Anda di halaman 1dari 21

Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS, 5 (1), 75-95

e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: https://doi.org/10.32697/integritas.v5i1.398
©Komisi Pemberantasan Korupsi

Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia:


Penguatan Demokrasi Patronase?
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada
Peneliti Lepas Kajian Politik Lokal

madasukmajati@gmail.com, fikridisyacitta@gmail.com

Abstract
This paper examines the patterns of campaign funding in the Indonesian 2019 Concurrent
Election by focusing on the dimensions of revenue and expenditure both in the presidential and
legislative elections. This article also discusses the nature of the political regime as a
consequence of the patterns. In doing so, the analysis is based on campaign finance theory
supported by the concept of clientelism and programmatic politics. By relying on secondary
data, this paper argues that the way the candidates manage their campaign funding shows the
strengthening of political clientelism on one side and the waning of programmatic politics on
the others side. Consequently, patronage democracy will also strengthen in Indonesia after the
2019 Election.

Keywords: Campaign Funding, Presidential Election, Legislative Election, Clientelism,


Patronage

Abstrak
Pengelolaan dana kampanye sangat mempengaruhi penyelenggaraan pemilu yang
berintegritas dan berkeadilan. Tulisan ini membedah pola pendanaan kampanye di Pemilu
Serentak 2019 dengan fokus pada dimensi penerimaan dan pengeluaran. Selain itu, artikel
ini juga mendiskusikan potensi dari watak rejim kekuasaan yang akan lahir dari Pilpres dan
Pileg 2019. Maka untuk tujuan tersebut, analisis didasarkan pada teori pembiayaan
kampanye yang didukung oleh konsep politik klientelisme dan politik programatik dengan
mengandalkan pada data sekunder. Argumen yang diajukan adalah bahwa pengelolaan dana
kampanye oleh peserta pemilu menunjukkan penguatan pola politik klientelisme pada satu
sisi dan semakin memudarnya politik programatik pada sisi yang lain. Konsekuensinya,
demokrasi patronase juga akan semakin menguat di Indonesia ke depan.
Kata Kunci: Pendanaan Kampanye, Pilpres, Pileg, Klientelisme, Patronase

75
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta

Pendahuluan kajian yang ditulis oleh Sukmajati dan


Uang di dalam pemilu akan sangat Perdana (2018) dan Ufen (2014: 83-127)
menentukan derajat integritas dari yang membahas berbagai problematika
penyelenggaraan sebuah pemilu (Norris, dalam pendanaan pemilu presiden
2014). Selain itu, uang di dalam pemilu juga (pilpres), pemilu legislatif (pileg), dan
sangat terkait dengan prinsip keadilan pilkada dari perspektif peserta dan
pemilu (Ayoub dan Ellis, 2010), terutama penyelenggara pemilu serta pemilih.
dalam prinsip kesetaraan dalam proses Beberapa studi sebelumnya juga telah
kontestasi. Salah satu dimensi penting uang membahas problematika dalam regulasi
di dalam pemilu adalah pendanaan pendanaan kampanye di Indonesia,
kampanye. Maka dengan memahami profil misalnya kajian dari Mietzner (2016: 84-
pendanaan kampanye pemilu, kita akan 102).
dapat melihat berbagai hal penting, seperti Tulisan ini agak berbeda dengan
“Siapa yang memberikan uang, berapa kajian-kajian sebelumnya karena
banyak uang yang diberikan, kepada siapa setidaknya beberapa alasan. Tulisan ini
uang diberikan, dan untuk tujuan apa” (U.S. secara spesifik fokus pada pendanaan
Agency for International Development, kampanye untuk Pilpres dan Pileg Serentak
2003). Hal-hal seperti ini penting untuk 2019. Selain itu, tulisan ini berusaha untuk
diketahui karena pendanaan kampanye mengeksplorasi dimensi penerimaan dan
pada akhirnya akan menentukan karakter pengeluaran dana kampanye berdasarkan
rejim kekuasaan yang dihasilkan oleh pada dokumen-dokumen resmi yang
pemilu terkait dengan kepada siapa dan diserahkan oleh peserta Pemilu Serentak
berapa serta bagaimana para penguasa 2019 kepada lembaga penyelenggara
terpilih akan memberikan ganjaran kepada pemilu. Eksplorasi dilakukan dengan
para pemilih. mempertimbangkan detail informasi terkait
Meskipun kajian tentang uang di dengan sumber penerimaan, alokasi
dalam pemilu adalah sangat penting, pengeluaran, dan nominal dari penerimaan
sayangnya, tidak banyak ilmuwan politik di dan pengeluaran. Tulisan ini juga berupaya
Indonesia yang menaruh perhatian serius untuk memproyeksi konsekuensi dari
dengan topik ini. Tidak mengherankan, pengelolaan dana kampanye terhadap
topik ini masih menyisakan banyak watak dasar dari rejim kekuasaan yang
persoalan. Namun demikian, sejauh ini akan terbentuk pasca penyelenggaraan
sudah ada beberapa studi yang membahas Pemilu 2019 nanti.
pendanaan kampanye di Indonesia. Semua Berdasarkan tujuan tersebut, tulisan
kajian tersebut pada dasarnya sampai pada ini dibagi ke dalam lima bagian utama.
muara kesimpulan yang mirip, yaitu Bagian pertama mendiskusikan metodologi
pendanaan kampanye di Indonesia masih yang digunakan dalam tulisan ini, terkait
memiliki berbagai problematika terkait dengan kerangka analisis dan metode
dengan penegakan prinsip transparansi dan pengumpulan data. Bagian kedua
akuntabilitas. Sebagai contoh, kajian yang mengeskplorasi temuan-temuan besar
ditulis oleh Aspinall dan Berenschot (2019: dalam topik pengelolaan dana kampanye di
289-323) membahas peran para oligarki Pilpres 2019. Bagian ketiga menganalisis
dalam pendanaan kampanye dalam pendanaan kampanye di Pileg 2019. Bagian
pemilihan kepala daerah (pilkada) dan keempat menjelajah konsekuensi dari pola
konsekuensinya terhadap penyalahgunaan pendanaan kampanye terhadap watak
kekuasaan oleh para pemimpin di daerah kekuasaan yang akan lahir pasca
yang terpilih. Contoh yang lain adalah penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019 ke

76
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?

