ﻻ َ ﺗَﻘ ُﻮمُ اﻟﺴﱠﺎﻋَﺔ ُ ﺣَ ﺘ ﱠﻰ ﯾ َﺘَﺒ َﺎھَﻰ اﻟﻨ ﱠﺎسُ ﻓ ِﻰ اﻟ ْﻤَ ﺴَﺎﺟِ ِﺪ
Buku ini dipersembahkan kepada Itulah kenyataan yang terjadi saat ini di
Generasi Muda Batu Tiga (Km. 3) tengah-tengah kaum muslimin. Syaikh Abdullah
bin Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
Kampung Baru, Medan Maimun, Kota
“Yang dimaksud hadits adalah saling
Medan. “Generasi muda sebagai
menyombongkan diri dengan masjidnya masing-
penerus perkembangan Masjid Abidin
masing. Ada yang nanti berujar, wah masjidku
dan ummat Islam di Batu Tiga.” yang paling tinggi, masjidku yang paling luas
atau masjidku yang paling bagus. Itu semua
Foto : dilakukan karena riya’ dan sum’ah, yaitu
Efrizal Adil Lubis mencari pujian. Itulah kenyataan yang terjadi
Nada Luthfiyah Adilah pada kaum muslimin saat ini.”
Dicky Reyfaldi (Minhah Al-‘Allam, 2: 495).
Muhammad Muaz
Itulah tanda kiamat semakin dekat.
Penulis :
Semoga buku ini semakin memotivasi kita untuk
Efrizal Adil Lubis, SE, MA.
membangun masjid di dunia, sehingga Allah
Ir. Muslim Chatib Lubis.
menjadikan kita rumah yang indah dan penuh
Hambali Lubis.SH. kenikmatan di surga. Wallahu waliyyut taufiq.
KATA PENGANTAR BKM yang baru memiliki nilai penting untuk merubah Mindset (pola
pikIr) masyarakat Islam di sekitar Masjid Abidin dan umumnya
Sumatera Utara, dalam bertindak serta mewujudkan kemandirian,
menciptakan karakter Islam yang baik dan kaffah.
Semoga buku ini memperoleh sambutan positif dari seluruh
lapisan masyarakat, dan memperoleh predikat Masjid Abidin yang
Gubernur Propinsi Sumatera Utara unggul, serta menjadi inspirasi bagi warga Kota Medan dan
Sumatera Utara umumnya dalam mewujudkan perubahan dan
Bismillahirrahmanirrahim, Islam yang unggul, yang menjadi cita-cita bersama.
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
meningkatkan keimanan, ketaqwaan, akhlaq mulia dan kecerdasan dzikir, dan kegiatan membaca Al-Qur’an, adalah bagian dari upaya
umat serta tercapainya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah memakmurkan Masjid sebagai tempat ibadah kepada Allah SWT.
SWT, dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Namun demikian, Masjid sebagai pusat peradaban
Marilah bersama-sama kita panjatkan puji dan syukur umat harus lebih diberdayakan melalui berbagai kegiatan keumatan
kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, pada hari yang dapat menciptakan dan membawa kemaslahatan umat dan
ini, kita dapat menghadiri Peresmian Serah Terima Masjid memancarkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Itulah
Baiturrahman. Shalawat dan salam, marilah bersama-sama kita perlunya memberikan kesempatan kepada semua lapisan
haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, masyarakat, untuk menggunakan Masjid bagi seluruh aktifitas
beserta keluarga, sahabat dan pengikut-pengikut Rasulluallah, Insya keagamaan dan keumatan. Antara lain, Masjid dapat juga berfungsi
Bismillahirrahmanirrahim
Drs. H. Sotar Nasution, M.H.B. Assalamu'alaikum Wr. Wb.
H. Rusdi Chan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan, Ketua Panitia Perluasan & Pengembangan Masjid
Abidin Medan. Pensiunan BUMN Angkasa Pura II.
”Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan
seorang mukmin yang akan menemuinya setelah
kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan Dalam Islam, iman dikaitkan dengan solidaritas. Dalam
disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, kegiatan intelektual, bahwa Islam mengajarkan agar
mush-haf Alquran yang diwariskannya, masjid yang setiap kaum muslimin mencari ilmu kepada siapapun
dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang dan dari manapun. Di antara kaum muslimin tidak
dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk boleh saling menyembunyikan ilmu pengetahuan. Dan
umum, atau shadaqah yang dikeluarkannya dari demikian pula, ada kewajiban untuk mengajarkannya.
hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua Hadits-hadits nabi menunjukkan betapa keutamaan
ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia.” yang akan diperoleh dari mengajarkan dan
(HR. Ibnu Majah dan Baihaqi, dinilai hasan oleh Syaikh mempelajari ilmu pengetahuan. Mesjid memiliki peran
Al Albani). yang signifikan dalam mengembangkan dan
membangun kapabilitas intelektual umat, kegiatan
H. Nasir Lubis. sosial kemasyarakatan, meningkatkan perekonomian
Pensiunan PNS Dinas Pendidikan dan Kebudayaan umat, dan menjadi ruang diskusi untuk mencari solusi
Kab. Karo. permasalahan umat terkini.
T. Arbiyadi
Bendahara Panitia Perluasan & Pembangunan, serta
BKM Masjid Abidin. Pengusaha Muda.
Kita melihat realitas dalam kehidupan umat Islam, Dalam rangka membangun persepsi yang utuh tentang
banyak terdapat keanekaragaman. Terlebih pada masjid yang ideal, pengurus masjid juga perlu
persoalan Fiqih, hal ini jika tidak disikapi dengan benar mengadakan ceramah-ceramah atau khotbah yang
akan berakibat pada perbecahan umat. Umat Islam membahas tentang tanggung jawab memakmurkan
berdiri pada sebuah pilar yang disebut Ukhuwah, masjid dan bagaimana memakmurkannya atau bisa
dimana ukhuwah yang kita bangun ini dilandaskan juga dengan menyelenggarakan seminar tentang
pada aqidah Islam. Masjid adalah salah satu sarana manajemen masjid. Masjid tidak akan makmur apabila
ibadah yang menjadi milik ummat. Dimana dengan pengurusnya tidak aktif, tapi meskipun pengurusnya
masjid ini umat Islam dikumpulkan dalam barisan yang aktif tetap saja masjid tidak bisa makmur bila tidak ada
rapi untuk satu tujuan yaitu mengharap keridhoan dukungan penuh dari jamaah. Disinilah letak
Allah, Tunduk pada-Nya, dan Berserah diri kehadirat- pentingnya komunikasi kemasjidan, yakni komunikasi
Nya. Oleh karena itu kita harus menjadikan masjid yang mengena di antara para pemakmur masjid.
sebagai pusat (center) kegiatan umat Islam.
