Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DAN CARA MENILAI KESALAHANNYA

A.    Apakah konsep itu?


IPA sebagai ilmu dapat didefinisikan sebagai proses ilmiah, sikap ilmiah, dan produk ilmiah.
IPA sebagai proses terdiri atas berbagai ketrampilan, yaitu ketrampilan proses dasar seperti
mengamati dan mengukur, ketrampilan proses terpadu meliputi : merumuskan masalah,
menarik kesimpulan, dan sebagainya. Sementara itu IPA sebagai sikap, menuntut siswa untuk
memiliki sikap ilmiah seperti : jujur, teliti, skeptis, mampu bekerjasama, dan sebagainya.
IPA sebagai produk memiliki komponen yang terdiri atas hukum dan teori. Di dalam hukum
dan teori itu terdapat komponen yang lebih kecil lagi yang disebut konsep. Konsep
merupakan produk dari proses ilmiah. Secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Siswa melakukan pengamatan (proses), akan menghasilkan fakta. Dari berbagai fakta yang
diperoleh dibuat generalisasi, sehingga terjadilah konsep. Contoh konsep ialah serangga,
tenaga, gaya fotosintesis, ibu, bapak dan masih banyak lagi contoh yang lain.
Konsep dapat didefinisikan dengan bermacam-macam rumusan yang berbeda dan tentunya
antara definisi yang satu dengan definisi yang lain tidak identik. Sebagai contoh : konsep
adalah kumpulan stimulus (benda, peristiwa, dll) yang mempunyai ciri yang sama.
Dari uraian tentang definisi konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menguasai
konsep seseorang harus mampu membedakan antara benda yang satu dengan benda yang
lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh
Gagne (1984) kemampuan membedakan merupakan prasyarat untuk mempelajari konsep.
Salah satu konsep di dalam bidang biologi misalnya manusia atau Homo sapiens. Manusia
berbeda dari primata yang lain, karena manusia berjalan tegak, mempunyai rambut yang
terkonsentrasi pada bagian tubuh tertentu, dapat menggunakan secara bersama-sama jari-jari
telunjuk dan ibu jari serta jari lainnya. Manusia juga memiliki otak yang berkembang dengan
baik. Semua sifat tersebut dimiliki oleh semua manusia yang membedakannya dengan kera,
yang pada umumnya memiliki badan yang ditutupi rambut, mempunyai lengan yang panjang,
tidak dapat menggunakan jari telunjuk dan ibu jarinya secara bersamaan, serta memiliki otak
yang kurang berkembang jika dibandingkan dengan otak manusia.
Konsep memiliki lima elemen penting, yaitu nama (label), definisi, atribut, contoh, dan nilai.
Contoh :
Konsep    :    Burung, adalah hewan yang memiliki bulu
Nama    :    Burung  
Definisi    :    Hewan yang memiliki bulu
Atribut    :    Bulu
Contoh    :    Ayam
Nilai    :    Burung jantan lebih indah daripada burung betina, burung berkicau harganya kebih
mahal.

B.     Pentingnya Memahami Konsep


Betapa pentingnya memahami konsep bagi kita dapat dilihat dari dicantumkannya
pemahaman dan penerapan konsep di dalam setiap jenjang strata pendidikan. Seperti yang
dikatakan oleh Briggs, Gagne, dan Wagner (1988) koonsep adalah kemampuan yang
memungkinkan manusia dapat berbuat sesuatu. Ini dapat diartikan bahwa tanpa menguasai
konsep bidang studi tertentu, manusia tidak akan dapat berbuat banyak, dan mungkin
kelangsungan hidupnya akan terganggu. Contoh yang sederhana, apa yang akan terjadi jika
kita tidak dapat membedakan air dengan minyak, antara hewan dan tumbuhan, antara gula
dan pasir, antara madu dengan racun.
Sebaiknya penguasaan konsep-konsep biologi dalam bidang biologi sel yang memungkinkan
para pakar untuk melakukan rekayasa genetika, kultur jaringan, cloning, menciptakan bibit
unggul untuk memperbaiki dan melestarikan sumber daya alam hayati yang sangat
diperlukan untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia. Kemajuan IPTEK seperti
yang terjadi pada abad sekarang ini, sangat tergantung kepada penguasaan para pakar
terhadap konsep-konsep ilmu pengetahuan tertentu. Dari uraian yang singkat ini jelaslah
betapa pentingnya penguasaan konsep-konsep biologi, fisika, dan juga bidang ilmu yang lain
bagi kelangsungan hidup dan peningkatan kesejahteraan manusia.

C.    Miskonsepsi
Anak-anak membentuk pemahamannya tentang fenomena alam sebelum mereka
mempelajarinya di sekolah tersebut konsepsi awal (prakonsepsi). Beberapa di antara
pemahaman tersebut, sepadan dengan pemahaman yang dipegang oleh para pakar sains
(konsep ilmiah), tetapi banyak juga yang berbeda dengan konsep-konsep ilimah. Bila siswa-
siswa dikembalikan kepada konsep yang baru, masih tetap memperoleh miskonsepsi.
Contoh: Prakonsepsi siswa untuk cahaya antara lain: “Mata kita dapat melihat karena
benda itu dapat memantulkan cahaya yang berasal dari mata kita.
Prakonsepsi siswa tentang listrik antara lain: “lampu yang dekat dengan baterai menyala
lebih terang dari lampu yang jauh dari baterai karena dia berkesempatan memakan
listrik lebih banyak dari pada lampu di belakangnya”. Prakonsepsi siswa tentang suhu air
misalnya: “kalau air panas dalam satu gelas penuh dibagi ke dalam dua gelas atau lebih
suhunya akan ikut berkurang”. Contoh lain: “seorang anak mengatakan bahwa suhu air
teh yang di permukaan cangkir berbeda dengan yang di dasar cangkir. Teh yang di
dasar cangkir lebih dingin, karena itu untuk dapat meminum tehnya itu ia meminta
orangtuanya untuk meminum teh yang di atas lebih dulu, Karena teh tersebut suhunya
lebih tinggi dan dia tidak dapat meminumnya.
Beberapa contoh peragaan yang dapat memancing konsepsi awal siswa adalah sebagai
berikut:

Gambar 1 ada apa dalam botol?

1.    Apakah yang ada di dalam botol?

Bahan:
a.    Satu atau dua kantong plastik bekas
b.    Satu atau dua toples plastik/ kaca
c.    Selotip atau karet gelang

Langkah kegiatan:
a.    Pasang kantong plastik terbalik pada mulut toples, beri sedikit udara ke dalam kantong
plastik dengan meniupnya, sehingga kantong tersebut menggelembung di atas mulut toples
(lihat gambar A).
b.    Ikat kantong plastik ke mulut toples dengan selotip atau karet gelang, sehingga tidak
bocor.
c.    Sekarang minta seorang siswa untuk mencoba memasukkan kantong plastik itu ke dalam
toples (tanpa merobeknya). Apakah akan berhasil?
d.    Pasanglah kantong plastik yang lain ke dalam toples kedua dan biarkan mulut plastik itu
menutupi mulut toples (lihat sketsa B).
e.    Ikatlah mulut plastik sekitar mulut toples dengan selotip atau karet sehingga tidak bocor
dan minta seorang siswa untuk menarik keluar kantong plastik itu. Apakah berhasil?

Pertanyaan-pertanyaan
a.    Sebelum memasang kantong plastik itu ke toples, tanyalah kepada siswa: “Apakah yang
ada di dalam toples? Apa yang ada di dalam kantong plastik?”
b.    Apa yang menahan kantong plastik itu sehingga tidak dapat masuk ke dalam toples?
(ketika siswa berusaha mendorong masuk ke dalam toples).
c.    Apa yang menahan plastik itu tetap berada di dalam toples? (ketika siswa berusaha
menariknya keluar).
d.    Bagaimana cara kita memasukkan plastik itu ke dalam toples tanpa melubanginya?

2.    Kain Tahan Air

Bahan:
a.    Gelas minum
b.    Kain tipis yang cukup lebar untuk menutup gelas misalnya saputangan

Gambar 2: Gelas berisi air yang mulutnya ditutupi kain dan diletakkan terbalik

Langkah-langkah kegiatan:
a.    Isilah gelas minum dengan air setengah atau penuh.
b.    Basahi kain atau saputangan dan tunjukkan bahwa air dengan mudah dapat menembus
kain.
c.    Pasanglah kain basah itu menutupi gelas dan tekan kain itu dengan tangan ke dinding
gelas.
d.    Dengan satu tangan tekan kain ke dinding gelas, sedang tangan lainnya memegang
bagian bawah gelas tanpa menyentuh kain dan membalik gelasnya.
e.    Lepaskan tangan satu yang menekan kain ke dinding gelas, kain dan air tetap tinggal di
gelas.

Pertanyaan-pertanyaan
a.    Mengapa kejadian ini tidak dapat dilakukan dengan kain yang kering?
b.    Mengapa kain yang basah dapat melekat ke dinding gelas?
c.    Mengapa mula-mula terlihat ada sedikit air yang mengalir keluar gelas?
d.    Bagaimana terbentuk air di dinding gelas waktu kita memegangnya terbalik?