depan. Bagian terakhir menyajikan penyumbang tersebut. Secara teoritik,


kesimpulan. peserta pemilu memperoleh dana
kampanye dari iuran para anggota atau
Kerangka Analisis. aktivitas-aktivitas yang dapat
Tulisan ini didasarkan pada tiga mengumpulan dana, penyumbang besar,
kerangka konseptual. Pertama dan utama penyumbang kecil, dan menengah,
adalah kerangka pemikiran tentang kontribusi dari pejabat-pejabat publik yang
pendanaan kampanye yang ditawarkan oleh berasal atau berafiliasi dengan peserta
U.S. Agency for International Development pemilu tersebut, sumber pendanaan publik
(2003). Kerangka pikir ini kemudian dari negara, serta dana pribadi dari peserta
didukung oleh konsep politik programatik pemilu. Isu yang sangat krusial dari dimensi
yang ditawarkan oleh Cheeseman et.al penerimaan dana kampanye ini adalah
(2014) dan konsep politik klientelistik yang apakah peserta pemilu mendapatkan dana
ditawarkan oleh Aspinall dan Berenschot kampanye dari sumber-sumber ilegal,
(2019). U.S. Agency for International termasuk dari sumber daya negara.
Development (2003) mencoba Di beberapa negara, misalnya di
memaparkan kerangka pikir bagaimana Amerika Serikat dan Kanada, regulasi
uang dapat mempengaruhi politik dalam memberikan batasan kepada individu
tiga fase besar, yaitu dimensi penerimaan masyarakat yang memberikan sumbangan
dan dimensi pengeluaran dana kampanye kepada peserta pemilu. Sedangkan di
pada saat pra-pemilu dan dimensi beberapa negara lain, misalnya di Inggris,
pembayaran kembali pada saat pasca- regulasi tidak memberikan batasan
pemilu. sumbangan. Sedangkan untuk sumbangan
dari partai politik, beberapa negara yang
demokrasinya sudah mapan, seperti
Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada,
membatasi sumbangan dari partai politik
kepada para kandidat mereka. Untuk
sumbangan yang berasal dari kandidat
sendiri, regulasi di beberapa negara seperti
di Amerika Serikat tidak membatasi jumlah
sumbangan. Sedangkan di negara lain,
misalnya di Inggris dan di Kanada, regulasi
membatasi sumbangan yang berasal dari
kandidat sendiri. Untuk sumbangan dari
organisasi di luar peserta pemilu dan
kelompok-kelompok lain, regulasi di
Amerika Serikat tidak memberikan batasan
sumbangan sepanjang organisasi-organisasi
dan kelompok-kelompok tersebut
Gambar 1. Bagaimana Uang dapat beroperasi secara mandiri dari peserta
Mempengaruhi Politik, Sumber: USAID, 2003
pemilu. Hal ini berbeda dengan regulasi
yang ada di Inggris dan Kanada yang
Terdapat dua poin utama dalam
membatasi sumbangan dari organisasi-
dimensi penerimaan, yaitu siapa
organisasi dan kelompok-kelompok
penyumbang dana kampanye dan berapa
masyarakat yang tidak memiliki relasi
jumlah yang diberikan oleh para
dengan peserta pemilu.

77
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta

Tabel 1. Perbandingan Sumber Pendanaan Pertama, pengeluaran yang bersifat legal,


Kampanye di Amerika Serikat, Inggris, dan termasuk di dalamnya adalah pengeluaran
Kanada untuk pembuatan dan pemasangan brosur
dan poster, penyelenggaraan konvoi dari
pendukung peserta pemilu, transportasi,
konsumsi, kaos kampanye, dan pemasangan
iklan di media massa. Kedua, pengeluaran
yang bersifat abu-abu (antara legal dan
ilegal), misalnya adalah pelayanan-
pelayanan kepada konstituen (bantuan
untuk biaya pemakaman bagi pendukung
peserta pemilu yang meninggal, bantuan
biaya sekolah, dan bantuan untuk biaya
pengobatan). Kemudian karena bersifat
abu-abu, biaya-biaya seperti ini beresiko
untuk masuk ke dalam kategori
pengeluaran yang bersifat ilegal. Ketiga,
pengeluaran yang bersifat ilegal, misalnya
pembelian suara, suap kepada media, dan
Sumber: Kelsey Shoub, 2013
berbagai bentuk suap yang lain, termasuk
suap kepada penyelenggara pemilu untuk
Sedangkan di Indonesia, UU No. 7
mempengaruhi hasil pemilu.
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
Di Indonesia, regulasi tidak
menyebutkan bahwa sumbangan dana
membatasi pembelanjaan dana kampanye.
kampanye dapat berasal dari partai politik
Namun demikian, terdapat beberapa
dan/atau gabungan partai politik, kandidat,
pengaturan lebih lanjut di tingkatan teknis-
individu masyarakat, kelompok masyarakat,
operasional. Misalnya, Pasal 12 dan Pasal
dan/atau perusahaan atau badan usaha
18 PKPU No. 24 Tahun 2018 menyataan
non-pemerintah. Undang-undang tersebut
bahwa pengeluaran dana kampanye pilpres
tidak membatasi sumbangan dari
dan pileg untuk pembelian barang dinilai
(gabungan) partai politik dan kandidat.
berdasarkan harga pasar yang wajar untuk
Namun, regulasi tersebut mengatur
barang tersebut dan setiap diskon
pembatasan sumbangan dari individu
pembelian barang yang melebihi batas
masyarakat, dari kelompok-kelompok
kewajaran transaksi jual beli yang berlaku
masyarakat, dan dari badan usaha non-
secara umum akan diberlakukan ketentuan
pemerintah. Lebih detail, Pasal 327 UU No.
sumbangan yang batasan dan
7 Tahun 2017 mengatur bahwa sumbangan
pengaturannya tunduk pada peraturan
dana kampanye pilres yang berasal dari
KPU. Selain itu, PKPU No. 2768/PL.02.4-
perseorangan tidak boleh melebihi Rp.
Kpt/06/KPU/I/2019 tentang Biaya Makan,
2.500.000.000,00 dan sumbangan dari
Minum, dan Transportasi Peserta
pihak kelompok dan perusahaan atau badan
Kampanye yang mengatur bahwa biaya
usaha non pemerintah tidak boleh melebihi
makan, minum, dan transportasi paling
Rp. 25.000.000.000,00. Pengaturan yang
banyak sama dengan standar biaya daerah
sama juga berlaku untuk pileg, sebagaimana
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
diatur dalam Pasal 331.
setempat dan biaya-biaya tersebut tidak
Kemudian untuk dimensi
diberikan dalam bentuk uang kepada
pengeluaran, terdapat tiga hal utama.
peserta kampanye.

78
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?

