Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada era modern yang didukung perkembangan teknologi dan media sosial seperti
facebook, instagram, dan twitter memunculkan berbagai tren yang berkembang pesat di
masyarakat. Terutama tren seputar gaya hidup di kalangan remaja diantaranya mengenai
kecantikan, perawatan tubuh, travelling dan seputar kesehatan.

Seringnya penggunaan media sosial dikalangan remaja pun turut memunculkan banyak
iklan atau akun seputar kecantikan, perawatan tubuh, maupun kesehatan. Hal tersebut
menjadi salah satu faktor yang mendorong para remaja untuk mengikuti tren agar tidak
ketinggalan. Dari tren seputar gaya hidup yang banyak berkembang di kalangan remaja,
tidak sedikit yang kemudian memunculkan tindak perundungan bagi mereka yang tidak
mengikuti atau dianggap masyarakat tidak sesuai dengan tren. Tindakan perundungan
yang terjadi dalam hal ini terkait dengan tampilan fisik seseorang atau lebih dikenal
dengan istilah body shaming.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang?


2. Apa yang dimaksud dengan body shaming?
3. Apa akibat yang ditimbulkan dari perilaku body shaming ?
4. Bagaimana BK menangani perilaku body shaming?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang
2. Dapat mengetahui pengertian dan apa yang dimaksud dengan body shaming
3. Mengetahui akibat dan dampak yang ditimbulkan dari perilaku body shaming
4. Untuk mengetahui teknik dan terapi apa yang sesuai bagi pelaku dan korban dari
perilaku body shaming

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian perilaku menyimpang

Perilaku menyimpang menurut Soerjono Soekanto adalah Perilaku menyimpang adalah


penyimpangan terhadap kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.

Perilaku Menyimpang menurut Jhon J. Macionis adalah Perilaku menyimpang adalah


pelanggaran terhadap norma masyarakat.

Perilaku Menyimpang menurut James W. Van der Zaden adalah Perilaku menyimpang adalah
perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas
toleransi.

Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap oleh
masyarakat sebagai hal-hal melanggar sebuah aturan atau kaidah yang melebihi batas toleransi

B. Pengertian perilaku body shaming

Body shaming atau mengomentari kekurangan fisik orang lain tanpa disadari sering dilakukan
orang-orang. Meski bukan kontak fisik yang merugikan, namun body shaming sudah termasuk
jenis perundungan secara verbal (bullying) atau lewat kata-kata. Bahkan dalam komunikasi sehari-
hari tidak jarang terselip kalimat candaan yang berujung pada body shaming.
Perilaku body shaming dapat menjadikan seseorang semakin merasa tidak aman dan tidak nyaman
terhadap penampilan fisiknya dan mulai menutup diri baik terhadap lingkungan maupun orang-
orang. Secara sederhana, body shaming dapat diartikan sebagai sikap atau perilaku yang negatif
terhadap berat badan, ukuran tubuh, dan penampilan seseorang.

Istilah body shaming juga merujuk pada istilah body image yang menurut kamus psikologi citra
tubuh atau biasa disebut body image adalah ide seseorang mengenai penampilannya dihadapan
orang lain. Body image ini tentu sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan diri masing-masing
orang.

