Anda di halaman 1dari 20

BAB III

VISI, MISI DAN ANALISA KERJA UPTD


1. VISI
Visi PuskesmasTerwujudnya Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Pengadang
kecamatan Praya Tengah yang mandiri untuk hidup sehat, menuju Lombok Tengah
Bersatu.
Ada tiga kata kunci dalam visi Puskesmas :
Kata “masyarakat wilayah kerja Puskesmas Pengadang kecamatan Praya Tengah :
mengandung pengertian seluruh warga masyarakat yang hidup dan tinggal di kecamatan
Praya Tengah wilayah kerja Puskesmas Pengadang.
Kata “ mandiri : berarti masyarakat yang mempunyai kemauan dan kemampuan dalam
mengakses upaya promotof, preventif, kuratif dan rehabilitasi pelayanan kesehatan.
Kata “ hidup Sehat” : mengandung makna suatu kondsi bebas dari gangguan kesehatan
dan mampu berinteraksi sosial, beraktivitas serta produktif.
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, berbagai upaya ditempuh sehingga perlu
dirumuskan Misi Puskesmas Pengadang dalam menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pengadang.

2. MISI

Misi Puskesmas adalah


1. Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat melalui kemitraan dan
pemberdayaan.
2. Mendekatkan akses dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
3. Meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak balita.

3. TUGAS POKOK DAN FUNGSI PUSKESMAS.

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah


mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan Nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tingal di
wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam
rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2020.
1. STRATEGI
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan swasta dalam pembengunan kesehatan
melalui kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatanyang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan
serta berbasis bukti, menyeluruh dengan pengutamaan pada upaya promotif dan
preventif.
3. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan, melalui pendanaan yang ada di
Puskesmas dan masyarakat.
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan
bermutu.
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan
serta menjamin keamanan, khasiat kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan dan makanan.
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan
berhasilguna untuk memantapkan pelayanan kesehatan yang bertanggungjawab.
Capaian kinerja berdasarkan indikator Renstra UPTD Puskesmas Pengadang tahun 2017 disajikan dengan format sebagai berikut :

Target Target Renstra UPTD Tahun Ke Realisasi Pencapaian Tahun Ke


No Indikator Kinerja Sesuai Tugas & Fungsi UPTD
SPM 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Kunjungan Bumil K4 95 90 92 93 94 95 86,28 93,52 91,3 94,4 91,23
2 Komplkasi Kebidanan Yang ditangani 85 70 80 82 84 85 89,50 85,28 84,44 97,50 100,8
3
3 Persalinan oleh Nakes 95 90 92 93 94 95 92,95 93,24 95,94 89,4 90
4 Pelayanan Nifas 95 90 90 92 94 95 99,5 99,46 97,36 91,84 91,91
5 Neonatus dengan Komplikasi Yang ditangani 85 70 80 82 84 85 98,9 27,12 58,11 69,64 79,79
6 Kunjungan Bayi 95 85 90 92 94 95 101,1 101,06 106 96,66 95,03
7 Desa/kelurahan dengan UCI 100 95 100 100 100 100 100 89,4 92,8 100 100
8 Pelayanan Anak Balita 80 60 65 70 75 80 107,11 74,48 77,39 82,69 81,25
9 Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 100 60 70 80 90 100 15,29 5,30 9,80 12,20
6-24 bulan keluarga miskin
10 Balita gizi buruk medapat perawatan 100 80 90 100 100 100 100 100 100 100 100
11 Penjaringan kesehatan siswa SD/setingkat 100 50 70 80 90 100 62 89,31 84,84 94,61 94,61
12 Peserta KB aktif 80 70 72 75 78 80 97,16 66,65 104,6 72,97 77,91
7
13 Penemuan dan penanganan penyakit AFP < 2 2 2 2 2 1,51 4,88 1,11 2,21 0,32
2/100.000
14 Penemuan dan penanganan penyakit Pneumonia 100 95 100 100 100 100 65,5 57,28 42 30,7 34,6
Balita
15 Penemuan dan penanganan penyakit Pasien Baru TB 70 40 50 50 60 70 37,5 37 39,3 36,71 38,25
BTA (+)
16 Penemuan dan penanganan penderita DBD yang 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
ditangani
17 Penemuan dan penanganan penderita diare 100 90 90 95 95 100 101,76 120,51 67,22 83,66 60,58
18 Pelayanan Kesehatan dasar Pasien masyarakat 90 75 80 85 90 90 31,7 37,93 35,87 - -
miskin
19 Pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat 80 70 72 75 78 80 0,86 0,93 0,83 - -
miskin
20 Pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan 100 90 90 100 100 100 75,45 96,43 100 100 100
sarana kesehatan (RS) di kab/kota
21 Desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan 100 100 100 100 100 100 80,95 94,94 100 100 100
penyelidikan epidemiologi <24 jam
22 Desa siaga aktif 80 80 70 75 80 80 99,11 100 89,21 89,21 89,21
23 Rasio Puskesmas persatuan 1/327 1/327 1/300 1/300 1/300 1/3475 1/3509 1/364 1/356 1/380
4 4 0 0 0 4 9 5
24 Prosentase SDM Kesehatan yang sudah DIII keatas 69 84 95 100 100 70,35 70,73 70,65 70,9 71,99
25 Persentase tenaga kesehatan yang memiliki standar 70 75 83 88 93 76,2 76,51 76,75 77,05 77,4
kompetensi
26 Rasio kapasitas rawat inap puskesmas terhadap 1/320 1/290 1/260 1/230 1/200 1/3476 1/2803 1/283 1/285 1/287
penduduk
0 0 0 0 0 1 1 6
1. Pelayanan Antenatal
Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil untuk

mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia

(95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dan frekuensi kehamilan minimal 4

kali selama masa kehamilannya adalah 83,5 persen. Cakupan K1 atau juga disebut akses

pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan

kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.

Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali kunjungan,

dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada

triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur

kehamilan. Pelayanan yang mencakup minimal : (1) timbang badan dan ukur tinggi badan,

(2) Ukur tekanan darah, (3) Srining status imunisasi, (4) Ukur tinggi fundus uteri, (5)

Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan ), (6) Temu wicara (pemberian komunikasi

interpersonal dan konseling, (7) Test laboratorium sederhana (Hb, Protein urin ) dan atau

berdasarkan indikasi HbsHg, sifilis, HIV, Malaria, TBC ). Angka ini dapat dimanfaatkan

untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.

Pencapaian persentase K1 di Puskesmas Pengadang pada tahun 2014 sebesar

101,8% dan menurun 102,3% pada tahun 2015, sedangkan K4 pada tahun 2014 sebesar

96,6% dan menurun 88% tahun 2015. Sedangkan Berdasarkan hasil survei tersebut NTB

termasuk dengan K1 cukup baik lebih hampir mencapai 98%.


Tabel 3.1 Persentase K1 & K4 Ibu Hamil UPT Puskesmas Pengadang Menurut Desa
Tahun 2014 – 2015
K1 K4
No Desa/kelurahan
2014 2015 2014 2015
1 Pengadang 86,8 97,8 89,4 75,8
2 Jurang Jaler 95,9 139,7 90,4 127,4
3 Praimeke 115,2 124,1 103,8 115,2
4 Jontlak 100 88,5 92,6 79,7
5 Gerantung 100 95,1 95,1 89
6 Beraim 114,3 96,2 103,8 95,2
7 Dakung 128,6 100 108,6 61,4
JUMLAH 101,8 102,3 96,6 88

Tingginya kunjungan ibu hamil pada trimester pertama (K1) tidak diikuti pada

kunjungan pada trimester 3 (K4). Ini disebabkan karena angka drop out (DO) ibu untuk

menuju K4 mencapai 10%. Pelayanan antenatal sangat penting untuk mengetahui status

kesehatan ibu, perkembangan tumbuh kembang Janin, deteksi dini risiko tinggi, dan

perencanaan persalinan.

Cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebesar 88 persen masih dibawah target (95

persen), capaian ini lebih rendah dibandingkan tahun 2014. Dengan angka DO yang cukup

tinggi dari K1 ke K4 mengakibatkan petugas kehilangan kontak. Hal ini dapat disebabkan

oleh adanya migrasi, dimana ibu hamil khususnya pada kehamilan pertama mereka memilih

untuk melahirkan ditempat orang tuanya bukan ditempat mereka saat melakukan ANC rutin.

