Cinta Di Area Rumah
Cinta Di Area Rumah
by : Dwi Novitasari
Dhea Chairunnisah N
1
Bab 1
2
telah melukai wajah Ririn. Salah satu dari mereka
mengambil bola yang tak jauh dari Ririn. Mereka acuh
dengan ke adaan Ririn. Dewi melihat segerobolan anak
laki-laki yang hanya melihat penderitaan Ririn dan anak
laki-laki yang mengambil bola di dekat Ririn tanpa
melihat apa yang telah mereka perbuat membuat hatinya
panas.
3
“Ada apa ini?” Tanya gadis cilik itu.
“Ya beranilah. Buat apa aku harus takut sama anak yang
nggak bisa bilang maaf karena perbuatannya. Oh ya,
kenalin aku Eyak.”Eyak menyilangkan tangannya.
4
mendengar anak laki-laki itu minta maaf. Melihat sikap
adiknya, Kak Chandra tersenyum. Ia merasa bahwa yang di
lakukan adiknya saat ini adalah benar. Lalu Kak Chandra
bertanya kepada anak laki-laki itu.
5
“Emang minta maaf itu keren ya kak?” Tanya anak laki-
laki itu.
6
Chandra melihat kelakuan adiknya yang sedari tadi
khawatir akan ke adaan Ririn. Ia menanyakan hal yang
sama tentang wajah memar Ririn dan apakah Ibunya nggak
akan marah saat melihat Ririn nanti. Tiba di depan rumah
Ririn, Kak Chanadra menekan bel rumah dan tak lama Ibu
Ririn keluar. Betapa terkejutnya saat Ibu Ririn melihat
wajah Ririn memar. Ibu Ririn menanyakan apa yang sedang
terjadi dan kenapa baru sekarang pulang. Eyak dan Dewi
hanya menunduk. Mereka merasa bersalah karena nggak
bisa menjaga Ririn. Ibu Ririn menatap wajah Kak Chandra
dengan penuh amarah.
7
memeluk Kak Chandra dan mengucapkan terimasih atas
bantuannya lalu memluk Eyak. Dewi berlari menuju
rumahnya. Saat melihat Dewi masuk ke dalam rumahnya.
Kak Chandra dan Eyak munuju rumah mereka.
¿∗¿
8
“Ibu Na. Ini gorengan apa aja?” Tanya Eyak dengan mata
yang berbinar-binar dan bibir yang sedikit terbuka.
9
memikirkan tentang prosotan yang ada di sebelah
kelasnya. Eyak memikirkan strategi bagaimana ia bisa
keluar dari kelas dan bermain prosotan itu. Tak lama, anak
laki-laki berbadan gemuk mengancungkan jarinya. Bu
Mina menanyakan ada apa dia mengancungkan jarinya.
Anak laki-laki itu meminta izin untuk ke toilet. Bu Mina
bertanya, apa dia perlu di temani. Anak itu mengatakan
tidak perlu lalu anak itu keluar dari kelas. Setelah melihat
hal itu Eyak langsung mengancungkan jarinya.
10
melewati jalan yang sama setiap hari untuk berangkat dan
pulang. Di persimpangan mereka berpisah. Silvi
melambaikan tangannya dan mengatakan besok ketemu
disini lagi. Eyak membalas lambain Silvi. Lalu mereka
saling berpaling dan meninggalkan satu sama lain. Eyak
berjalan sedikit lebih jauh dari pada rumah Silvi.
11
“Kak Mela itu apa?” Tanya Eyak.
“Enggak lah. Tikus kan jorok. Kalau ini itu lucu. Kamu
mau coba pegang?” Kak Mela menyodorkan hamster yang
ada di telapak tangannya.
12
itu berada di tengah kelopah bunga yang Kak Mela
genggam. Bentuknya seperti batang. Hanya saja lebih kecil
dari batang. Dan saat di tarik di bawah batang kecil itu
ada batang yang lebih kecil berwarna putih dan
mengeluarkan air. Ternya itu bukan air. Itu seperti madu
hanya berupa air. Lalu Kak Mela meneteskan air itu di
atas mulut hamster yang sedari tadi Eyak genggam.
Hamster itu menerima air yang Kak Mela berikan.
