Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Judul: Proses Penciptaan Manusia

Mata Kuliah: Hadits Kauniyah

Dosen Pengampu: Dr. Sholahuddin Al-Ayyubi, MA.

Disusun Oleh :

Sihab Ajuhri 171370032

JURUSAN ILMU HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
ABSTRAK

Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan


dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk berfikir yang
membedakannya dengan binatang. Mengenai proses kejadian manusia, dalam Al-Qur’an (QS.
Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bentuk yang
sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh kepadanya hingga menjadi hidup.

Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa
manusia berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana
kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di lain
pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut.
Khususnya agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam a.s.
disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi banyak seperti
sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat
pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia
pertama. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana proses kejadian manusia
menurut Al-Qur’an, hadist, maupun iptek.

A. Hakikat Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-
Nya. Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa yang menciptakan dirinya sebelum
mengenal lainnya.1
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :

 Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk


memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
 Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.

1
Sudono Syueb, Buku Pintar Agama Islam, (Percetakan Bushido Indonesia: Delta Media, 2011), hal: 70.
 Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
 Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik
dan jahat.
 Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan
ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di
dalam lingkungan sosial.

B. Asal Usul Manusia

1. Manusia dalam Pandangan Antropologi

Pada awalnya di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian berkembang dan
mengalami percabangan-percabangan. Percabangan ini mengakibatkan adanya variasi
mahluk hidup di dunia ini. Menurut Charles Darwin dalam teori Evolusinya, manusia
merupakan hasil evolusi dari kera yang mengalami perubahan secara bertahap dalam waktu
yang sangat lama. Dalam perjalanan waktu yang sangat lama tersebut terjadi seleksi alam.
Semua mahluk hidup yang ada saat ini merupakan organisme-organisme yang berhasil lolos
dari seleksi alam dan berhasil mempertahankan dirinya. Dalam teorinya ia
mengatakan : “Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna
menuju kepada kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada
asal-usul manusia.
Dapat disimpulkan bahwa manusia dalam pandangan Antropologi terbentuk dari satu
sel sederhana yang mengalami perubahan secara bertahap dengan waktu yang sangat lama
(evolusi). Berdasarkan teori ini, manusia dan semua mahluk hidup di dunia ini berasal dari
satu moyang yang sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori Evolusi yang dikenalkan
oleh Charles Darwin ini akhirnya meluas dan terus dipakai dalam antropologi.2
Teori ini mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis tumbuhan dan hewan yang tidak
mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula. Misalnya sejenis biawak/komodo
yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada. Jadi dapat kita
2
Hanykpoespyta, Manusia : Antara Pandangan Antropologi dan Agama Islam,
(http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-antropologi-dan-
agama-islam/, diposting : 19 April 2008)
katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori
dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.

2. Manusia dalam Pandangan Agama Islam

Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan digambarkan
dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, bagaimana proses pembentukkan manusia
yang juga digambarkan sejelas-jelasnya. Dalam Al-Qur’an jika dipadukan dengan hasil
penelitian ilmiah menemukan titik temu mengenai asal usul manusia ini.

Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu enam
masa. Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum,
Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan
perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme yang sesuai dengan
ukuran dan kadarnya masing-masing (tidak berevolusi).3
Manusia dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia mampu
membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil (salah). Dengan akal pula, manusia
mampu merenungkan dan mengamalkan sesuatu yang benar tersebut. Dengan karunia akal,
manusia diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan
keindahan.

Disamping memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang pasti ada dalam
dirinya, yaitu :

 Naluri untuk mensucikan sesuatu : naluri untuk beragama dan menyebah sesuatu yang
lebih dari pada dirinya.
 Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri : manunia punya kecenderungan marah,
sedih, senang dll.
 Naluri untuk melestarikan dirinya : naluri kasih sayang.

3
Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I, Proses Kejadian  Manusia dan Nilai-nilai Pendidikan di Dalamnya,
(http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusia-dan-nilai-nilai-
pendidikan-di-dalamnya/, diposting : 19 September 2012)
C. Proses Penciptaan Manusia Menurut Hadits

