Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA

Dosen pengampu : Indah, S.Kep., Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

1. Zizi
2. Melinda SellyAry S (7317001)
3. Masyithah Ridhati (7317004)
4. ZannaAlfiyatur R
5. HidayatunKhasanah
6. FebriyanthiDwi L

PRODI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “
AsuhanKeperawatanpadakasusPerilakuSeksualpadaRemaja”, yang mana
makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
matakuliahKeperawatanKesehatanJiwa 2.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari


berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan memberikan saran.

Penulis menyadari bahwa, dalam pembuatan makalah ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan. Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat.

22Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa pubertas merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi


dewasa yang dimulai umur 8 – 14 tahun. Awal pubertas dipengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya adalah bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan. Secara
klinis mulai tumbuh ciri-ciri kelamin sekunder, misalnya : tumbuh rambut pubis,
ketiak, timbul jerawat pada wajah, peningkatan berat badan dan tinggi badan,
pada wanita mengalami pembesaran buah dada dan pada pria terjadi perubahan
pada suara dan tumbuh jakun. Sebagian besar remaja umur kawin pertama dalam
usia belia (<19 tahun). Pada masa puber (13 tahun ke atas) adalah masa di mana
mereka mencari jati diri dan arti dari hidup. Pada masa-masa ini pula remaja
memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Bisa dibilang karena rasa ingin
tahunya yang besar, semakin dilarang, semakin penasaran dan akhirnya mereka
berani untuk mengambil resiko tanpa pertimbangan terlebih dahulu.
Diera gobalisasi seperti yang kita alami saat ini, , remaja harus
terselamatkan dari bahaya globalisasi. Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan.
Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk, sementara
budaya tersebut tidak cocok dengan kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan
seks bebas itu tidak cocok dengan kebudayaan kita. Pada saat ini, kebebasan
bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkuatirkan. Para remaja dengan
bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-
tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan
masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa
remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu bentuk gengsi yang
membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan
untuk mendapatkan pacar.
Seks bebas itu sendiri ada kaitannya dengan perilaku yang berdampak
buruk terhadap kesehatan reproduksi. Mereka tidak memikirkan akibat dari
perbuatan yang tidak mempunyai status. Oleh karena itu pemerintah harus mampu
mengambil tindakan dan menyaring pengaruh yang berhak dan berdampak negatif

4
bagi para remaja. Begitu pula peran remaja harus mampu mengendalikan diri dan
menghindari hubungan seks pra nikah. Salah satu faktor yang paling berpengaruh
dalam perubahan perilaku remaja dalam urusan seks adalah masuknya budaya
barat ke negara berkembang seperti Indonesia. Kita telah mengetahui bahwa
sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh kebudayaan yang
mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan
dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila. Selain
itu, Banyaknya media remaja yang getol menyajikan budaya Barat semakin
mendekatkan remaja pada kehidupan serba boleh (permissif ) alias bebas berbuat
selama tidak mengganggu orang lain. Termasuk dalam urusan seks. Karena di
beberapa negara Barat, perilaku seks bebas remaja memang tinggi sekali. Mereka
para orang negara barat menganggap bahwa seks bebas adlah suatu yang wajar,
karna sebagian besar mereka disana melakukan seks bebas. Hal tersebut dapat
terjadi karena tidak adanya budaya serta norma-norma yang mereka junjung,
sedangkan di Indonesia sendiri ada budaya serta norma-norma yang harus kita
junjung hal tersebut seharusnya dapat menjauhkan diri kita dari seks bebas.