13
Eyak dan KAk Mela. Lalu ia mengajaknya ke kamarnya
yang berada di lantai dua. Ia mengeluarkan semua
mainannya yang ada di kotak besar seperti kardus, hanya
saja kotaknya lebih bagus. Eyak tercengang saat melihat
mainan Hendra. Mainan yang belum pernah ia lihat. Lego,
rumah-rumah, dan banyak lagi. Dengan warna yang bagus,
membuat Eyak ingin memiliki mainan yang dimiliki
Hendra.
***
14
Eyak dan Ririn mencari tempat persembunyian agar Dewi
tidak bisa menangkap mereka. Setelah Dewi menghitung
sampai angka sepuluh, ia mulai mencari Eyak dan Ririn, ia
kebingungan harus mencari dimana keberadaan temannya
berada dan juga dia harus menjaga tempatnya menghitung
agar dia nggak kalah. Dengan terpaksa ia melangkahkan
kakinya meninggalkan tempatnya untuk mencari temannya.
Eyak berdiri di balik tembok rumah seseorang. Ia melihat
Dewi beranjak dari tempatnya. Dengan cepat ia
melangkahkan kakinya menuju tempat Dewi. Ia berhasil
berada ditempat Dewi. Mengetahui hal itu membuat Dewi
terkejut, karena baru beberapa langkah dia meninggalkan
tempatnya, ia sudah harus kalah. Dewi merasa kesal dan
ngambek untuk bermain petak umpet.
“Dia tak jauh dari sini kok Kak Eyak. Rumahnya ada di
sebelah. Ayo kita kerumahnya.” Jawab Hendra.
15
agar temannya datang untuk membukan pagar rumahnya.
Hendra menyebutkan nama Kak Dimas berulang kali. ‘Dia
memanggil Kak. Berarti dia seumuran denganku’. Pikir
Eyak. Tak lama anak yang sedari tadi di panggil Hendra
keluar dari rumahnya. Kesan pertama yang Eyak lihat
adalah kulitnya yang lebih putih dari Hendra. Ia berpikir
kalau semuat temannya berkulit putih. Ia baru pertama
kali melihat anak berkulit putih hingga pipinya berwarna
merah pudar. Dimas membukakan pagar rumahnya dan
menanyakan anak-anak yang ada di sebelah Hendra.
Hendra menjawab kalau mereka semua adalah teman
barunya. Dimas tersenyum kecil dan memperkenalkan
dirinya. Lalu ia mempersilahkan mereka masuk kedalam
rumahnya. Rumahnya sepi. Dimas mengajak mereka
melewati ruang tamu lalu mereka mengajak tempat ajaib di
rumahnya yang membuat Eyak, Ririn, dan Dewi
tercengang. Dimas mengajak mereka ke jembatan kecil
yang ada dirumahnya. Dibawsh jembatan itu juga ada
kolam kecil. Di dalamnya terdapat ikan koi yang cukup
banyak.
16
barunya. Mereka setuju dengan tawarannya lalu mengikuti
Dimas ke dapur dan mengambil beberapa pudding. Eyak
tak mengikuti teman-temanya. Ia tetapsaja berdiri di
jembatan itu dan melihat ikan koi. Tak lama Dimas
memberikan pudding untuk Eyak yang sedari tadi berdiri
di atas jembatan kecil itu.
17
heran melihat kelakuan Eyak dan tawanya. Baginya itu
hanyalah hal biasa.
***
18
langkah dari rumah Kak Mela, mereka sampai di rumah
Dimas. Mereka memanggil-manggil nama Dimas. Lalu
Dimas keluar dengan membawa kunci pagar. Eyak dan
Hendra masuk ke rumahnya lalu menuju kamarnya. Disana
mereka bermain Monopoli. Eyak kebingungan dengan
permainan itu karena tidak pernah bermain hal seperti itu.
Ia biasa bermain fisik, seperti petak umpet, gerobak
sodor, kejar-kejaran, dan sepak bola. Mengetahui hal itu,
Dimas mengajarkan Eyak bagaiman cara bermainnya.
Setelah Eyak paham mereka mulai permainan. Permaian ini
hanya membutuhkan sebuah keberuntungan dan banyak
uang. Di permainan pertamanya, Eyak berhasil menguasai
permainan itu. Dimas pergi ke dapur untuk mengambil
cemilan. Kali ini bukan pudding seperti sebelumnya.