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ‫ َح َّدثَنَا َرس ُْو ُل هللا‬:‫قال‬ َ ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ْ ‫َع ْن َع ْب ِد هللاِ ب ِن َمس‬
ِ ‫ْعو ٍد َر‬
‫ ثُ َّم‬،ً‫طفَة‬ ْ ُ‫ط ِن أُ ِّم ِه أَرْ بَ ِعي َْن يَ ْو ًما ن‬
ْ َ‫إن أَ َح َد ُكم يُجْ َم ُع خلقُهُ فِ ْي ب‬
َّ :‫ق‬ ُ ‫ق ْال َمصْ ُد ْو‬
ُ ‫وهُ َو الصَّا ِد‬
ُ َ‫ ثُ َّم يُرْ َس ُل إِلَ ْي ِه ْال َمل‬،‫ك‬
‫ك فيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه‬ َ ‫ ثُ َّم يَ ُك ْو ُن ُمضْ َغةً ِم‬،‫ك‬
َ ِ‫ثل َذل‬ َ ِ‫يَ ُك ْو ُن َعلَقَةً ِم ْث َل َذل‬
ِ‫ فَ َوهللا‬،‫ َو َشقِ ٌّي أَ ْو َس ِع ْي ٌد‬،‫ َو َع َملِ ِه‬،‫ َوأَ َجلِ ِه‬،‫ب ِر ْزقِ ِه‬ ٍ ‫ َوي ُْؤ َم ُر بِأَرْ بَ ِع َكلِ َما‬،‫الرُّ ْو َح‬
ِ ‫ بِ َك ْت‬:‫ت‬
َّ‫ إِ َّن أَ َح َد ُك ْم لَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أَ ْه ِل ْال َجنَّ ِة َحتَّى َما يَ ُك ْو ُن بَ ْينَهُ َوبَ ْينَهَا إِال‬،ُ‫الَّ ِذيْ الَ إِلَهَ ُغ ْي ُره‬
‫” َوإِ َّن أَ َح َد ُك ْم لَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل‬،‫ار فَيَ ْد ُخلُهَا‬
ِ َّ‫ق َعلَ ْي ِه ْال ِكتَابُ فَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أَ ْه ِل الن‬ ُ ِ‫ع فَيَ ْسب‬
ٌ ‫ِذ َرا‬
‫” فَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أَ ْه ِل‬، ُ‫ق َعلَ ْي ِه ْال ِكتَاب‬ ِ َّ‫أَ ْه ِل الن‬
ٌ ‫ار َحتَّى َما يَ ُك ْو ُن بَ ْينَهُ َوبَ ْينَهَا إِالَّ ِذ َرا‬
ُ ِ‫ع فَيَ ْسب‬
)‫اريُّ َو ُم ْسلِ ٌم‬ ِ ‫(ر َواهُ ْالبُ َخ‬ َ .‫ْال َجنَّ ِة فَيَ ْد ُخلُهَا‬

Dari Abu ‘Abdir-Rahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada kami, dan beliau adalah ash-Shadiqul
Mashduq (orang yang benar lagi dibenarkan perkataannya), beliau
bersabda,”Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut
ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian
menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal
daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh
di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya,
amalnya, dan celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal
dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal
sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka,
maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal
dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal
sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga,
maka dengan itu ia memasukinya”. [Diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim]
D. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia

Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada Allah
artinya sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh Allah swt.

Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan tiga
kalsifikasi, yaitu:

1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi


Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan segala
isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu, Allah menurunkan
agama-Nya.  Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan yang bahagia dan jalan yang akan
membahayakannya.
Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia, bukanlah
suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak memperdulikan
si miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup bersama melalui
tolong menolong.4
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai ‘Rahmatal lil
‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan seluruh alam untuk
tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah swt. guna kesejahteraan
perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.

Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:


 Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
 Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.
 Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola,
pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah swt. Tugas ini
diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan penuh keikhlasan.
Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Semua
yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat dinilai sebagai ibadah jika semua
4
Prof. DR. Zakiah Daradjat. dkk, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : 1986), hal : 48.
yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah
swt.

E. Kesimpulan
 Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan
terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia
diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa
al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).
 Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya
makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri. Ia mampu
mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
 Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul manusia
dari nabi Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai dengan kitab-
kitab suci sebagai dasar (termasuk agama Islam). Pendapat kedua berdasarkan
penemuan fosil-fosil oleh para ilmuan yang berpendapat bahwa asal usul manusia
sesuai dengan teori evolusi merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar selama
bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna. Teori kedua yang
dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak
dapat dibuktikan.
 Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi dalam dua
tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai
manusia pertama. Kedua,  tahapan biologi, yakni manusia diciptakan dari inti sari
tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung
dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging
(mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan
ruh.
 Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu
makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan
komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software,
lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara
sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah
di bumi.
 Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan mengabdi
kepada Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia, diklasifikasikan ke
dalam tiga (3) pokok, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
DAFTAR PUSTAKA

Sudono Syueb, Buku Pintar Agama Islam, (Percetakan Bushido Indonesia: Delta Media,
2011).

Prof. DR. Zakiah Daradjat. dkk, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : 1986).

Hanykpoespyta, Manusia : Antara Pandangan Antropologi dan Agama Islam,


(http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-antropologi-
dan-agama-islam/, diposting : 19 April 2008)

Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I, Proses Kejadian Manusia dan Nilai-nilai Pendidikan


di Dalamnya, (http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusia-
dan-nilai-nilai-pendidikan-di-dalamnya/, diposting : 19 September 2012)

Anda mungkin juga menyukai