Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KOMUNIKASI BISNIS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Bisnis yang diampu oleh

Ibu Dr. Sri Setyo Iriani, S.E., M.Si.

Oleh

Kelompok 1

Yolandha Dewi R. 18080694011


Yesia Elvana 18080694018
Dera Setya Kristanti 18080694052
Ahsan Waladi 18080694056
Ingga Dwi Mulya A. 18080694068
Shinta Safitri 18080694070
Dwita Ashila R. 18080694073

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2020
A. Deskripsi Perusahaan yang Bekerja Sama

Sampoerna merupakan usaha sigaret kretek yang dimulai oleh Liem Seeng Tee
pada tahun 1913. Pada 1930 usaha yang didirikan Liem Seeng Tee mulai berkembang
dan mapan. Kemudian pada 1959 bisnis Sampoerna dilanjutkan oleh generasi kedua.
Melihat keberhasilannya, Sampoerna berhasil menarik perhatian Philip Morris hingga
pada tahun 2005 mereka melakukan kerja sama. Pada saat ini kepemilikan Philip
Morris atas saham Sampoerna sebesar 92,5% miliki Philip Morris sisanya 7,5% milik
masyarakat.

B. Budaya yang Berpengaruh dalam Kerja Sama PT. HM Sampoerna, Tbk dengan
PT. Philip Morris Indonesia

1. Peran Perempuan

Perbedaan budaya antar negara yang saling melakukan kerja sama perlu
diperhatikan agar tidak merusak kerja sama yang akan atau telah dijalin. Dengan
budaya yang tumbuh di negaranya, Amerika Serikat, peran wanita dalam
lingkungan bisnis Philip Morris tentu akan lebih dominan daripada di Sampoerna.
Hal itu disampaikan langsung oleh pihak Philip Morris bahwa mereka memiliki
tujuan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam peran manajemen di
seluruh perusahaan hingga setidaknya 40% pada tahun 2022. Bahkan untuk
mendukung kesetaraan gender ini, Philip Morris menjadi perusahaan pertama
yang disertifikasi “Equal-Salary” secara global. Mereka memiliki pandangan
bahwa memprioritaskan inklusivitas dan keberagaman merupakan faktor
pendukung utama untuk transformasi bisnis. Perbedaan budaya yang dalam hal ini
terkait dengan peran dan status tentu memberikan pengaruh juga terhadap
Sampoerna yang merupakan perusahaan dengan kepemilikan saham terbesar oleh
Philip Morris. Hal itu membuat Philip Morris telah memiliki kontrol terhadap
Sampoerna, sehingga rencana meningkatkan keterwakilan perempuan dalam peran
manajemen perusahaan juga dikembangkan dalam kerja sama dengan Sampoerna.
Oleh karena itu, budaya yang berpengaruh dalam Kerja Sama PT. HM Sampoerna,
Tbk dengan Philip Morris International salah satunya asalah budaya dari Amerika
Serikat yang dibawa oleh Philip Morris terkait kesetaraan peran perempuan di
dunia bisnis. Bahkan saat dikutip pada tanggal 4 Oktober 2019 lalu, perusahaan
PMI dan naungannya telah membuat kemajuan dengan 35,5% peran
manajemennya dipegang oleh perempuan. Jumlah tersebut meningkat 6% dari
tahun 2014.

Dengan adanya perbedaan budaya, maka komunikasi bisnis yang terjadi


adalah komunikasi bisnis lintas budaya. Dalam komunikasi bisnis ini, pihak-pihak
yang berkerja sama harus saling memahami latar belakang budaya rekan
bisnisnya, agar dalam berkomunikasi tidak melakukan kesalahan yang berdampak
buruk terhadap kerja sama yang ada. Dengan perbedaan budaya dalam hal peran
dan status, Sampoerna harus dapat memahami bagaimana Philip Morris
menjunjung tinggi kesetaraan gender, sehingga dalam berkomunikasi Sampoerna
akan menyampaikan informasi yang yang juga mendukung kesetaraan gender
serta menghindari pembicaraan yang tidak sesuai dengan kesetaraan gender.

2. Konteks Budaya

Ada kebudayaan yang masih bertahan di perusahaan PT. HM Sampoerna Tbk,


yaitu masih mempercayai bahwa angka 9 merupakan angka yang mmebawa
keberuntungan. Segala apapun berkaitan dengan angka 9. Seperti produk
Djisamsoe yang merupakan andalan PT. HM Sampoerna Tbk, memiliki kemasan
dengan bertuliskan 234, jika dijumlahkan akanbernilai 9. Selain itu RUPS
Sampoerna juga diadakan ditanggal yang jumlahnya 9, jika bukan tanggal 9 maka
akan pada tanggal 18, atau 27. Sekalipun telah 15 tahun diakuisisi oleh
Perusahaan Philip Morris, budaya ini tetap bertahan.

Dengan perbedaan konteks budaya tersebut, maka kedua perusahaan tersebut


dituntut untuk saling menghargai. Agar tidak menyinggung salah satu pihak dan
timbul kesalahpahaman.

C. Hambatan

1. Hambatan fisik
Pada hambatan fisik, dari pihak SAMPOERNA tidak pernah memperkerjakan
sumber daya manusia yang memiliki kekurangan fisik, baik tuna rungu (orang
yang tidak biasa mendengar) atau yang lainnya. Untuk mencegah terjadinya
hambatan fisik SAMPOERNA selalu melakukan pemeriksaan berkala setiap bulan
maupun tahun pada setiap Direksi dan Karyawannya.
2. Hambatan usia
SAMPOERNA dapat mengurangi hambatan usia pada setiap karyawan yang
bekerja dibawahnya. Karena SAMPOERNA menetapkan peraturan usia pensun
bagi setiap karyawan di usia 55 tahun, baik karyawan wanita ataupun karyawan
pria.
3. Hambatan Budaya
Saat ini SAMPOERNA sendiri sudah berpindah kepemilikan oleh perusahaan
Philip Morris yang berasal dari Amerika Serikat. Namum sistem pekerjanya masih
sama, baik dari pemilik lama ataupun pemilik baru. Pekerja atau buruhnya masih
memperkerjakan tenaga wanita dan tidak memandang gender. Perusahaan Philip
Morris ini juga tidak mempermasalahkan tentang budaya-budaya lain yang
misalnya logo patung singa, karena mengingat pemilik lama SAMPOERNA
bersuku budaya China
4. Hambatan bahasa
Di zaman sekarang yang sudah modern SAMPOERNA tidak memiliki kesulitan
dalam berbahasa antara pemilik baru dengan pemilik lama. Dikarenakan sekarang
sudah terdapat jasa penerjemah yang digunakan oleh perusahaan.
5. Hambatan kecakapan teknologi
Dalam kecakapan teknologi SAMPOERNA justu lebih berkembang setelah
bekerja sama dengan perusahaan Philip Morris. Karena perusahaan Philip Morris
sendiri memiliki standart teknologi berkelas internasional. Bahkan untuk saat ini
SAMPOERNA sendiri sedang merencanakan untuk menggantikan rokok dengan
produk-produk tanpa asap yang sebagian masih dikembangkan dan sebagian lagi
telah dipasarkan. SAMPOERNA juga memiliki tim ilmuan, dan tenaga ahli yang
berjumlah lenih dari 400 personil yang berdedikasi tinggi untuk mengembangkan
produk tersebut.

Anda mungkin juga menyukai