A. Tujuan
B. Manfaat

5
BAB II
KONSEP TEORI

A. Perilaku Seksual
1. Pengertian Seksual
Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi
tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam
berhubungan kelamin. Hal ini tentunya akan membuat orang tua merasa khawatir,
sehingga perlu diluruskan kembali pengertian seks. Pendidikan seks berusaha
menempatkan seks pada persefektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif
tentang seks.
Dengan pendidikan seks pada persefektif yang tepat dan mengubah
anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu
remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua
orang. Seksualitas adalah istilah yang mencakup segala sesuatu yang berhubungan
dengan seks. Menurut Sarwono (1983: 52), pengertian seks terbagi menjadi dua:
a. Seks dalam arti sempit
Dalam arti sempit seks berarti kelamin, yaitu: alat kelamin itu sendiri;
anggota-anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah yang membedakan antara lakilaki
dan wanita, misalnya: perbedaan suara, pertumbuhan kumis, pertumbuhan
payudara, kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang
mempengaruhi bekerjanya alat kelamin (senggama, percumbuan, proses
perubahan, kehamilan, kelahiran).
b. Seks dalam arti luas
Dalam pengertian ini, seks adalah sesuatu yang terjadi akibat dari adanya
perbedaan jenis kelamin, antara lain: perbedaan tingkah laku, lembut, kasar, genit,
dan lain-lain. Perbedaan atribut: pakaian, nama, dan lain-lain. Perbedaan peran
dan pekerjaan: hubungan antara pria dan wanita: tata krama pergaulan, percintaan,
pacaran, perkawinan atau pernikahan, dan lain-lain Menurut Larose (1987: 11),
seks bukanlah urusan kelenjar saja adakalanya seks diartikan sebagai pantulan
rasa cinta. Oleh karena itu, hubungan seks sering terjadi antara dua orang yang
saling mencintai. Lambat laun akan disadari bahwa seksualitas dalam arti luas
adalah sesuatu yang luas dan amatlah kompleks. Seks merupakan perpaduan

6
antara perasaan yang membara. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka
dapat dinyatakan bahwa seks tidak hanya menyangkut masalah alat kelamin saja,
melainkan berhubungan masalah psikis manusia yang timbul akibat adanya
perbedaan jenis kelamin, yaitu antara laki-laki dan perempuan yang keduanya
merupakan suatu sistem yang memungkinkan terjadinya kehamilan.
2. Fungsi Seksual
Menurut Sarwono (1987: 75), seks mempunyai fungsi, sebagai berikut:
a. Seks untuk tujuan reproduksi
Untuk hal ini tidak dibutuhkan persyaratan yang sulit dan hubungan seks
ini adalah yang paling mudah, walaupun ada beberapa pasangan suami istri yang
tidak berhasil mendapatkan keturunan. Mula-mula orang berpendapat,terutama
kaum agama, bahwa fungsi hubungan seks itu semata untuk memperoleh
keturunan. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa seks itu adalah sesuatu
yang suci dan hal yang tabu serta patut dibicarakan terbuka.
b. Seks untuk pernyataan cinta
Juga tidak sulit, meskipun lebih kompleks dari fungsi pertama, karena
kejadian ini didukung oleh ikatan cinta.
c. Seks untuk kenikmatan dan kesenangan
Bentuk fungsi ini adalah merupakan yang paling sulit dibandingkan
dengan kedua fungsi sebelumnya. Disini dituntut kemampuan untuk menghayati
hubungan yang cukup lama dan mampu mengalami orgasme tanpa merugikan
salah satu pihak. Hubungan seks yang merugikan salah satu pihak, misalnya
terjadi diluar pernikahan dan tidak termasuk ke dalam hubungan seks yang benar
dan normal.
3. Pengertian Perilaku Seksual
Menurut Sarwono (2003: 14), perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan
jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama.
Menurut Mu’tadin (2002: 65), perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan
ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum, sedangkan perilaku
seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses

7
pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan
masing-masing. Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara
fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap
hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan
perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui
proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan
kepercayaan masing-masing individu. Menurut Hartono (2000: 54-56), bentuk
bentuk perilaku seksual dapat dikategorikan dalam tingkatan ringan dan berat.
a. Perilaku Seksual Tingkatan ringan, terdiri dari:
1) Berpelukan.
Seni berpelukan digambarkan pada mereka yang sedang mabuk cinta.
Perkataan cinta berasal dari bahasa sansekerta yang berarti membayangkan.
Dengan demikian seni berpelukan diartikan dan berkata dengan membayangkan
sehingga kenikmatannya semakin tinggi
2) Berciuman
Berciuman merupakan salah satu bentuk mengemukakan rasa cinta yang
lazim dilakukan pasangan
3) Masturbasi/onani,
Yaitu rangsangan yang dilakukan dengan menggunakan jari tangan atau
benda lain sehingga mengeluarkan sperma/cairan dan mencapai orgasme.
Masturbasi juga dapat diartikan sebagai mencari kepuasan atau melepas keinginan
nafsu seksual dengan jalan tidak bersenggama.
b. Perilaku Seksual Tingkatan berat, terdiri dari:
1) Petting, yaitu melakukan ciuman, gigitan, remasan payudara dan isapan pada
klitoris atau penis untuk orgasme. Namun secara teknis pihak wanita tetap
mempertahankan kegadisannya
2) Coitus, yaitu melakukan senggama, dalam bahasa Latin, senggama disebut
coitus. Co yang artinya bersama dan ite artinya pergi, sehingga senggama (Coitus)
diartikan pergi bersama. Senggama sudah dianggap sebagai pelepasan ketegangan
seksual untuk memperoleh kepuasan.

