Anda di halaman 1dari 5

KEKUASAAN KEHAKIMAN

Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan


guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia.
 
Kekuasaan kehakiman yang merdeka ini mengandung arti bahwa kekuasaan kehakiman yang bebas
dari campur tangan pihak kekuasaan negara lainnya dan kebebasan dari paksaan, direktiva atau
rekomendasi yang datang dari pihak ekstra yudisial, kecuali dalam hal-hal yang diizinkan oleh UU.
 
Kebebasan dalam melaksanakan wewenang yudisial tidaklah mutlak sifatnya, karena tugas hakim
yaitu untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila dengan jalan menafsirkan hukum
dan mecari dasar-dasar asas-asas yang jadi landasannya, melalui perkara-perkara yang dihadapkan
kepadanya, sehingga keputusannya mencerminkan keadilan bangsa dan rakyat Indonesia.
 
Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada badan-badan peradilan dan ditetapkan
dengan UU, dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya.
 
Pada hakikatnya segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas badan-badan penegak
hukum dan keadilan tersebut baik atau buruknya tergantung pada manusia-manusia pelaksananya
(Hakim), maka dalam UU mengenai Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman harus
dicantumkan syarat-syarat yang senantiasa harus dipenuhi oleh seorang hakim, yaitu jujur, merdeka,
berani mengambil keputusan dan bebas dari pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar.
 
Semua peradilan di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah peradilan negara dan ditetapkan
dengan UU Peradilan Negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan yang berdasarkan
Pancasila. Ketentuan ini mengandung arti, bahwa disamping peradilan negara, tidak diperkenankan
lagi adanya peradilan-peradilan yang dilakukan oleh bukum badan peradilan negara. Penyelesaian
perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui wasit (arbitrage) tetap diperbolehkan.
 
Kekuasaan kehakiman, dalam konteks negara Indonesia, adalah kekuasaan negara yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila,
demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 telah membawa perubahan dalam kehidupan ketatanegaraan.
Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh:

 Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata
usaha negara.
 Mahkamah Konstitusi
Selain itu terdapat pula Peradilan Syariah Islam di Provinsi Aceh, yang merupakan pengadilan khusus
dalam Lingkungan Peradilan Agama (sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan
agama) dan Lingkungan Peradilan Umum (sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan
peradilan umum).
Di samping perubahan mengenai penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, UUD 1945 juga
memperkenalkan suatu lembaga baru yang berkaitan dengan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
yaitu Komisi Yudisial. Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat serta perilaku hakim
KEKUASAAN KEHAKIMAN MENURUT UUD 1945

Salah satu cabang kekuasaan yang harus ada dalam negara, selain kekuasaan legislatif dan eksekutif
adalah cabang kekuasaan yudikatif atau kekuasaan kehakiman. Berdasrkan prinsip pemisahan
kekuasaan (separation of power) setiap cabang kekuasaan harus dipisahkan satu dengan lainnya dan
dipegang oleh lembaga yang berbeda-beda.

Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang dasar 1945 menyatakan “Kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan”. 

Lembaga-lembaga kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 adalah :
a. Mahkamah Agung
b. Mahkamah Konstitusi
c. Komisi Yudisial
d. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
e. Peradilan Umum
f. Peradilan Agama
g. Peradilan Militer
h. Peradilan tata Usaha negara

Untuk jelasnya, berikut ini dapat dilihat berbagai Lembaga Kekuasaan Kehakiman 

a. Mahkamah Agung (MA)

Pasal 24 A ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan “Mahkamah Agung berwenang
mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang”.

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, Mahkamah Agung diamanati dua kewenangan, yaitu :

1) Kewenangan mengadili pada tingkat kasasi, yaitu pengadilan tingkat akhir yang disediakan
warganegara yang melakukan upaya hukum terhadap putusan pengadilan pertama dan pengadilan
banding di semua lingkungan peradilan. Upaya hukum dari semua lingkungan peradilan akhirnya
berpuncak pada pengadilan kasasi yang dilakukan oleh Mahkamah Agung. Oleh karena itu
Mahkamah Agung adalah puncak dari berbagai lingkungan peradilan yang berada di bawahnya.