2
C. Faktor terjadinya perilaku body shaming
Saat ini bagi sebagian besar negara terutama negara maju dan berkembang, tubuh ideal
dalam hal ini penampilan fisik telah menjadi salah satu nilai utama bagi setiap individu. Citra tubuh
ideal sering di kaitkan dengan permpuan saja, namun seiring berjalannya waktu dan
berkembangnya zaman laki- laki juga mulai memperhatikan penampilan tubuh.
Di Indonseia sendiri standar tubuh ideal bagi perempuan adalah tubuh yang memiliki
keserasian antara berat dan tinggi badan. Tubuh ideal pada perempuan digambarkan dengan tubuh
yang cenderung kurus, berlekuk, kuat, dan sehat sedangkan tubuh ideal laki-laki adalah yang
ramping, berotot, dan sehat.
Standar tubuh yang ideal tersebut kemudian membentuk citra tubuh pada masyarakat,
khususnya para remaja. Citra tubuh atau body image adalah persepsi diri terhadap dirinya sendiri
di mata orang lain dan anggapan tentang diri sendiri untuk terlihat pantas di lingkungan sekitarnya
Cash dan Prizinsky (2002) menyebutkan ada empat faktor yang dapat memengaruhi
perkembangan citra tubuh seseorang, yaitu:
1. sosialisasi kebudayaan,
2. pengalaman interpersonal,
3. karakteristik, dan kepribadian.
Citra tubuh memengaruhi penerimaan diri seseorang terhadap lingkungannya, sehingga semakin
tinggi citra tubuh, maka semakin tinggi pula penerimaan diri seseorang terhadap dirinya. Namun,
ketika standar dan penilaian sulit dicapai maka akan dapat menimbulkan perasaan tidak puas
terhadap kondisi diri sendiri Pola pikir ini terus terbawa, sehingga menimbulkan persepsi negatif
terhadap citra tubuh cenderung terbentuk jika tidak memiliki bentuk tubuh ideal yang diharapkan
Ada banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya bullying dan body shaming. Kedua
fenomena tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan Social Learning Theory Albert Bandura.
Menurut teori Bandura, sebuah perilaku muncul karena hasil dari observasi serta tindakan meniru
orang lain di lingkungan sekitar.
Apabila seorang individu sering menyaksikan atau membaca komentar-komentar yang
mengarah ke tindakan body shaming sejak dini, maka besar kemungkinan individu tersebut
melakukan tindakan body shaming terhadap orang lain pada masa depan.
Selain itu salah satu penyebab body shaming di Indonesia adalah warisan pemikiran akibat
post-kolonialisme. Pemikiran dan anggapan sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa deskripsi
“cantik” atau “tampan” adalah individu dengan kulit putih, hidung mancung, tubuh langsing, tinggi
semampai dan sebagainya. Maka dari itu, apabila ada seseorang yang tidak memenuhi deskripsi
tersebut, ia tidak bisa dikategorikan sebagai “cantik” atau “tampan sehingga termasuk dalam
kategori “jelek”, “kurus”, “gemuk” atau panggilan negatif lainnya.

3
Bentuk-bentuk body shaming yang umum dikalangan remaja sendiri antara lain yaitu :

 Fat Shaming
Ini adalah jenis yang paling populer dari body shaming . Fat shaming adalah komentar
negatif terhadap orang-orang yang memiliki badan gemuk atau plus size.

 Skinny / Thin Shaming


Ini adalah kebalikan dari fat shaming tetapi memiliki dampak negatif yang sama. Bentuk
body shaming ini lebih diarahkan kepada perempuan, seperti dengan mempermalukan
seseorang yang memiliki badan yang kurus atau terlalu kurus.

 Rambut Tubuh / Tubuh berbulu


Yaitu bentuk body shaming dengan menghina seseorang yang dianggap memiliki rambut-
rambut berlebih di tubuh, seperti di lengan ataupun di kaki. Terlebih pada perempuan akan
dianggap tidak menarik jika memiliki tubuh berbulu.

 Warna Kulit
Bentuk body shaming dengan mengomentari warna kulit juga banyak terjadi. Seperti
warna kulit yang terlalu pucat atau terlalu gelap.

Diantara ciri-ciri perilaku body shaming, adalah :


 Mengkritik penampilan sendiri, melalui penilaian atau perbandingan dengan orang lain
(seperti: "Saya sangat jelek dibandingkan dia." "Lihatlah betapa luas bahuku.")

 Mengkritik penampilan orang lain di depan mereka, (seperti: "Dengan paha itu, kamu
tidak akan pernah mendapatkan pacar.")

 Mengkritik penampilan orang lain tanpa sepengetahuan mereka. Seperti: "Apakah Anda
melihat apa yang dia kenakan hari ini? Tidak menyanjung." "Paling tidak kamu tidak
terlihat seperti dia!"