B. Remaja

8
1. Pengertian Remaja
Menurut Hurlock (1993:78), remaja adalah masa penuh kegoncangan,
taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Remaja
merupakan golongan transisional (peralihan) artinya keremajaan merupakan
gejala sosial yang bersifat sementara, oleh karena berada antara usia anak-anak
dan dewasa. Sifat sementara dari kedudukannya mengakibatkan remaja masih
mencari identitasnya, karena bagi anak-anak mereka sudah dianggap dewasa.
Sementara oleh orang dewasa mereka dianggap anak kecil, (Sarwono,2003:68).
Menurut Drajat (1995:45) mendefinisikan remaja sebagai tahap umur yang datang
setelah masa anak-anak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat
terjadi pada tubuh remaja luar dan membawa akibat yang tidak sedikit terhadap
sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja.
Mappiere (1982:68) membagi remaja ke dalam bentuk awal dan remaja
akhir. Remaja awal, berada dalam usia 12 dan 13 tahun sampai 17 atau 18 tahun
dan remaja akhir berada dalam rentang usia 17 atau 18 sampai 21 atau 22 tahun.
Menurut Soekanto (1987:77) dari sudut umur sulit untuk menentukan secara pasti
siapa yang dianggap remaja. Akan tetapi lazimnya masyarakat berpendapat bahwa
ada golongan remaja muda ( gadis berusia 13-17 tahun dan laki-laki berusia 14-17
tahun ) dan golongan lanjut bagi remaja yang menginjak usia 17-21 tahun. Dapat
disimpulkan usia yang dapat dikatakan remaja adalah dimana orang yang sudah
berusia 18 tahun. Sebagai pedoman umum kita dapat menggunakan batas yang
diberikan oleh (Sarwono 2002:14), yaitu menggunakan batasan usia 11 sampai 24
tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan sebagai
berikut:
a. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda seksual sekunder mulai
tampak (kriteria fisik)
b. Dalam masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap aqil balik, baik
menurut adat maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan
mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial)
c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan
psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral
(perkembangan psikologik)

9
d. Batasan usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberikan
peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri
pada orang tua namun belum dapat memberikan pendapat sendiri, serta belum
mempunyai hak-hak sebagai orang dewasa
e. Stasus perkawinan juga sangat menentukan, karena arti perkawinan masih
sangat penting menentukan di masyarakat kita secara menyeluruh Berdasarkan
pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa usia remaja merupakan masa menuju
dewasa dimana keadaan ini ditandai dengan adanya gejolak jiwa dan
perkembangan kepribadian yang cukup pesat. Adapun dalam penelitian ini yang
menjadi batasan usia remaja adalah seseorang yang berusia 15-21 tahun hal ini
disebabkan secara kejiwaan, remaja berusia 15 – 21 tahun sudah mampu menilai
mana yang baik dan buruk. Pada usia 15 – 21 tahun para remaja sudah mengambil
keputusan itu dan juga pada usia tersebut para orang tua sudah bisa
mendiskusikan dengan anak tentang perilaku seks yang tidak sehat dan ilegal.
2. Perkembangan Seksual Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa bukan
hanya dalam arti psikologis tetapi juga dalam arti fisik dengan tercapainya
kedewasaan tubuh seorang remaja dilingkungan kebudayaan manapun akan
mengalami perubahan fisik yang menuntut pula perubahan psikis khususnya
dalam penyesuaian diri remaja.
Secara lengkap Muss (Sarwono,1988:62-63) membuat urutan perubahan
fisik tersebut sebagai berikut:
1. Pada wanita
a) Pertumbuhan tulang
b) Pertumbuhan payudara
c) Haid
d) Bulu kemaluan menjadi keriting
e) Tumbuh bulu-bulu ketiak
2. Pada pria
a) Pertumbuhan tulang
b) Testis membesar
c) Awal perubahan suara