2. Ibu Hamil Dengan Komplikasi Yang Ditangani

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan


program terobosan Kementerian Kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat tentang
kesehatan ibu sebagai upaya untuk menurunkan kematian ibu. P4K adalah kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang difasilitasi oleh tenaga kesehatan, kader, tokoh agama/tokoh
masyarakat untuk meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
perencanaan persalinan, persiapan menghadapi komplikasi kehamilan/persalinan,
perencanaan penggunaan kontrasepsi pasca persalinan bagi setiap ibu hamil dengan
menggunakan media stiker sebagai penanda. Wujud penerapan P4K tersebut juga dituliskan
pada Buku KIA dalam lembar ‘Amanat Persalinan’. Setiap kehamilan yang mendapat buku
KIA dan membuat perencanaan persalinan dituliskan pada lembar tersebut (Kementerian
Kesehatan, 1997). Proses persalinan dihadapkan pada kondisi kritis terhadap masalah
kegawatdaruratan persalinan, terlebih bila terjadi komplikasi. Sehingga sangat diharapkan
persalinan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan. Pelayanan ibu hamil dengan komplikasi
diharapkan sebesar 82% dapat terlayani. Pelayanan komplikasi memegang peranan penting
dalam menekan risiko kematian ibu. Untuk itu, kemampuan pelayanan komplikasi ibu hamil
terus ditingkatkan baik kemampuan petugas kesehatan penolong persalinan maupun terkait
sarana dan prasarana persalinan di polindes, puskesmas maupun sarana rujukan. Upaya
tersebut menampakkan hasil yang cukup signifikan, dapat di lihat dari cakupan pelayanan
komplikasi juga mengalami peningkatan dari 69,5% pada tahun 2011 menjadi 100% pada
tahun 2015.
3. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Tabel 3.2 Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Puskesmas Pengadang Menurut
Desa Tahun 2014 – 2015

CAKUPAN PERSALINAN
NO DESA OLEH NAKES
2014 2015
1 PENGADANG 99,1 98,9
2 JURANG JALER 110 100
3 PRAI MEKE 97,3 100
4 JONTLAK 94,3 101
5 GERANTUNG 103,8 98,5
6 BERAIM 109 105,2
7 DAKUNG 100 90
JUMLAH 100,9 99,3

Dari Tabel 3.2. di atas terlihat bahwa cakupan pertolongan persalinan Tenaga

Kesehatan pada tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan dengan pencapaian pada

tahun 2014. Pada tahun 2014, persentase persalinan oleh nakes mencapai 100,9% dan

menurun menjadi 99,3% pada tahun 2015.

4. Pelayanan Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan
pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi
dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan
melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu ; 1) Kunjungan
nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari ; 2) Kunjungan nifas ke2
(KF2) dilakukan dalam waktu hari 4 sampai dengan hari ke 28 setelah persalinan dan 3)
Kunjungan nifas ke3 (KF3) dilakukan dalam waktu hari ke 29 sampai dengan hari ke 42
setelah persalinan.
Tabel 3.3 Persentase Kunjungan Pelayanan Nifas Puskesmas Pengadang Menurut Desa
Tahun 2015

Tahun 2015
NO DESA
KF1 KF2 KF3
1 PENGADANG 97,8 97,8 100,5
2 JURANG JALER 101 101 101,6
3 PRAI MEKE 100 100 100
4 JONTLAK 100 100 100
5 GERANTUNG 100 100 95,7
6 BERAIM 100 100 93,1
7 DAKUNG 100 100 87,5
JUMLAH 99,4 99,4 97,5

Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2015 sebesar 97,5 persen dari target sebesar
95 persen.

5. Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani


Neonatal risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir,
BBLR ( berat badan lahir < 2500 gram), sindroma, gangguan pernapasan dan kelainan
neonatal. Neonatal risti/komplikasi yang ditangani adalah neonates risti/komplikasi yang
mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes,
puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit.
Tabel 3.4 Persentase Cakupan Pelayanan komplikasi neonatal Puskesmas Pengadang
Menurut Desa Tahun 2015

NO DESA CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI


NEONATAL
SASARAN DITEMUKAN % DITANGANI
1 PENGADANG 31 10 32,25
2 JURANG JALER 10 1 10,10
3 PRAI MEKE 11 10 90.90
4 JONTLAK 20 9 45
5 GERANTUNG 12 13 108,33
6 BERAIM 14 6 35,71
7 DAKUNG 9 2 3,17
JUMLAH 107 51 47,6
Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani pada tahun 2015 sebesar
47,6 persen masih jauh dari target yang diharapkan sebesar 85 persen.

6. Kunjungan bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga
kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal 4 kali dalam setahun yaitu 1 kali saat
berumur 29 hari – 3 bulan, 1 kali pada umur 3 – 6 bulan, 1 kali pada umur 6 – 9 bulan, dan 1
kali pada umur 9 – 11 bulan.
Grafik 3.5 Jumlah Kunjungan bayi di Pengadang Tahun 2015

NO DESA Cakupan Kunjungan Bayi 4 Kali


absoslut %
1 PENGADANG 199 96,6
2 JURANG JALER 81 122,7
3 PRAI MEKE 63 87,5
4 JONTLAK 106 79,10
5 GERANTUNG 86 114,6
6 BERAIM 125 130,2
7 DAKUNG 80 126,98
JUMLAH 741 104,07

Cakupan kunjungan bayi yang mendapat pelayanan kesehatan tahun 2015 sebesar
104.07 persen melampui dari target yaitu 95 persen.

7. Desa/Kelurahan UCI
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proyeksi
terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (011 bulan). Desa UCI
merupakan gambaran desa/kelurahan dengan ≥ 80 persen jumlah bayi yang ada di desa
tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun.
Cakupan desa UCI (universal child immunization) di tahun 2015 mencapai 100
persen dari target sebesar 100 persen, capaian UCI tahun 2014 - 2015 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.6 Pencapaian Desa UCI Puskesmas Pengadang Tahun 2014-2015

NO DESA CAKUPAN DESA UCI


2014 2015
1 PENGADANG 1 1
2 JURANG JALER 1 1
3 PRAI MEKE 1 1
4 JONTLAK 1 1
5 GERANTUNG 0 1
6 BERAIM 1 1
7 DAKUNG 1 1
JUMLAH 6 7 (100%)

8. Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak balita umur
12 – 59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun,
pemantauan perkembangan minimal 2x setahun dan pemberian Vitamin A 2x setahun (bulan
pebruari dan agustus).
Pada tahun 2015 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1 – 4 tahun) sebesar
81,25 persen dari target sebesar 80 persen. Pelayanan kesehatan pada anak balita pada tahun
2015 sudah mencapai target. Pencapaian Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3.7 Pencapaian Pelayanan Balita minimal 8xDes Puskesmas Pengadang Tahun 2015

NO DESA Pelayanan Balita Min. 8x


Cakupan %
1 PENGADANG 835 45,7
2 JURANG JALER 285 44,2
3 PRAI MEKE 268 47,5
4 JONTLAK 355 41,1
5 GERANTUNG 282 42,5
6 BERAIM 452 50,4
7 DAKUNG 274 53,2
JUMLAH 2751 46,0

9. Pemberian Makanan Pendamping ASI MPASI


Pemberian MPASI dilakukan dalam upaya mempertahankan dan perbaikan status
gizi balita 6 – 24 bulan di Puskesmas Pengadang. Pemberian MPASI secara khusus kepada
balita gizi kurang keluarga miskin berupa makanan pabrikan kepada anak usia 12 – 23 bulan
bulan.
Cakupan pemberian MPASI tahun 2015 sebesar 100 persen, dari target sebesar 100
persen. Perincian lengkap dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.8 Cakupan Pencapaian PMT Kasus Gizi Kurang Puskesmas Pengadang Tahun 2015

NO DESA Pelayanan PMT Gizi Kurang


Cakupan %
1 PENGADANG 26 100
2 JURANG JALER 5 100
3 PRAI MEKE 3 100
4 JONTLAK 4 100
5 GERANTUNG 9 100
6 BERAIM 1 100
7 DAKUNG 4 100
JUMLAH 53 100