4
D. Dampak perilaku Body shaming
Seseorang yang mendapatkan perlakuan body shaming bisa jadi mengalami penurunan
motivasi untuk melakukan sesuatu. Akibatnya, ia akan merasa tidak berharga yang selanjutnya
apabila hal itu berlangsung terus-menerus akan berujung pada perasaan putus asa. Tidak jarang,
rasa putus asa ini memunculkan pemikiran bunuh diri pada seseorang
Sedangkan menurut Kajian Damanik (2018) yang berfokus pada dampak psikologis perempuan
yang mengalami body shaming pada perempuan usia dewasa awal dan menunjukkan bahwa:
 Mereka yang mengalami body shaming akan lebih memerhatikan tubuh dan menjadikan
tubuh mereka sebagai objek (self-objectification). Hal ini menyebabkan rasa cemas dan
meningkatkan rasa malu terhadap diri sendiri.

 Mereka juga melakukan usaha untuk mengurangi rasa malu, sesuatu yang membuat
mereka menjadi objek body shaming. Ini karena citra tubuh berhubungan dengan persepsi
seseorang, perasaan dan pikirannya tentang dirinya atau tubuhnya dan biasanya
dikonseptualisasikan memiliki tubuh yang dinilai dari estimasi ukuran, evaluasi daya tarik
tubuh dan emosi yang terkait dengan bentuk tubuh dan ukurannya

 Mereka (khususnya remaja putri) yang mengalami body shaming cenderung menjaga pola
makan untuk mendapatkan tubuh yang ideal

Selain itu, karena semakin berkembangnya zaman dan muncul berbagai media social seperti
facebook, twitter, instagram memungkinkan perilaku body shaming ini semakin berdampak ke
banyak orang. Contohnya saja ketika ada seseorang mengunggah foto di Instagram dan banyak
orang yang mengomentari foto tersebut, tentu saja komentar dalam laman pemilik akun Instagram
itu dapat dilihat oleh banyak orang termasuk komentar yang berisi komentar mengenai kekurangan
dari bentuk tubuh, atau sehingga dapat menimbulkan orang yang mengunggah foto tersebut
menjadi merasa kurang percaya diri atau bahkan ia akan mengambil tindakan yang lain.
Perilaku menilai seseorang dari bentuk tubuh atau warna kulitnya seperti inilah yang
menjadikan kebiasaan seseorang yang awalnya menjadi korban body shaming menjadi pelaku
body shaming sendiri entah karena melakukanya secara sadar atau tidak.
Orang- orang yang menjadi korban dari body shaming sendiri biasanya menanggapi dengan
cara yang berbeda-beda jika ia merupakan orang yang berperilaku positif biasanya ia juga
menerimanya dengan positif seperti membalas komentar tersebut dengan bijak, atau
menghiraukannya namun jika orang yang berperilaku sebaliknya ia akan membalas dengan
perkataan yang tidak pantas atau melaporkannya kepada pihak yang berwajib karena “Pelaku body
shaming di social media dapat dijerat dengan pasal 23 ayat (3), pasal 45 ayat (3) UU No. 19 tahun
2016 dengan ancaman pidana penjara paling lama 4 tahun dan denda paling banyak sebesar 750
juta”

5
E. Kajian islam mengenai perilaku body shaming

Semua ciptaan Allah itu ada hikmahnya, tidak layak untuk dicela dan dihina. Sebagaimana
yang dapat diketahui dari cerita sahabat Abdullah bin Mas’ud adalah sahabat yang memiliki
betis yang kecil.

Ketika beliau mengambil ranting untuk dijadikan siwak, angin berhembus dan menyingkap
betisnya yang kecil, lalu para sahabat tertawa karena melihat betis Ibnu Mas’ud yang kecil.

Nabi shallallahu alaihi wasallam menegur para sahabat dan berkata ,

‫مم تضحكون؟‬
“Apa yang membuat kalian tertawa?” Mereka berkata, “Wahai Nabi Allah, karena
kedua betisnya yang kurus.”Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

‫والذي نفسي بيده لهما أثقل في الميزان من أحد‬


“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya sungguh kedua betis itu lebih berat di
timbangan daripada gunung Uhud.”

Hadits ini menunjukkan bahwa mengolok dan menghina fisik adalah haram. Jika kita
perhatikan, para sahabat tidak mengeluarkan kata-kata hinaan hanya tertawa saja, inipun
hukumnya haram.