Dimas membawa sekotak biscuit yang di atas ada berbagai
macam warna dan bentuk. Mereka menikmati camilan itu
dengan segelas susu. Di sela-sela mereka makan, Eyak
mengajak mereka untuk bermain petak umpet. Dimas
bertanya dimana mereka bisa bermain petak umpet. Eyak
menyarankan di depan rumah. Hendra setuju dengan saran
Eyak. Melihat Hendra setuju Dimas juga ikut setuju.
Setelah kesepakatan itu, mereka keluar dari kamar Dimas
dan turun tangga. Saat mereka mendekati pintu rumah,
mereka melihat ibu Dimas.
19
“Wah kamu sudah besar ya. Sering-sering ya main di
rumah Dimas.” Pinta ibunya Dimas.
20
“Kamu nggak papa?” Tanya Dimas.
21
Dimas mengatakan untuk Eyak cepat sembuh dan bisa
bermain lagi. Kak Chandra menjawab harapan Dimas
dengan senyuman.
22
Bab 2
23
“Eyak kamu tadi narinya bagus.” Ujar ibu yang
memberikan sebotol susu rasa Eyak yang sedang istirahat
karena kelelahan.
“Biarkan saja. Aku kan putri. Putri itu wajar kalau makai
make up.” Jawab Eyak dengan wajah cemberut.
24
Ayah berencana mengajak mereka untuk liburan di
rumah nenek yang ada di Bojonegoro. Perjalan Gresik ke
Bojonegoro dua jam kalau tidak macet. Di perjalanan, ibu
membersihkan make up Eyak. Wajah Eyak semakin di
tekuk saat wajahnya di bersihkan. Tak lama, ia tertidur
pulas di dalam mobil. Ia cukup kecapaian dengan
pertunjukannya pagi tadi. Dia tidur di pangkuannya
ibunya.
25
mereka, seperti tas yang berisi baju, dan beberapa kotak
kardus yang berisi makanan. Ayah membawa kardus itu di
bantu kakak dan ibu membawa tas baju mereka.
26
kambing itu yang lari kesana kemari. Riris hanya melihat
tingkas sepupunya yang nggak bisa diam itu.
27
keluar dan menutup pintu perlahan agar Eyak tak
terbangun.
***
28
Kukuruyuk…. Suara ayam jago yang ada di depan
rumah Eyak membangunkannya. Ia beranjak dari
ranjangnya lalu menuju kamar mandi. Kakak berada di
meja makan dengan meminum segelas susu. Kak Chandra
siap untuk berangkat ke sekolah. Sedangka Eyak baru saja
masuk ke dalam kamar mandi. Melihat hal itu membuat
Kak Dimas kesal. Ini adalah hari pertama Eyak masuk ke
SD. Tapi sikap malasnya tidak pernah berubah. “Cepat
mandinya! Nanti aku tinggal lima belas menit lagi.”
Teriak Kak Chandra. Tapi tak ada jawaban dari Eyak.
29
Kak Chandra mengantar Eyak ke kelas barunya. Eyak
hanya terdiam. Ia tak banyak berbicara seperti biasanya.
Tempat ini masih asing baginya. Sesampainya di kelas,
Kak Dimas memilihkan bangku yang dekat jendela. Eyak
duduk disana. Tak lama kemudian, ada anak yang duduk di
sebelahnya. Eyak menjulurkan tanggannya. Dan
mengenalkan dirinya. Anak itu menerima tanggan Eyak. Ia
menyebutkan namanya. Bella. Anak itu sekarang menjadi
teman sebangku Eyak. Kemudian Eyak dan Bella mulai
berkenalan dengan anak satu kelasnya. Eayak tak terdiam
lagi seperti semula. Tak lama, wanita tua memakai
seragam coklat berkerudung, memasuki kelas Eyak. Semua
anak-anak kembali ketempat duduk mereka. Mereka
terdiam. Wanita tua itu memperkenalkan dirinya. Bu Tri.
Sekarang wanita tua itu menjadi walikelas di kelas itu.