10. Balita Gizi Buruk mendapat perawatan


Kegiatan pelacakan kasus dilakukan oleh petugas puskesmas, bidan desa dibantu
oleh kader dan masyarakat. Indikator yang dipergunakan adalah BB/TB atau adanya gejala
klinis gizi buruk. Tahun 2015 Kasus gizi buruk sebanyak 6 kasus dengan penanganan sebesar
100%
Tabel 3.9 Pencapaian Pelayanan Kasus Gizi Buruk Puskesmas Pengadang Tahun 2015

NO DESA Pelayanan Gizi Buruk


Cakupan %
1 PENGADANG 1 100
2 JURANG JALER 1 100
3 PRAI MEKE 0 0
4 JONTLAK 1 100
5 GERANTUNG 1 100
6 BERAIM 1 100
7 DAKUNG 1 100
JUMLAH 6 100

11. Penjaringan kesehatan siswa SD sederajat


Upaya meningkatkan derajatkan kesehatan masyarakat khususnya anak sekolah

dilakukan penjaringan pada murid baru kelas I tingkat sekolah dasar (SD) dan sederajat,

tujuannya untuk mendeteksi dini masalah kesehatan pada murid baru sehingga diberikan

pelayanan selanjutnya sehingga dapat diatasi dengan segera yang pada akhirnya berdampak

pada prestasi siswa.

Jumlah SD dan MI di Puskesmas pengadang tahun 2015 sebanyak 37 buah dan

100% sudah mendapat pelayanan penjaringan, sedangkan Cakupan penjaringan pada siswa
kelas SD dan MI kelas I (satu) di Puskesmas Pengadang pada tahun 2015 sebesar 100%

persen dari target 100 persen. Gambaran pencapaian tahun 2015 dapat dilihat pada tABEL

berikut.

Tabel 3.10 Cakupan Penjaringan siswa SD/MI Kelas I Puskesmas Pengadang Tahun 2015

Cakupan Penjaringan SD
SD/MI
Klas I
No Desa
Jumlah Dilakukan Jml Murid Jml Yg
Penjaringan Dilayani
1 PENGADANG 13 13 206 206
2 JURANG JALER 5 5 89 89
3 PRAI MEKE 2 2 44 44
4 JONTLAK 6 6 138 138
5 GERANTUNG 5 5 89 89
6 BERAIM 5 5 132 132
7 DAKUNG 1 1 27 27
JUMLAH 37 37 725 725

12. Cakupan peserta KB aktif


Salah satu strategi MPS (Making Pregnancy Safer) adalah setiap WUS mempunyai
akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanggulangan komplikasi
keguguran. Ini artinya Pelayanan Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu
pilar dari 4 pilar Safe Motherhood. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) diharapkan dapat
memutuskan rantai sebab tidak langsung kematian ibu dan bayi, dimana mengurangi faktor
risiko (4 terlalu) : Terlalu sering hamil, terlalu banyak anak, terlalu muda dan terlalu tua
untuk kehamilan.
Cakupan KB aktif tahun 2015 sebesar 59,6 persen dari target sebesar 80 persen,
cakupan KB aktif periode TAHUN 2015 dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3.11 Persentase Cakupan Peserta KB Aktif & KB Baru Puskesmas Pengadang Tahun
2015 :
CAKUPAN PESERTA KB
NO DESA AKTIF & KB BARU
AKTIF BARU
1 PENGADANG 36,7 0,1
2 JURANG JALER 109,8 1,0
3 PRAI MEKE 54,4 0,9
4 JONTLAK 56,6 0,1
5 GERANTUNG 43,2 0,0
6 BERAIM 96,4 1,1
7 DAKUNG 57,2 1,3
JUMLAH 59,6 0,5
13. Penemuan dan penanganan penderita AFP
Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah semua anak yg berusia kurang dari 15 tahun
dengan kelumpuhan yg sifatnya flaccid (layuh), terjadi secara akut (mendadak) dan bukan
disebabkan oleh ruda paksa. Untuk anak <15 tahun, dapat dilaporkan sebagai kasus AFP jika
terdapat gejala klinis yang pasti misalnya penyakit polio. Penyakit polio harus dibuktikan
atau sudah tidak ada dengan penemuan kasus AFP.
Pada tahun 2015 di Lombok Tengah ditemukan 0.32 per 100.00 penduduk kurang
dari 15 tahun kasus AFP non Polio dari target < 2 per 100.000 penduduk < 15 tahun,
dibandingkan tahun 2014 ditemukan kasus sebesar 2.21 per 100.000 penduduk < 15 tahun.
Sedangkan di Puskesmas tidak ditemukan kasus AFP.

