Ramadhan adalah bulan yang amat mulia dengan segala karunia dan
berkahnya. Ia datang untuk semua orang yang mau menyambut kehadirannya
dengan penuh rahmah dan maghfirah. Hari ini kita masih diberi kesempatan Allah
untuk memasuki bulan yang mulia ini. Kesempatan ini seharusnya menjadikan kita
untuk lebih banyak merenung dan bertanya, apakah yang harus kita perbuat dalam
mengisi setiap aliran waktu yang mengalir sepanjang Ramadhan ini. Atau akankan
kita biarkan waktu itu berlalu begitu saja tanpa ada makna yang dapat kita raih,
tanpa ada bekas yang tergores dalam relung hati dan jiwa kita.
Sebagai manusia yang lemah (dhaif), kehadiran Ramdhan dengan segala
kelebihan yang melekat padanya, seharusnya dapat kita gunakan untuk bermunajat
kepada Allah atas segala keluh dan kesah kita, atas segala upaya dan usaha kita,
atas segala do’a dan pinta kita. Ini adalah kesempatan yang teramat baik bagi kita
untuk menumpahkan segala hasrat dan keinginan yang mungkin belum di jawab
oleh Allah yang telah kita panjatkan di bulan-bulan yang lain. Dalam suatu riwayat
disebutkan Rasulullah pernah bersabda yang artinya ;
”Wahai manusia, telah datang kepadamu Ramdhan. Bulan di mana kamu
diundang menjadi tamu Allah. Dan kamu dijadikan sebagai golongan Allah yang
mulia. Nafas-nafas kalian adalah tasbih. Tidur kalian adalah ibadah. Amal kalian
diterima. Do’a kalian mustajab. Maka mintalah kepada Allah dengan niat yang
tulus, dengan hati yang bersih, agar Allah memberi taufiq kalian untuk berpuasa
dan membaca kitabnya (al-Qur’an). Maka orang yang sengsara, adalah siapa
yang tidak diampuni dosanya pada bulan yang agung ini...”
”Dan bertaubatlah kalian kepada Allah atas dosa-dosa kalian. Angkatlah
tangan kalian dalam do’a di waktu-waktu shalat kalian, sesungguhnya itulah
sebaik-baik waktu di mana Allah melihat hamba-hamba-Nya dengan penuh
rahmat. Menjawabnya jika mereka memanggil, menyambutnya jika mereka
menyeru, memberinya jika mereka meminta, dan mengabulkannya jika mereka
memohon kepada-Nya...”
Dalam al-Qur’an diceritakan bagaimana Nabi Zakariyya yang sudah puluhan tahun
do’anya tidak dipenuhi. Namun apakah berhenti ia berdo’a ? kecewakah ia kepada
Tuhan ? Tuhan justru memuji Zakariyya setelah Zakariyya memuji Tuhan :
”Ingatlah rahmat Tuhan-Mu untuk hambanya Zakariyya. Ketika ia berdo’a
kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata, ”Tuhanku, sungguh
sudah rapuh tulangku, sudah berkilauan kepalaku dengan uban, tetapi aku belum
bernah kecewa untuk berdo’a kepada-Mu, ya Tuhanku.” (QS. Maryam : 2-4)
Demikian pula Nabiyullah Musa a.s. menurut Imam Jafar, ada rentang waktu
empat puluh tahun antara permulaan do’a Musa dengan tenggelamnya Fir’aun.
Lalu bagaimana dengan kita. Akankah kita berhenti berdo’a dan memohon
kepada Allah. Atau benarkah kita sedang kecewa, lalu tak mau lagi berharap
kepada Allah. Semua berpulang kepada kita. Namun di atas itu semua, kita
manusia tetaplah makhluk yang lemah yang masih sangat mengharapkan kasih
sayang Allah Swt. Tidaklah pantas bagi kita untuk kecewa dan berhenti berdo’a
kepada Allah swt. Mungkin saja selama ini sudah sering kita menyusun dan
menyampaikan do’a, tetapi umumnya do’a kita itu kering, tidak menyentuh hati
dan terskesan sangat formal.
Untuk itu marilah, mumpung ini masih dalam suasana Ramadhan, kita
perbarui sikap kita, kita susun kemabali rangkaian do’a-do’a kita, kita
sempurnakan munajat kita dengan kesungguhan ikhtiar dan kesabaran kita. Insya
Allah, Allah masih sayang dengan kita, Allah akan mendengarkan segala keluh dan
kesah kita serta akan menjawab pinta dan harap kita...