2) Kewenangan menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undangterhadap undang-


undang, merupakan upaya pengujian legalitas (legal review). Objek yang diuji hanya terbatas pada
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang (judicial review of regulation) dengan
menggunakan undang-undang sebagai alat ujinya.
Selain kedua kewenangan yang ditentukan secara konstitusional tersebut, Mahkamah Agung memiliki
kewenangan untuk memeriksa dan memutus (a) sengketa kewenangan mengadili (kompetensi
pengadilan), baik berdasarkan daerah maupun jenis pengadilan, dan (b) permohonan peninjauan
kembali (PK) putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. 

Mahkamah Agung juga dapat memberikan pendapat hukum atas permintaan Presiden ataupun
lembaga tinggi negara lainnya.

Mahkamah Agung merupakan puncak perjuangan keadilan bagi setiap warga negara. Berdasarkan
Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 dapat diketahui bahwa di bawah Mahkamah Agung terdapat badan
peradilan yang berada dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha
negara dan peradilan militer. Pada masa lalu, administrasi lingkungan peradilan umum berada di
bawah Departemen Kehakiman, administrasi peradilan agama berada di bawah Departemen Agama,
dan administrasi peradilan militer berada di bawah pengendalian organisasi tentara. 

Namun sejalan dengan semangat reformasi, keempat lingkungan peradilan itu dikembangkan di
bawah mahkamah Agung dalam rangka mewujudkan sistem kekuasaan kehakiman yang bebas dan
merdeka.

baca juga : Sistem Hukum dan Kekuasaan Kehakiman

b. Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman
yng merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. 

Keberadaan Mahkamah Konstitusi di Indonesia dilatarbelakangi pleh keinginan untuk menjamin agar
UUD 1945 sebagai hukum tertinggi dapat ditegakkan.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia memiliki empat kewenangan dan satu kewajiban.

Empat kewenangan tersebut adalah :


1) Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar ;
2) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan UUD ;
3) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum ; dan
4) Memutus pembubaran partai politik.

Sedangkan kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberikan putusan atas pendapat DPR
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/ atau Wakil Presiden menurut UUD 1945 sebelum
pendapat tersebut dapat diusulkan untuk memberhentikan Presiden dan/ atau Wakil Presiden oleh
MPR (impeachment).

c. Komisi Yudisial

Selain Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi ada satu lagi lembaga baru dalam lingkup
kekuasaan kehakiman yang kewenangannya ditentukan dalam UUD 1945 (Pasal 24A ayat (3) dan
Pasal 24B ayat (1), (2) (3) dan (4), yaitu Komisi Yudisial. Meskipun Komisi Yudisial tidak
menjalankan kekuasaan kehakiman, keberadaannya diatur dalam UUD 1945 Bab IX tentang
kekuasaan kehakiman, sehingga keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari kekuasaan kehakiman.

Secara fungsional peranan Komisi Yudisial bersifat penunjang (auxiliary) terhadap lembaga pelaku
kekuasaan kehakiman yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi serta badan-badan
peradilan di bawahnya. 
Meskipun fungsinya terkait dengan kekuasaan kehakiman, Komisi Yudisial bukan lembaga penegak
norma hukum (code of law), melainkan lembaga penegak norma etik (code of ethics). Komisi ini
hanya berurusan dengan soal soal kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim, bukan dengan
lembaga peradilan atau lembaga kekuasaan kehakiman secara institusional. 

d. Badan-badan lain Terkait dengan Fungsi Kekuasaan Kehakiman

Kekuasan kehakiman yang dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi juga
berkaitan dengan lembaga dan profesi hukum yang lain. Lembaga-lembaga tersebut misalnya (a)
Kepolisian yang memegang kewenangan melakukan peneyelidikan dan penyidikan kasus pidana, (b)
Kejaksaan yang memiliki kewenangan penyidikan dan penuntutan, (c) Komnas HAM untuk kasus
pelanggaran, (d) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk kasus korupsi, serta beberapa profesi
hukum, seperti (e) Advokat dan Notaris yang bertugas menegakkan hukum dan keadilan.

