Bab Iii
Bab Iii
2. MISI
mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia
(95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dan frekuensi kehamilan minimal 4
kali selama masa kehamilannya adalah 83,5 persen. Cakupan K1 atau juga disebut akses
pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan
Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali kunjungan,
dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada
triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur
kehamilan. Pelayanan yang mencakup minimal : (1) timbang badan dan ukur tinggi badan,
(2) Ukur tekanan darah, (3) Srining status imunisasi, (4) Ukur tinggi fundus uteri, (5)
Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan ), (6) Temu wicara (pemberian komunikasi
interpersonal dan konseling, (7) Test laboratorium sederhana (Hb, Protein urin ) dan atau
berdasarkan indikasi HbsHg, sifilis, HIV, Malaria, TBC ). Angka ini dapat dimanfaatkan
101,8% dan menurun 102,3% pada tahun 2015, sedangkan K4 pada tahun 2014 sebesar
96,6% dan menurun 88% tahun 2015. Sedangkan Berdasarkan hasil survei tersebut NTB
Tingginya kunjungan ibu hamil pada trimester pertama (K1) tidak diikuti pada
kunjungan pada trimester 3 (K4). Ini disebabkan karena angka drop out (DO) ibu untuk
menuju K4 mencapai 10%. Pelayanan antenatal sangat penting untuk mengetahui status
kesehatan ibu, perkembangan tumbuh kembang Janin, deteksi dini risiko tinggi, dan
perencanaan persalinan.
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebesar 88 persen masih dibawah target (95
persen), capaian ini lebih rendah dibandingkan tahun 2014. Dengan angka DO yang cukup
tinggi dari K1 ke K4 mengakibatkan petugas kehilangan kontak. Hal ini dapat disebabkan
oleh adanya migrasi, dimana ibu hamil khususnya pada kehamilan pertama mereka memilih
untuk melahirkan ditempat orang tuanya bukan ditempat mereka saat melakukan ANC rutin.
CAKUPAN PERSALINAN
NO DESA OLEH NAKES
2014 2015
1 PENGADANG 99,1 98,9
2 JURANG JALER 110 100
3 PRAI MEKE 97,3 100
4 JONTLAK 94,3 101
5 GERANTUNG 103,8 98,5
6 BERAIM 109 105,2
7 DAKUNG 100 90
JUMLAH 100,9 99,3
Dari Tabel 3.2. di atas terlihat bahwa cakupan pertolongan persalinan Tenaga
Kesehatan pada tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan dengan pencapaian pada
tahun 2014. Pada tahun 2014, persentase persalinan oleh nakes mencapai 100,9% dan
4. Pelayanan Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan
pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi
dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan
melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu ; 1) Kunjungan
nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari ; 2) Kunjungan nifas ke2
(KF2) dilakukan dalam waktu hari 4 sampai dengan hari ke 28 setelah persalinan dan 3)
Kunjungan nifas ke3 (KF3) dilakukan dalam waktu hari ke 29 sampai dengan hari ke 42
setelah persalinan.
Tabel 3.3 Persentase Kunjungan Pelayanan Nifas Puskesmas Pengadang Menurut Desa
Tahun 2015
Tahun 2015
NO DESA
KF1 KF2 KF3
1 PENGADANG 97,8 97,8 100,5
2 JURANG JALER 101 101 101,6
3 PRAI MEKE 100 100 100
4 JONTLAK 100 100 100
5 GERANTUNG 100 100 95,7
6 BERAIM 100 100 93,1
7 DAKUNG 100 100 87,5
JUMLAH 99,4 99,4 97,5
Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2015 sebesar 97,5 persen dari target sebesar
95 persen.
6. Kunjungan bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga
kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal 4 kali dalam setahun yaitu 1 kali saat
berumur 29 hari – 3 bulan, 1 kali pada umur 3 – 6 bulan, 1 kali pada umur 6 – 9 bulan, dan 1
kali pada umur 9 – 11 bulan.
Grafik 3.5 Jumlah Kunjungan bayi di Pengadang Tahun 2015
Cakupan kunjungan bayi yang mendapat pelayanan kesehatan tahun 2015 sebesar
104.07 persen melampui dari target yaitu 95 persen.
7. Desa/Kelurahan UCI
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proyeksi
terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (011 bulan). Desa UCI
merupakan gambaran desa/kelurahan dengan ≥ 80 persen jumlah bayi yang ada di desa
tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun.