D.    Penyebab Miskonsepsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak kesalahan dalam konsep siswa
maupun guru. Tidak semua kesalahan itu dapat dikategorikan sebagai miskonsepsi. Dalam
beberapa bahan pustaka kesalahan dapat disebabkan oleh penguasaan konsep siswa belim
lengkap, sederhana, berbeda. Khusus untuk yang terakhir ini seringkali tidak salah, karena itu
disebut sebagai konsep alternative.
Penyebab utama terjadinya miskonsepsi adalah ketidakmampuan siswa membedakan atribut
penentu dari atribut umum. Hal ini terjadi karena siswa lebih memusatkan perhatiannya pada
atribut umum, yang seringkali sangat menonjol dan mudah diamati daripada terhadap atribut
penentu yang memerlukan pengamatan lebih teliti. (Kardi, 1997)
Penyebab lain terjadinya miskonsepsi pada siswa ialah karena tidak dikuasainya konsep-
konsep prasyaratnya. Hasil penelitian Arnold dan Simpson (1980) menunjukkan bahwa
karena tidak memahami konsep-konsep tentang benda hidup, gas, makanan dan energi, siswa
mengalami miskonsepsi mengenai konsep fotosintesis.
Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi ialah karena contoh yang
bervariasi dan jumlahnya tidak cukup. Lebih-lebih untuk konsep abstrak yang pada umumnya
contohnya berupa analogi atau visualisasi, baik dalam bentuk gambar, bagan, atau reaksi
kimia. Misalnya, fotosintesis seringkali dinyatakan dengan reaksi kimia sederhana sebagai
berikut:

          Klorofil
6 CO2 + H2O    --------------------------  C6H12O6 + 6 O2      
           Cahaya Matahari

Reaksi kimia ini dapat menimbulkan miskonsepsi, karena memberi gambaran bahwa gas
asam arang dengan bantuan klorofil dan cahaya matahari, akan bereaksi dengan air
menghasilkan glukosa dan gas asam atau oksigen.
Glukosa tidak terbentuk dari air yang bereaksi dengan gas asam arang dengan bantuan cahaya
matahari dan butir hijau daun. Reaksi pembentukan glukosa melalui fotosintesis sangat
kompleks dan kurang atau tidak tepat jika digambarkan dengan reaksi kimia sederhana yang
sampai sekarang tertulis pada kebanyakan buku biologi dan fisiologi tumbuhan.
Jumlah atribut yang relevan dan yang tidak relevan, juga mempengaruhi tingkat kesulitan
memperoleh konsep.

E.    Cara Memperbaiki Miskonsepsi

Untuk memperbaiki miskonsepsi dapat dipergunakan conceptual change model (model


perubahan konseptual). Di dalam model ini, asimilasi pengertian baru harus berlangsung,
tetapi yang lebih penting ialah siswa harus mengakomodasi pola berfikir yang berbeda, yang
prosesnya serupa.
Agar siswa dapat mengakomodasi informasi ilmiah, di dalam lingkungan belajar perlu
diciptakan kondisi sebagai berikut:
1.    Siswa perlu menyangsikan kebenaran konsep yang telah dipegangnya. Kecuali jika siswa
merasa termotivasi untuk menjawab pertanyaan yang penting atau sesuatu yang diragukan,
perubahan konseptual yang bermakna akan sulit berlangsung.
2.    Konsep baru harus dapat dipahami oleh siswa. Jika siswa tidak dapat memahami
maknanya, dia tidak akan berupaya untuk menelaah dan memahaminya.
3.    Konsepsi baru harus plausible. Siswa perlu mengidentifikasi hal-hal pada konsepsi baru
yang sesuai dengan konsepsi yang telah dipegangnya.
4.    Konsepsi baru harus memberi isyarat bahwa konsep tersebut bermanfaat. Siswa akan
berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menstruktur kembali struktur kognitifnya jika
informasi yang harus dipelajari bermakna dan bermanfaat baginya. Kegiatan mencoba
menggunakan alat akan membantu menciptakan kondisi seperti di atas.

F.    Cara Mengidentifikasi Adanya Miskonsepsi/Kesalahan

Ketika siswa belajar, sebenarnya mereka melakukan suatu kegiatan merangkai konsep yang
telah dimilikinya dengan konsep baru, sehingga terjadilah jaring-jaring konsep di dalam
benaknya. Dengan demikian, konsep yang dimiliki seorang siswa merupakan dasar untuk
mempelajari konsep berikutnya. Sebagai pengetahuan, konsep dapat juga dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan alur berfikir seperti itu, konsep memiliki peranan dan
kedudukan yang amat strategis. Oleh karena itu, proses belajar yang dikehendaki adalah
proses belajar yang mengajarkan konsep, bukan sekedar mengajarkan fakta belaka.
Berdasar uraian di atas, konsep juga disebut konstruksi mental yang digunakan oleh
seseorang untuk menginterpretasi hasil pengamatan. Konsep merupakan simbol-simbol yang
digunakan untuk membantu diri kita mengorganisasi pengalaman. Konsep merupakan
komponen mental yang digunakan untuk menyederhanakan pengalaman. Konsep terbentuk
setelah di dalam akal terbentuk aturan-aturan untuk memerinci unsur-unsur khas pengalaman
kita. Dengan pengucapan sederhana, konsep merupakan abstraksi pengalaman yang memiliki
unsur sama.
Hubungan antara konsep dengan pengamatan/percobaan diistilahkan sebagai aturan
korespondensi (rules of correspondency). Untuk beberapa konsep tertentu, aturan
korespondensinya terlihat amat jelas, sederhana, dan langsung. Misalnya hubungan antara
konsep panjang dengan hasil pengamatan/pengukuran. Sedangkan untuk konsep energi atau
kromosom aturan korespondensinya lebih rumit dan kompleks.
Keadaan yang terakhir ini memungkinkan terjadinya kesalahan di dalam mempelajari konsep.
Kesalahan pada konsep akan menyebabkan kesalahan pula pada tingkat-tingkat organisasi
konsep yang lebih tinggi, yaitu hukum dan teori.
Salah satu ciri teori adalah memiliki kemampuan untuk menginterpretasi dan memprediksi
(meramalkan). Kekeliruan pada konsep yang menyusun teori akan menyebabkan hasil
simpulan dan prediksi yang ditarik dari teori itu keliru.
Berdasar pada uraian tersebut, maka mengajarkan konsep haruslah diusahakan agar konsep-
konsep yang bersangkutan sampai kepada siswa dalam keadaan benar, tidak terjadi distorsi.
Namun, hasil observasi dan penelitian di lapangan melaporkan adanya gejala-gejala
kesalahan konsep ini. Oleh karena itu, harus segera diluruskan (Ibrahim, 1990; Lazeky,
dkk.,1996). Kesalahan konsep itu bahkan dijumpai di dalam buku-buku yang
digunakan sehari-hari oleh para guru mulai tingkat SD, SLTP, sampai SMU
(Hadiapsari, 1995, Seregeg, 1996, FX. Susanto,1998, Kardi, 1999).
Untuk menilai suatu konsep, telah mengalami kesalahan pengertian
(prakonsepsi/miskonsepsi) dapat digunakan tiga kriteria. Kriteria yang dimaksud ialah:
1.    Kesesuaian dengan observasi/pengamatan
2.    Hubungannya konsisten dengan konsep yang lain
3.    Memiliki penjelasan yang komprehensif (menyeluruh)
Kriteria pertama, kebenaran suatu konsep dapat dinilai dengan melihat kesesuaian definisi
konsep itu dengan fakta hasil pengamatan di lapangan. Jadi, definisi konsep dikatakan benar
bila bersesuaian dengan pengalaman empiric. Kebenaran suatu konsep dengan kriteria ini
dapat diuji secara induktif, yaitu dengan melakukan pengamatan-pengamatan pada contoh-
contoh yang bersangkutan.
Konsep serangga didefinisikan sebagai hewan berkaki enam. Melalui pengamatan di
lapangan semua hewan yang bernama serangga seperti semut, belalang, jangkrik, tawon,
lalat, nyamuk memiliki enam (tiga pasang). Jadi konsep tersebut benar, karena sampai saat
sekarang semua serangga berkaki enam.
Kriteria kedua, menuntut agar konsep yang satu tetap konsisten dengan konsep yang lain.
Artinya, definisi suatu konsep tidak boleh bertentangan dengan konsep lain yang telah
dianggap benar secara ilmiah. Contoh: Penyerapan makanan diusus dilakukan melalui proses
osmosis. Konsep ini tidak sepenuhnya benar. Sebab kalau makanan (misalnya: glukosa)
diserap dari usus melalui proses osmosis saja, maka penyerapan itu akan berhenti setelah
dicapai kesetimbangan antara glukosa di dalam darah dan glukosa di dalam usus, berarti
sebelum glukosa itu habis diserap. Konsep ini bertentangan dengan prinsip kerja tubuh yang
amat efisien.
Kriteria ketiga, menyangkut penjelasan yang komprehensif, menyeluruh, dan lengkap. Dalam
hal ini juga menyangkut generalisasi dan kemampuannya untuk menunjukkan kepaduan yang
melatarbelakangi fenomena yang tampaknya beragam. Contoh: konsep respirasi anaerob
didefinisikan sebagai respirasi yang tidak membutuhkan oksigen. Konsep ini merupakan
konsep yang salah, karena penjelasannya belum tuntas. Pada dasarnya telah diketahui bahwa
semua pernafasan/respirasi membutuhkan oksigen, yang berbeda adalah asal oksigen
tersebut. Ingatlah akan istilah pernapasan intramolekul (pernapasan yang oksigennya berasal
dari molekul lain). Kedua konsep itu menunjukkan asal oksigen. Konsep di atas menjadi
benar jika penjelasannya dilengkapi menjadi: Pernapasan anaerob adalah pernapasan yang
tidak membutuhkan oksigen bebas.