30
Makanannya ia bawa ke kelas. Lalu ia melihat Eyak dan
Bella yang kebingungan dengan tempat kantin. Ya sudah ia
membantu mereka. Mengetahui hal itu membuat Eyak
senang dengan Aulia karena ia berani menunjukan kantin
kepadannya, padahal ia sudah dari kantin. Tak lama Bella
menghampiri mereka. Lalu mereka kembali ke kelas.
31
siapa anak yang ada di hadapannya. Anak yang taka sing
baginya. Yup itu adalah Eyak. Dimas berdir dan
menyapanya balik.“Hi Eyak. Kamu juga sekolah disini.
Wah asik nih.” Kekankalan Eyak kembali. Ia mengajak
Dimas untuk kabur dari pelajaran dan pergi ke kantin.
Dimas terkejut dengan ajakan Eyak. Tapi Eyak memaksa
Dimas untuk mengikuti kemauannya. Lalu Eyak memegang
tangan Dimas dan lari ke kantin. Sesampainya di kantin
mereka memembeli beberapa camilan. Mereka asik
mengobrol hingga lupa dengan pelajaran mereka. DI sela-
sela canda mereka, Eyak melihat seorang guru yang akan
menuju kantin tak jauh dari hadapannya. Ia menarik
tangan Dimas lagi dan memebawanya di belakang kantin.
Dimas menanyakan apa yang terjadi. Eyak menutup mulut
Dimas. “Ssstt. Jangan berisik. Ada guru di sana. Kalau
kamu berisik nanti kita akan tertangkap.” Ujar Eyak. Lalu
mereka mengendap-enadap keluar dari belakang kantin dan
kembali ke kelas mereka.
32
Bel pulang berbunyi. Anak-anak di kelas bersiap
untuk pulang. Setelah member salam untuk guru. Mereka
di persilahkan pulang. Bella meninggalkan Eyak duluan
karena ibunya menungu di gerbang. Eayk menuju kelas
Kak Chandra. Di sana ia melihat kakaknya masih dalam ke
adaan pelajaran. Ia memanggil-manggil Kak Chandra.
Suara cempreng yang khas itu membuyarkan konsentrasi
teman kelas dan guru Kak Chandra. Anak-anak disana
mulai gaduh melihat wajah polos Eyak. Guru yang sedang
memberikan materi menghampiri Eyak dan menanyakan
ingin bertemu siapa. Ia menjawab Kak Chandra. Lalu Guru
itu memanggil Kak Chandra. Ia menghampiri adiknya.
33
“Baiklah kalau begitu. Oh ya nanti kita main ya habis
pulang ke rumah.”
***
34
Sialnya, ia tak mengetahui ada Bu Lilik yak tak jauh dari
gerbang sekolah. Mendengar teriakan Eyak, Bu Lilik
menuju arah Eyak dan menarik rambutnya. Teriakan Eyak
yang semula menandakan victory berubah menjadi teriakan
kesakitan karena rambutnya.
“Apa? Kamu itu ya, bentar lagi kamu udah mau Ujian
Nasional, masih aja telat. Semenjak kamu nggak di antar
lagi sama kakakmu, kamu jadi sering telat. Kamu
seharusnya bisa jadi kayak kakakmu yang nggak pernah
telat dan dikelas nggak pernah tidur nggak kayak kamu.”
Terang Bu Lilik.
35
yang ia dapatkan. Ia terus saja berlari meskipun ia terasa
capek dan haus.
36
Eyak sampai di dalam kelas. Guru belum datang. Itu
berarti tak ada yang menyambutnya lagi dengan pidato
dadakan. Ia duduk di bangkunya. Aulia dengan sigap
memainkan kipas plastic yang selalu ia bawa untuk
memberikan kesejukan buat Eyak.
37
Melihat wajah temannya yang mendadak berubah, Aulia
bertanya kepada Eyak, namun ia hanya menjawab dengan
senyuman kecut. Lalu Aulia melihat sekeliling kantin.
Pencariannya terhenti setelah melihat seseorang yang taka
sing baginya yang selalu merubah suasana hati Eyak. “Ada
Dimas ya?” Tanya Aulia. Sekali lagi Eyak hanya menjawab
dengan senyuman kecut. “Dia memang anak yang
menyebalkan. Hanya karena kamu dari kelas enam C, dia
begitu saja memutuskan pertemanan kalian.” Kesal Aulia.
Mendengar temannya kesal, Eyak menyuruhnya untuk
menghabiskan makanannya.