10
d) Ejakulasi (keluar air mani)
e) Bulu kemaluan menjadi keriting
f) Tumbuh bulu ketiak
g) Tumbuh bulu-bulu halus pada wajah
Dalam perkembangannya, remaja dipengaruhi oleh dua jenis kelenjar
eksokrin dan kelenjar endokrin. Pertumbuhan seks remaja sesungguhnya
merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan fisik secara
menyeluruh. Proses pematangan ini pada wanita diawali umur 9-11 tahun, yaitu
pembesaran payudara, sesudah itu pertumbuhan rambut di daerah kemaluan dan
ketiak. Pada pria proses pematangan seksual, dimulai dari umur 11-15 tahun yaitu
mulai dengan partumbuhan buah pelir dan zakar, tumbuhnya rambut di daerah
kemaluan luar berlangsung lambat.
Percepatan pertumbuhan pelir terjadi kira-kira bersamaan waktunya
dengan percepatan pertumbuhan tinggi badan, baru setahun kemudian mulai
pertumbuhan rambut di daerah kemaluan dan ketiak. Dengan pembesaran tulang
leher di bagian depan (jakun), pengeluaran suara remaja mengalami perubahan
(Gunarsa: 1990: 23).

3. Remaja dan Permasalahanya


Masa remaja yang merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi
dewasa merupakan masa yang sulit. Sering disebut masa stress and strom karena
pada masa ini remaja dihadapkan pada perubahan-perubahan yang membuatnya
bingung. Tidak hanya perubahan fisik yang berkembang pesat, tetapi juga
perubahan lingkungan yang memaksa remaja untuk menjadi dewasa seperti yang
diharapkan lingkungan, padahal remaja sendiri tidak tahu harus berbuat seperti
apa. Lingkungan mengharapkan remaja bisa bertanggung jawab seperti halnya
orang dewasa. Perubahan-perubahan ini membuat remaja yang tidak bisa
menemukan identitasnya mengalami kebingungan. Sebagian besar remaja
menghadapi masalah-masalah, baik itu dengan orang tua, teman, pacar maupun
dengan kehidupan di sekolah.
a. Remaja dengan orang tua

11
Perubahan yang dialami remaja secara fisik dan emosional membuat
remaja menjadi pribadi yang sensitif. Remaja selalu merasa unik dan berbeda
dengan orang lain. Hal ini yang menyebabkan remaja merasa tidak ada seorang
pun yang bisa memahami dirinya termasuk orang tua. Ketidaktahuan orang tua
akan perubahan pada masa remaja sering menyebabkan konflik di antara remaja
dan orang tua. Konflik bisa terjadi karena:
1) Orang tua kadang masih menganggap remaja sebagai anak kecil. Sedangkan
remaja merasa sudah dewasa dan menginginkan otonomi.
2) Perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan
idealisme dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian
dan identitas yang dialami remaja itu sendiri.
3) Orang tua yang cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan memberi
lebih banyak tekanan kepada remaja agar menaati standar-standar orang tua.
4) Remaja membandingkan orang tuanya dengan suatu standar ideal dan
kemudian mengecam kekurangan-kekurangannya.
5) Remaja suka memberontak, melawan, dan menentang orang tua karena
menganggap orang tua kolot dan merasa sudah bisa mengambil keputusan sendiri.

b. Remaja dengan teman sebaya


Pengaruh teman sebaya besar sekali terhadap remaja. Remaja beranggapan
hanya teman atau sahabatlah yang paling mengerti dirinya. Remaja berusaha
mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok agar bisa diterima dalam kelompok
tersebut. Remaja mengikuti aturan-aturan dalam kelompok. Konformitas dan
tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif dan negatif.
Namun, umumnya remaja terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas
negatif, seperti menggunakan bahasa yang jorok, mencuri, merusak dan
mengolok-olok. Di antara teman pun bisa terjadi konflik antara lain karena:
1) Remaja yang tidak bisa mengikuti aturan kelompok membuatnya dijauhi
2) Terjadi perbedaan pendapat karena adanya keegoisan masing-masing individu.
3) Pengaruh kelompok yang negatif seperti kelompok yang suka mabukmabukan
atau membuat kekacauan.
4) Penolakan dari kelompok dan kurangnya dukungan sosial.