II. KONSEP BIOLOGI YANG MEMERLUKAN PENJELASAN LEBIH LANJUT


A. Tumbuhan yang Berkembangbiak dengan Spora
    Dalam pelajaran Sekolah Dasar Kelas VI dalam rangka mencapai Kompetensi Dasar 2.3.
mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan guru harus memberi contoh
beberapa cara perkembangbiakan pada tumbuhan. Kita tentu sudah memahami dengan baik
bahwa tumbuhan dapat berkembangbiak secara generatif dan secara vegetatif. Spora
merupakan salah satu alat perkembangbiakan pada tumbuhan. Beberapa diantara kita masih
memberi contoh bahwa tumbuhan yang berkembangbiak dengan spora adalah jamur.
Beberapa buku yang beredar yang lazim kita gunakan sebagai rujukan juga memberi contoh
yang sama. Apabila kita mempelajari sistem pengelompokkan makhluk hidup (Klasifikasi
Makhluk Hidup) yang terkini, maka kita akan mengetahui bahwa jamur tidak termasuk
dalam kerajaan tumbuhan. Menurut sistem klasifikasi yang terkini, makhluk hidup di
muka Bumi ini dikelompokkan dalam  lima kerajaan  (lima kingdom). Kelima kerajaan
tersebut adalah kingdom Plantae (tumbuhan), kingdom Anemalia (hewan), kingdom Fungi
(jamur), kingdom Protista (kelompok organisme bersel satu dan alga), serta kingdom Monera
(kelompok bakteri dan alga biru).
                                                                        
         Sekarang kita perhatikan ciri utama kingdom Fungi dan kingdom Plantae. Baik
kingdom Fungi maupun kingdom Plantae, keduanya mempunyai tipe sel eukariotik (selnya
memiliki organel sel yang bermembran seperti selubung inti, mitokondria, retikulum
endoplasma dan lainnya) dan multiseluler (satu individu tersusun atas banyak sel). Namun,
terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua kingdom tersebut dalam hal nutrisi (cara
mendapatkan makanan). Anggota-anggota kingdom Plantae, tidak tergantung dari organisme
lain dalam hal makanan. Tumbuhan dapat mensintesis makanannya sendiri malalui proses
fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tersebut dihasilkan glukosa (yang selanjutnya diubah
menjadi amilum) yang dapat digunakan oleh tumbuhan tersebut untuk memenuhi
keperluannya akan energi. Senyawa organik lain seperti protein dan lemak juga dapat
disintesis sendiri oleh tumbuhan melalui berbagai proses asimilasi lainnya.
    Tumbuhan dapat mensintesis sendiri makanan yang diperlukannya karena tumbuhan
mempunyai klorofil dan pigmen fotosintesis lainnya. Karena hal tersebut maka tumbuhan
merupakan produsen, sehingga makhluk hidup lain di Bumi tergantung pada tumbuhan dalam
hal penyediaan makanan dan juga gas pernapasan (oksigen).
    Sedangkan anggota kingdom Fungi mendapatkan makanannya dengan cara absorpsi
(menyerap). Jamur tidak mempunyai klorofil ataupun pigmen fotosintesis lainnya. Oleh
sebab itu jamur tidak dapat mensintesis sendiri makanannya. Jamur mendapatkan
makanan yang diperlukan denga cara mengeluakan enzim pencerna zat-zat organik ke
lingkungan tempat hidupnya. Enzim tersebut selanjutnya akan menguraikan senyawa organik
kompleks (misal: sellulosa yang terdapat pada kayu lapuk) menjadi senyawa organik lain
yang lebih sederhana dan lebih kecil ukuran molekulnya (misal: glukosa sebagai hasl
pencernaan sellulosa). Glukosa tersebut selanjutnya akan diserap oleh sel-sel jamur, diproses
di dalam sel untuk memenuhi keperluan metabolisme sel-selnya.
    Janganlah kita memperparah kesalahan konsep dengan mengatakan bahwa jamur
adalah tumbuhan yang tidak berklorofil. Antara tumbuhan dan jamur sangat berbeda dan
keduanya terpisah ke dalam dua kingdom yang berbeda.
    Kita tidak seharusnya menyampaikan pengelompokkan organisme menjadi lima kingdom
seperti tersebut di atas kepada siswa. Tetapi kita dapat menggunakan pengetahuan tersebut
untuk memperbaiki kesalahan dalam memberikan contoh tumbuhan yang berkembangbiak
dengan spora kepada siswa. Dan contoh tersebut bukanlah jamur. Kita bisa menyebutkan
beberapa nama tumbuhan yang berkembangbiak dengan spora, yang sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari dan ada di lingkungan siswa. Suplir misalnya, tanaman ini sering
digunakan sebaai tanaman hias di rumah-rumah. Kita juga dapat memberi contoh beberapa
jenis tumbuhan paku, yang memang termasuk tumbuhan dan menggunakan spora sebagai
salah satu alat perkembangbiakannya. Semoga uraian singkat ini dapat menjadikan kita guru
yang arif dan menyajikan yang sesuatu yang tepat untuk siswa kita tercinta.

B. Hewan yang Berkembangbiak secara Vegetatif


    Pada Kompetensi Dasar 2.3. mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan
hewan kita harus menanamkan konsep cara-cara hewan berkembangbiak, tentu saja dengan
memberi contoh-contoh hewannya. Bukanlah hal yang sulit bagi kita untuk memberi contoh
hewan yang berkembang biak secara kawin. Namun, kita harus hati-hati pada saat memberi
contoh hewan-hewan yang berkembangbiak secara vegetatif. Beberapa jenis hewan memang
dapat melakukan perkembangbiakan secara vegetatif. Cara yang ditempuhnya juga
bermacam-macam. Ada yang melakukan fragmentasi (terpotong), atau membentuk tunas.
Beberapa diantara kita dan juga buku rujukan yang beredar menyatakan bahwa contoh hewan
yang berkembang biak secara vegetatif adalah amuba dan bakteri (dengan cara membelah
diri). Apabila kita mempelajari kembali sistem klasifikasi lima kingdom, kita akan menyadari
bahwa pernyatan tersebut tidak tepat. Terdapat perbedaan yang mendasar antara hewan
seperti cacing, kucing atau anjing dan amuba. Cacing, kucing atau anjing merupakan anggota
kingdom Anemalia yang mempunyai ciri tipe sel eukariotik dan multiseluler. Sedangkan
amuba adalah anggota kingdom Protista yang walaupun tipe selnya eukariotik , namun
mereka uniseluler.
Berdasarkan hal tersebut, maka kurang tepat jika amuba kita gunakan sebagai contoh
hewan yang berkembangbiak dengan membelah diri. Kita dapat menggunakan cacing
tanah (Lumbricus teristric) atau Planaria sp. sebagai contoh hewan yang berkembangbiak
secara vegetatif dengan cara pemotongan tubuh. Kita dapat menggunakan Hydra sp. sebagai
contoh hewan yang berkembangbiak dengan tunas. Banyak jenis-jenis hewan avertebrata
yang dapat kita gunakan sebagai contoh hewan yang berkembangbiak secara vegetatif.
Demikian juga halnya dengan bakteri, sangat tidak tepat apabila bakteri kita gunakan
sebagai contoh hewan yang berkembangbiak secara vegetatif dengan cara membelah
diri. Berdasarkan sistem klasifikasi makhluk hidup menjadi lima kingdom, bakteri
mempunyai tipe sel prokariotik dan sama sekali dengan tipe sel hewan yang eukariotik.
Dalam sistem klasifikasi terkini bakteri termasuk dalam kingdom monera.