Sedangkan untuk Tahapan politik antara wakil rakyat dan konstituen


Pembayaran Kembali (repayment) pasca- untuk periode kekuasaan berikutnya.
pemilu, ada dua bentuk pembayaran Politik programatik dapat
kembali yang diberikan oleh para peserta berkembang jika, dari dimensi penerimaan
pemilu yang terpilih kepada para pemilih, dana kampanye, peserta pemilu
yaitu berupa kebijakan-kebijakan publik mendapatkan dana kampanye yang berasal
yang bersifat legal dan berupa kebijakan- dari sumbangan individu masyarakat dan
kebijakan publik yang bersifat ilegal. perusahaan kecil dan menengah serta
Contoh kebijakan-kebijakan publik yang pendanaan publik dengan proporsi yang
bersifat legal adalah pemberian pekerjaan- lebih besar dibandingkan dengan
pekerjaan yang bersifat patronase sebagai sumbangan dari perusahaan besar, para
bentuk balas jasa, penunjukan-penunjukan pejabat publik yang berafiliasi dengan
di jabatan penting, dan pembangunan peserta pemilu dan individu peserta pemilu.
proyek-proyek di daerah pemilihan. Dengan kata lain, politik programatik dapat
Sedangkan contoh kebijakan publik yang berkembang jika ada partisipasi yang
bersifat ilegal adalah suap, jual beli suara, signifikan dari individu masyarakat atau
hadiah, dan monopoli sumberdaya negara. kelompok-kelompok masyarakat. Selain itu,
Kita kemudian dapat mengaitkan yang tidak kalah pentingnya, sumber
kerangka analisis yang ditawarkan oleh pendanaan kampanye juga tidak melibatkan
USAID tersebut dengan konsep politik sumber-sumber yang bersifat ilegal. Dengan
programatik dan politik klientelisme. Politik demikian, politik programatik menjunjung
programatik adalah strategi memobilisasi tinggi prinsip transparansi dan
dukungan dalam pemilu dengan akuntabilitas. Sedangkan dari dimensi
mengandalkan pada visi, misi dan program pengeluaran, politik programatik dapat
tertentu. Dengan demikian, ketika berkembang jika pengeluaran dana
melakukan mobilisasi dukungan dalam kampanye oleh peserta pemilu
kampanye, kandidat menawarkan visi, misi diperuntukkan kepada pengeluaran-
dan program yang diterjemahkan dari pengeluaran yang legal. Visi, misi dan
ideologi dan platform partai politiknya. Visi, program peserta pemilu disosialisasikan
misi dan program dari para kandidat melalui berbagai alat peraga kampanye
berorientasi pada isu-isu yang spesifik dengan penekanan pada bentuk-bentuk
dengan prioritas tertentu yang jelas dan kampanye yang bersifat dialogis.
tegas, misalnya dalam topik pelayanan Konsekuensinya, pengeluaran-pengeluaran
dasar, tata kelola pemerintahan, dan dana kampanye yang bersifat ilegal
keberlangsungan lingkungan. Visi, misi dan kemudian menjadi hilang, misalnya
program dari para kandidat tersebut pembelian suara kepada pemilih atau suap
kemudian diterjemahkan lebih lanjut ke kepada para penyelenggara pemilu. Dalam
peta jalan (roadmap) sangat sangat konkret, tahapan pasca-pemilu, ketika sumber
detail, dan terukur. Visi, misi, program, dan pendanaan bersifat partisipatif dan alokasi
peta jalan tersebut sebenarnya merupakan pembelanjaan kampanye bersifat legal,
bentuk transparansi dan akuntabilitas dari maka wakil rakyat akan melakukan
para kandidat kepada pemilih ketika pembayaran kembali kepada para
kandidat tersebut memenangkan kursi konstituen dengan kebijakan-kebijakan
dalam pemilu. Dengan demikian, kampanye yang juga bersifat programatik dan legal.
kemudian menjadi awal bagi terbentuknya Para wakil rakyat akan mengganjar para
kontrak politik yang akan memelihara relasi konstituennya dengan program-program
pembangunan. Sebagian diantara

79
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta

konstituen mungkin juga akan diganjar klientelisme dapat berkembang jika


dengan posisi-posisi yang strategis dalam pengeluaran dana kampanye
pemerintahan. diperuntukkan kepada pengeluaran-
Sedangkan klientelisme, menurut pengeluaran yang bersifat ilegal. Visi, misi,
Kitschelt dan Wilkinson (2007: 2), adalah dan program peserta pemilu dengan
pertukaran langsung dari suara seorang demikian menjadi tidak penting. Lebih jauh,
warga sebagai imbalan atas pembayaran politik klientelisme lebih mengarah pada
langsung atau akses yang berkelanjutan bentuk-bentuk kampanye yang bersifat
pada jabatan, barang, dan jasa.” Menurut lebih monolog (satu arah) dari peserta
Hicken (2011), dengan mengacu pada pemilu ke pemilih. Selain itu, pengeluaran
gagasannya Scott, terdapat beberapa dana kampanye yang bersifat ilegal menjadi
karakter dari klientelisme, yaitu, pertama, dominan, misalnya pembelian suara kepada
relasi dua pihak (dyadic relationship) pemilih atau suap kepada para
dimana dua pihak (kandidat dan pemilih) penyelenggara pemilu. Dengan demikian,
mengembangkan relasi secara langsung, kampanye menjadi instrumen transaksional
tatap muka dan transaksional. Kedua adalah dalam relasi antara calon wakil rakyat
relasi yang bersifat dua arah (contingency), dengan pemilihnya.
di mana antara patron (kandidat) dan klien Dari uraian di atas, kita dapat melihat
(pemilih) saling memberi dan menerima. bahwa pengelolaan dana kampanye sangat
Ketiga adalah hierarkhi, dimana kedudukan berpengaruh terhadap terbentuknya politik
patron (kandidat) lebih tinggi daripada programatik yang merupakan bentuk ideal
kedudukan klien (pemilih). Keempat adalah pada satu kutub atau politik klientelisme
perulangan (iteration) yang artinya relasi yang merupakan bentuk buruk pada kutub
antara keduanya bersifat terus menerus yang lainnya. Kita akan menggunakan
dalam jangka waktu yang panjang. kerangka analisis ini untuk menjelaskan
Terkait dengan dana kampanye, kita dana kampanye dalam Pilpres dan Pileg
dapat mengatakan bahwa politik 2019 di Indonesia belum lama ini.
klientelisme dapat berkembang jika, dari
dimensi penerimaan dana kampanye, Metode.
peserta pemilu mendapatkan dana Tulisan ini didasarkan pada data
kampanye yang berasal dari perusahaan sekunder berupa dokumen legal, laporan-
besar dan para pejabat publik dengan laporan riset dari beberapa kelompok
proporsi yang lebih besar dibandingkan masyarakat sipil, dan berita media massa
dengan sumbangan dari individu yang kredibel. Sebagai informasi, untuk
masyarakat dan perusahaan kecil dan Pemilu Serentak 2019, para peserta pemilu
menengah serta pendanaan publik. Dengan harus membuat dan menyerahkan laporan
kata lain, politik klientelisme dapat dana kampanye tanggal 22 September
berkembang jika ada dominasi oleh 2018-2 Mei 2019. Terdapat tiga laporan
perusahaan besar, dari para pejabat publik, yang harus dibuat, yaitu Laporan Awal Dana
dan dari dominasi sumbangan peserta Kampanye (LADK) yang harus diserahkan
pemilu itu sendiri. Selain itu, yang tidak kepada penyelenggara pemilu pada tanggal
kalah pentingnya, sumber pendanaan 28 September 2018, Laporan Penerimaan
kampanye juga melibatkan sumber-sumber Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK) yang
yang bersifat ilegal. Dengan demikian, harus diserahkan pada tanggal 3 Januari
politik klientelisme mengabaikan prinsip 2019, dan Laporan Penerimaan dan
transparansi dan akuntabilitas. Selain itu, Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) pada
dari dimensi pengeluaran, politik tanggal 26 April 2019. Karena keterbatasan

80
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?