14. Penemuan dan penanganan penderita penyakit pneumonia pada balita


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) kerap bertengger sebagai penyebab

kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu, ISPA juga sering berada dalam pada

daftar 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit dan Puskesmas.

Penemuan dan penanganan penyakit pneumonia pada balita tahun 2014 sebesar 18,6
persen meningkat di tahun 2015 dengan capaian sebesar 42.1 persen dari target 100 persen
Tabel 3.12 Persentase Pneumonia Balita ditangani Puskesmas Pengadang Menurut Desa
Tahun 2014 – 2015

% CAKUPAN KASUS
NO DESA PNEUMONIA
2014 2015
1 PENGADANG 58,1 38,5
2 JURANG JALER 0 18,7
3 PRAI MEKE 0 0,0
4 JONTLAK 0 3,8
5 GERANTUNG 2 0,0
6 BERAIM 25,4 176
7 DAKUNG 0 0,0
JUMLAH 18,6 42,1

15. Penemuan dan penanganan penderita penyakit TB BTA positif


Cakupan penemuan dan penanganan TB BTA positif tahun 2014 sebesar 36.71
meningkat di tahun 2015 dengan capaian 38.25 persen dari target sebesar 70 persen. Gambar
dibawah menujukkan penemuan dan penanganan TB BTA positif tahun 2015 :
Tabel 3.13 .Jumlah Penderita TB Paru di Puskesmas Pengadang Menurut DesaTahun 2014 –
2015

NO DESA CAKUPAN JUMLAH KASUS


TB PARU
2014 2015
1 PENGADANG 16 10
2 JURANG JALER 2 5
3 PRAI MEKE 4 2
4 JONTLAK 4 3
5 GERANTUNG 4 6
6 BERAIM 6 1
7 DAKUNG 3 4
JUMLAH 39 31

16. Penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai

saat ini masih masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai KLB dan

menimbulkan kepanikan di masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat

menyebabkan kematian. Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk

Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup digenangan air bersih sekitar rumah. Di

Indonesia saat ini dikenal 4 serotipe virus dengue yaitu, Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Dari 4

serotipe tersebut yang paling banyak bersirkulasi adalah serotipe Den-3. Kasus umumnya

mulai meningkat pada musim hujan.

Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu 1) Peningkatan kegiatan

surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnosis dini dan pengobatan dini, 3)

Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya tersebut dititik

beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur)

plus menabur larvasida, penyebaran ikan pada penampungan air serta kegiatan-kegiatan

lainnya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk Aedes berkembang biak. Juru

Pemantauan Jentik (Jumantik) untuk memantau Angka Bebas Jentik (ABJ), serta pengenalan

gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai tolok
ukur pemberantasan vektor melalui PSN-3M menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat

dalam mencegah DBD. Oleh karena itu pendekatan pemberantasan DBD yang berwawasan

kepedulian masyarakat merupakan salah satu alternatif pendekatan baru.

Penanggulangan KLB DBD diarahkan pada upaya mencegah kematian dan menekan

penyebaran kasus. Upaya pencegahan kematian dilaksanakan dengan penemuan kasus secara

dini yang diikuti dengan tatalaksana kasus yang benar, termasuk monitoring secara ketat

terhadap kemungkinan terjadinya kebocoran plasma berlebihan. Sementara upaya

pencegahan diarahkan pada upaya pemutusan rantai penularan manusia-nyamuk-manusia

dengan pemberantasan sarang nyamuk, atau membunuh nyamuk dewasa terinfeksi.

Pada tahun 2014 jumlah penderita DBD di Puskesmas Pengadang berjumlah 1 kasus

dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 4 kasus. Kasus DBD hanya terjadi di Kelurahan

Jontlak saja.