Allah juga melarang kita mengolok-olok dan mengina orang lain. Allah berfirman, dalam surah
Al-Hujurat 49/:11

ْ‫ﻳَاأّﻳُّهَا الّذِﻳنَ ﺀَامَﻨُوا ﻻَﻳَسْﺨَﺮْ ﻗَوْﻡُ مِّن ﻗَوْﻡٍ ﻋَسَﻰ أَن ﻳَكُونُوا ﺧَيْﺮًا مِّﻨْهُم‬
ْ‫وَﻻَنِسَﺂﺀُ مِّ ن نِّسَﺂﺀٍ ﻋَسَﻰ أَن ﻳَكُنَّ ﺧَيْﺮًا مِّﻨْهُنَّ وَﻻَتَﻠْمِزُوا أَنفُسَكُم‬
ْ‫وَﻻَتَﻨَابَزُوا بِاْﻷَلْقَاﺏِ بِﺌْﺲَ اْﻹِﺳْمُ الْ فُسُوﻕُ بَﻌْدَ اْﻹِﻳمَانِ وَمَن لَّمْ ﻳَﺘُﺐ‬
َ‫فَﺄُوْﻻَﺋِﻚَ ﻫُمُ الﻈَّالِمُون‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain,
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi
wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan
janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar
– gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.”.

6
F. Teknik mengatasi perilaku bodyshaming

1. Identitas konseli
Nama : Brina (disamarkan)
Umur : 18
Universitas : PGRI Adi Buana
Jurusan : Tata busana

2. Deskripsi masalah
Brina merupakan mahasiswa semester 1 yang sedang berkuliah di universitas PGRI Adi
Buana Surabaya juruasan tata busana. Ia merupakan pengguna aktif sosial media dengan
pengikut 1,925 di instagram dapat dilihat dari upload an foto di sosial medianya ia termasuk
orang yang fashionable dan up to date soal social life, selain itu dia juga tipe orang yang
perfect mengenai bentuk tubuh dan penampilan. Ia mengaku sering berkomentar di
unggahan foto teman-teman nya dan lebih sering memperhatikan bentuk tubuh mereka
yang kurang pantas jika menggunakan pakaian yang menurutnya tidak matching dengan
bentuk tubuh nya. Kadang ketika ia bertemu dengan teman – teman nya secara langsung
ia juga suka mengomentari tatanan rambut atau riasan temanya.

Selain itu brina juga mengaku membuat akun instagram lainnya menggunakan nama
samaran untuk stalking orang yang ia suka atau hanya untuk mengomentari orang yang
tidak ia sukai. Biasanya brina mengomentari orang yang tidak ia sukai dengan kata kata
yang lebih kasar atau lebih dari sekedar body shaming. Ia mengaku alasan ia melakukan
itu awalnya ia tidak sadar melakukan perilaku body shaming itu jika bertemu dengan
temanya secara langsung ia merasa itu hanya bercanda saja serta teman nya juga tidak
masalah dengan candaan nya itu.

untuk alasan ia berkomentar menggunakan akun samaran kepada orang yang tidak ia sukai
karena menurutnya orang yang tidak ia sukai orang yang sombong, dan sebelumya pada
saat SD ia merupakan korban dari bullying dan body shaming orang yang ia benci dengan
teman temannya, menurut cerita brina, orang yang ia benci tersebut sering mengejeknya
karena gendut dan tidak punya teman karena sering tidak masuk sekolah karena brina
sering sakit waktu itu. Oleh karena itu ia jadi merasa terganggu sehingga ketika ada yang
berkomentar tentang dirinya dia menjadi sensitif dan sedikit emosi atau kadang ia tidak
segan untuk

7
3. Teknik yang diperlukan

Dalam kasus ini konselor dapat menggunakan terapi psikoanlitik dengan teknik asosiasi
bebas, dimana konseli (brina) dapat diajak menceritakan apa yang ia rasakan atau
mengomentari tentang kejadian di masa lalu nya yang tidak sesuai sehingga meninggalkan
memori yang jelek atau menakutkan baginya, telah diketahui bahwa brina merupakan
korban body shaming dan bullying pada saat SD sehingga menyebabkan ia menjadi pelaku
body shaming di media sosial dan di lingkungan pertemanannya.