waktu yang ada, tulisan ini hanya dapat mengatakan bahwa Paslon 01
mengandalkan pada dokumen LADK dan memiliki modal awal yang lebih besar
LSDK. Konsekuensinya, data yang tersedia daripada modal awal yang dimiliki oleh
bersifat tidak detail (terutama ketika kita Paslon 02.
akan melacak item-item untuk alokasi
pengeluaran dana kampanye dari peserta Tabel 2. Laporan Awal Dana Kampanye Pilpres
pemilu) dan belum final (karena LPPDK 2019
belum diserahkan) serta hanya fokus pada
peserta pemilu di tingkat nasional, yaitu
pilpres dan pileg DPR RI.
Keterbatasan lain adalah bahwa
laporan formal dana kampanye tidak
Sumber: Bawaslu RI, 2019
mencerminkan realitas yang sebenarnya di
lapangan. Hal ini disebabkan karena
Sedangkan terkait dengan laporan
setidaknya dua faktor utama. Pertama, dari
sumbangan dana kampanye, terdapat lima
sisi kemauan politik (political will), peserta
komponen penerimaan sumbangan dana
pemilu masih memiliki komitmen yang
kampanye, yakni dari paslon sendiri, partai
rendah terhadap penegakan prinsip
politik dan/atau gabungan partai politik,
transparansi dan akuntabilitas dalam
pihak lain perseorangan, pihak lain
pelaporan dana kampanye. Kedua, sistem
kelompok, dan pihak lain badan usaha non-
dan mekanisme audit dana kampanye yang
pemerintah. Berdasarkan Pasal 335 ayat (4)
diatur dalam regulasi tidak cukup mampu
UU Nomor 7 Tahun 2017, setiap
untuk menjamin penegakan prinsip
penyumbang yang terdaftar dalam laporan
transparansi dan akuntabilitas. Selain
wajib mencantumkan nama, alamat, dan
mengandalkan pada dokumen-dokumen
nomor telepon yang dapat dihubungi.
resmi yang dikeluarkan oleh lembaga
penyelenggara pemilu, tulisan ini juga
Tabel 3. Sumbangan Dana Kampanye Pilpres
menggunakan kajian-kajian yang dilakukan 2019
oleh masyarakat sipil. Kemudian untuk
meminimalisasikan keterbatasan data yang
tersedia, tulisan ini juga menggunakan data
yang berasal dari pemberitaan media massa
online.

Pembahasan Sumber: Bawaslu RI, 2019

Dana Kampanye Pilpres 2019.


Berdasarkan LADKP 2019, dimensi Paslon 01, total sumbangan dana
penerimaan dari Pasangan Calon (Paslon) kampanye adalah sebesar Rp.
01 Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin 44.086.176.801. Komponen sumbangan
adalah sebesar Rp. 11.901.000.000. dana kampanye yang berasal dari Joko
Sedangkan dimensi penerimaan dari Paslon Widodo dalam bentuk uang mencapai Rp.
02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno 32.029.420. Sebaliknya, Ma’ruf Amin
adalah sebesar Rp. 2.000.000.000. Kedua sebagai cawapres tidak memberikan
paslon tidak memberikan laporan terkait kontribusi dana kampanye, baik berupa
dengan dimensi pengeluaran karena uang, maupun jasa. Jika kita kaitkan dengan
memang regulasi KPU tidak secara tegas Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara
mengatur hal itu. Dengan demikian, kita (LHKPN), harta kekayaan Joko Widodo

81
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta

adalah sebesar Rp 50.248.349.788 dan perseorangan untuk Paslon 01, tidak


harta kekayaan Ma’ruf Amin adalah sebesar disertai dengan bukti lengkap.
Rp. 11.645.550.894. Dengan demikian, kita Komponen selanjutnya adalah
dapat mengatakan bahwa dari sisi sumbangan dari pihak lain kelompok,
sumbangan Paslon 01, kontribusi dari Joko dimana Paslon 01 mendapat sumbangan
Widodo adalah sangat dominan atau sebesar Rp. 44.086.176.801. Tercatat hanya
menjadi satu-satunya tumpuan. ada dua organisasi yang memberikan dana
Sedangkan untuk komponen kampanye, yaitu Perkumpulan Golfer TRG
sumbangan dana kampanye dari parpol yang memberikan donasi berupa satu jasa
dan/atau gabungan parpol pengusung, yang nilainya setara Rp. 18.197.500.000
Paslon 01 mendapat sumbangan sebesar dan Perkumpulan Golfer TBIG yang
Rp. 2.489.300.583 dengan perincian dari menyediakan lima puluh satu item barang
Partai Nasdem adalah sebesar Rp. senilai Rp. 6.756.670.295 serta enam puluh
2.011.054.983 dan dari Perindo adalah satu jasa senilai Rp. 19.724.404.138. Kedua
sebesar Rp. 478.245.600 dalam bentuk jasa kelompok penyumbang ini melengkapi
(bukan uang). Dengan demikian, hanya dua informasi pendukung. Sumbangan dari
partai politik ini yang memberikan pihak lain kelompok ini mencapai 86 persen
sumbangan dana kampanye kepada Paslon dari total penerimaan sumbangan dana
01. Hal ini sangat menarik karena selain kampanye Paslon 01. Indonesia Corruption
kedua partai politik tersebut, Paslon 01 juga Watch (2019) mensinyalir bahwa saham
dicalonkan oleh PDIP, Partai Golkar, PKB, kedua perusahaan tersebut dimiliki oleh
PPP, Hanura, PKPI, dan PBB. Bahkan, dalam Wahyu Sakti Trenggono yang merupakan
banyak kesempatan, PDIP seringkali bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN)
menyatakan bahwa Joko Widodo adalah dari Paslon 01. Merespon hal ini, Wahyu
petugas partai (Agustina, 2018). Sedangkan Sakti Trenggono mengatakan bahwa hal
peran PKB dan PPP sangat penting dalam tersebut tidak melanggar peraturan
proses penentuan Ma’ruf Amin sebagai perundangan yang dibuat oleh
cawapres Joko Widodo. penyelenggara pemilu (Astuti, 2019). Tidak
Komponen sumbangan pihak lain mengherankan, Indonesian Corruption
perseorangan, Paslon 01 mendapat Watch (2019) mempertanyakan dari mana
sumbangan dana kampanye dari asal dana kelompok perkumpulan golfer
perseorangan sebesar Rp. 121.213.260. tersebut.
Sumbangan dalam bentuk uang sebesar Rp. Lebih jauh, Jatam atau Jaringan
97.213.260 yang nominalnya bervariasi, Advokasi Tambang (2019) mensinyalir
mulai dari Rp1.000 atas nama Andi Naryo bahwa Wahyu Sakti Trenggono merupakan
Widodo hingga yang terbesar berjumlah Rp. salah satu komisaris PT. Bumi Suksesindo,
6.669.205 berasal dari Dinamik Mobile. sebuah perusahaan penambang emas di
Untuk barang, tercatat hanya nama Prama Gunung Tumpang Pitu Banyuwangi. Jatam
Tirta Laksana dengan pemberian satu item juga menduga bahwa terdapat beberapa
barang senilai Rp. 24.000.000. kemudian nama di kubu Paslon 01 yang terkait
yang perlu menjadi catatan bahwa tidak langsung dengan bisnis pertambangan dan
semua penyumbang melengkapi data energi, misalnya Luhut Binsar Panjaitan,
pendukung, seperti alamat, nomor telepon, Fachrul Razi, dan Suaidi Marasabessy yang
nomor identitas, dan NPWP. Seperti yang tergabung dalam Tim Bravo 5, serta Hary
disinyalir oleh Indonesia Corruption Watch Tanoesoedibjo, Surya Paloh, Sakti Wahyu
(2019), 80 persen penyumbang Trenggono, Jusuf Kalla, Jusuf Hamka, Andi
Syamsuddin Arsyad, Oesman Sapta Oedang,