12
5) Remaja yang merasa tidak sama dengan kelompoknya akan menjadi pendiam
dan menarik diri, merasa buruk dan tidak berharga. Konflik-konflik dengan teman
sebaya membuat remaja menarik diri dari lingkungan dan merasa kalau dirinya
tidak berharga dan tidak diharapkan lingkungan sosialnya. Hal ini bisa
mengakibatkan remaja menjadi antisocial atau melarikan diri pada hal-hal negatif
seperti obat-obat terlarang maupun kenakalan remaja.

c. Remaja dengan pacar


Masa remaja merupakan masa meningkatnya ketertarikan terhadap lawan
jenis. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya hormon dalam diri remaja. Pada
masa ini remaja sudah mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis yang sering
disebut pacaran atau berkencan. Bagi sebagian remaja bisa memiliki pacar
merupakan prestasi tersendiri karena remaja merasa bisa diterima dan disukai
orang lain. Dengan demikian remaja mengembangkan body image yang positif
sehingga meningkatkan harga dirinya. Berbeda dengan remaja yang tidak
memiliki pacar, mereka merasa ditolak dan tidak diinginkan.
Mereka merasa buruk dan menurunkan body image-nya. Perasaan ditolak
ini bisa membawa remaja lari ke hal-hal negatif. Remaja yang sudah berpacaran
juga mengalami konflik-konflik antara lain:
1) Perbedaan pendapat di antara keduanya.
2) Pacar yang selingkuh.
3) Tidak percaya, curiga, cemburu.
4) Pacar yang memiliki kebiasaan buruk bisa membawa pasangannya menjadi
seperti dirinya.
5) Pacaran yang tingkatnya sudah berlebihan dapat mengarah pada seks bebas dan
kehamilan remaja karena pada masa remaja minat seks juga meningkat.
6) Putus dengan pacar bisa menyebabkan sedih yang berkepanjangan, depresi
bahkan bisa menyebabkan bunuh diri.
7) Perasaan ditolak dan tidak diinginkan karena diputus pacar bisa membuat
remaja menarik diri atau lari pada hal-hal negatif.

d. Remaja di sekolah

13
Tuntutan-tuntutan orang tua agar anaknya bisa berprestasi di sekolah bisa
menyebabkan remaja tertekan apabila remaja yang bersangkutan tidak mampu
memenuhi harapan-harapan orang tua. Remaja yang prestasinya buruk cenderung
menarik diri atau melakukan tindakan yang mengacau. Prestasi buruk membuat
remaja merasa kecil dan tidak diterima di lingkungan sekolah. Disamping bisa
membuat prestasinya semakin hancur, remaja juga bisa lari ke hal-hal negatif.
Remaja yang bisa berprestasi akan merasa dihargai dan memiliki self-concept
yang baik. Merasa diterima karena mempunyai kemampuan dan pasti akan
banyak teman. Bisa diterima lingkungan sosialnya akan membuat remaja
menemukan identitasnya. (Mu’tadin,zainin 2007 f” pendidikan seks pada
remaja’e. psikologi. Com. Informasi psikologi, 10 Juli 2002. www e. psikologi.
Com diakses Juni 2011)

4. Kenakalan Remaja
Masa remaja yang merupakan masa pencarian identitas memang masa
yang sangat rawan. Perubahan fisik dan emosional membuat remaja sangat peka.
Dukungan dari orang tua dan teman-teman sebaya sangat penting bagi remaja
menemukan identitasnya. Dengan merasa diterima baik oleh keluarga maupun
lingkungan sosialnya membuat remaja mengembangkan self-concept yang positif.
Selanjutnya remaja akan berkembang menjadi remaja yang baik dan bisa bertahan
serta menyesuaikan diri dengan harapan-harapan sosial. Remaja yang mengalami
penolakan keluarga dan lingkungan sosialnya akan mengalami kebingungan
dalam pencarian identitasnya. Remaja akan merasa sendirian menghadapi segala
perubahan dan tekanan-tekanan hidup yang bagi remaja sangat berat. Orang tua
yang tidak memahami keadaan remaja membuat remaja seolah tidak dimengerti.
Penolakan keluarga membuat remaja merasa kecil dan takut menghadapi
lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi hubungan remaja dengan teman
sebayanya. Ditolak oleh kelompok merupakan pukulan yang sangat berat bagi
remaja karena remaja merasa hanya sahabatlah yang paling mengerti. Hubungan
dengan lawan jenis yang tidak baik atau diputus pacar dan prestasi sekolah yang
buruk membuat remaja merasa tidak berharga. Semua masalah di atas memang