Darma Poetra, SE.
Ir. H. Aidul Bakri Tokoh Pemuda Batu Tiga, Kampung Baru.
Pensiunan PT. Indosat Tbk. Pengusaha dan Kontraktor.
Wakil Ketua BKM Masjid Abidin Medan
1. Pendahuluan
Bila ingin mengetahui bahwa Kampung Baru ada sejak
abad ke 18 dimana Kesultanan Deli melalui Datuk Sukapiring,
yaitu satu dari empat kepala suku Kesultanan Deli, mendirikan
sebuah perkampungan. Sebelumnya Datuk Sukapiring
merupakan Kepala urung Sukapiring Datuk Sukapiring
merupakan cucu dari Guru Patimpus, yang mempunyai hak
ulayat atas wilayah Sukapiring pada masanya (Penamaan
kecamatan pada Masa Kini) meliputi : Sebelah utara sampai
Jalan rel Kereta Api Medan – Binjai dan masuk sedikit
kesebelah barat pertemuan antara Sungai Babura dan Sungai
Deli, sebelah selatan sampai wilayah Deli Tua dan Sekitarnya, macam, sepanjang zaman.
sebelah timur sampai wilayah Pasar Merah/ Sukaramai dan Sepanjang tepian sungai, di abad 16-18 di Medan atau
Berbatasan dengan kawasan percut, dan sebelah barat sampai dikenal dengan nama tanah Deli kerap di manfaatkan oleh
berbatasan dengan Sungai Babura. masyarakat sebagai tempat bermukim, dan tentu saja
disamping tempat bermukim juga memiliki beberapa fasilitas
2. Napak Tilas Sungai Deli Melalui Masjid di kampung Baru. umum, seperti, tapian untuk mencuci, mandi, dan juga
Wilayah Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang tentunya akan berdiri bangunan Mesjid atau Langgar sebagai
sangat menarik. Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja sarana beribadah masyarakat saat itu.
yang mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara Keberadaan sungai saat itu sangat berarti bagi
atau sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari latar kehidupan masyarakat. Sungai juga sebagai sarana alat
belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, transportasi bagi kehidupan sehari-hari manusia. Keberadaan
serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam- jalan darat belum maksimal, yang tersedia berupa jalan jalan-
jalan kecil yang bisa dilalui untuk menuju lahan kebun diselingi oleh pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal
masyarakat. dari Karo dan semenanjung Malaya. Tahun 1863 orang-orang
Dahulu untuk bisa menyeberangi sungai terpaksa Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Tanah Deli.
memakai rakit. Bukan hanya warga biasa, juga pejabat-pejabat Mulai sejak saat itu perlahan-lahan perekonomian
Belanda maupun Tuan Tuan Kebun terpaksa menyeberang berkembang dan sekarang Medan menjadi pusat
dengan kereta kudanya dengan memakai rakit, sungai Deli ini pemerintahan dan perekonomian untuk Sumatera Utara.
dulu sangatlah lebar. Sehingga perahu-perahu yang besar- Perkembangan Medan tidak terlepas dari perkebunan,
besar pun dapat melayarinya, termasuk perahu-perahu yang sejarah membuktikan bahwa kota Medan berkembang ketika
mengangkut tembakau Deli yang sampai ber-bal-bal para pengembang perkebunan tembakau Deli, yang semakin
dikenal dan terkenal di Eropah, memperluasan areal kebun
dilakukan secara besar-besaran, di tahun 1866, Jannsen, P.W.
Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli Maatscapij
di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru
di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan
Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22
perusahaan perkebunan pada tahun 1874.
Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang
sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan
kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan
Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi
semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama
banyaknya untuk dibawa ke pelabuhan (Labuhan Deli). yang lebih dikenal sebagai "Kota Medan.
Menurut Volker, pada tahun 1860 Tanah Deli masih Begitu hal, perkembangan Medan Putri menjadi pusat
merupakan hutan rimba terutama dimuara-muara sungai yang perdagangan telah mendorongnya menjadi pusat
pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli posisi yang tergolong istimewa untuk ukuran orang Indonesia
dipindahkan dari Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887, ibukota pada saat itu, yakni sebagai seorang asisten inspektur
Residen Sumatera Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke disekolah-sekolah untuk anak-anak buruh Indonesia yang
Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula berada di
Kampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya Dan dalam autobiografinya Tan Malaka menulis :
“goudland, tanah emas, surga buat kaum kapitalis.
pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, Tetapi tanah keringat airmata maut, neraka, buat
dan dengan demikian Ibukota Deli telah resmi pindah ke kaum proletar. Deli dimasa saya disana (Desember
1919 sampai Juni 1921), sekarang pun masih
Medan. menimbulkan kenang-kenangan yang sedih
Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur memilukan. Disana berlaku pertentangan yang
tajam antara modal dan tenaga serta antara
ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen. Pada tahun penjajah dan terjajah”. Kemudian Tan Malaka juga
1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota Praja) menggambarkan dalam tulisannya “kebun
tembakaulah yang melahirkan milioner Deli yang
dengan Walikota Baron Daniel Mackay. Berdasarkan “Acte van pertama dan yang ternama kaya serta kejamnya
Schenking” (Akte Hibah) Nomor 97 Notaris J.M. de-Hondt ialah Cremer, yang di Nederland digelari ‘kuli
Cremer’ karena kata kejamnya itu, kuli Cremer yang
Junior, tanggal 30 Nopember 1918, Sultan Deli menyerahkan mempelopori milioner getah, minyak tanah lain-lain
tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi itulah yang bermula mengorbankan ratusan kuli
kontrak untuk mengeringkan rawa dan membuka
menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia hutan rimba di Deli kira-kira tiga perempat abad
Belanda. Pada masa awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri yang lampau”.
dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai dikelola oleh Senembah Compony.
merupakan surga bagi pengusaha eropah yang beramai-ramai Namun jauh sebelum status Medan ditingkatkan
mendirikan perusahaan di tanah Deli. Seorang anak bangsa menjadi Gubernamen, dan ketika dilakukan pembukaan
yang bernama Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka diberi perkebunan secara besar-besaran tahun 1866-1874.