Termasuk alasan yang lain mengapa ia membenci temannya tersebut hingga sekarang dan
melakukan perilaku menyimpang yang lainnya, dalam hal ini konselor juga dapat
menggunakan teknik Analissis transferensi/pengalihan. Dimana brina dapat diajak untuk
melihat kembali kejadian dimana ia dijauhi dan di ejek saat SD lalu setelah itu konselor
mengalihkannya dengan topik dimana ia merupakan orang yang dicintai oleh banyak orang
dan banyak mendapatkan apresiasi.

Selain itu untuk mengatasi perilaku body shaming yang dilakukan brina di sosial media
dan di lingkunan pertemanannya konselor dapat menggunakan terapi Rational Emotion
Behavior Therapy (REBT) yang mana terapi ini dapat dilakukan untuk mengembangkan
kekuatan meliputi meningkatkan harga diri, mengalahkan perfeksionisme,
mengembangkan kekuatan emosi, dan meningkatkan kemampuan asertif (Wilding &
Milne, 2013). Dimana brina merupakan pelaku dari tindakan body shaming ia memiliki
kecenderungan akan berkomentar jika tidak sesuai dengan standart nya. Atau dengan kata
lain mengalami rational destructive dimana ia menuntut orang lain agar sesuai dengan citra
tubuh yang ia miliki dengan cara memberi komentar kepada orang tersebut. Disini ia diajak
untuk mengubah bahasa dan perilakunya dan diajak untuk menggunakan teknik changing
one language konseli mempelajari bagaimana menyatakan bahasa yang tepat agar tidak
terjadi pemikiran dan perilaku yang disfungsional.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Body shaming atau mengomentari kekurangan fisik orang lain tanpa disadari sering
dilakukan orang-orang. Meski bukan kontak fisik yang merugikan, namun body
shaming sudah termasuk jenis perundungan secara verbal (bullying) atau lewat kata-
kata. Bahkan dalam komunikasi sehari-hari tidak jarang terselip kalimat candaan
yang berujung pada body shaming. Standar tubuh yang ideal merupakan faktor
utama terjadinya perilaku body shaming, kemudian membentuk citra tubuh pada
masyarakat, khususnya para remaja. Citra tubuh atau body image adalah persepsi diri
terhadap dirinya sendiri di mata orang lain dan anggapan tentang diri sendiri untuk
terlihat pantas di lingkungan sekitarnya Karena semakin berkembangnya zaman dan
muncul berbagai media social seperti facebook, twitter, instagram memungkinkan
perilaku body shaming ini semakin berdampak ke banyak orang. Yang
mengakibatkan korbanya menjadi stress, kurang percaya diri atau sebagai pertahanan
ia juga ikut- ikutan melakukan perilaku tersebut.

B. Saran

Melihat semakin berkembangnya teknologi ada baiknya dalam makalah ini dapat
dilengkapi dengan penelitian tentang dampak apa sajayang telah ditimbulkan dari
perilaku body shaming. Selain yang awalnya menjadi korban body shaming menjadi
ikut-ikutan sebagai pelaku.

9
DAFTAR PUSTAKA

Eva Nur Rachmah, Fahyuni Bharudin. 2019. faktor pembentuk perilaku body shaming di
media social . http://fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Eva-Nur.pdf
Gerald corey. Theory and practice of counseling and psychotherapy tenth edition. Boston:
Cengage. 2015
Lisya cahirani. Body shame dan ganguan makan. 2018. Buletin Psikologi Vol.26 No. 1,
12-27
Raheanul Bhareen. Larangan Mengolok-olok Fisik Orang Lain (Body Shaming).
https://muslim.or.id/43997-body-shaming.html
Sakinah. 2018. Body shaming, citra tubuh, dampak dan cara mengatasinya. Jurnal emik
vol 1 No 1
Soejono soekanto. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Raja grafindo persada. 2013

10

Anda mungkin juga menyukai