14
berkaitan satu sama lain dan bisa membawa remaja yang putus asa lari ke obat-
obat terlarang, kenakalan remaja, dan lain-lain.
a. Obat-obat terlarang
Remaja yang mengalami penolakan sosial bisa lari pada obat-obat
terlarang. Seperti alkohol dan kokain. Alkohol adalah obat-obatan yang paling
banyak digunakan oleh remaja di masyarakat kita. Bagi mereka, alkohol member
saat-saat yang nikmat, juga saat-saat sedih. Selain itu ada kokain yang efeknya
memberi perasaan senang yang tinggi yang kemudian hilang, disusul dengan
perasaan-perasaan depresi, lesu, susah tidur dan cepat marah. Remaja khususnya
menggunakan obat-obatan sebagai suatu cara untuk mengatasi stres. Orang tua,
teman sebaya, dan dukungan sosial memainkan peranan penting dalam mencegah
penyalahgunaan obat-obatan di kalangan remaja.
b. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja mengacu kepada suatu rentang perilaku yang luas,
mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (bertindak berlebihan
di sekolah), pelanggaran (melarikan diri dari rumah) hingga tindakan-tindakan
kriminal. Beberapa prediktor kenakalan meliputi identitas yang negatif,
pengendalian diri yang rendah, harapan-harapan pendidikan yang tidak sesuai
dengan kemampuan remaja, pengaruh teman sebaya, status sosio-ekonomi yang
rendah dan kurangnya dukungan orang tua.
c. Kehamilan pada remaja
Pacaran yang terlalu jauh bisa berakibat kehamilan pada remaja yang
sangat rentan. Angka kehamilan yang tinggi juga dibarengi dengan angka aborsi
yang tinggi juga. Kemungkinan hubungan seks dilakukan suka sama suka atau
takut diputus oleh pasangan sehingga rela melakukan apa saja demi pasangan.
Seperti telah dijelaskan remaja takut ditolak oleh pasangan karena merasa tidak
berharga sehingga remaja rela melakukan semuanya asalkan hubungannya tidak
berakhir.
d. Gangguan-gangguan makan
Penolakan dari lingkungan sosialnya membuat remaja merasa buruk, harga
diri rendah dan body image negatif sehingga remaja berusaha dengan keras untuk
menjadi seseorang yang diinginkan yaitu berusaha menjadi seperti orang yang

15
diidolakan atau icon. Remaja khususnya perempuan berusaha menjadi kurus
karena tubuh seperti itulah yang dianggap sempurna sehingga mereka berlomba-
lomba untuk menjadi kurus. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan-gangguan
makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia yang justru merusak tubuh dan yang
paling fatal bisa menyebabkan kematian. (www. Blogspot. Com 2009. Tingkah
laku menyimpang pada remaja, html).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks di Kalangan Remaja


Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seks di kalangan remaja
adalah
sebagai berikut:
1. Pengetahuan Tentang Seks
Notoatmojo (2003), mendefinisikan pengetahuan sebagai pengertian atau
mengerti benar tentang sesuatu. Pengertian dapat juga diartikan sebagai
penerimaan dengan cermat dari stimuli atau isi pesan secara cermat dari apa yang
disampaikan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap sutu objek tertentu, terbentuknya suatu perilaku
baru terutama pada orang dewasa. Masa remaja adalah masa transisi antara masa
kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental
dan sosial sehingga harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial saling
bertentangan. Banyak sekali life events yang akan terjadi yang tidak saja akan
menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas generasi hidup
berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis. Maraknya
pergaulan bebas di kalangan remaja akhir-akhir ini, antara lain disebabkan
kurangnya pengetahuan mereka tentang pendidikan seks yang jelas dan benar.
Pendidikan seks kebanyakan hanya diketahui dari penjelasan teman (yang belum
tentu benar), membaca buku-buku porno, melihat gambar-gambar porno dari buku
maupun internet, bisa juga penjelasan yang kurang lengkap dari orangtua. Orang
tua mereka lebih mempercayai lembaga sekolah atau institusi yang terkait untuk
menyampaikan pendidikan seks kepada anak-anaknya.
2. Teman Sebaya

16
Menurut Andayani (1996: 15), dukungan teman sebaya menjadi salah satu
motivasi dalam pembentukan identitas diri seorang remaja dalam melakukan
sosialisasi, terutama ketika ia mulai menjalin asmara dengan lawan jenis.
Kemudian teman sebaya seringkali menjadi salah satu sumber informasi yang
cukup berpengaruh dalam pembentukan pengetahuan seksual dikalangan remaja,
bahkan informasi teman sebaya bias menimbulkan dampak negatif karena
informasi yang mereka peroleh hanya melalui tayangan media, majalah atau
berdasarkan pengalaman sendiri.