kesempatan belajar di Belanda (1913-1919) kemudian diberi Pemukiman di Kampung Baru telah ada sebelumnya, dan
wilayah ini masuk dalam kekuasaan sebutan Datuk Sukapiring. Kemudian Hafiz Muda
Datuk Sukapiring, yang merupakan anak menggantikan Guru Patimpus, sedangkan Hafiz Tua menolak
dari Guru Patimpus. untuk menerima singgasana, sebab beliau masih ingin terus
Guru Patimpus membuka memperdalam Ilmu Agama lebih jauh.
kampong Medan Putri (1592), dan dari Di masa abad ke 16-18 lalu, pemukiman berada di
kampong ini beliau mengendalikan desa- sekitar sungai Deli, sesuai dengan pernyataan Volker, di
desa taklukannya yang berada di hulu. sepanjang sungai Deli banyak terdapat pemukiman-
Guru Patimpus juga menikah dengan pemukiman, lalu dikatakan juga bahwa “mereka yang berdiam
seorang gadis cantik putri dari Raja di pesisir itu telah di Islamkan orang-orang melayu, seperti
Pulau Berayan. Tidak beberapa lama, halnya Datuk-datu Kepala Urung di Sunggal, Hamparan Perak
istri Guru Patimpus melahirkan dua orang putera, masing- (XII Kuta), Sukapiring dan Senembah”.
masing bernama Hafidz Tua (sebutan Kolok) dan Hafidz Muda Rawa-rawa dan hutan yang rimbun merupakan
(panggilan Kecik). gambaran kawasan Kampung Baru dan sekitar sungai Deli saat
Salah seorang putera Guru Patimpus dari itu, bahkan William Marsden (History Of Sumatra)
perkawinannya di Aji Jahe yang bernama Bagelit menuntut menyatakan “rawa-rawa dan paya-paya di Sumatera penuh
supaya kelak pada masanya akan menjadi pengganti raja, dengan katak. Tidaklah mengherankan jika segala bunyi ribut
sementara saat yang sama Hafidz Tua dan Hafidz Muda sudah akan terdengar bila hujan hendak turun – sebagaian spesies
berumur dewasa, maka Guru Patimpus menentang hal itu. katak berbahaya. Beberapa jenis katak yang umumnya
Setelah berunding dengan para pembesar- berwarna hitam dan kecil memiliki gigitan yang mematikan –
pembesarnya, lalu diputuskan bahwa 1/3 dari tanah ular sendok merupakan ular asli Sumatera, tak pelak lagi
kerajaannya ke arah gunung, yang kemudian disebut dengan kedua jenis ini sangat langka. Begitu juga dengan aneka
Sukapiring, diserahkan kepada Si Bagelit selaku rajanya, dan varietas dunia flora, yang tumbuh liar, seperti : manggis,
berpusat di Durian Sukapiring, setelah itu Si Bagelit di durian, sukun dan nangka, mangga, jambu, pisang, nenas,
Islamkan oleh Datuk Kota Bangun, dan lebih dikenal dengan limau manis, srikaya, papaya, rambutan, langsat, belimbing,
ketapang, kemiri, barangan, delima, dan bunga-bunga, seperti Pada tahun-tahun 1880-1920, terjadi pembukaan
bunga tanjung, cempaka, kenanga, kacapiring, bunga raya, hutan untuk perkebunan tembakau, karet, teh, kopi, kelapa
angsoka, pandan, anggrek, teratai, dan perdua-perduan”. Itu sawit, minyak dan lainnya. Tahun-tahun tersebut mulai
merupakan gambaran flora dan fauna di sepanjang Sungai Deli didatangkan kuli ‘kontrak’ dari Cina dan Jawa, sehingga
dan Kampung Baru. populasi penduduk di Medan semakin meningkat. Medan saat
itu sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan yang sedang
4. Kampung Baru dimasa Perkebunan Tembakau berkembang, Medan mengukuhkan diri sebagai kota yang
“Pada masa-masa awal penanaman tembakau di Deli, paling mirip Eropa, paling modern, dan paling global
kehidupan masih sangat berat dalam segala segi dan dibandingkan kota-kota lain di Indonesia, tetapi beberapa
kenyamanan hidup masih sangat minim”. Demikian yang kritikus di Belanda berpendapat bahwa Medan adalah sebuah
dikatakan Laszló Székely, seorang berkebangsaan Hungaria kota perbatasan yang sepenuhnya didedikasikan untuk
terpelajar. meraup keuntungan.
Louis Couperus (1862-1922) adalah salah satu penulis
Belanda terkenal pada masanya, menyatakan, “Medan adalah
kota putih di tengah pepohonan dan halaman hijau yang
tertata rapi. Istana dua lantai itu terdapat dalam taman kota
– ya, tidak berlebihan rasanya jika saya menyebutkan
bangunan itu sebagai istana – dikelilingi oleh pohon cemara,
ara, dan asam jawa”.
Kampung baru sebuah pemukiman yang berada di
pinggir Sungai Deli, dan dilintasi oleh sungai Batuan, diyakini
keberadaan pemukiman di kampong baru tidak jauh dari situs
yang tersisa, berupa bangunan mesjid (1915) yang terletak di
pinggir sungai Deli. Bahkan disekitar kampung baru juga
terdapat pasar senen (dekat kantor kelurahan Kampung Baru dan di kebumikan di pemakaman keluarga Sukapiring Jalan
sekarang), dimasa dahulu merupakan pasar tradisional, Masjid Kesawan. Datuk Rastam bergelar Sri Indera Asmara.
tempat berdagang penduduk hulu dan sekitarnya di Kampung Pertengahan abad 19 masih bisa dilihat rumah datuk dan
Baru. Bahkan di antara orang tua yang masih hidup masa kini lapangan yang luas (sekarang menjadi SMP Negeri 2 Medan),
juga menyatakan bahwa posisi yang tersisa hanya sebuah mesjid yang dibangun awal abad ke
SMP Negeri 2 sekarang, 19 (tahun 1915).
dahulunya dikenal dengan Oleh masyarakat sekitar Kampung Baru mengenal
nama ‘lapangan datuk’, yang dengan nama "Masjid Jami", masjid ini merupakan awal
tidak lain adalah Datuk pertama berdirinya masjid sekitar Kampung Baru, dari cerita
Sukapiring dan tidak berapa orang tua yang masih hidup, diperoleh informasi bahwa
jauh dari lapangan Datuk (±200 dahulu hendak sholat Jum’at maka beramai-ramai orang
m) keturunan Datuk Sukapiring, yaitu Muhammad Ali gelar berjalan ke Masjid Jami untuk menunaikan sholat Jum'at.