Cakupan desa UCI (universal child immunization) di tahun 2015 mencapai 100
persen dari target sebesar 100 persen, capaian UCI tahun 2014 - 2015 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.6 Pencapaian Desa UCI Puskesmas Pengadang Tahun 2014-2015
dilakukan penjaringan pada murid baru kelas I tingkat sekolah dasar (SD) dan sederajat,
tujuannya untuk mendeteksi dini masalah kesehatan pada murid baru sehingga diberikan
pelayanan selanjutnya sehingga dapat diatasi dengan segera yang pada akhirnya berdampak
100% sudah mendapat pelayanan penjaringan, sedangkan Cakupan penjaringan pada siswa
kelas SD dan MI kelas I (satu) di Puskesmas Pengadang pada tahun 2015 sebesar 100%
persen dari target 100 persen. Gambaran pencapaian tahun 2015 dapat dilihat pada tABEL
berikut.
Tabel 3.10 Cakupan Penjaringan siswa SD/MI Kelas I Puskesmas Pengadang Tahun 2015
Cakupan Penjaringan SD
SD/MI
Klas I
No Desa
Jumlah Dilakukan Jml Murid Jml Yg
Penjaringan Dilayani
1 PENGADANG 13 13 206 206
2 JURANG JALER 5 5 89 89
3 PRAI MEKE 2 2 44 44
4 JONTLAK 6 6 138 138
5 GERANTUNG 5 5 89 89
6 BERAIM 5 5 132 132
7 DAKUNG 1 1 27 27
JUMLAH 37 37 725 725
kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu, ISPA juga sering berada dalam pada
Penemuan dan penanganan penyakit pneumonia pada balita tahun 2014 sebesar 18,6
persen meningkat di tahun 2015 dengan capaian sebesar 42.1 persen dari target 100 persen
Tabel 3.12 Persentase Pneumonia Balita ditangani Puskesmas Pengadang Menurut Desa
Tahun 2014 – 2015
% CAKUPAN KASUS
NO DESA PNEUMONIA
2014 2015
1 PENGADANG 58,1 38,5
2 JURANG JALER 0 18,7
3 PRAI MEKE 0 0,0
4 JONTLAK 0 3,8
5 GERANTUNG 2 0,0
6 BERAIM 25,4 176
7 DAKUNG 0 0,0
JUMLAH 18,6 42,1
saat ini masih masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai KLB dan
menyebabkan kematian. Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup digenangan air bersih sekitar rumah. Di
Indonesia saat ini dikenal 4 serotipe virus dengue yaitu, Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Dari 4
serotipe tersebut yang paling banyak bersirkulasi adalah serotipe Den-3. Kasus umumnya
Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu 1) Peningkatan kegiatan
surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnosis dini dan pengobatan dini, 3)
Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya tersebut dititik
beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur)
plus menabur larvasida, penyebaran ikan pada penampungan air serta kegiatan-kegiatan
Pemantauan Jentik (Jumantik) untuk memantau Angka Bebas Jentik (ABJ), serta pengenalan
gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai tolok
ukur pemberantasan vektor melalui PSN-3M menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat
dalam mencegah DBD. Oleh karena itu pendekatan pemberantasan DBD yang berwawasan
Penanggulangan KLB DBD diarahkan pada upaya mencegah kematian dan menekan
penyebaran kasus. Upaya pencegahan kematian dilaksanakan dengan penemuan kasus secara
dini yang diikuti dengan tatalaksana kasus yang benar, termasuk monitoring secara ketat
Pada tahun 2014 jumlah penderita DBD di Puskesmas Pengadang berjumlah 1 kasus
dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 4 kasus. Kasus DBD hanya terjadi di Kelurahan
Jontlak saja.
Tenaga Kesehatan dan Kader sebesar 60,56 %, ini masih jauh dari SPM Kabupaten
Lombok Tegah sebesar 100 %, untuk mencapai target yang besar diperlukan upaya dari
beberapa kordinasi lintas program dan lintas sektoral.Tetapi semua kasus diare yang
ditemukan di sarana Kesehatan sudah dilayani dan ditatalaksana dengan baik, untuk tahun
2015 sudah menggunakan tablet Zinc selama 10 hari. Sedangkan di Puskesmas Pengadang
Persentase kasus diare yang ditangani pada tahun 2014 sebanyak 355 ( 52,5 %) dan
Grafik 3.15 Persentase Kasus Diare ditangani Puskesmas Pengadang Tahun 2014-2015