3. Teman Intim (Pacar)


Pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan
berdasarkan cinta kasih (kekasih), (Anwar, 2001: 23). Pacaran mengandung
pengertian sebagai dua orang berbeda jenis kelamin saling menyukai atau
berkomitmen, kedekatan dua orang yang dilandasi cinta dan merupakan masa
penjajakan dalam mencari pasangan hidup. Menurut Heru Satmoko (2007: 12),
berpacaran adalah sebagai proses perkembangan kepribadian seorang remaja,
karena ketertarikan terhadap lawan jenis namun demikian dalam perkembangan
budaya justru cenderung permisif terhadap gaya pacaran remaja, akibatnya remaja
cenderung melakukan hubungan seksual pranikah Pacaran dianggap sebagai pintu
masuk yang lebih dalam lagi, yaitu hubungan seksual pranikah sebagai wujud
kedekatan antara dua orang yang sedang jatuh cinta. Tanpa adanya komitmen
yang jelas mengenai batas pacaran, kadang tanpa disadari atau direncanakan
remaja dapat terbawa untuk melakukan hubungan seksual dengan pacarnya
4. Tempat Tinggal
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, tempat tinggal adalah sebuah
tempat yang biasanya berwujud bangunan rumah, tempat berteduh, atau struktur
lainnya yang digunakan sebagai tempat manusia tinggal. Istilah ini dapat
digunakan untuk ruparupa tempat tinggal, mulai dari tenda-tenda nomaden hingga
apartemen-apartemen bertingkat. Dalam konteks tertentu tempat tinggal memiliki
arti yang sama dengan rumah, kediaman, akomodasi, perumahan, dan arti-arti
yang lain. Unit sosial yang tinggal di sebuah tempat tinggal disebut sebagai rumah
tangga. Umumnya, rumah tangga adalah sebuah keluarga, walaupun rumah tangga

17
dapat berupa kelompok sosial lainnya, seperti orang tunggal, atau sekelompok
individu yang tidak berhubungan keluarga. Tempat lokasi paling sering
melakukan perbuatan terlarang tersebut bersama pacar adalah di rumah dan di
tempat kos berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PKBI (2005), di Kota
Palembang, Tasik Malaya, Cirebon, dan Singkawang. Pada penelitian tersebut
diperoleh 85% dari responden melakukan hubungan seksual pranikah pada usia
13-15 tahun di rumah mereka dengan pacar.
5. Media
Menurut Soetjiningsih (2004), media informasi tidak dapat ditinggalkan
untuk ikut serta dalam menyampaikan informasi penting kepada masyarakat
umumnya dan remaja khususnya. Selain itu media massa merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku seksual.
Media baik elektronik maupun cetak saat ini banyak disorot sebagai salah satu
penyebab utama menurunnya moral umat manusia termasuk juga remaja.
Berbagai tayangan yang sangat menonjolkan aspek pornografi, misalnya gambar
atau foto wanita yang berpakai minim atau tidak. Media akan menjadi sarana yang
efektif dalam proses pemberdayaan masyarakat tanpa kehilangan nilai jualnya.
D. Kerangka Pemikiran
Semakin pesatnya perkembangan teknologi, mekanisme dan industrialisasi
terjadilah perubahan-perubahan yang sangat pesat dan cepat dalam masyarakat
terutama di kalangan remaja. Perubahan tersebut dapat menyangkut nilai-nilai dan
pola perilaku hidup, sekaligus juga mempengaruhi nilai-nilai dan pola seks di
kalangan remaja. Pergeseran dan pelenturan penghargaan terhadap nilai-nilai seks
yang ada. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya perilaku seksual bebas di
kalangan remaja dalam masyarakat. Banyaknya kasus-kasus perilaku
menyimpang dalam masyarakat tidak terlepas dari perhatian dan kekhawatiran
dari kalangan pemerintah, pejabat, pendidik dan orang tua. Karena dianggap
sebagai masalah sosial yang dapat membawa dampak-dampak negatif bagi
kehidupan. Sebagaimana hal tersebut, fenomena-fenomena yang ada tidak terlepas
dari perhatian orang, juga remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik yang
membawa remaja mulai menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan
seks dan pergaulan dengan lawan jenis.