Datuk Kesawan, telah mewakafkan dan mendirikan Mesjid
Jami’ (1915) di Kampung Baru. Dan sebelumnya Datuk
Kesawan ini juga telah mewakafkan tanah beliau untuk
pembangunan Mesjid Bengkok, yang dikenal di kota Medan
ini.
Development Project (MUDP), pelebaran jalan, perbaikan tiga dilaksanakan pada tanggal 11 Agustu 1991, sehingga
drainase kota Medan. Berimbas kepada musholla Abidin, tahun 1992 berdirilah Masjid Abidin Medan, di jalan Brigjend
hampir lima puluh persen bangunan musholla terkena potong Katamso Gang Nira, Kampung Baru, Medan Maimun.
Akhirnya tahun 1982, merencanakan untuk relokasi Setelah Dua puluh tahun berdirinya Masjid Abidin,
musholla Abidin. Dalam musyawarah masyarakat Batu Tiga maka tahun 2008 dalam rapat Badan kenaziran Masjid Abidin,
diputuskan bahwa perpindahan ini dilanjutkan dengan diputuskan untuk memperluas Masjid dengan bertambahnya
meperluas musholla, dan memungkinkan untuk menjadi jumlah jamaah Masjid sehingga sulit menjalankan ibadah
Setelah diperoleh lahan dengan luas 15 x 20 meter, di sempit dengan jumlah jamaah yang banyak.
jalan Brigjend Katamso, Gg. Nira, di tepi sungai Batuan, maka Jauh sebelumnya beberapa orang pengurus BKM
Masjid (tahun 2005) mendiskusikan hal ini untuk memperluas
lahan masjid dengan terbukanya peluang salah satu pemilik Penanggungjawab : BKM Masjid Abidin Medan
rumah jalan Brigjend Katamso No. 416 B, berkeinginan untuk
menjual lahan dan rumah mereka. Oleh pengurus BKM saat Badan Pengawas : Drs. H. Burhanuddin Lubis
itu, H. Iskandar Zulfikar, Syahril Daulay, dan Ruslan Idrus H. Nasir Lubis
Batubara, S.Pdi, membawa wacana ini ketengah-tengah Drs. Gulmat Nasution, S.Pdi.
masyarakat. Dan akhirnya akhir tahun 2007, rapat
perencanaan perluasan masjid mulai menjadi pembicaraan Koordinator : H. Rusdi Chan
serius. Dan tahun 2008 terbentuklah panitia perluasan dan
pembangunan Masjid Abidin yang pertama. Ketua : Muhammad Arifin Lubis, SH.
Selain itu ada kemungkinan untuk membeli dua persil Sekretris : Hambali Lubis, SH.
lahan di depan Masjid untuk dibeli oleh Badan kenaziran. Dan Wakil Sekretaris : Efrizal Adil Lubis, SE, MA.
dalam kesempatan itu pula nama Masjid dirubah dari “Abidin” Bendahara : H. Abdul Muluk
menjadi “Al Abidin” atas saran dan masukkan dari ulama
Ustadz Hafiz Yazid, yang kerap mengisi pengajian di Masjid Pendanaan : Rustam Effendi (Ketua)
Abidin Medan. H. Iskandar Zulganefo
Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 Darwis Chan
kepanitiaan yang dibentuk oleh Badan kenaziran Masjid Al Hamdani Lubis
Abidin dapat memenuhi tanggungjawabnya, dengan Abdul Azis Hasibuan
mempertambah luas lahan Masjid sampai dengan kepinggir Perencanaan & : Ruslan Idrus Batubara (Ketua)
jalan Brigjend Katamso, dan tidak lagi dibelakang rumah warga Pembangunan Muhammad Ali Nasution
atau di dalam Gang. Syahril Daulay
Susunan kepanitiaan Perluasan dan Pembangunan Husaini Lubis
Masjid Al Abidin untuk masa kerja 2008 s/d 2013 ini terdiri Muhammad Hambali
dari : Suardi Daulay
Muhammad Rafii dimuka) pembelian lahan dan rumah di jalan Brigjend
Hubungan : Abdul Rahman (Ketua) Katamso No. 416 B, yang diterima langsung oleh Istri
Masyarakat Syahrum Almarhum Ishar, yaitu Liskan Iskandar. Dengan perjanjian
Abdul Hakim Dalimunthe akan dilunasi diawal tahun 2015 mendatang.
Suwarno Akhirnya masa kepanitiaan telah berakhir dan kembali
Jurnalis Rusli dilakukan pememilihan ulang kepanitiaan perluasan dan
Dan Surat Keputusan ini di keluarkan oleh Badan pembangunan Masjid Abidin Medan, dengan susunan
Kenaziran Masjid (BKM) Masjid Al Abidin Medan, pada tanggal kepanitiaan sebabagi berikut :
17 Januari 2008 (8 Muharram 1429 H), dan ditandatangani Badan Pembina :
oleh Ketua BKM, H. Chairul Umar Nasution, dan Sekretaris Ka. Kelurahan Kampung Baru,
BKM, Ahmad Affandi Nasution, SH. Kecamatan Medan Maimun, Kota
Panitia bekerja dengan menyebarkan kupon infaq, Medan
kaplingan tanah wakaf, kotak infaq perminggu dikeliling Badan Pengawas :
sekitar warga Batu Tiga, penyebaran proposal perluasan dan 1. Ust. Drs. Burhanuddin Lubis
pembangunan ke donatur, dan lainnya. 2. Ust. Drs. Gulmat Nasution, S.Pdi.
Semua metode penggalangan dana coba kembali di 3. H. Nasir Lubis
evalausi dan hasilnya sangat lambat dan terkesan program
yang telah di rencanakan tidak tercapai sesuai dengan waktu Penanggungjawab :
yang ditentukan. Termasuk salah satu lokasi dan rumah yang Badan Kenaziran Masjid Al’ Abidin
hendak di bebaskan (beli) oleh panitia telah dijual ke pihak Medan
ketiga, yang tidak lain seorang pengusaha keturunan bernama Kepanitiaan :
Saiful Tagore. Ketua : H. R u s d i C h a n
Dipertengahan tahun 2013, Panitia Perluasan dan Sekretaris : Efrizal Adil Lubis, SE., MA.
Pembangunan Masjid Al Abidin memberi panjar (uang Wakil Sekretaris : Hambali Lubis, SH.