C. Semut merupakan Herbivor, Karnivor atau Omnivor?


    Berdasarkan jenis makanannya kita mengenal tiga kelompok hewan yaitu herbivor atau
hewan pemakan tumbuhan, karnivor atau hewan pemakan daging dan omnivor atau hewan
pemakan baik tumbuhan maupun hewan lain. Kadang-kadang hewan pemakan hewan lain
dengan jenis tertentu diberi nama khusus, misalnya hewan pemakan serangga disebut
insektivor.
    Dalam kenyataannya pada kehidupan sehari-hari, kita sering menemui hal-hal yang
membingungkan. Kita sering menemui kucing sangat lahap menyantap nasi dan sayur.
Apakah kucing termasuk herbivor? Kita juga sering menemukan sekelompok semut
menggerogoti setongkol jagung. Pada saat lain kita menemukan semut-semut berkumpul
menggerogoti bangkai hewan lain. Termasuk kelompok manakah semut? Herbivor?
Karnivor? Atau Omnivor? Pada saat kita menjelaskan pokok bahasan ini para siswa juga
sering mengungkapkan kasus yang unik dan menanyakannya kepada kita sebagai orang yang
dipandang tahu segala hal.
    Uraian berikut ini mengajak kita untuk lebih arif dalam memecahkan masalah-masalah
seperti dikemukakan di atas. Dalam menentukan apakah seekor hewan tergolong herbivor,
karnivor atau omnivor belum cukup apabila kita melihat jenis makanan yang dimakannya.
Apalagi pengamatan tersebut hanya sekilas saja. Kita harus mempelajari juga ciri-ciri utama
pada herbivor, karnivor dan omnivor. Struktur tubuh atau bagian tubuh suatu organisme
sangat erat kaitannya dan sangat sesuai dengan fungsinya. Oleh sebab itu hewan-hewan
pemakan tumbuhan mempunyai struktur tertentu pada tubuhnya yang berbeda dengan
struktur tertentu pada tubuh hewan pemakan hewan lain. Kita dapat menggunakan bentuk
gigi dan anatomi saluran pencernaan makanan untuk menentukan jenis makanan alamiah
seekor hewan.
    Hewan-hewan pemakan tumbuhan mempunyai bentuk gigi yang lebar. Sebaliknya bentuk
gigi hewan pemakan hewan lain adalah runcing. Hewan pemakan hewan lain juga dilengkapi
dengan kuku yang runcing dan tajam, yang hal tersebut tidak terdapat pada hewan pemakan
tumbuhan.

Hewan-hewan pemakan tumbuhan mempunyai anatomi saluran pencernaan makanan yang


berbeda dengan anatomi saluran pencernaan makanan hewan pemakan hewan lain. Hewan
pemakan tumbuhan mempunyai saluran pencernaan makanan yang relatif panjang
dibandingkan dengan saluran pencernaan makanan hewan pemakan hewan lain.
    Wacana di atas diharapkan dapat memberi pertimbangan pada kita dalam menentukan
seekor hewan termasuk herbivor, karnivor atau omnivor. Apabila kita melihat seekor kucing
sedang “merumput” maka jangan tergesa-gesa kita mengatakan bahwa kucing adalah
herbivor. Kita harus melihat ciri-ciri lainnya seperti bentuk gigi, cakar dan saluran
pencernaan makanannya. Bisa saja kucing secara alamiah adalah karnivor, tetapi karena
manusia telah melakukan domestikasi, kucing menjadi jinak dan sifat-sifat alamiahnya
kurang nampak secara tajam.
    Demikian juga bila kita ingin memecahkan masalah semut, kita harus mempelajari lebih
mendalam tentang keanekaragaman spesies semut. Kita yakin bahwa semut-semut yang ada
di Bumi ini tidak hanya satu spesies. Mereka pasti terdiri dari banyak spesies dengan ciri
khasnya masing-masing termasuk jenis makanannya. Jadi bisa saja ada spesies semut yang
memang pemakan tumbuhan, sementars spesies lainnya pemakan daging atau hewan
lain dan beberapa spesies yang lain lagi memakan baik materi tumbuhan maupun
hewan.
       
    Demikianlah sedikit wacana yang dapat kita gunakan untuk mengambil sikap dan
keputusan yang tepat dan logis sebagai seorang guru.

D. Menyambung dan Menempel Versus Mencangkok dan Stek


    Dalam mencapai Kompetensi Dasar 2.3. mengidentifikasi cara perkembangbiakan
tumbuhan dan hewa sering kita harus menyajikan contoh-contoh perkembangbiakan pada
tumbuhan. Beberapa konsep terkait perkembangbiakan pada tumbuhan telah dapat kita
sajikan secara tepat. Banyak diantara kita dan juga beberapa buku yang beredar
menjelaskan bahwa menyambung dan menempel termasuk dalam cara
perkembangbiakan vegetatif buatan pada tumbuhan, sama dengan mencangkok dan
stek. Apabila kita mengkaji lebih dalam tentang makna dan ciri berkembangbiak maka
menjadi jelas bagi kita bahwa menyambung dan menempel sangat berbeda dengan
mencangkok dan stek.
    Marilah diskusi ini kita awali dengan memahami makna berkembang biak dan ciri
utamanya.  Berkembangbiak mempunyai ciri utama bertambah jumlah. Namum, pernyataan
“bertambah jumlah” saja sebagai ciri utama berkembangbiak tampaknya belum cukup,
karena masih dapat terbantahkan oleh ilustrasi berikut ini. Pada awalnya kita mempunyai 2
ekor ayam yang terdiri dari seekor ayam jantan dan seekor ayam betina. Lalu kita pergi ke
pasar dan membeli 3 ekor ayam lagi. Ayam-ayam yang kita beli dari pasar tersebut kita
jadikan satu kandang dengan 2 ekor ayam yang semula sudah kita punyai. Nah, jadi berapa
ekor ayam kita? Lima ekor bukan? Bertambah jumlah bukan? Apakah dapat kita katakan
bahwa ayam kita berkembangbiak? Tentu saja tidak! Oleh sebab itu pernyataan “bertambah
jumlah “ harus kita lengkapkan menjadi “bertambah jumlah dari sepasang atau satu induk.”
Bertambah jumlah dari sepasang induk apabila perkembangbiakannya secara generatif dan
bertambah jumlah dari satu induk apabila perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif. Jadi
apabila kita menyatakan bahwa sesuatu berkembangbiak maka ciri atau tanda utamanya
adalah jumlah individunya harus bertambah.
    Marilah kita meninjau tentang cara menyambung dan menempel.  Menyambung dilakukan
dengan menyatukan dua potong batang atau cabang dua tanaman yang mungkin berbeda
sifat-sifatnya namun satu spesies atau yang berkerabat dekat. Selanjutnya sambungan
ditaman dan dirawat supaya tumbuh menjadi suatu tanaman yang subur.
Apakah tindakan menyambung seperti seperti telah dijelaskan itu menambah jumlah
individu? Saya rasa tidak, justru jumlahnya berkurang, karena dari dua potong kita sambung
menjadi satu potong. Apakah menyambung termasuk cara perkembangbiakan? Anda tentu
dapat memutuskan sendiri!
    Menyambung dilakukan orang dalam rangka memperbaiki kualitas suatu tanaman. Kita
dapat menyambung dua cabang mangga, dengan cabang  bawah berasal dari spesies mangga
yang kuat perakarannya tetapi buahnya kecil dan masam. Sedangkan cabang atas berasal dari
spesies mangga yang perakarannya lemah tetapi buahnya besar dan manis. Harapan kita
adalah akan diperoleh mangga yang akarnya kuat dengan buah besar dan manis.
    Menempel juga dilakukan orang dengan tujuan memperbaiki kualitas. Menempel
dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari suatu tanaman tertentu, lalu menempelkan
mata tunas tersebut pada batang atau cabang tanaman lain yang sama spesiesnya atau yang
kekerabatannya relatif dekat. Denga cara demikian diharapkan kita memperoleh tanaman
dengan sifat-sifat seperti yang kita inginkan.
    Sama dengan menyambung, penempelan mata tunas individu tumbuhan yang satu ke
individu tumbuhan lainnya tidak menambah jumlah individu tersebut, jadi dalam hal ini
menyambung maupun menempel tidak termasuk dalam perkembangbiakan makhluk
hidup.
    Supaya kita menjadi lebih jelas marilah kita renungkan kembali cara mencangkok dan stek
pada tanaman. Mencangkok lazimnya dilakukan untuk mengembangbiakkan tanaman yang
batangnya berkayu. Biasanya kita pilih cabang atau batang dengan ukuran dan usia tertentu,
lalu kita kupas bagian kulitnya dengan panjang sekitar 5 sampai 10 cm. Ruas batang atau
cabang yang sudah tidak berkulit tersebut selanjutnya kita hilangkan bagian pembuluh
tapisnya (floem) dengan cara mengeroknya. Hal ini bertujuan supaya hasil-hasil fotosintesis
terhenti pada bagian atas sayatan batang dan akhirnya dapat menumbuhkan akar. Selanjutnya
bagian ruas yang tidak berkulit dan tidak berpembuluh tapis tersebut kita balut dengan tanah
subur atau humus, selanjutnya kita bungkus dengan pembungkus yang dapat menyerap air
seperti sabut kepala atau plastik yang berlubang-lubang dan diikat bagian ujung dan
pangkalnya supaya tidak lepas. Ruas batang tersebut kita siram dengan cukup. Atas ijin
Allah, beberapa minggu lagi akan muncul akar pada batang tersebut. Selanjutnya cabang atau
batang yang sudah keluar akarnya tersebut kita potong dan kita tanam di tanah yang subur.
Maka atas ijin Allah tumbuhlah individu baru yang berasal dari satu induk. Dan sangat
mudah kita pahami bahwa tindakan mencangkok tersebut menambah jumlah individu. Jadi
tidak meragukan lagi bahwa mencangkok memang salah satu cara kembangbiak secara
vegetatif.
    Stek pada tanaman lazim kita lakukan pada berbagai jenis tumbuhan seperti ketela pohon,
mawar dan bougenvil. Kita pilih batang atau cabang dengan ukuran dan usia tertentu.
Selanjutnya batang atau cabang tersebut kita potong yang pada potongan batang atau cabang
tersebut terdapat satu atau lebih mata tunas. Potongan cabang atau batang tersebut
selanjutnya kita tanam pada tanah yang subur. Dalam waktu beberapa minggu atas ijin Allah,
tanaman baru akan muncul. Sehingga jumlah tanaman akan bertambah dan kita tidak ragu-
ragu bahwa stek merupakan salah satu cara kembangbiak secara vegetatif.
    Berbeda dengan mencangkok dan stek yang memang menambah jumlah individu, maka
kedua teknik ini merupakan cara perkembangbiakan. Karena pada proses bertambahnya
jumlah individu tersebut hanya diperlukan satu induk saja maka disebut perkembangbiakan
secara vegetatif. Dalam proses mencangkok dan stek itu sendiri diperlukan bantuan
atau campur tangan manusia, maka mencangkok dan stek merupakan cara
perkembangbiakan vegetatif buatan.