18
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.Kasus

SUKABUMI – Polisi menemukan fakta terbaru dari pengembangan kasus


pemerkosaan dan pembunuhan anak berusia lima tahun yang mayatnya ditemukan
di Sungai Cimandiri, Kampung Wangun Reja, Kecamatan Nyalindung,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pelakunya diketahui kakak tiri korban
berinisial RG (16) dan RD (14).

Fakta baru terungkap selain mencabuli korban, kedua remaja juga kerap
berhubungan seks dengan ibu kandungnya berinisial SR (35). Polisi sudah
menetapkan RG, RD dan ibunya SR sebagai tersangka. Mereka ditahan di
Mapolres Sukabumi untuk penyidikan.

Pengakuan tersangka SR, dia telah berhubungan badan dengan kedua putranya.
Semuanya dilakukan tanpa paksaan dan terjadi begitu saja. Selama ini SR telah
bersetubuh dengan RG sebanyak tiga kali, sedangkan bersama RD dua kali.

“Paling banyak sama RG karena dia lebih besar,” ujar SR, Rabu (25/9/2019).

20
Perbuatan asusila antara anak dan ibu kandung ini dilakukan lantaran SR telah
lama ditinggal suami. Dia bahkan yang kerap lebih dahulu memulai dengan
meloroti celana anak lelakinya.

Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi mengatakan, hubungan asmara sedarah


antara ibu dan anak, serta kakak dan adik tiri itu berujung pembunuhan terhadap
korban.

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terjadinya seks bebas di kalangan remaja dan mahasiswa dikarenakan
banyak faktor, yang paling utama adalah pesatnya perkembangan jaman, hal
tersebut membuat pergaulan menjadi bebas, sehingga banyak remaja dan
mahsiswa yang bergaul tanpa batasan dan etika. Salah satu contohnya dalam
berpacaran. Para remaja dan mahasiswa berpacaran tidak mempunyai batasan
serta etika sehingga dalam berpacaran lebih banyak dampak negative
dibandingkan dampak positif seperti halnya seks bebas. Persepsi yang salah
tentang seks bebas menyebabkan mereka berfikir bahwa melalui seks bebaslah
tersalurnya cinta dan kasih sayang. Pergaulan remaja yang bebas sebenarnya
dikarenakan oleh segala macam perkembangan yang di salah artikan oleh remaja
itu sendiri maupun lingkungannya. Seks bebas menyebabkan para remaja
kehilangan bangku sekolahnya, sama halnya juga para mahsiswa yang terpaksa
berhenti kuliah karna hamil diluar nikah. Selain itu, hamil diluar nikah dapat
berujung pada pengguguran janin, baik melalui aborsi ataupun bunuh diri karena
tidak siapnya menerima kenyataan (hamil diluar nikah) tersebut.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan
dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan
norma yang berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam
memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan
pendidikan agama, memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu
permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali. Usaha
untuk pencegahan sudah semestinya terus dilakukan untuk menyelamatkan
generasi muda kita. Agar lebih bermoral, agar lebih bisa diandalkan untuk
kebaikan negara ke depan.

B. Saran
Beberapa saran tentang seks bebas yang perlu diperhatikan adalah :

22
1) Kepada pihak orang tua, berikan semua yang terbaik untuk anak tetapi tetap
memperhatikan dalam membimbing dan mengarahkan remaja dengan dalam
memberikan pandangan yang benar mengenai persepsi pacaran agar terhindar dari
seks bebas.
2) Kepada generasi muda agar menetapkan tujuan dan arah hidup yang jelas,
belajar lebih mengenal diri sendiri, meningkatkan ke imanan dan ketakwaannya
dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat serta bergaul dengan teman secara
benar sehingga dapat terhindar dan terjerumus pada perilaku seks bebas.
Tingkatkanlah pengetahuan tentang segala perkembangan dengan tetap
meningkatkan pula keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3) Kepada para remaja baik pelajar maupun mahasiswa agar selain belajar juga
ikut ambil bagian dalam kegiatan yang positif dan kreatif dalam rangka
menyalurkan energi yang berlebih sehingga tidak mengarah pada penyaluran
dorongan bilogis secara langsung, misalnya dengan kegiatan. Keolahragaan,
pecinta alam, dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat mengembangkan potensi
dan bakat masing-masing.

23
DAFTAR PUSTAKA

24

Anda mungkin juga menyukai