Bendahara : T. A r b i y a d i A n u m
A s n i
Seksi-Seksi Kepanitiaan : R o s p e n
Pendanaan Ketua : Rustam Effendi A f f a n d i, SE.
Wakil Ketua : Rizal Effendi Ahmad Afandi Nst, SH.
Anggota : H. Iskandar Zulfikar Syah Putra, SH.
H. Abdul Muluk Andrew P. Iskandar, A.Md.
H. Abdul Halim Perc. Pembangunan Ketua : Muhammad Rafii (Ketua)
H. Iskandar Zulganefo Wakil Ketua : Ruslan Idrus BB, S.Pdi.
Darwis Chan Anggota : Muhammad Ali Nasution
Hamdani Lubis Syahril Daulay
Abdul Azis Hasibuan Husaini Lubis
Liskan Iskandar Muhammad Hambali
Hj. Purnama Ir. Muslim Khatib Lubis
Hj. Ratna Tanjung Mhm Ikhsan Nasution
Evi Zulganefo Humas Ketua : Abdul Rahman
Nu rai sah Wakil Ketua : Budi Asmadi
Nilawati Anggota : Pangeran Lubis
Rosniar Syahrum Lubis
Nu rlin a Suwarno
Hj. A r l i n a Hiyarnis
Samsidar Syafrizal
Banianim Dame Pane
Dahlinawati
Surat Keputusan BKM Masjid Al Abidin Medan, yang di dengan menempatkan dua orang panitia yang senantiasa
tanda tangani oleh Ketua BKM, Drs. Gulmat Nasution, S.Pdi., menetap dan menerima bantuan dari masyarakat di pos.
dan Sekretaris BKM, Ahmad Affandi Nasution, SH, dan di
ketahui oleh Kepala Kelurahan Kampung Baru, kecamatan 9. Kepanitiaan Tahap Kedua
Medan Maimun, Doli Yusuf Hasibuan, pada tanggal 8 Juni Semakin mantap panitia menjalankan program
2012 (18 Rajab 1433 H). perluasan. Akhirnya pada tanggal …………, satu lahan dan
rumah Jalan Brigjend Katamso No. 416 B, atas nama
Almarhum Ishar, berhasil dibeli. Dan selanjutnya panitia
mempersiapkan diri untuk membeli satu lahan dan rumah
disebelah rumah yang telah berhasil dibeli.
Tanah dan Rumah jalan Brigjend Katamso No. 416 A,
telah di jual oleh pihak ahli waris Almarhum Iwan kepada
pihak ketiga jauh sebelum terbeli tanah dan bangunan di
sebelahnya, yang merupakan seorang pengusaha property.
Membutuhkan tenaga dan keseriusan panitia untuk
melakukan pendekatan persuasive kepada pemilik tanah dan
rumah yang baru. Akhirnya pemilik tanah dan rumah Jalan
Disusun program baru untuk penggalangan dana,
Brigjend Katamso No. 416 A, atas nama Saiful Tagore,
sehingga tercetuslah program Posko Penggalangan Dana.
melepaskan tanah dan rumah untuk dibeli oleh panitia
Memanfaatkan bangunan lama musholla Abidin yang masih
perluasan dan pembangunan Masjid Al Abidin Medan.
berdiri jalan Brigjend Katamso Medan. Dan dirancang kotak
Akhirnya pada tanggal 14 Maret 2015, masyarakat
infaq di letakkan di pulau jalan depan posko.
Batu Tiga melakukan doa bersama untuk pembangunan
Pendapatan dana yang diterima panitia meningkat,
Masjid Al Abidin. Acara ini dihadiri ulama dan tokoh
dan mulai dilakukan penguatan Tim Pos Penggalangan Dana
masyarakat batu tiga. Selanjutnya pada tanggal 21 Maret
2015, Walikota Medan, Drs. H. T. Dzulmi Eldin, M.Si, Rapat BKM Al Abidin ini dihadiri 25 orang dari 36 orang
meletakkan batu pertama sebagai dimulainya pembangunan yang di undang. Serta diputuskan bahwa pelaksanaan ibadah
Masjid Al Abidin Medan. harian Masjid Al Abidin di alihkan sementara di Musholla Al
Dan keputusan selanjutnya adalah melakukan Ikhsan, Jalan Brigjend Katamso, Gg. H. M. Yatim, lebih kurang
perampingan kepanitiaan untuk memaksimalkan 100 meter dari lokasi Masjid Al Abidin yang sedang
pembangunan Masjid Al Abidin, dan tersusun struktur dilaksanakan pembangunan.
kepanitian pembangunan sebagai berikut : Insya Allah akhirnya Masjid Al Abidin berdiri dengan
Badan Pembina : kokoh dan megah, Masjid Al Abidin merupakan masjid kedua
1. Ka. Kelurahan Kampung Baru, yang berada dipinggiran jalan besar Brigjend Katamso Medan
Medan Maimun setelah Masjid Al Sholihin di Sei Mati Medan (1 km dari Masjid
2. Ka. KUA Kecamatan Medan maimun Al Abidin). Selebihnya banyak masjid yang posisinya
Badan Pengawas : dibelakang rumah warga atau tepatnya di dalam gang-gang
1. Drs. Gulmat Nasution, S.Pdi. kecil sepanjang jalan Brigjend Katamso, Kampung Baru ini.
2. H. Iskandar Zulfikar Hal ini juga yang mendorong ummat muslim di Batu
3. H. Nasir Lubis Tiga Kampung Baru ini menjadikan Masjid Al’Abidin menjadi
4. Muhammad Ali Nasution masjid yang besar, disamping merupakan rumah untuk
Pelaksana : beribadah kepada Allah SWT, juga menjadi pusat
Ketua : H. Rusdi Chan penumbuhan pengetahuan, ilmu dan perekonomian umat
Sekretaris : Efrizal Adil Lubis, SE, MA. Islam, khususnya sekitar Batu Tiga Kampung Baru Medan.
Wakil Sekretaris : Hambali Lubis Dalam pembangunan Masjid disertakan juga ruang
Bendahara : T. Arbiyadi perpustakaan, ruang pertemuan, ruang parkir, ruang belajar
Pimpinan Proyek : Ir. Muslim Chatib Lubis Al’Quran dan ruang workshop kerajinan masyarakat serta
Posko Pendanaan : Rustam Effendi penganan khas Melayu Deli (bekas surau lama), Lokasi Masjid
Al Abidin ini merupakan lintasan utama untuk arah menuju
Deli Tua, dan tidak jauh dari Masjid Al Abidin (7,5 Km) dari dan memutuskan
Masjid. kembali nama “Masjid
Ciri Khas Melayu, merupakan ornamen dan konsep Al Abidin” menjadi
utama bangunan Masjid Al’ Abidin yang akan dibangun. “Masjid Abidin” Medan.