E. Benarkah Cahaya Lampu Dapat Memicu Terjadinya Fotosintesis?


    Marilah kita mendiskusikan proses penting yang terjadi pada tumbuhan, yang semua
makhluk di Bumi ini sangat bergantung pada hasilnya untuk melangsungkan kehidupannya.
Proses tersebut adalah fotosintesis yang menghasilkan glukosa (salah satu jenis karbohidrat)
dan gas oksigen. Glukosa yang dihasilkan pada proses fotosintesis akan diubah menjadi
amilum pada tubuh tumbuhan dan mungkin menjadi berbagai jenis karbohidrat lainnya. Hasil
fotosintesis inilah yang menjadi sumber energi bagi semua makhluk yang hidup di Bumi. Gas
oksigen yang dihasilkan pada proses fotosintesis ini sangat diperlukan bagi pernapasan semua
makhluk hidup.
    Beberapa buku yang beredar dan beberapa diantara kita mempunyai pendapat
bahwa proses fotosintesis hanya dapat berlangsung apabila ada cahaya matahari dan
tidak dapat berlangsung dengan cahaya lain, seperti cahaya lampu. Kita dapat
melakukan percobaan sederhana untuk membuktikan kebenaran pernyataan dan pendapat di
atas.
    Tentu tidak sulit bagi kita untuk menemukan beberapa jenis tumbuhan air seperti Elodea
sp. dan Hydrilla sp. Tumbuhan air tersebut kita masukkan ke dalam kantong plastik yang
berisi penuh air. Selanjutnya kita ikat dengan erat dan diusahakan tidak ada gelembung udara
di dalamnya. Kita dapat membuat 2 rangkaian sekaligus dengan tujuan satu kita letakkan di
tempat yang terkena cahaya matahari dan rangkaian lainnya kita letakkan di tempat yang
terkena cahaya lampu (misal bola lampu berukuran 150 sampai 200 Watt dengan jarak sekitar
30 cm).
    Kita biarkan rangkaian percobaan tersebut selama beberapa menit (30 menit) selanjutnya
kita amati hasilnya. Kedua percobaan di atas akan memberikan hasil yang sama, yaitu
nampaknya gelembung udara di dalam kantung plastik. Untuk menguji gas apakah yang
terdapat di dalam kantung plastik tersebut, kita gunakan jarum jahit dan bara obat nyamuk
atau bara sebatang rokok. Pada saat jarum kita tusukkan ke gelembung tersebut, bersamaan
itu pula bara kita dekatkan tepat pada lubang tusukkan. Kita amati secara cermat apa yang
terjadi pada bara. Beberapa kali penulis mencoba bara menjadi semakin membara. Hal ini
terjadi pada rangkaian percobaan yang diletakkan di tempat terkena cahaya matahari maupun
pada rangkaian percobaan yang diletakkan di tempat terkena cahaya lampu. Jadi fotosintesis
dapat terjadi tidak hanya dengan bantuan cahaya matahari, cahaya lampu juga dapat memicu
terjadinya proses fotosintesis.
    Marilah kita mendiskusikan beberapa pernyataan yang kadang-kadang kita ungkapkan
yang tampaknya harus kita perbaiki. Kadang-kadang ada ungkapan “tidak baik meletakkan
tanaman di dalam rumah pada malam hari, kita dan tanaman tersebut saling berebut gas
pernapasan (oksigen).” Setelah kita mencermati wacana di atas, yang menjelaskan bahwa
fotosintesis dapat terjadi dengan bantuan cahaya lampu, maka kita harus menerangi ruangan
tempat tanaman kita berada supaya tanaman itu dapat melakukan fotosintesis. Dari proses
tersebut dihasilkan gas oksigen yang kita perlukan untuk pernapasan. Maka tidak ada lagi
perebutan oksigen antara kita dan tanaman tersebut.
    Dalam kaitan penggunaan cahaya lampu sebagai sumber energi untuk fotosintesis, kita
sering menghadapi masalah tentang berapa intensitas cahaya lampu yang mencukupi untuk
memicu proses fotosintesis pada tumbuhan. Sebenarnya besarnya intensitas cahaya yang
diperlukan untuk fotosintesis tergantung pada spesies tumbuhannya. Percobaan sederhana
dapat kita lakukan supaya dapat menyediakan intensitas cahaya yang cukup bagi tanaman
yang ada di dalam ruangan untuk berfotosintesis. Konsep yang digunakan adalah bahwa
pembentukan klorofil pada tumbuhan memerlukan cahaya. Apabila cahaya yang diperlukan
cukup, maka klorofil juga akan terbentuk dalam jumlah yang cukup. Dengan demikian warna
daun akan hijau sempurna. Apabila tumbuhan yang terdapat di dalam ruang dalam waktu
seminggu menjadi pucat, maka itu suatu pertanda bahwa intensitas cahaya lampu yang kita
berikan kurang dan perlu ditambah. Dengan kegiatan “coba-coba” seperti ini, kita akhirnya
dapat mengetahui intensitas cahaya yang harus kita berikan ke tumbuhan yang terdapat di
ruangan kita. Tumbuhan tersebut akan tetap dapat berfotosintesis dengan sempurna dan
tumbuh sebagaimana lazimnya, walaupun tetap di dalam ruangan dan hanya mendapat
cahaya lampu untuk keperluan proses fotosintesisnya.