82
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?

dan Aburizal Bakrie (Jaringan Advokasi diri menjadi cawapres dari Paslon 02,
Tambang, 2019). Komponen kelima adalah Sandiaga Uno telah menjual 5,48 persen
sumbangan pihak lain badan usaha non sahamnya di PT Saratoga Investama Sedaya
pemerintah. Hanya satu perusahaan yang Tbk. (SRTG) sebesar Rp. 561,73 miliar,
memberikan sumbangan kepada paslon 01, melalui 13 kali transaksi (Aldin, 2019).
yaitu PT. Lintas Teknologi Indonesia dengan Dalam sebuah kesempatan, Sandiaga Uno
NPWP 02.053.066.3-062.000 yang mengatakan, “Saya harus all out, menjual
menggelontorkan uang sebesar Rp. saham yang saya miliki untuk membiayai
3.999.975.000. kampanye, karena sampai saat ini belum
Terkait dengan dimensi pengeluaran ada donasi” (Aldin, 2019). Jika
atau pembelanjaan dana kampanye untuk dibandingkan dengan Paslon 01, maka hal
Paslon 01, LADK dan LPSDK tidak ini adalah berkebalikan. Jika di Paslon 01,
mencantumkan dengan detail. Namun Jokowi sebagai capres memiliki peran
demikian, dari penelusuran atas berbagai dominan dalam sumbangan dana kampanye
pemberitaan di media massa, kita dapat yang berasal dari paslon, maka di Paslon 02,
melihat beberapa temuan. Data per Sandiaga Uno sebagai cawapres memiliki
Februari 2019 (Farisa, 2019), Tim kontribusi yang jauh lebih besar
Kampanye Nasional (TKN) dari Paslon 01 dibandingkan dengan Prabowo Subianto
mencatat pengeluaran sebesar Rp. sebagai capres.
116.240.000.000. Dana tersebut digunakan Sedangkan untuk komponen
untuk keperluan kampanye pertemuan sumbangan dana kampanye dari parpol
terbatas yang mencapai Rp. 15.854.000.000 dan/atau gabungan parpol pengusung,
dan pertemuan tatap muka yang Paslon 02 mendapat sumbangan hanya dari
menghabiskan Rp. 335.000.000. Kemudian, Partai Gerindra sebesar Rp. 1.389.942.500
alokasi untuk pengadaan Alat Peraga dalam bentuk jasa (bukan dalam bentuk
Kampanye (APK) yang mencapai Rp. uang). Dengan demikian, hanya satu partai
700.000.000 dan penyebaran APK sebesar politik yang memberikan sumbangan dana
Rp. 5.266.000.000. Selain itu, dana kampanye kepada Paslon 02, meskipun
pengeluaran juga digunakan untuk kegiatan terdapat beberapa partai politik pengusung
lain-lain senilai Rp. 29.542.000.000. Dengan Paslon 02 yang lain, yaitu PKS, PAN, Partai
demikian, alokasi terbesar pengeluaran Demokrat, dan Partai Berkarya.
dana kampanye dari Paslon 01 adalah Menanggapi hal ini, PKS, melalui Mardani
untuk kampanye dengan bentuk pertemuan Ali Sera, mengatakan bahwa, “Semua partai
terbatas. pendukung sudah bekerja dan memang
Paslon 02, total sumbangan dana tidak dalam bentuk sumbangan dana
kampanye adalah sebesar Rp. kampanye karena kebanyakan digabung
54.050.911.562. Komponen sumbangan dengan kegiatan partai” (Ristianto, 2019).
dana kampanye yang berasal dari Prabowo Komponen sumbangan pihak lain
Subianto adalah sebesar Rp. perseorangan, Paslon 02 mendapat
13.055.906.062 dan yang berasal dari sumbangan dana kampanye dari tiga belas
Sandiaga Uno adalah sebesar Rp. individu perseorangan sebesar Rp.
39.500.000.000. Dengan demikian, Sandiaga 56.192.500 dalam bentuk uang. Nominal
Uno sebagai cawapres 02 menyumbang uang sumbangan terkecil dimulai dari
73,1 persen dari total sumbangan yang angka Rp.100.000 hingga yang terbesar
berasal dari Paslon 02 (Indonesian adalah Rp.12.530.500. Komponen
Corruption Watch, 2019). Sebagai selanjutnya adalah sumbangan dari pihak
tambahan informasi, sejak mencalonkan lain kelompok, dimana Paslon 02 mendapat

83
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta

sumbangan sebesar Rp. 48.870.500. menghabiskan pengeluaran dana kampanye


Komunitas Tukang Becak Ponorogo sebesar Rp. 149.700.000.000 (Anggriawan,
merupakan kelompok yang memberikan 2019). Alokasi pengeluaran terbesar adalah
donasi paling sedikit, yaitu Rp. 873.000. untuk pengadaan bahan kampanye yang
Sama dengan komponen sumbangan mencapai Rp. 49.300.000.000 (33 persen).
perseorangan, penyumbang terbesar dalam Alokasi berikutnya adalah pengeluaran
komponen ini adalah DP Verifikasi dengan untuk “kegiatan lain” yang menghabiskan
donasi sebesar Rp. 18.835.000. Paslon 02 sekitar Rp. 38.900.000.000 (26 persen).
tidak menerima sumbangan pihak lain Sedangkan kegiatan tatap muka menelan
badan usaha non pemerintah. anggaran sebesar Rp. 31.600.000.00 (21
Hal yang menarik, dari seluruh persen). Sebagai tambahan informasi,
komponen penyumbang kepada Paslon 02, selama masa tujuh bulan kampanye,
hanya dua penyumbang saja yang tertib Sandiaga Uno mengaku telah berkunjung ke
mencantumkan data pendukung secara 1500 titik (Hutagalung, 2019). Sedangkan
lengkap, yaitu Komunitas Masyarakat Santri untuk kegiatan operasional lain-lain
dan seorang bernama Aan yang beralamat membutuhkan Rp. 15.400.000.000 (10
di Pajukukang, Makassar. Sedangkan nama persen). Berikutnya adalah biaya untuk APK
DP Verifikasi sebagai penyumbang yang sebesar Rp. 6.600.000.000 (5 persen).
muncul dalam dua kategori komponen Terakhir adalah alokasi untuk kegiatan lain-
(perseorangan dan kelompok) hanya lain (pertemuan terbatas, pengeluaran
menuliskan kolom alamat dengan “DP modal lain-lain, iklan media, dan pembelian
Verifikasi” tanpa memberikan keterangan peralatan) yang menelan biaya sebesar
lebih lanjut terkait dengan lokasi, nomor kurang dari 5 persen dari total pengeluaran
identitas, dan NPWP. Selain itu, disinyalir untuk kampanye.
bahwa terdapat enam pengusaha
pertambangan yang memberi dukungan Dana Kampanye Pileg 2019.
pendanaan kampanye kepada Paslon 02, Pada Pileg 2019, terdapat enam belas
yaitu Hutomo Mandala Putra, Maher Al partai politik nasional yang terdaftar
Gadrie, Hashim Djohohadikusumo, sebagai peserta pemilu. Berdasarkan pada
Surdiman Said dan Zulkifli Hasan yang LADK Pileg 2019, PDIP memiliki modal
memiliki perusahaan pertambangan, yaitu awal untuk pendanaan kampanye terbesar
Nusantara Energy Resources, Humpuss yang berjumlah Rp. 102.028.526.952.
Group, Kodel Group, dan Arsari Group Urutan kedua terbesar adalah Partai
(Jaringan Advokasi Tambang, 2019). Gerindra dengan jumlah Rp. 71.748.372.183
Terkait dengan alokasi pengeluaran dan disusul oleh Partai Berkarya dengan
dana kampanye dari Paslon 02, dari jumlah sebesar Rp. 28.622.640.000.
penelusuran atas berbagai pemberitaan di Sedangkan enam partai politik memiliki
media massa, kita dapat melihat beberapa dana kampanye awal di bawah Rp.
temuan. Data per November 2018, 100.000.000, yaitu Partai Garuda dan
penggunaan dana kampanye Paslon 02 Perindo sebesar Rp. 1.000.000 (paling
adalah sebesar Rp. 34.500.000.000. sedikit) dan disusul oleh PSI dengan jumlah
Pengeluaran terbesar adalah untuk Rp. 10.913.163, Partai Hanura dengan
penguatan posko hingga kegiatan relawan, jumlah Rp. 13.000.000, PKPI yang
pembangunan media center, sosialisasi berjumlah Rp. 37.276.408 dan PAN dengan
masyarakat untuk Gerakan Emas, dan nominal Rp. 50.000.000.
kampanye di media sosial (Komara, 2018).
Untuk data per Maret 2019, Paslon 02 telah