Pembangunan Masjid ini juga menghimpun kekuatan ummat Mengembalikan
muslim untuk lebih memiliki pengetahuan dan ilmu yang nama Masjid seperti
disampaikan Nabi Besar Kita, Nabi Muhammad SAW, tahun diawal berdirinya
Rasullulah SAW, shalawat dan salam tetap kita sampaikan Masjid Abidin di tahun 1960, dan nama Masjid Abidin Medan
kepada junjungan kita ini. Amin ya ini di berikan oleh ustadz H. Ishak Wahid (Pendiri Perguruan
Rabbal Alalamin. Darul Aman). Dan sebelum menjadi Masjid, masih dalam
Berjalan dua puluh tiga bulan bentuk Langgar atau Surau (tahun 1920), masih bernama
bangunan Masjid Al Abidin berdiri Langgar Sei Batuan Batu Tiga Kampung Baru.
dengan megah dan nyaman. Dan Saat ini Masjid Abidin dipimpin oleh Badan
akhirnya pada tanggal 10 Maret Kesejahteraan Masjid (BKM) Masjid Abidin, untuk masa kerja
2017, Gubernur Sumatera Utara, Ir. 2016 s/d 2021, sebagai Ketua, Ir. Muslim Chatib Lubis, Wakil
H. T. Erry Nuradi, M.Si, berkenan Ketua, Ir. H. Aidul Bakri, Sekretaris, Hambali Lubis, SH, Wakil
meresmikan bangunan baru masjid Sekretaris, Ibrahim Saleh Lubis, SH, dan Bendahara, T.
Al Abidin Medan. Peresmian ini Arbiyadi. Semoga kedepan masjid Abidin lebih mampu
ditandai dengan penandatangan prasasti dan pelaksanaan berkembang dan menjawab kebutuhan masyarakat muslim
sholat Jumat bersama. kota Medan, dan Sumatera Utara umumnya. Menjadi Leader
bagi pengembangan karakter Islami di Sumatera Utara (Sumut
10. Perubahan Nama Masjid Abidin Paten) ini.
Dan bersamaan itu pula, BKM Masjid Al Abidin Medan,
pada bulan Desember 2016, menyelenggarakan rapat terbuka
Daftar Pustaka
Wawancara dengan Bapak H. Harun Lubis, (Masyarakat Batu Membangun Masjid termasuk perintah agama.
Tiga, berusia 84 tahun) tanggal 29 Desember 2016, Rasulullah SAW menganjurkan ummatnya untuk membangun
pukul 14.00 – 15.30 Wib, di Medan.
Masjid dimana saja mereka berada. Sebagaimana pengakuan
http://collectie.tropenmuseum.nl/default.aspx?lang=en ; para sahabatnya : ``Rasulullah SAW telah menyuruh kami
diambil pada hari Senin, tanggal 27 Februari 2017, jam
10.29 Wib, di Medan. membangun Masjid ditempat tinggal kami dan supaya kami
menjaga kebersihannya.`` (HR. Ahmad dan Tarmidzi). Dari
http://melayuonline.com/ind/personage/dig/337/tan-malaka;
diambil pada hari Senin, tanggal 27 Februari 2017, jam hadits ini dapat dipahami bahwa membangun Masjid itu
10.35 Wib, di Medan. bukan hanya sekedar memelihara dan melestarikan warisan,
melainkan juga merupakan perintah baik dari Allah maupun
dari Rasulnya.
Dalam Al Qur`an diisyaratkan betapa pentingnya sebagai sarana ibadah. Orang-orang yang terikat hatinya
sebuah Masjid sebagai ajang berfastabiqul khairat (berlomba- dengan Masjid termasuk golongan yang akan mendapatkan
lomba dalam berbuat kebaikan). Firman Allah: ``Hanyalah perlindungan Allah dihari kiamat, demikian dijelaskan Nabi
orang-orang yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah Muhammad SAW dalam salah satu sabdanya.
adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Pengembangan Masjid termasuk salah satu investasi
Akhirat, serta tetap mendirikan Shalat, mengeluarkan Zakat amal yang akan mengalirkan pahala terus menerus bagi orang-
dan tidak takut siapapun kecuali kepada Allah. Mereka
derajat” (Q.S. Al –Mujadilah [58] : 11). standar satu-satunya dalam pola berpikir (aqliyah) dan pola
kehidupan ritual, tetapi juga seluruh aspek kehidupan umat Semua aktivitas dan masalah dalam kehidupan, baik di
manusia di dunia. Kesempurnaan Islam terbukti mampu keluarga, masyarakat maupun negara ditata dan diselesaikan
mengubah generasi yang tadinya ummi (buta huruf) dan berdasarkan petunjuk Syari’at Islam. Oleh karena itu,
jahiliyah (bodoh/rusak) menjadi sebuah generasi utama dan penanaman pemahaman yang utuh dan kokoh terhadap
pelopor kemajuan kehidupan. Bahkan mampu membangun aqidah Islam menjadi penentu utama terbentuknya generasi
sebuah peradaban manusia yang khas, yang menyinari hampir yang berkualitas. Untuk membentuk generasi yang Islamiyah
seluruh bangsa di dunia dan kejayaannya bertahan lebih dari tentu membutuhkan pembekalan-pembekalan yang dapat
sepuluh abad. Faktor paling menentukan kualitas generasi mengarahkan pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah)
Islam adalah keimanannya dan keilmuannya. Oleh karena itu, berasaskan pada Islam.
tidak dikenal adanya dikotomi pendidikan seperti yang lazim Pola pikir Islami (aqliyah Islamiyah) akan terbentuk bila
Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam batang pohon kurma, atapnya terbuat dari pelepah daun
salah satu hadis bahwa “Seluruh permukaan bumi ini adalah kurma yang dicampur dengan tanah liat. Mimbarnya juga
tempat sujud” Maksudnya, adalah bahwa dimana saja tempat dibuat dari potongan batang pohon kurma, memiliki mihrab,
di muka bumi ini dapat digunakan untuk tempat shalat, serambi dan sebuah sumur. Pola ini mengarah pada bentuk
tentunya tempat yang bersih dan tidak bemajis. fungsional sesuai dengan kebutuhan yang diajarkan Nabi.