F. Samakah antara Pernapasan dan Respirasi?


    Beberapa buku yang beredar dan beberapa diantara kita sering menggunakan kata
“pernapasan” dan “ respirasi” dengan pengertian yang sama. Secara konsep kedua kata
tersebut mempunyai arti yang berbeda. Pada saat kita menghirup dan mengeluarkan udara,
maka saat itulah kita bernapas. Udara yang kita hirup pada saat bernapas terdiri dari
campuran beberapa gas dan tidak hanya oksigen. Demikian juga partikel-partikel seperti
debu-debu halus juga masuk ke rongga hidung kita pada saat kita menghirup napas. Pada saat
udara yang kita hirup tersebut sampai di paru-paru (di dalam kantung alveolus) maka
terjadilah pangambilan gas oksigen dengan cara gas tersebut menembus dinding alveolus
yang tebalnya hanya selapis sel dan menuju ke sistem sirkulasi untuk diedarkan ke seluruh
tubuh. Pada saat gas oksigen menembus dinding alveolus menuju sistem sirkulasi, juga
terjadi penembusan gas karbondioksida yang berasal dari sistem sirkulasi menembus dinding
alveolus dan masuk ke rongga alveolus. Selanjutnya gas karbondioksida ini akan dikeluarkan
dari tubuh bersama udara yang kita keluarkan pada saat kita mengeluarkan napas.
    Demikianlah proses pernapasan yang terjadi di tubuh makhluk hidup. Proses ini terjadi di
dalam saluran pernapasan, yaitu rongga hidung, tenggorokan dan paru-paru. Tentu anda
sudah tahu fungsi masing-masing organ pada saluran pernapasan kita, yang tidak akan kita
diskusikan di sini.
    Bagaimanakah dengan respirasi? Dimana respirasi terjadi? Marilah kita ikuti “nasib”
oksigen yang sudah berada di dalam sistem sirkulasi. Oksigen  yang terdapat di dalam darah
diikat oleh hemoglobin. Oksigen tersebut akan disampaikan ke seluruh sel tubuh kita.
Sesampainya di dalam sel, oksigen akan digunakan untuk oksidasi bahan makanan,
khususnya glukosa. Oksidasi glukosa yang terjadi di dalam sel dengan bantuan oksigen inilah
yang disebut respirasi.
G. Apakah Ada Lem di Telapak Kaki Cicak?
    Pada saat kita mendiskusikan ciri khusus hewan, kita selalu menggunakan cicak sebagai
salah satu contohnya. Cicak memang mempunyai ciri khusus yang unik. Cicak dapat merayap
pada dinding yang miring, mempunyai lidah yang dapat dijulurkan untuk menangkap
mangsa. Beberapa buku menyatakan bahwa cicak dapat merayap di dinding yang miring
karena pada telapak kaki cicak terdapat zat perekat atau semacam lem untuk membantu cicak
melekat pada dinding tersebut. Kita sebaiknya berhati-hati dan lebih arif dalam
menyampaikan hal ini. Sebaiknya kita mengajak siswa untuk melakukan pengamatan telapak
kaki cicak. Kita dapat menggunakan lup untuk mengamati telapak kaki cicak. Sarankan siswa
untuk meraba telapak kaki cicak, tanyakan apakah ada zat semacam perekat atau sesuatu
yang dapat berfungsi sebagai perekat. Penulis pernah mengamati telapak kaki cicak dan tidak
menemukan adanya zat semacam lem pada telapak kaki tersebut. Pada saat penulis
mengamati telapak kaki cicak dengan lup terlihat adanya bantalan bergaris-garis pada telapak
kaki tersebut. Tampaknya cicak memanfaatkan kontraksi dan relaksasi otot pada telapak
kakinya untuk melekatkan tubuhnya pada dinding yang miring. Dengan mengatur kontraksi
dan relaksasi pada otot tersebut cicak dapat dengan mudah  “mengambil sikap” diam melekat
atau bergerak untuk berpindah tempat. Apabila kita menyampaikan bahwa cicak dapat
melekat pada dinding yang miring karena pada telapak kakinya terdapat zat semacam
perekat, maka siswa yang kritis akan bertanya kepada kita bahkan menyangkal penjelasan
kita dengan mengatakan bahwa dengan adanya lem di telapak kaki cicak justru akan
menyulitkan cicak tersebut untuk berpindah tempat karena cicak tersebut akan melekat pada
tempatnya. Hal tersebut juga menyulitkan cicak untuk bergerak menangkap mangsa.
Faktanya adalah tidak demikian. Walaupun cicak dapat merayap di dinding yang miring,
cicak tetap dapat berpindah tempat dengan mudah. Dan beberapa cicak “yang kurang hati-
hati” kadang-kadang terjatuh dari tempat melekatnya.

H. Umbi Batang atau Umbi Akarkah Kentang dan Ubi Jalar?


    Umbi pada tumbuhan memang terkesan sama, tetapi pada dasarnya adalah berbeda.
Kadang-kadang kita bertanya pada diri kita sendiri mengapa beberapa umbi jenis tumbuhan
tertentu dapat digunakan sebagai alat perkembangbiakan sedangkan umbi jenis tumbuhan lain
tidak dapat digunakan sebagai alat perkembangbiakan. Pada dasarnya terdapat dua macam
umbi yaitu umbi akar dan umbi batang. Pada umbi batang sifat-sifat batang masih terdapat
pada umbi tersebut, seperti terdapatnya mata tunas. Mata tunas yang terdapat pada umbi
tersebut yang akhirnya dapat tumbuh menjadi tunas baru dan menghasilkan individu baru.
Jadi umbi batang dapat digunakan sebagai alat perkembangbiakan. Contoh-contoh umbi
batang antara lain adalah ubi jalar dan kentang.
    Sedangkan umbi akar juga membawa sifat-sifat akar, yakni tidak terdapatnya mata tunas
sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat perkembangbiakan. Contoh umbi akar adalah
ketela pohon. Sifat-sifat ini dapat kita gunakan untuk menentukan apakah suatu umbi jenis
tumbuhan tertentu merupakan umbi batang atau umbi akar

I. Samakah Paus dan Hiu?


    Beberapa teman guru masih agak bingung untuk membedakan paus dan hiu. Mungkin
kebingungan ini disebabkan oleh ukuran tubuh keduanya yang sama-sama besar dan
lingkungan hidup keduanya di laut. Paus dan hiu relatif jauh hubungan kekerabatannya. Paus
adalah anggota kelas Mamalia sedangkan hiu adalah anggota kelas Pisces. Keduanya
mempunyai morfologi yang mirip karena lingkungan hidupnya yang sama. Hal tersebut
menunjukkan adanya adaptasi morfologi suatu organisme. Bagaimanakah dengan sifat-sifat
lainnya. Kabanyakan sifat-sifat yang lain mengikuti ciri khas kelas masing-masing.
    Sebagaimana anggota kelas Mamalia lainnya, paus bernapas dengan paru-paru, walaupun
tinggal di air. Apabila kita membaca atau melihat tayangan kehdupan paus, maka secara
periodik pada saat-saat tertentu paus renang ke permukaan air. Setelah sampai di permukaan
paus menyemprotkan air yang mengisi rongga khusus di dala tubuhnya. Rongga yang airnya
telah kosong tersebut selanjutnya terisi udara yang cukup untuk memasok pernapasannya
selama dia berada di dalam air.
Paus juga melahirkan anak-anaknya. Jadi seperti mamalia lainnya paus adalah hewan vivipar
yang mempunyai rahim untuk tempat berkembang dan tumbuhya anak-anak yang kelak akan
dilahirkannya.
Berbeda dengan paus, hiu adalah ikan sehingga memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan ciri
khas kelas Pisces. Hiu bernapas dengan insang seperti ikan-ikan yang lain. Hiu juga
berkembangbiak dengan cara bertelur. Walaupun hiu kadang-kadang muncul di permukaan
air, tetapi hal yang dilakukannya tidak sama dengan yang dilakukan paus. Hiu tidak
menyemprotkan air dan tidak mengambil udara untuk cadangan pernapasannya selama
berada di air.

J. Dimanakah Terjadinya Gerak Peristaltik pada Saluran Pencernaan Kita ?


    Mendiskusikan sistem pencernaan makanan memang mengasyikkan dan menjadikan kita
lebih mengetahui biologi tubuh kita sendiri. Pembahasan saluran pencernaan makanan pada
beberapa buku pelajaran yang sering kita jumpai lazimnya dimulai dari rongga mulut dan
berlanjut ke saluran pencernaan berikutnya. Pada saat membahas kerongkongan, yang
memang hanya merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dan lambung, biasanya
ditonjolkan terjadinya gerak peristaltik pada kerongkongan tersebut. Pada saat makanan yang
kita konsumsi melewati kerongkongan, makanan tersebut tidak mengalami pencernaan baik
secara mekanik maupun kimiawi, sehingga terjadinya gerak peristaltik yang ditonjolkan.
Sedangkan pada saat makanan yang kita konsumsi berada di saluran pencernaan makanan
lainnya seperti di mulut, lambung, usus halus dan usus besar, makanan tersebut mengalami
proses pencernaan. Apabila kita cermati lebih jauh, jarang sekali dibahas adanya gerak
peristaltik pada saluran pencernaan makanan kita, selain pada kerongkongan. Cara membahas
seperti ini menyebabkan beberapa siswa yang kurang jeli, mempunyai pemahaman bahwa
gerak peristaltik terjadinya hanya di kerongkongan saja. Dan kita para guru harus
membenarkan hal ini. Makanan dapat menuju ke saluran pencernaan yang lebih lanjut, karena
di sepanjang saluran pencernaan makanan kita terdapat gerak peristaltik. Jadi gerak
peristaltik tidak hanya terdapat pada kerongkongan saja, tetapi pada sepanjang
saluran pencernaan.
    Kadang-kadang kita harus menvisualisasi terjadinya gerak peristaltik, supaya para siswa
lebih memahaminya. Barangkali beberapa diantara anda para guru sudah mempunyai media
yang cocok untuk memvisualisasikan terjadinya gerak peristaltik. Penulis pernah
menggunakan kaos kaki dan bola kasti. Pada awalnya bola kasti kita masukkan ke lubang
kaos kaki, selanjutnya kaos kaki tepat pada bagian atas bola kasti kita remas (mewakili otot
saluran pencernaan sedang kontraksi). Peremasan itu menyebabkan bola kasti terdorong ke
bawah. Dan bagian kaos kaki tepat di bawah bola kasti akan melebar (jawa=molor, mewakili
otot seluran pencernaan sedang relaksasi) sehingga memungkinkan untuk dilewati bola kasti.
Mungkin yang penulis sampaikan di sini, dapat menjadi salah satu alternatif bagi kita untuk
memvisualisasi terjadinya gerak peristaltik.