Tabel 3.14 Jumlah Penderita DBD Puskesmas Pengadang Menurut Desa


Tahun 2014 – 2015
CAKUPAN JUMLAH KASUS
NO DESA DBD
2014 2015
1 PENGADANG 0 0
2 JURANG JALER 0 0
3 PRAI MEKE 0 0
4 JONTLAK 1 4
5 GERANTUNG 0 0
6 BERAIM 0 0
7 DAKUNG 0 0
JUMLAH 1 4

17. Penemuan dan penanganan penderita Diare


Penyakit Diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,
walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan kematian diare yang
laporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan mengalami penurunan namun penyakit
diare ini masih menimbulkan KLB yang cukup banyak bahkan menyebabkan kematian
Penemuan kasus Diare yang di kabupaten Lombok Tengah berhasil ditemukan oleh

Tenaga Kesehatan dan Kader sebesar 60,56 %, ini masih jauh dari SPM Kabupaten
Lombok Tegah sebesar 100 %, untuk mencapai target yang besar diperlukan upaya dari

beberapa kordinasi lintas program dan lintas sektoral.Tetapi semua kasus diare yang

ditemukan di sarana Kesehatan sudah dilayani dan ditatalaksana dengan baik, untuk tahun

2015 sudah menggunakan tablet Zinc selama 10 hari. Sedangkan di Puskesmas Pengadang

Persentase kasus diare yang ditangani pada tahun 2014 sebanyak 355 ( 52,5 %) dan

meningkat menjadi 1203 Kasus (177,9 %) pada tahun 2015.

Grafik 3.15 Persentase Kasus Diare ditangani Puskesmas Pengadang Tahun 2014-2015

% Cakupan Kasus Diare Puskesmas Pengadang


Tahun 2014/2015
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Pengadang Jr. Jaler Praimeke Jontlak Gerantung Beraim Dakung Puskesmas

18. Pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin


Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan berdasarkan
konsep asuransi sosial. Penyelenggaraan Program Jamkesmas dibedakan dalam dua
kelompok berdasarkan tingkat pelayanannya yaitu: 1) Jamkesmas untuk pelayanan dasar di
puskesmas termasuk jaringannya; 2) Jamkesmas untuk pelayanan kesehatan lanjutan di
rumah sakit dan balai kesehatan. Jumlah peserta jaminan kesehatan masyarakatdi Puskesmas
Pengadang tahun 2015 sebanyak 17486. Capaian pelayanan dasar masyarakat miskin tahun
2013 sebesar 35.87 dengan target sebesar 85 persen sedangkan pelayanan kesehatan rujukan
sebesar 0.83 persen dari target sebesar 75 persen. Sedangkan tahun 2015 dan 2014
perkembangan jamkesmas tidak dapat diukur Sejak diberlakukan Undang Undang No.40
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan bahwa
jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
19. Pelayanan gawat darurat level 1
Menurut Permenkes no. 28 tahun 2008 tentang pelayanan gawat darurat bahwa yang
dimaksud dengan pelayanan gawat darurat yaitu Pelayanan Gadar level 1 yang harus
diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten/kota. Adapun kriteria pelayanan gawat darurat
adalah :
a. Gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki
DokterUmum on site 24 jam dengan kualifikasi GELS dan/atau ATLS + ACLS,
sertamemiliki alat trasportasi dan komunikasi.
b. On siteadalah berada di tempat .
c. GELS adalah General Emergency Life Support
d. ATLS adalah Advance Trauma Life Support
e. ACLS adalah Advance Cardiac Life Support.
Pelayanan gawat darurat level 1 di Puskesmas Pengadang tidak dilakukan

20. Desa/kelurahan mengalami KLB yang harus dilakukan penyelidikan Epidemiologi


Desa/kelurahan mengalami kejadian luar biasa (KLB) yang ditangani kurang 24 jam
oleh petugas tahun 2015 ditargetkan 100 persen (realisasinya 100%) sama dengan realisasi di
tahun 2014 yaitu target 100 persen dengan realisasi 100 persen. KLB hanya terjadi 1 kali di
desa Pengadang dan telah dilakukan penyelidikan epidemiologi

21. Desa siaga Aktif


Cakupan desa siaga aktif tahun 2015 di Puskesmas Pengadang mencapai 100 persen
dari 7 desa yang ada, dari target 80 persen. Kegiatan yang dilakukan dalam mendudkung
keberhasilan pencapaian program ini adalah advokasi desa siaga kepada pemegang kebijakan,
mengaktifkan forum desa siaga, pembangunan poskesdes, peningkatan kemitraan dengan
Da’i.