Dan untuk lebih tenang dan sesuai dengan ajaran Biasanya masjid pada waktu itu memiliki halaman
Islam, dibangunlah masjid sebagai tempat untuk shalat. dalam yang disebut “Shaan”, dan tempat shalat berupa
Masjid digunakan untuk shalat bersama-sama (berjamaah) bangunan yang disebut “Liwan”. Beberapa waktu kemudian,
yang menurut ajaran Islam lebih baik dari pada shalat sendiri- pada masa khalifah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur
sendiri (mufarid). Rasyidin pola masjid bertambah dengan adanya “Riwaqs” atau
serambi/selasar. Ini terlihat pada masjid Kuffah. Masjid yang
dibangun pada tahun 637 M ini tidak lagi dibatasi oleh dinding ajaran Islam itu sendiri atau menurut istilahnya “the teaching
batu atau tanah liat yang tinggi sebagaimana layaknya masjid- it self”. Namun, tentunya kaidah-kaidah arsitektur tetap perlu
masjid terdahulu, melainkan dibatasi dengan kolam air. Masjid diperhatikan, sebagaimana layaknya bangunan-bangunan lain.
ini terdiri dan tanah lapang sebagai Shaan dan bangunan Kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan bagi sebuah
untuk shalat (liwan) yang sederhana namun terasa suasana masjid, seperti yang dituturkan Miftah dalam bukunya
keakraban dan suasana demokratis (ukhuwah Islamiah). berjudul “Masjid” antara lain, bahwa masjid selain mengarah
Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang-pedagang ke kiblat di Masjidil Haram, Mekkah, juga hendaknya dibangun
Gujarat, yang mengembangkan Islam ke Timur pada masa benar-benar sesuai dengan fungsi dan tujuannya, sehingga
Khalifah bani Ummaiyah/Muawiyah dimana pusat perlu dihindari kemungkinan adanya bagian-bagian bangunan
pemerintahannya tidak lagi di Mekkah atau Madinah atau ruangan yang memang dilarang dalam Islam.
melainkan sudah dipindahkan ke Damsyik/Damaskus di Syria. Ditekankan pula, bahwa identitas yang menunjukkan
Daerah yang mula-mula mendapat tebaran agama pengaruh agama-agama lain hendaknya sejauh mungkin
Islam antara lain Barus, Perlak, Samudra Pasai (Aceh) dan dihindarkan walau hanya berupa elemen kecil yang samar
Palembang, pantai utara Jawa yaitu Jepara dan Tuban serta sekalipun. Dalam hal ini perlu sekali kearifan dan kesensitifan
Indonesia Timur seperti Ternate, Ambon dan lain-lain, yaitu Arsitek untuk meng-expose atau menvisualisasikan elemen-
sekitar tahun 1500 M. elemen konstruksi. Juga masjid hendaknya dibangun dengan
biaya rendah yang tidak berlebih-lebihan serta tetap
2. Arsitektur dan Bentuk Masjid memperhatikan faktor keindahan dan kebersihan.
Pada dasarnya untuk membangun atau merencanakan Hal ini semua sesuai dengan tuntunan dalam Islam dan
sebuah masjid hendaknya kembali kepada tuntunan-tuntunan diterangkan Miftah dalam bukunya yang berjudul “Masjid”,
yang terdapat pada sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan masing-masing lengkap dengan ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi. Dalam membangun masjid, arsitek tidak dapat Hadits.
melihat sejarah atau bangunan-bangunan masjid yang telah Memahami inti ajaran Islam adalah mutlak. Dengan
ada saja, melainkan memahami atau belajar berdasarkan inti demikian masjid yang dibangun hanya berdasarkan dari
sejarah atau hanya melihat masjid-masjid yang telah ada, bahwa shaf (barisan dalam shalat) harus lurus dan rapat, maka
sebenarnya kurang tepat, dalam hal ini perlu ditekankan pula dicarilah bentuk yang dapat menciptakan ruang luas tanpa
motivasi dan niat yang baik dalam membangun sebuah banyak diganggu oleh kolom-kolom.
masjid. Maka tak heran kalau kemudian muncul bentuk dome.
Mengenai perkembangan masjid di Indonesia dapat Sebagaimana diketahui, dengan bentuk dome itu, gaya-gaya
dapat disalurkan melalui lengkungan-lengkungannya, sehingga
tidak banyak mengganggu.
Kubah adalah ciri atau identitas masjid, dengan kubah
itu tercipta suasana yang agung,
sehingga manusia merasa kecil
dihadapan Khaliknya. Seperti
Istiqlal di Jakarta, bentuk dome
membuat ruang dibawahnya
memiliki suasana tenang dan orang
yang sedang shalat akan merasa
dibagi menjadi tiga jalur, yaitu: pertama, perkembangan yang
kecil. Kwalitas ruang yang tercipta
bertolak dari bangunan “sakral” tradisional daerah, kedua
demikian agung.
adalah perkembangan yang meniru arsitektur Masjid di Timur
Konstruksi atau struktur
Tengah, dan ketiga adalah perkembangan yang baru atau
lengkung banyak dipilih oleh
modern.
arsitek kawakan terdahulu dalam merencanakan masjid dari
Pada masa lampau manusia baru mengenal konstruksi
pada memilih struktur balok polos (lurus) yang pasti tidak
sederhana yang terdiri dari kolom dan balok yang ditumpang
dapat dihindari seperti “cross” (persilangan) antara balok dan
di atasnya. Justru itu, bentuk yang terjadipun sesuai dengan
kolom yang dapat menjadi silent simbol atau identitas dari
konstruksinya. Kemudian, sesuai dengan tuntunan shalat
agama lain.
Untuk mendesain sebuah masjid, diperlukan tiga agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia
prasyarat, yang maksudnya untuk dapat menstimulir kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya
kekhusukan dalam beribadat. Ketiga prasyarat itu adalah, dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa
pertama: harus selalu bersih, dalam arti mudah dibersihkan dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru
dan mudah pemeliharaannya. Kedua, adalah tenang, yaitu yaitu kebudayaan Islam Indonesia.
menciptakan “suasana” yang dapat mendorong lahirnya Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan
ketenangan. Dan ketiga, adalah “sakral tapi ramah”. Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari
Sebelum shalat dimulai, untuk menyatakan waktu proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat
shalat itu sudah tiba, biasanya dikumandangkan adzan. Pada kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku
masa lampau, adzan dilakukan di tempat-tempat yang tinggi masyarakat Indonesia.
sehingga radius penyampaiannya cukup jauh. Kemudian hal ini Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Di
berkembang terus sampai akhirnya dibuat menara untuk Indonesia, istilah masjid biasanya menunjuk pada tempat
penyebaran yang lebih jauh lagi. untuk menyelenggarakan shalat jumat.