84
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?

Tabel 4. Laporan Awal Dana Kampanye Pileg Rp. 3.511.740.000. Dimensi penerimaan
2019 Partai Golkar tercatat mencapai Rp.
110.000.000 dan dimensi pengeluaran tidak
ada.
Sebagai partai medioker, penerimaan
PKS mencapai Rp. 17.091.025.000 dengan
pengeluaran sebesar Rp. 4.996.566.000
sehingga saldo akhir tersisa Rp.
12.094.459.000. Adapun PKB meraup dana
sebesar Rp. 15.235.981.000 dan
pengeluaran yang dilakukan tergolong
besar, yakni mencapai Rp. 13.925.981.000
sehingga menyisakan saldo Rp.
Sumber: Bawaslu RI, 2019 1.310.000.000. Sedangkan penerimaan dari
Perindo adalah sebesar Rp. 1.000.000 dan
Tulisan ini tidak akan membahas satu dimensi pengeluarannya adalah tidak ada
per satu partai politik terkait dengan sehingga tersisa saldo sebesar Rp.
dimensi penerimaan dan dimensi 1.000.000. Partai politik baru yang lain, PSI,
pengeluaran dana kampanye Pileg 2019. memiliki penerimaan sebesar Rp.
Analisis hanya fokus pada partai-partai 577.474.910 dan pengeluaran mencapai Rp.
politik yang sekiranya mendulang suara 566.561.747 sehingga saldo tersisa adalah
terbesar di Pileg 2019 berdasarkan atas Rp. 10.913.163. Dengan demikian, jumlah
hitung cepat sejauh ketika tulisan ini sedang modal awal untuk kampanye ternyata
dibuat (data masuk sekitar 95 persen), berbanding lurus dengan kinerja elektoral
yaitu PDIP, Gerindra, dan Golkar. untuk beberapa partai politik, misalnya
Sedangkan partai politik kategori medioker PDIP, Partai Gerindra, Perindo dan Partai
direpresentasikan oleh PKS dan PKB. Garuda. Namun demikian, modal awal tidak
Sebagai pembanding disertakan pula berbanding lurus dengan pencapaian
Perindo dan PSI untuk kategori partai elektoral sebagaimana yang terjadi di dalam
politik baru yang tidak mencapai ambang kasus Partai Golkar dan Partai Berkarya.
batas parlemen. Lebih jauh, jika kita menelaah aspek
Dari dimensi penerimaan, PDIP sumbangan dana kampanye, berdasarkan
mendapatkan penerimaan sebesar Rp. pada LPSDK Pileg 2019, terdapat lima
106.143.479.741 yang membuatnya berada komponen penerimaan sumbangan dana
di peringkat pertama sebagai partai politik kampanye yang dapat digunakan, yaitu dari
yang mendapatkan penerimaan terbesar sumbangan partai politik, sumbangan caleg,
untuk dana kampanye awal diantara partai- sumbangan pihak lain perseorangan,
partai politik lainnya. Meskipun demikian, sumbangan pihak lain kelompok, dan
pengeluaran yang dialokasikan oleh PDIP sumbangan pihak lain badan usaha non-
justru tidak terlalu banyak, yaitu Rp. pemerintah. Secara umum, Perindo
4.114.952.789. Sayangnya, dokumen LADK merupakan partai politik yang memiliki
belum menyediakan informasi detail terkait sumbangan dana kampanye terbesar
dengan untuk alokasi apa saja pengeluaran dibandingkan dengan lima belas partai yang
yang telah dibuat tersebut. Sedangkan lainnya. Sedangkan yang terkecil adalah
Partai Gerindra menerima pemasukan dana Partai Berkarya dengan perolehan
kampanye sebesar Rp. 75.260.112.183 dan sumbangan sebesar Rp. 2.821.000. Tabel 5
mengeluarkan dana kampanye sebanyak berikut memperlihatkan sumbangan

85
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta

kepada masing-masing partai politik sesuai 33.622.635.000. Sedangkan PKB berhasil


