia yang telah diperah. Karena proses pengambilan ASI tersebut melalui
perahan. Imam Malik dan Imam Syafi'i membolehkannya, sedangkan Abu Hanifah
tidak membolehkannya. Alasan mereka yang membolehkannya adalah karena ASI itu
halal untuk diminum maka boleh menjualnya seperti susu sapi dan sejenisnya.
Sedangkan Abu Hanifah memandang bahwa hukum asal dari ASI itu sendiri adalah
haram karena dia disamakan seperti daging manusia. Maka karena daging manusia
tidak boleh memakannya maka tidak boleh menjualnya, adapun ASI itu dihalalkan
karena dharurah bagi bayi, sebagaimana qawaid fiqih :
ِ ‫ضرُوْ َرةُ تُبِ ْي ُح ْال َمحْ ظُوْ َرا‬
َ‫ت‬ َّ ‫ل‬
Darurat itu bisa membolehkan yang dilarang.
Dalil Pendapat yang Tidak Membolehkan Jual Beli ASI
Masalah boleh tidaknya menjual susu manusia (ASI) telah menimbulkan
perdebatan yang panjang antara yang membolehkan dengan yang tidak membolehkan
yang didasari argumen logika, berikut petikannya : Menurut pihak pertama (yang
melarang) ASI manusia bukanlah harta benda maka tidak boleh menjualnya, dan dalil
bahwasannya ASI tersebut bukan harta benda adalah tidak dibolehkan bagi kita
mengambil manfaat (Intifa') dengan ASI tersebut. ASI tersebut dibolehkan karena
dharurat saja kepada anak bayi karena mereka tidak bisa memperoleh gizi dengan cara
lain, dan apa yang tidak dibolehkan mengambil manfaat kecuali dharurah tidaklah
dianggap bagian harta seperti babi dan narkotika. Selain itu ASI tersebut juga tidak
dijual di pasar karena tidak dianggap bagian dari harta
Pendapat ini ditentang oleh pihak kedua (yang membolehkan). Mereka
mengatakan bahwa, ASI itu suci dan bisa diambil manfaat sehingga boleh menjualnya
seperti susu kambing. Adapun sebab tidak dijualnya ASI tersebut di pasaran bukanlah
landasan barang tersebut tidak boleh dijual karena ada juga barang yang tidak ada di
pasaran dan boleh jual beli barang tersebut.
Kelompok pertama juga beralasan bahwa ASI merupakan bagian dari manusia
dan manusia beserta seluruh organnya adalah terhormat maka menjual jual beli ASI
tadi dapat menjatuhkan derajat kemuliaan manusia.Pernyataan itu ditentang oleh
pihak kedua. Ibnu Qudamah berkata bahwa seluruh tubuh manusia dapat dijual seperti
bolehnya menjual budak. Sedangkan yang tidak boleh menjualnya adalah orang
merdeka dan diharamkan pula menjual anggota tubuh yang sudah terpotong karena
tidak bermamfaat.
Qiyas dari kelompok pertama menentang bantahan tersebut, beliau berkata
bahwa manusia tidak halal kecuali budak dan budak tidak halal kecuali hidup
sedangkan ASI itu bukanlah sesuatu yang hidup maka tidak boleh dujual. Pendapat
kelompok pertama mengatakan bahwa susu manusia itu adalah restan (sisa) dari
manusia maka tidak boleh menjualnya seperti air mata, keringat dan ingus.
Pendapat ini ditentang dengan mengatakan bahwa mengqiyaskan ASI dengan
keringat adalah tidak tepat karena keringat, ingus dan air mata tidak bermanfaat. Hal
ini seperti keringat kambing yang tidak boleh kita menjualnya, sedangkan susunya
tetap boleh. Selanjutnya kelompok pertama mengatakan bahwa daging manusia tidak
boleh untuk dimakan maka tidak boleh menjual ASI-nya seperti susu keledai betina.
Daging keledainya tidak bisa dimakan maka susunya juga haram.
Pendapat ini ditolak oleh pihak kedua, mereka kembali mengatakan bahwa ini
adalah qiyas yang tidak sesuai karena ASI manusia suci sedangkan susu keledai najis.
Kelompok pertama kembali beralasan bahwasannya dengan adanya proses menyusui
tadi, maka diharamkan bagi kita untuk menikahi saudara sesusu dan ibu susu. Maka
pada proses jual beli ASI ini akan membuka peluang terjadinya perkawinan yang
tidak dibenarkan secara syariat karena ASI tadi dicampur sehinnga kita tidak
mengetahui ASI siapa saja yang diminum oleh bayi.
5. Dalil Pendapat yang Membolehkan Menjual ASI
Golongan kedua yang membolehkan menjual ASI berpegang kepada al-Quran,
Hadits dan logika.
Dalil al-Quran yaitu firman Allah pada surat 2 [al-Baqarah] ayat 275 yaitu :
‫وا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل‬ َ ِ‫الَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ ال ِّربَا الَ يَقُو ُمونَ إِالَّ َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ َذل‬
ْ ُ‫ك بِأَنَّهُ ْم قَال‬
َ‫الرِّ بَا َوأَ َح َّل هّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا فَ َمن َجاءهُ َموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ِه فَانتَهَ َى فَلَهُ َما َسلَفَ َوأَ ْم ُرهُ إِلَى هّللا ِ َو َم ْن عَا َد فَأُوْ لَـئِك‬
َ‫ار هُ ْم فِيهَا خَ الِ ُدون‬ ِ َّ‫أَصْ َحابُ الن‬
275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka
baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. 2 [al-
Baqarah]:275)
Ayat tersebut menurut Ibnu Hazm mengisyaratkan bahwa seorang wanita
memerah ASI-nya dan mengumpulkannya di dalam suatu bejana kemudian
diminumkan pada bayi dan ASI ini adalah milik wanita tersebut yang diberikan
kepada bayi, maka sesuai landasan hukum, apa saja yang kepemilikannya boleh
berpindah kepada orang lain maka boleh dilakukan jual beli.
Sedangkan di dalam hadits juga terdapat suatu dalil yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Abu Daud dari Ibn Abbas, beliau berkata, aku melihat Rasulullah duduk
di suatu sudut maka beliau mengangkat pandangan ke langit kemudian tersenyum
lalu bersabda, "Allah swt. Melaknat golongan yahudi karena tiga perkara.
Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada mereka lemak namun mereka
menjualnya dan memakan hasil penjualannya, dan Allah jika mengharamkan suatu
kaum untuk memakan sesuatu maka Allah mengharamkan pula memakan harta yang
diperoleh darinya (HR Bukhari dan Abu Dawud).

Anda mungkin juga menyukai