22. Rasio puskesmas per penduduk


Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat digambarkan secara umum
oleh indikator rasio puskesmas terhadap penduduk. Untuk rasio puskesmas per penduduk di
Lombok Tengah tahun 2015 sebesar 1 : 36.005 dari target sebesar 1 : 30.000 penduduk.
Sedangkan rasio Puskesmas Pengadang terhadap penduduk adalah 1: 31.603
23. Prosentase kesehatan yang sudah D3 keatas
SDM Kesehatan khususnya tenaga kesehatan minimal pendidikanya Diploma 3 ke
atas karena hanya tenaga kesehatan yang pendidikan Diploma III mempunyai kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan. Untuk asisten tenaga kesehatan yang berpendidikan
dibawah D III jika bekerja harus didampingi oleh tenaga kesehatan sehingga ada korelasi
positif antara jumlah tenaga kesehatan yang pendidikan Diploma III dengan upaya kesehatan
yang dilakukannnya. Prosentase tenaga kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah yang sudah
D3 keatas pada tahun 2015 mencapai 71.99 persen dari target sebesar 100 persen Faktor-
faktor yang mempengaruhi SDM Kesehatan belum seluruhnya berpendidikan D3 ke atas
adalah beberapa SDM yang berpendidikan SPK, SMA, SPPH, SPRG masih menempuh
pendidikan ketingkat lebih tinggi dengan status ijin belajar, beberapa SDM Kesehatan yang
telah lulus pendidikan ijazahnya belum disesuaikan dan SDM kesehatan enggan melanjutkan
pendidikan karena usia tugasnya kurang dari 5 tahun. Sedangkan jumlah Tenaga kesehatan di
Puskesmas Pegadang yang berpendidikan minimal DIII keatas sebanyak 95 persen dari target
100 %.

24. Persentase tenaga kesehatan yang telah memiliki kompetensi


Uji Kompetensi dilakukan pada tenaga kesehatan yang menempuh pendidikan
vokasi atau profesi pada akhir masa pendidikan. Sehingga semua tenaga kesehatan yang
pendidikan diploma tiga atau profesi ketika bekerja telah lulus uji kompetensi kompetensi
yang diadakan oleh lembaga pendidikan dan bekerjasama dengan lembaga profesi. Sebagai
bukti lulus kompetensi diterbitkanlah sertifikat kompetensi oleh perguruan tinggi. Prosentase
tenaga kesehatan yang telah memiliki kompetensi tenaga kesehatan di Puskesmas Pengadang
pada tahun 2015 sebesar 77.5 persen dari target sebesar 95 persen.
Dalam mempertahankan dan meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, Dinas
Kesehatan kabupaten Lombok Tengan bekerjasama dengan organisasi profesi melakukan uji
kompetensi untuk masingmasing tenaga kesehatan dan melalui pelatihan. Sedangkan untuk
meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dilakukan melalui pengiriman pegawai negeri
untuk mengikuti ijin atau tugas belajar baik dalam daerah maupaun di luar daerah.

25. Rasio kapasitas rawat inap per penduduk


Meskipun pelayanan kesehatan masyarakat merupakan inti dari puskesmas,
pelayanan kesehatan perseorangan juga menjadi perhatian dari pemerintah. Bagi daerah yang
termasuk Daerah Tertinggal, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), Dana Alokasi Khusus (DAK)
digelontorkan dengan tujuan salah satunya adalah peningkatan puskesmas non rawat inap
menjadi puskesmas rawat inap. Rasio Rawat inap terhadap penduduk di Lombok Tengah
tahun 2015 sebesar 1 : 2.876 dari target sebesar 1 : 2.000 penduduk. Sedangkan rasio di
Puskesmas Pengadang sebesar 1 : 447

Anda mungkin juga menyukai