dengan lima komponen tersebut. mendapatkan dana kampanye dari kandidat
sebesar Rp. 43.977.581.614. Sebagai partai
Tabel 5. Sumbangan Dana Kampanye Pileg politik baru, Perindo yang diketuai oleh
2019 Hary Tanoesoedibjo yang sekaligus
merupakan salah satu pemilik perusahaan
media raksasa di Indonesia mampu
mendapatkan sumbangan dana kampanye
sebesar Rp. 82.636.791.919 yang terdiri
atas sumbangan dari parpol sebesar Rp.
20.535.027.000 dan sumbangan dari
kandidat sebesar Rp. 62.101.764.919.
Sedangkan PSI berhasil memperoleh total
sumbangan dana kampanye sejumlah Rp.
21.332.813.567 yang terdiri atas
sumbangan kandidat sebesar Rp.
20.315.924.664 dan sumbangan dari
Sumber: Bawaslu RI, 2019
perseorangan sejumlah Rp. 1.016.888.903.
Selain Partai Nasdem, semua partai
Dari data yang ada, terlihat bahwa
politik mengandalkan pada sumbangan
PDIP mendapatkan total sumbangan dana
dana kampanye yang berasal dari para
kampanye sebesar Rp. 11.268.876.172 yang
kandidat mereka. Fenomena ini tidak lepas
berasal dari sumbangan partai politik
dari pemberlakuan sistem pemilu
sebanyak Rp. 2.506.050 dan sumbangan
proporsional terbuka yang membuat para
kandidat senilai Rp. 11.266.370.122.
kandidat harus mencari sumber pendanaan
Sedangkan Partai Gerindra berhasil meraup
sendiri dalam berkompetisi, tidak saja
sumbangan dengan total Rp.
ketika berkompetisi dengan kandidat lain
51.041.044.150 yang berasal dari
yang berbeda partai politik, tapi terlebih
sumbangan partai politik sebesar Rp.
ketika bekompetisi dengan kandidat yang
3.030.868,06 ditambah dengan sumbangan
berasal dari partai politik yang sama. Selain
kandidat senilai Rp. 51.038.013.282.
itu, partai politik hanya berperan pada saat
Adapun Golkar memperoleh total
pencalonan sehingga partai politik terkesan
sumbangan dana kampanye sebesar Rp.
lepas tangan dalam mendukung para
19.799.676.576 dengan perincian
kandidat mereka dalam kampanye. Sebagai
sumbangan dari partai politik sebesar Rp.
tambahan informasi, para kandidat
405.219, sumbangan dari kandidat sebesar
(terutama yang bukan pengurus partai
Rp. 19.599.271.357, dan sumbangan dari
politik) kemudian membangun mesin
pihak lain badan usaha non pemerintah
politik sendiri yang terlepas dari mesin
sebesar Rp. 200.000.000 yang diperoleh
organisasi partai politik dalam rangka
dari PT. Ridho Agung Mitra Abadi, sebuah
memobilisasi dukungan elektoral.
perusahaan yang bergerak dalam bisnis
Terkait dengan dimensi pengeluaran,
perlengkapan TNI dan Polri.
dokumen LADK dan LPSDK tidak
Sedangkan PKS dan PKB sama-sama
mencantumkan secara detail. Namun
sepenuhnya mengandalkan pada
demikian, dari penelusuran atas berbagai
sumbangan kandidat saja. PKS mampu
pemberitaan di media massa, kita dapat
mengoptimalisasikan sumbangan dari
melihat beberapa temuan. Liputan khusus
kandidat hingga mencapai Rp.
Kompas yang mencoba untuk mempelajari

86
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?

biaya kampanye empat kandidat anggota NTB (1 kasus), Jawa Tengah (1 kasus),
DPR RI menunjukkan bahwa alokasi Sulawesi Tengah (1 kasus). Kasus-kasus ini
pengeluaran terbesar adalah untuk biaya terjadi selama periode kampanye dari
alat peraga kampanye dan atribut tanggal 23 September 2018 sampai dengan
kampanye (kaos, bendera, dan tanggal 13 April 2019. Pada Masa Tenang,
cinderamata), biaya saksi di hari Bawaslu melakukan tangkap tangan 25
pemungutan dan penghitungan suara (Rp. kasus dugaan terjadinya pembelian suara
100.000-Rp. 200.000), biaya transportasi, yang terjadi di Provinsi Aceh (2 kasus),
akomodasi, dan konsumsi ketika Bengkulu (1 kasus), Sumatera Utara (5
berinteraksi langsung dengan para pemilih kasus), Sumatera Barat (1 kasus), Jawa
di daerah pemilihan, biaya untuk relawan Barat (4 kasus), Jawa Tengah (4 kasus),
(antara Rp. 200.000-Rp. 500.000) dan biaya Jawa Timur (1 kasus), Nusa Tenggara Barat
untuk tim kampanye di media sosial (Asril (1 kasus), Kalimantan Selatan (2 kasus),
et.al., 2019). Sulawesi Selatan (1 kasus), Sulawesi
Kajian Haryanto et.al. (2018) di Tengah (1 kasus), Gorontalo (1 kasus), dan
Pilkada Kabupaten dan Kota Madiun 2018 Papua (1 kasus). Temuan pembelian suara
juga menunjukan bahwa alokasi dengan nominal paling besar adalah di
pengeluaran terbesar para kandidat adalah Kecamatan Tigabinanga, Sumatera Utara,
untuk biaya menyelenggarakan pertemuan dengan total uang yang hendak dibagikan
tatap muka, biaya pengadaan dan pada pemilih mencapai Rp. 190.000.000.
pemasangan APK, biaya bazar sembako Selain itu, Data Pelanggaran Pemilu
murah, dan biaya untuk saksi. Selain itu, Tahun 2019 yang dirilis oleh Bawaslu
studi yang dilakukan oleh Budi et.al. (2018) (2019) juga menunjukkan jika pelaku
di Pilkada Kota Madiun 2018 dengan fokus terbanyak berasal dari caleg
pada kandidat perseorangan juga mungkin DPR/DPRD/DPD dengan terpidana
dapat dijadikan acuan untuk alokasi dan sebanyak tujuh orang. Sedangkan dari
besaran pengeluaran dana kampanye bagi unsur pelaksana kampanye, satu orang
caleg DPRD kota/kabupaten. Menurut dinyatakan sebagai terpidana. Selain itu,
mereka, 30,45 persen alokasi pengeluaran Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
digunakan untuk pembelian suara, 28,49 Keuangan (PPATK) menemukan adanya
persen digunakan untuk pengadaan dan pola baru terkait praktik-praktik pembelian
pemasangan alat peraga kampanye, 21,36 suara di Pileg 2019. Sebagai contoh, para
persen digunakan untuk biaya pencalonan, caleg memberikan asuransi kecelakaan dan
dan 10,82 persen digunakan untuk membagikan uang elektronik kepada
pembiayaan tim sukses. pemilih di masa kampanye. Selain itu,
Dari pemberitaan berbagai media PPATK juga menduga bahwa para caleg
massa, banyak yang merasa bahwa praktik sudah menyiapkan dana kampanye dari dua
pembelian suara di Pileg 2019 lebih brutal hingga tiga tahun sebelum Pileg 2019
dan lebih masif jika dibandingkan dengan sehingga praktik-praktik pembelian suara
Pileg 2014 (Aspinall dan Sukmajati, 2016). semakin sulit untuk dibuktikan (Ristianto,
Lebih jauh, Data Pelanggaran Pemilu per 2019). Hampir dapat dipastikan bahwa
tanggal 25 Maret yang dibuat oleh Bawaslu kasus-kasus yang terungkap tersebut hanya
atau Badan Pengawas Pemilihan Umum merupakan puncak dari gunung terkait
(2019) menunjukkan bahwa Bawaslu telah dengan maraknya praktek pembelian suara
memutuskan delapan perkara politik uang di Pileg 2019.
yang terjadi di Kepulauan Riau (1 kasus),
DKI Jakarta (3 kasus), Jawa Barat (1 kasus),