K. Dapatkah Ketela Pohon Berkembangbiak secara Generatif ?


    Ketela pohon sangat kita kenal sebagai tanaman yang lazim dikembangbiakkan dengan
cara stek batang. Apakah ketela pohon tidak dapat berbunga lalu berbiji? Apakah biji ketela
pohon tidak dapat tumbuh menjadi tanaman ketela pohon baru jika ditumbuhkan pada media
yang cocok? Tentu saja bisa! Apabila kita sabar menunggu, pada suatu saat ketela pohon
akan berbunga dan menghasilkan biji. Biji tersebut seperti halnya biji-biji tumbuhan lainnya,
juga akan tumbuh menjadi tumbuhan baru apabila ditanam pada tempat yang cocok. Jadi biji
tersebut dapat digunakan sebagai sarana perkembangbiakan tanaman. Dengan demikian
ketela pohon juga dapat berkembangbiak secara generatif.
    Kita jarang menyaksikan petani mengembangbiakkan ketela pohon dengan biji. Bahkan
beberapa diantara kita belum pernah melihat bunga dan biji ketela pohon. Para petani
biasanya memanen ketela pohonnya pada usia tertentu (tergantung spesiesnya), sebelum
ketela pohon tersebut berbunga. Tentu tidak asing bagi kita, bahwa petani menanam ketela
pohon untuk diambil umbi akarnya. Umbi akar akan mengecil dan hilang pada saat ketela
pohon tersebut berbunga dan berbiji. Tampaknya inilah penyebab mengapa kita jarang
melihat bunga dan biji ketela pohon. 

L. Bagaimanakah Kita Memvisualisasi Adanya Gerakan pada Tumbuhan ?


    Pada sistem klasifikasi, gerakan sering dijadikan sebagai dasar pengelompokkan. Misalnya
dalam pengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok yaitu hewan dan tumbuhan
(yang sesungguhnya sekarang tidak lagi relevan), maka gerakan menjadi salah satu dasarnya.
Apabila organisme yang kita kelompokkan tersebut dapat bergerak aktif, maka dimasukkan
dalam kelompok hewan dan apabila tidak dapat bergerak aktif maka termasuk kelompok
tumbuhan. Benarkah tumbuhan tidak bergerak? Tumbuhan memang tidak dapat melakukan
gerak pindah tempat secara mandiri. Tetapi tumbuhan melakukan gerakkan pada bagian
tubuhnya tertentu dalam merespon terhadap suatu rangsang tertentu.  Mungkin lepas dari
pengamatan kita adannya suatu fenomena yang menarik pada tanaman kita yang kita letakkan
di dekat jendela. Mengarah kemanakah pucuk tumbuhan tersebut? Tegak lurus ke atas?
Membengkok ke dalam rumah? Ataukah membengkok ke arah jendela (keluar)? Tumbuhan
yang ada di dekat jendela akan membengkok ke arah luar. Beberapa diantara kita mengatakan
“bahwa tumbuhan tersebut mencari cahaya.” Pada diskusi kita lebih lanjut akan kita bahas
penyebabnya.
    Terlebih dahulu penulis ingin berbagi pengalaman untuk memvisualisasi terjadinya gerak
pada tumbuhan melalui percobaan dengan anda. Kita dapat menggunakan kotak bekas wadah
sepatu dan beberapa karton tebal. Dan kita gunakan biji kacang hijau yang sedang
berkecambah untuk kita selidiki gerakannya.
    Kita pancarkan cahaya senter atau cahaya dari sumber cahaya lainnya melalui lubang pada
kotak bekas wadah sepatu tersebut.  Kita biarkan rangkaian percobaan ini selama beberapa
hari (3-4 hari). Selanjutnya kita buka dan kita amati apa yang terjadi pada kecambah kacang
hijau kita. Penulis menemukan bahwa kecambah akan membelok-belok mengikuti arah
datangnya cahaya.
    Mengapa tumbuhan membengkok ke arah cahaya? Benarkah tumbuhan mencari cahaya
seperti yang kita duga? Pembengkokan tersebut merupakan respon dari pembelahan dan
pemanjangan sel pada tumbuhan terhadap cahaya. Jumlah produksi hormon auksin juga
dipengaruhi oleh cahaya. Banyangkan pucuk batang tumbuhan sebagai sebuah silinder.
Apabila batang tumbuhan tersebut berada di dekat jendela, pasti hanya ada satu sisi
silinder /batang yang terkena cahaya. Sisi satunya tidak terkena cahaya. Kita semua tahu
bahwa ujung batang tersusun atas jaringan yang meristematik dan aktif membelah. Kecepatan
pembelahan sel di ujung batang dipengaruhi oleh hormon auksin yang bekerja di pucuk
tersebut. Hormon ini bersifat sensitif terhadap cahaya. Adanya cahaya menyebabkan
kerusakan pada hormon tersebut. Dengan demikian sel-sel pada bagian ujung batang pada sisi
yang terkena cahaya kecepatan pembelahan selnya lebih lambat dibandingkan kecepatan
pembelahan sel pada bagian ujung sisi sebelahnya (yang tidak terkena cahaya). Demikian
pula pemanjangan selnya. Hal ini menyebabkan ujung batang tersebut akhirnya membengkok
ke arah cahaya.

M. Misteri Bunga Bougenvil


    Kita tentu sangat kenal dengan tanaman bougenvil. Bahkan diantara kita adalah penggemar
tanaman tersebut. Beberapa diantara kita beranggapan bahwa pada saat bougenvil berbunga
daun-daunnya hilang dan berganti dengan bunga semua. Kita perlu mencermati secara hati-
hati manakah dari tumbuhan tersebut yang disebut bunga. Bahkan diantara kita sering
mengeluarkan pernyataan bahwa warna bunga bougenvil beraneka warna, ada yang putih,
jingga, merah, oranye dan lain-lain.
    Sebenarnya yang warnanya beraneka warna bukanlah bunga dari tumbuhan
tersebut, bagian itu sebenarnya adalah daun penumpu. Pada waktu tertentu daun-daun
mengalami modifikasi bentuk dan warna. Apakah daun tersebut tetap dapat melakukan
fotosintesis? Tentu saja walaupun warnanya beraneka warna, daun yang termodifikasi
tersebut tetap mempunyai klorofil. Hanya saja klorofilnya tertutup oleh pigmen fotosintetik
yang lain seperti pigmen kuning (santofil), pigmen merah (rodofil), pigmen pirang (paeofil)
dan pigmen-pigmen lainnya. Itulah sebabnya beberapa bunga bougenvil yang daun hijaunya
hilang sama sekali tetap dapat hidup dengan normal.
    Supaya kita menjadi lebih yakin bahwa bagian yang berwarna-warni pada tumbuhan
bougenvil adalah daun, maka kita amati sistem pertulangannya. Pertulangan pada bagian
yang berwarna tersebut akan sama dengan pertulangan pada daun hijaunya .
 Bunga bougenvil yang sebenarnya adalah berbentuk terompet kecil dengan mahkota
yang kecil dan berwarna putih kekuningan. Bagian itu apabila kita sayat secara melintang,
maka kita akan menemukan adanya putik dan benang sari, seperti lazimnya bunga tumbuhan
lainnya. Pada gambar berikut ini ditampilkan bunga bougenvil.
Kesalahan yang sejenis juga sering terjadi pada bunga ganyong (Cana sp,) bagian yang
berukuran besar dengan warna yang cerah yang biasanya kita anggap sebagai mahkota bunga
saja ternyata merupakan gabungan antara mahkota bunga, benang sari dan putik.
Nah, demikianlah kita akhiri diskusi kita tentang bunga bougenvil yang penuh misteri.

N. Misteri Buah Jambu Monyet (Jambu Mente)


    Sekarang ini tanaman jambu monyet memang sudah jarang kita jumpai. Namun pada
beberapa tempat keberadaannya masih sangat melimpah. Beberapa bagian tubuh tumbuhan
ini dapat kita konsumsi. Di daerah tertentu daun jambu monyet digunakan untuk  “lalapan”
(dimakan dalam keadaan mentah). Beberapa orang menyukai “buah” jambu monyet     untuk
kelengkapan bahan pembuatan rujak atau sebagai campuran pembuatan abon.  Kebanyakan
orang menyukai biji jambu monyet, karena rasanya yang gurih melebihi gurihnya kacang.
    Membicarakan buah dan biji jambu monyet ada beberapa hal yang harus dijelaskan lebih
lanjut. Buah jambu monyet tidak seperti buah-buah lainnya misalnya mangga atau jambu.
Apa yang selama ini kita sebut sebagai buah pada jambu monyet, sebenarnya adalah
tangkai buah yang menggembung. Sedangkan bagian buahnya adalah apa yang kita
sebut sebagai kulit biji. Sedang biji jambu monyet adalah seperti pemahaman kita
lazimnya, yaitu bagian yang bentuknya seperti ginjal da rasanya gurih seperti kacang.
    Kadang juga muncul pernyataan bahwa jambu monyet adalah contoh tumbuhan biji
terbuka. Bagaimanakah pernyataan ini menurut anda? Setelah mempelajari uraian di atas
anda tentu tidak sependapat dengan pernyataan tersebut. Jambu monyet merupakan tumbuhan
biji tertutup, karena bijinya terdapat di dalam buah. Sedangkan tumbuhan biji terbuka adalah
tumbuhan yang bijinya tidak berada di dalam buah, contohnya adalah melinjo dan pakis haji.