38
mendengar perkatakaan Eyak.“Kau masih mau berbicara
denganku?” Tanyak Eyak. Dimas membalikan badannya
menghadap kearah Eyak. Eyak membuka matanya.
39
tak tahan dengan itu semua. Karena itu ia mulai menjahui
Eyak.
40
meninggalkan tempat itu. Dimas sedari tadi melihat Eyak
mulai dari gerbang hingga ia naik angkot. Kakekknya
menepuk pundak Dimas dan membuyarkan pandangannya.
41
Bab 3
42
Satu minggu telah beralu dan Eyak memulai pelajaran
pertamanya. Ia satu kelas lagi dengan Bella. Akhirnya ia
bisa satu bangku lagi dengan Bella selama lima tahun ia
merindukan teman satu bangku pertamanya saat SD.
Mereka terpisah saat kelas dua. Eyak di kelas C sedang
selalu berpindah-pindah, kadang dikelas A atau B. Hanya
Eyak dan Aulia yang selalu menetap di kelas C. Tapi
sekarang Aulia tak satu sekolah lagi dengan mereka. Aulia
berada di SMP 4.
43
karena, ia memiliki pendengaran yang orang lain tak
ketahui. Di saat ia melamun atau tidur, ia bisa mendengar
dan mengingat apa yang oaring lain katakana. Ia
merahasiakan ini dari siapapun kecuali temannya, Aulia
dan Bella.
44
Di kantin, Eyak memesan tiga donat dengan mimis
coklat dan segelas susu coklat. Ia duduk di dekat Bella.
Melihat temannya membeli donat dan susu coklat dengan
wajah merah, Bella bisa menebak kalau ia sedang kesal
setengah mati.
45
membuat ulah. Kepala Eyak semakin pening. Kenapa ia
harus berurusan dengan anak onar. Dan juga anak itu
adalah anak yang disukai Bella. Eyak terkejut setengah
meti setelah mendengar pernyataan Bella. Ia tak
menyangka tamannya bisa menyukai anak onar. Eyak
mencoba melupakan kejadian tadi dan mulai mengayuh
sepedanya.
***
46
Jimi pergi meninggalkan Eyak yang ada di dalam
toilet sebelum mengetahui namanya. Ia berjalan melewati
koridor dan tangannya bersembunyi di dalam saku
celananya.
47
Bel berbunyi untuk jam pulang. Eyak bergegas
pulang dengan menuju ke parkiran untuk mengambil
sepeda lalu mengayuhnya. Butuh waktu dua puluh menit
untuk pulang pergi sekolah. Saat ia berada di pertigaan
rumahnya ia melihat anak yang tak asing. Anak itu adalah
Dimas. Eyak mengayuh sepedanya melewati Dimas yang
berjalan berlawanan dengan arahnya. Mereka terdiam.
Mereka tak menyapa satu sama lain. Mereka benar-benar
canggung setelah percakapan terakhir mereka. Di hati
kecil Eyak, ia merasa sedih harus putus persahabatan
dengannya. Namun bagaimana lagi. Dimas yang memulai
menghindari Eyak.
“Iya nak.”
48
tidak bisa digunakan hari ini. Kemarin sore saat ia pulang
dari perpustakaan daerah, ban sepedanya tertancap paku.
Dengan terpaksa sepedanya tak bisa di pakai untuk besok.
49
bicarakan Bella. Ia menjawab “Anak menjengkelkan
seperti dia tak pantas dipanggil ‘senior’.”. Eyak menarik
lengan Bella dan membawanya masuk ke dalam kelas.
50
“Kamu kok ada disnin?” Tanya Eyak mengerutkan
keningnya.
51
Melihat Eyak memasuki rumahnya, Jimi
melangkahkan kakinya beranjak dari depan rumah Eyak.
Tak jauh dari tempat ia melangkah, ia melihat Dimas. “Hei
kamu!” Teriak Jimi yang membuat Dimas terdiam di
tengah jalan. Jimi melangkahkan kakinya mendekati
Dimas.
***
52
plastic sedang memenuhi barang belanjaannya. Ia keluar
dari supermarket dan berjalan menuju rumah.
“He siapa kau? Nggak usah ikut campu.” Jawab anak yang
memakai rompi dan topi berwarna hitam.