Dengan berkembangnya teknologi, ditemukan sistem Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya
pengeras suara yang kemudian dimanfaatkan juga untuk mempunyai cirri khas tersendiri, diantaranya :
kegunaan adzan. Namun, tetap menggunakan menara. Dan 1. Atapnya berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun.
sini terlihat bahwa fungsi menara tidak hanya sebagai simbol Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, 3 atau 5 seperti di
saja tetapi juga fungsional. Dan karena letaknya yang tinggi Jawa dan Bali pada masa Hindu.
maka dapat saja bila kemudian dijadikan aksen atau ikon 2. Tidak adanya menara. Pada masa itu masjid yang
(point of interest). mempunyai menara hanya masjid Banten dan masjid
Kudus.
3. Peran Budaya Melayu 3. Biasanya masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia utara atau selatan. Biasanya didirikan di tepi barat alun-
sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya rakyat
Ketika memasuki halaman Masjid Abidin, pertama
yang kita tatap adalah pilar bangunan mesjid yang besar dan
megah, dengan relief simetris. Pilar termasuk elemen
bangunan yang berfungsi untuk menyangga gedung, selain itu
juga berfungsi untuk meperindah bentuk bangunan. Pilar-pilar
bangunan tersebut banyak kita jumpai pada bangunan hotel,
dan raja sesama makhluk Allah. Selain di alun-alun, masjid teras rumah, masjid, gapura dan pagar rumah.
juga dibangun di tempat-tempat keramat, yaitu makam Sentuhan budaya Melayu, Timur Tengah dan Eropah
wali, raja atau ahli agama. yang tanpak pada desain Masjid Abidin, mulai dari dinding
Bentuk perkembangannya sesuai dengan interior dan eksterior masjid. Arsitektur Islam dapat dikatakan
perkembangan zaman. Sekarang kebanyakan masjid atasnya identik dengan arsitektur masjid. Sebab, ciri-ciri arsitektur
berbentuk kubah dan ada menara, ini merupakan pengaruh Islam dapat terlihat jelas dalam perkembangan arsitektur
Selain bangunan masjid, bentuk akulturasi juga terlihat Islam pernah mengalami kejayaan di Eropa yang
dari makam, seperti Makam Sendang Duwur (Tuban). dimulai dari Andalusia, Spanyol bagian selatan, pada masa
pemerintahan bani Umayah yaitu tahun 711 masehi atau 97
4. Bentuk Masjid Abidin hijriah,bahasan lengkapnya ada di sini. Salah satu bangunan
terkenal yang menjadi saksi kejayaan itu adalah Alhambra
ornamen yang menghiasi ruang dalam bangunan, teknik
geometri sangat ditekankkan sehingga kesan simetris sangat
terlihat.
Ketika memasuki bangunan Masjid Abidin, setiap
orang akan melalui pintu utama dengan plafon yang terkesan
rendah, hal ini menggambarkan bahwa manusia di mata Allah
yang terletak di kota Granada dan Masjid Cordoba yang SWT merupakan makhluk yang kecil dan tidak memiliki
Kedua kota tersebut berada di Andalusia, Rendahnya plafon memberikan kesan rendah dan
Spanyol. Pembangunan kedua bangunan tersebut didesain kecilnya manusia di mata Allah SWT. Selanjutnya mengarah
tidak lepas dari seni Islam yang berkembang pada saat itu. kepada pintu kedua memasuki ruang utama masjid.
Kesenian Islam yang dimaksud terbagi dalam 3 bagian, yaitu Penampilan ruang pertama ini menggambarkan setiap
bunga, geometri, dan kaligrafi. manusia harus tunduk dan taat kepada Allah SWT. Kiri dan
Ketiga seni Islam tersebut yang menghiasi ruang dalam kanan ruangan merupakan ruang Wudhu dan kamar Mandi
dan fasade bangunan. Pada bangunan-bangunan Islam di untuk Pria dan Wanita.
Andalusia, implementasi seni geometri lebih dominan Selanjutnya memasuki ruang pertama masjid, yang
dibandingkan dengan kedua kesenian yang lain. Begitu juga terkesan luas, tinggi, dan megah. Hal ini menggambarkan
pada teknik pembuatan denah, fasade, dan ornamen- Allah SWT itu besar, luas dan maha megah, sehingga manusia
"Milik Allahlah nama-nama yang indah, dan mohonlah
kepada-Nya dengan menyebut nama-nama tersebut" (Al-
A'raaf:180). "Dia telah mengajari Adam seluruh nama" (Q.S Al-
Baqarah:31)
Nama Allah yang mulia dan agung tersebut merupakan
kebesaran dan kekuasaan Allah, sebagai pencipta serta
pemelihara alam semesta beserta segala isinya ini. Bagi
seorang muslim salah satu cara mengenal Allah adalah dengan
mempelajari sifat-sifat Allah serta mengenal 99 asma Allah
(99 nama Allah). Selanjutnya Masjid Abidin memliki ruang
perpustakaan, kantor BKM, ruang Audio, ruang Imam, ruang
itu terkesan kecil dan tak berdaya. Kubah tengah masjid
muazin, dan mighrab.
Abidin menampilkan 99 Asmaul Husna, artinya nama-nama
Allah yang indah, baik, agung dan mulia sesuai dengan sifat-
Daftar Pustaka
sifat Nya. dalam artian perkata "Asma" berarti nama dan
"husna" berarti yang baik atau yang indah, jadi asma'ul husna Ching, Francis D.K. (2008). Arsitektur: Bentuk, Ruang,
adalah nama nama milik Allah yang baik dan indah. Istilah Dan Tatanan Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Asmaul Husna juga dikemukakan oleh Allah SWT dalam Surat Tjandrasasmita, Uka, Buku Arkeologi Islam Nusantara,
Thaha:8 yang artinya: "Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2009.
berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai asmaa'ul Gustami, SP., Nukilan Seni Ornamen Indonesia,
husna (nama-nama yang baik)" (Q.S. Thaha:8). Yogyakarta: Arindo Nusa Media, 2008