III. KONSEP FISIKA YANG MEMERLUKAN PENJELASAN LEBIH LANJUT


A. Benarkah Air Mendidih pada Suhu 100oC?
    Beberapa buku yang pernah penulis baca menyatakan bahwa air mendidih pada suhu
100oC. Pada buku tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut tentang kondisi air itu dan besarnya
tekanan atmosfer tempat air itu dididihkan. Air murni yang hanya terdiri dari molekul-
molekul H2O saja yang titik didihnya 100oC. Jadi di dalam air itu tidak boleh ada garam-
garam mineral yang terlarut. Tentu tidak banyak air dengan kondisi seperti ini di lingkungan
sekitar kita. Air dengan kondisi seperti di atas bahkan harus kita ciptakan. Lalu berapakah
titik didih air sebenarnya? Titik didih air dipengaruhi banyak faktor utamanya adanya zat-zat
yang terlarut di dalamnya dan tekanan atmosfer tempat air itu dididihkan.
    Pengaruh zat-zat yang terlarut di dalamnya dapat kita uji dengan eksperimen kecil, yaitu
dengan mendidihkan berbagai jenis air sebagai variabel manipulasi (air sumur, air sungai, air
ledeng, air laut, air payau, dan berbagai jenis air mineral yang dijual bebas) pada tempat yang
sama (tekanan atmosfernya sama). Dalam hal ini eksperimen harus kita lakukan secara
cermat. Kita harus mengontrol sejumlah variabel kontrol secara cermat. Jadi kita harus
menyamakan volume air yang kita didihkan, besarnya api yang digunakan untuk
memanaskan, wadah yang digunakan untuk memanaskan dan hal-hal lain yang berpengaruh
pada titik didih air, terkecuali jenis air yang merupakan variabel maipulasi dalam eksperimen
ini. Selanjutnya kita amati titik didih masing-masing jenis air itu (yang merupakan variabel
tergantung )dan kita ukur suhunya dengan termometer. Anda tentu tidak mengalami kesulitan
dalam menentukan titik didih, yaitu pada saat tidak terjadi kenaikan suhu lagi pada air yang
dipanaskan itu walaupun pemanasan terus dilanjutkan. Selamat mencoba semoga anda
menemukan berapa titik didih air?
    Tekanan atmosfer juga berpengaruh pada titik didih air. Tekanan atmosfer sangat berkaitan
dengan ketinggian suatu tempat. Tempat dengan ketinggian 0 Km seperti permukaan laut
mempunyai tekanan atmosfer terbesar 1 atm. Semakin tinggi suatu tempat semakin tipis
lapisan udara yang menyelubunginya, dengan demikian semakin kecil (kurang dari 1 atm)
tekanan atmosfernya. Anda dapat juga menyelidiki pengaruh ketinggian suatu tempat
terhadap titik didih air. Yaitu dengan melakukan eksperimen terkontrol dengan menggunakan
variabel manipulasi ketinggian tempat (dengan ketinggian tempat yang berbeda-beda),
variabel kontrol volume dan jenis air, besar api/sarana pemanas, wadah tempat memanaskan
air dan faktor-faktor lain mempengaruhi titik didih air (harus dibuat sama). Lalu kita amati
variabel tergantungnya yaitu titik didih air itu sendiri. Bagaimanakah hasil yang anda
peroleh? Pastilah anda akan mendapatkan bahwa titik didih air tergantung pada ketinggian
suatu tempat. Bagaimanakah kecenderungan suhu titik didih air seiring dengan semakin
tingginya  suatu tempat? Semoga anda mendapatkan hasil bahwa titik didih air berbanding
terbalik dengan ketinggian suatu tempat, artinya semakin tinggi suatu tempat maka titik didih
air semakin rendah. Dengan demikian anda dapat “bermain sulap” pada tempat yang tinggi
(misalnya jika anda rekreasi ke Bromo) dengan cara memanaskan air sampai mendidih, lalu
memasukkan tangan anda ke dalam air yang mendidih tadi. Anda akan menyaksikan betapa
“saktinya” anda, tangan anda tidak melepuh dan tetap baik-baik saja setelah sekian lama
tercelup dalam air yang mendidih. Di tempat yang tinggi seperti Bromo, yang tekanan
atmosfernya semakin rendah, titik didih air juga semakin rendah, mungkin hanya 45oC
sampai 50oC, yang bagi kita hanya “hangat-hangat kuku” dengan demikian aman untuk
tangan anda yang tercelup di dalamnya.
    Pengalaman menarik lain yang ingin saya bagi dengan anda adalah pada saat saya
mendapat pertanyaan dari seorang peserta pelatihan perihal saudaranya yang sakit sesak
napas. Peserta ini menyatakan bahwa saudaranya yang sakit sesak napas merasa nyaman dan
dapat bernapas dengan mudah jika berada di tepi pantai. Apakah penyebabnya? Itulah
pertanyaan yang diajukan kepada saya. Apakah karena adanya bau laut yang khas, atau
karena adanya angin di tempat itu? Lanjutnya.
    Pertanyaan itu dapat kita jawab dengan mengingat kembali proses masuknya udara
pernapasan ke dalam paru-paru kita. Kita telah tahu bahwa rongga dada kita adalah ruangan
yang tertutup, yang di dalamnya terdapat udara. Jadi di dalam rongga dada kita terjadi
“Hukum Boyle.” Pada saat rongga dada membesar tekanan udara di dalamnya  yang menekan
paru-paru akan mengecil (menjadi lebih kecil dari tekanan udara luar) sehingga udara luar
dapat masuk ke dalam paru-paru. Jadi semakin besar perbedaan tekanan antara udara di
dalam rongga dada dengan udara luar akan semakin mudah udara luar masuk ke dalam paru-
paru. Anda masih ingat dari uraian di atas bahwa permukaan laut mempunyai ketinggian 0
Km, artinya merupakan tempat terbuka yang paling rendah, sehingga merupakan tempat
dengan tekanan atmosfer (udara) yang terbesar. Jadi di tempat itu terjadi perbedaan yang
paling besar antara tekanan udara di dalam rongga dada kita dengan tekanan udara luar, di
tempat itulah udara paling mudah masuk ke dalam paru-paru kita. Nah, anda telah tahu
penyebab rasa nyaman dan kemudahan bernapas di pantai pada kita semua dan penderita
sesak napas khususnya. Pertanyaan yang pasti dapat anda temukan jawabannya dengan
mudah terkait hal di atas adalah bagaimanakah jika seseorang dengan gangguan sesak napas
pergi ke puncak atau tempat tinggi lainnya? Mengapa pada acara jalan-jalan ke puncak
beberapa orang merasa pusing-pusing dan seperti mau pingsan pada saat sudah sampai di
puncak? Apakah mereka kelelahan atau ada penyebab lainnya? Selamat berdiskusi.

B. Tekanan Udara di  Tempat Terbuka versus Tekanan Udara di Tempat Tertutup
    Tekanan udara juga merupakan hal yang menarik untuk dibahas. Kebanyakan buku-buku
yang penulis baca dan apabila penulis berdiskusi dengan teman guru tentang tekanan udara
biasanya jarang menjelaskan apakah yang dibicarakan itu tekanan udara di ruang terbuka atau
ruang tertutup. Kadang-kadang kita tidak memandang penting penjelasan itu, tetapi dalam
hal-hal tertentu dapat menyebabkan kesalahan konsep. Tekanan udara di ruang terbuka dan
tekanan udara di ruang tertutup kadang-kadang “memberikan respon” yang berbeda terhadap
perubahan faktor fisik lingkungan yang sama. Misalnya meningkatnya suhu akan
menurunkan/memperkecil tekanan udara di ruang terbuka tetapi memperbesar tekanan udara
di ruang tertutup. Kita dapat menggunakan barometer sederhana yang kita buat sendiri untuk
mengetahui respon tersebut.

Apabila barometer sederhana itu diletakkan pada tempat dengan suhu dingin maka udara
yang terdapat di dalam botol akan menyusut dan tekanannya menjadi kecil, sebaliknya
tekanan udara luar  (tempat terbuka) akan maningkat lebih besar daripada tekanan udara di
dalam botol. Hal ini terlihat jelas pada membran balon karet yang terpasang di mulut botol
yang melengkung ke dalam.
Diposting oleh Anik Sriwahyuni di 17.46
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: misskonsepsi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog
 ▼  2011 (5)
o ▼  September (3)
 Kumpulan miskonsepsi SD
 Ikan Kecil dan Air
 Kisah Seekor Tikus
o ►  Juli (2)

Anda mungkin juga menyukai