53
dirinya karena obat pitadint yang perih. Tapi kenapa Bella
yang mengais. Eyak mencoba menenangkan Bella. Bella
mengusap ai matanya. Ia berterima kasih kepada Eyak
karena telah menyelamatkannya. Eyak hanya tersenyum.
54
Esoknya sore hari yahg cerah, ia mengayuh
sepedanya menuju rumah. Jalan raya yang biasa ia lalui
tak seramai seperti biasanya. Tak jauh dari jalan raya, ia
memasuki tikungan yang sepi. Ia melaui polisi tidur
setelah tikungan. Lalu melanjutkan jalanan lurus. Namun,
ada insiden yang tak pernah ia duga. Saat ia sedang asik
mengayuh sepedanya, tiba-tiba ada seorang yang sengaja
mendorong sepedanya dari samping. Ia jatuh seketika.
Lutut dan telap tangnnya terluka. Ia membalikan badan
dan melihat tiga anak yang ia temui saat menolong Bella.
Eyak berdiri dan meneriaki ketiga anak yang tak jauh dari
hadapannya. Anak-anak itu menghampiri Eyak dan
membuatnya terpojok. Saat Eyak akan menampara mereka,
dengan cepat anak itu menangkap tangan Eyak dan usaha
Eyak gagal. Lalu anak itu mendorong Eyak hingga
terjatuh. Luka Eyak semakin terasa sakit. Mereka
mengatakan kepada Eyak yang jatuh ke tanah ingin balas
dendam. Mereka nggak terima dengan perlakuan Eyak
kemarin.
55
keselamatan. Ia menarik nafas panjang lalu memasangkan
sabuk pengamannya Eyak. Lalu ia mengandarai mobilnya
pergi dari tempat itu menuju rumahnya.
56
Setelah Jimi mengobati luka Eyak, ia mengantarnya
pulang. Di pejalanan menuju rumah Eyak, mereka diam
seribu bahasa. Di batin Eyak ia merasa malu dan heran
dengan sikap Jimi. Beberapa menit kemudian mereka
sampai dirumah Eyak. Eyak turun dari mobil dan Jimi
menurunkan sepeda Eyak yang ada di atas mobilnya. Eyak
mengucapkan terima kasih kepada Jimi, tapi Jimi hanya
diam saja.
57
langkahnya terhenti saat Dimas mengucapkan hal yang
membuat Eyak bingung. Di saat Eyak dekat dengan pintu,
Diman berucap agar tak dekat lagi dengan Jimi karena ia
tak suka. Eyak terdiam sejenak lalu melanjutkan
langkahnya dan mencoba menghiraukan omangan Dimas
dengan tak membalik badannya.
***
58
Di perjalanan Eyak merasa kedinginan. Ia menahan
kedinginan itu karena ia tak memakai jaket. Mengetahui
adiknya kedinginan, Kak Chandra menyuruh adiknya
memasukan tangannya di saku jaketnya. Hanya itu saja
yang bisa dilakukan Kak Chandra. Karena, jika ia berhenti
sebentar untuk memberikan jaketnya, akan membatnya
telat. Jarak sekolah Eyak dan Kak Chandra cukup jauh.
Maka dari itu kakaknya jarang sekali mengantar Eyak.
59
Jimi masih berdiri di tempat itu dan memerhatikan langkah
mereka.
60
melanjutkan perkataannya. Ia ingin tau apa yang di alami
Eyak kemarin hingga membuat tubuhnya di penuhi perban.
Tatapan Jimi masih dingin. Jantung Bella berdebar
kencang karena bisa bertatapan langsung dengan Jimi. Tak
lama Jimi menganggukan kepalanya dan mengajakanya
untuk bicara di kantin. Bella tertegun dengan sikap Jimi.
Ia merasa ada kembang api di kepalanya. Ia mengikuti
langkah Jimi dari belakang.
61
habis beretemu Jimi. Bella tersipu malu. Tanpa ia jawab,
Eyak sudah tau dari awal.
62
pergi ke Jepang. Ibunya yang telah tiada membuat hari-
hari Bella sunyi saat di rumah. Kakak perempuannya yang
kuliah di Jerman, satu tahun sekali ia pulang ke rumah.