Kekuasaan negara untuk melakukan penuntutan suatu tindak pidana setelah dilakukan penyelidikan
oleh Polri, dilaksanakan oleh Kejaksaan Agung dan organ di bawahnya yang meliputi kejaksaan
tinggi dan kejaksaan negeri.

e. Peradilan Umum

Peradilan umum adalah lingkungan peradilan yang memiliki kewenangan mengadili perkara umum,
baik jenis perkara pidana maupun perdata, maupun pihak-pihak yang bersengketa. Dengan demikian
segala perkara yang tidak termasuk wilayah kewenangan lingkungan peradilan lain adalah
kewenangan lingkungan peradilan umum. 

Badan-badan peradilan yang terdapat dalam lingkungan peradilan umum adalah pengadilan negeri
dan pengadilan tinggi. Di lingkungan peradilan umum juga dibentuk peradilan khusus yang
menyidangkan perkara tertentu sesuai dengan ketentuan Undang-Undang. Peradilan khusus tersebut
diantaranya adalah pengadilan HAM, pengadilan anak, pengadilan niaga, pengadilan tindak pidana
korupsi, dan pengadilan hubungan industri.

f. Peradilan Agama

Peradilan agama adalah peradilan khusus bagi umat Islam untuk memeriksa dan memutus perkara
nikah, talak, rujuk, waris, wakaf, hibah dan wasiat. Badan peradilan dalam lingkungan peradilan
agama meliputi pengadilan agama sebagai pengadilan tingkat pertama dan pengadilan tinggi agama
sebagai pengadilan tingkat banding dan berpuncak kepada Mahkamah Agung.

g. Peradilan Militer

Peradilan militer adalah peradilan yang khusus mengadili perkara pidana dan tata usaha negara
anggota militer Indonesia. Pada masa lalu militer meliputi anggota TNI dan anggota. Polri. Setelah
reformasi, militer dan Polri dipisah, dengan demikian Polri tidak masuk lingkungan pengadilan militer
, tetapi menjadi wilayah lingkungan peradilan umum. Bahkan nantinya anggota TNI pun menjadi
kewenangan lingkungan peradilan umum untuk tindak pidana umum. 

Wilayah lingkungan peradilan militer nantinya hanya untuk pelanggaran disiplin dan pidana militer
yang dilakukan oleh anggota TNI. Badan peradilan yang berada dalam lingkungan peradilan militer
ialah pengadilan militer, pengadilan militer tinggi, pengadilan militer utama dan pengadilan militer
pertempuran. Semua badan peradilan ini berpuncak pada Mahkamah Agung.

h. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)

Peradilan tata usaha negara adalah peradilan yang memiliki kewenangan mengadili perkara tata usaha
negara.Yang dimaksud dengan perkara tata usaha negara adalah perkara gugatan seseorang terhadap
putusan pejabat tata usaha negara yang merugikan dan tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.
Pejabat tata usaha dalam hal ini adalah setiap jabatan yang menjalankan fungsi pemerintahan .
Putusan yang dapat diajukan gugatan adalah putusan yang jelas untuk seseorang (individual) dan tidak
lagi membutuhkan persetujuan atau tindakan lain (final). Badan peradilan dalam lingkungan peradilan
tata usaha negara meliputi pengadilan tata usaha negara (PTUN) yang berkedudukan di daerah
kabupaten atau kota, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kabupaten atau kota, dan pengadilan
tinggi tata usaha negara berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah
kabupaten dan kota dalam provinsi tersebut. 

Pengadilan tata usaha negara adalah pengadilan tingkat pertama, sedangkan pengadilan tingkat
banding adalah pengadilan tinggi tata usaha negara, sedangkan pengadilan tingkat kasasi ada pada
Mahkamah Agung. Di lingkungan pengadilan tata usaha negara dibentuk pengadilan khusus, yaitu
pengadilan pajak.

Anda mungkin juga menyukai