Bella ingin sekali mengikuti kakaknya ke Jerman agar ia
tak kesepian saat di rumah.
***
63
Ibu datang ke kamar Eyak dan mencoba untuk
membangunkannya. Eyak tetap saja tak mau bangun dan
menutup tubuh dan juga wajahnya. Lalu ibunya berkata
kalau Eyak sudah janji akan menemaninya belanja.
Mendengar perkataan ibunya, Eyak langusung bangun dari
tidurnya dan menanyakan ibunya apakah hari ini ia akan
belanja. Ibunya mengguk. Mata Eyak membulat lalau
beranjak dari kasurnya dan menuju kamar mandi. Ibunya
pergi meninggalkan kamar Eyak dan pergi ke dapur untuk
menyiapkan sarapan buat Eyak.
64
Dimas menanyakan apakah sudah mendapatkan kain yang
bagus. Mendengar perkataan ibunya Dimas membuat Eyak
semakin bingung. Lalu ibunya menjelaskan kalau tiga
minggu lagi adiknya ibunya Dimas akan menikah. Ibu
membeli kain untuk di kenakan ibunya Dimas. Karena
ibunya Eyak adalah penjahit, maka ibunya Dimas meminta
bantuan ibunya Eyak.
65
untuk membeli obat dan mengobati tangan Eyak. Wajah
Eyak dan Dimas membeku. Ibunya Dimas menghiraukan
ekspresi wajah mereka lalu membawa ibunya Eyak ke
tempat makan. Dengan terpaksa kali ini mereka hanya
berdu. Ibunya memang sengaja meninggalkan mereka
berdua agar mereka kembali akrab lagi seperti dulu.
66
kelakuan Dimas, Eyak memulai makannya. Tanpa Eyak
sadari, sesekali Dimas mencuri-curi pandang saat Eyak
makan. Sesekali bibirnya tersenyun tapi tak lebar.
67
mendekati Dimas. Jantungnya pun berdetak kencang lagi.
Merasakan hal itu, Eyak lebih kencang lagi mengayuh
sepedanya dan melewati Dimas tanpa memandangnya.
68
ternyata sedang demam cukup tinggi. Mendengar jawaban
bibi, Eyak langsung menuju kamar Bella.
69
yang tak terduga. Eyak dengan sigap meladeni Bella yang
sebenarnya ia merasa ngantuk dan ingin cepat-cepat tidur.
***
70
kelas. Tak jauh dari tempat ia memakirkan sepedanya,
Bella memanggilnya. Eyak menghentingkan langkahnya
lalu membalikan tubuhnya. Eyak tersenyum lebar saat
Bella datang ke arahnya. Bella menggandeng tangan Eyak
lalu mereka melangkahkan kakinya menuju kelas.
71
Hujan deras tan menghalanginya untuk mengutarakan
niatnya yang membuat anak-anak berada di kelas keluar
untuk melihat Jimi dan anak-anak yang berjalan di area
koridor menghentikan langknya atau anak-anak yang
berada di kantin seperti Eya dan Bella memandang heran
dengan kelakuan Jimi.
72
memegang pudak Bella lagi. Karena sakit hatinya, Bella
melihat batu yang tak jauh darinya. Ia mengambulnya lalu,
“Duk!” Ia meukul kepala Eyak. Darah mengalir dari
kening Eyak dan membuatnya pingsan seketika. Tangan
Bella gemetar setelah melihat temannya pingsan karena
ulahnya.
73
Wajah dingin Jimi tak bisa di sembunyika. Ia
bertanya kepada Bella kenapa ia melakukan itu. Ia terdiam
sejenak lalu menceritakan apa yang ia rasakan saat Jimi
mengutarakan cintanya kepada Eyak bukan padanya.
Ekspresi Jimi tak berubah. Jimi mengatakan kalau
perasaannya kepada Eyak tak bisa diubah. Lalu
meninggalkan Bella. Air matanya tak tertahankan setelah
Jimi mengatakan hal itu. Hatinya benar-benar hancur.
74
Eyak memasuki mobil begitu pula orang tuanya. Saat
mobil akan berangkat, Eyak melihat Jimi yang berada di
luar mobil. Ia tersenyum padanya dan melambaikan
tangannya. Eyak benar-benar dengan yang harus ia lakukan
menghadapi sikap Jimi.
75