87
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta

Penguatan Politik Klientelisme? dan Perindo) yang memberikan sumbangan


Dari data yang tersaji di atas, kita pendanaan bagi Paslon 01 dan satu partai
dapat menemukan beberapa hal penting (Partai Gerindra) yang memberikan
dalam fenomena pendanaan kampanye di kontribusi bagi Paslon 02. Ketiga partai
Pemilu Serentak 2019. Dari dimensi politik ini memberikan sumbangan dana
penerimaan, ada beberapa temuan menarik. kampanye kepada para paslon dalam
Pertama, dalam konteks pilpres, Paslon 01 bentuk jasa. Sedangkan dalam konteks
memiliki modal awal yang lebih kuat pileg, Partai Nasdem memberikan dana
dibandingkan dengan Paslon 02, dimana sumbangan kampanye terbesar bagi para
Paslon 01 memiliki modal awal sebesar kandidat mereka. Di Pileg 2014 lalu, partai
lima kali lipat lebih besar daripada Paslon ini berencana mendanai sekitar 300 caleg
02. Dalam konteks pileg, PDIP merupakan mereka dengan total biaya sebesar Rp. 3
partai politik dengan modal awal yang trilyun (Rastika, 2019). Namun demikian, di
paling kuat disusul oleh Partai Gerindra dan Pileg 2019 kali ini, partai politik ini tidak
kemudian oleh Partai Berkarya yang lagi memberikan bantuan materiil kepada
merupakan partai politik yang baru caleg mereka, baik di tingkat pusat, maupun
berkontestasi dalam pemilu di Indonesia. di tingkat daerah (Sudarsono, 2018).
Kedua, fenomena dominasi Dengan demikian, secara umum, kita dapat
pendanaan kampanye yang berbasis pada melihat bahwa partai politik hanya
kandidat. Hal ini bisa kita temukan, baik di memiliki peran yang penting dalam proses
pilpres, maupun di pileg. Di pilpres, kita pencalonan. Partai politik tidak memiliki
bisa melihat dominasi sumber pendanaan peran yang penting dalam membantu para
kampanye yang berasal dari Jokowi (100 kandidatnya ketika berkampanye, kecuali
persen) untuk Paslon 01 dan dominasi para caleg yang memiliki posisi struktural
sumber pendanaan kampanye yang berasal menjadi pengurus partai politik. Tidak
dari Sandiaga Uno (73,1 persen) untuk mengherankan, jika para kandidat
Paslon 02. Hal yang sama juga terjadi dalam kemudian membiayai sendiri aktivitas-
konteks pileg, dimana kita bisa melihat aktivitas kampanye dalam rangka
dominasi sumber pendanaan yang berasal memobilisasi dukungan. Dari penjelasan ini,
dari kandidat. Hanya Partai Nasdem yang kita dapat memahami betapa mahalnya
sumber pendanaan kampanye yang berasal biaya politik di Indonesia.
dari partai politik lebih besar daripada dari Poin selanjutnya adalah minimnya
kandidat. Bahkan, PKB, Partai Berkarya, sumbangan dana kampanye yang berasal
PKS, Partai Hanura, dan PBB sepenuhnya dari individu masyarakat. Dalam konteks
mengandalkan pada sumbangan kandidat pilpres, hanya terdapat sekitar sembilan
mereka. Pola pendanaan kampanye yang puluh delapan nama individu dan dua
berbasis pada kandidat pada Pemilu 2019 kelompok masyarakat yang memberikan
kali ini dengan demikian meneruskan pola sumbangan dana kampanye kepada Paslon
yang sama di dalam pemilu-pemilu 01. Sedangkan untuk Paslon 02, hanya
sebelumnya di Indonesia (Mellaz, 2018 dan terdapat sekitar tiga belas nama individu
Minan, 2018). penyumbang dan sembilan nama kelompok
Ketiga, masih terkait dengan poin masyarakat. Dari data tersebut, pemilu
pertama, kita menemukan fenomena presiden di negeri dengan jumlah penduduk
lemahnya kontribusi partai politik dalam yang besar, jumlah ini tentu saja masih
mendukung pendanaan kampanye bagi sangat kecil. Dengan demikian, kita bisa
para kandidat mereka. Dalam konteks mengatakan bahwa kedua paslon tidak
pilpres, dua partai politik (Partai Nasdem mampu menarik antusiasme publik dalam

88
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?

memberikan kontribusi finansial.


Sedangkan dalam konteks pileg, hanya
terdapat empat partai politik yang mampu
mendapatkan sumbangan dana kampanye
dari masyarakat, yaitu Partai Garuda
sebesar Rp. 400.000.000, PSI sebesar Rp.
1.016.888.903, Partai Demokrat sebesar Rp.
500.000.000 dan PKPI sebesar Rp.
472.404.000. Dengan demikian, PSI
merupakan partai politik yang mampu
memobilisasi sumber dana kampanye yang Gambar 2. Jaringan Oligarki Pengusaha
berasal dari masyarakat dalam jumlah Tambang di Struktur Tim Sukses Paslon 01 dan
paling besar. Ironisnya, tidak ada partai 02, Sumber: Jatam, 2019
politik besar di Pileg 2019 yang mampu
menarik partisipasi masyarakat dalam Dengan demikian, kita dapat
memberikan kontribusi dana kampanye. mengatakan bahwa dari sisi penerimaan,
Kelima, terkait dengan sumbangan pola yang terjadi dalam pendanaan
perusahaan non-pemerintah, terdapat satu kampanye di Pemilu Serentak 2019 ini lebih
perusahaan yang memberikan sumbangan ke pola politik klientelisme ketimbang ke
dana kampanye kepada Paslon 01, yaitu PT. pola politik programatik. Pola klientelisme
Lintas Teknologi Indonesia sebesar Rp. dari sisi penerimaan dana kampanye dalam
3.999.975.000. Pada sisi lain, tidak ada satu Pemilu Serentak 2019 ini sebenarnya tidak
pun perusahaan yang memberikan dana jauh berbeda dengan pola klientelisme dari
sumbangan ke Paslon 02. Sedangkan dalam sisi penerimaan dana kampanye dalam
konteks pileg, hanya Partai Golkar yang Pilpres 2014 dan Pileg 2014 yang lalu atau
mendapat sumbangan dana kampanye dari bahkan mungkin juga di pilpres dan pileg
perusahaan non-pemerintah yang berasal sebelumnya.
dari satu perusahaan saja. Bagaimana dari sisi pengeluaran dana
Keenam, yang kemudian menjadi isu kampanye? Dari sisi pembelanjaan dana
utama dari dimensi pendapatan dana kampanye di Pemilu Serentak 2019 kali ini,
kampanye adalah sumber pendanaan ada beberapa temuan menarik.
kampanye yang bersifat informal dan gelap. Diantaranya, dalam konteks pilpres, para
Setidaknya ada dua indikasi kuat terkait hal paslon mengeluarkan dana yang sangat
ini. Pertama, aliran dana sumbangan dari besar untuk membangun Tim Kampanye,
dua kelompok, yaitu PT. TBIG dan PT. TRG, yaitu Tim Kampanye Nasional (TKN) untuk
kepada Paslon 01. Kedua, adanya dugaan Paslon 01 dan Badan Pemenangan Nasional
sumbangan dari para pengusaha tambang (BPN) untuk Paslon 02.
kepada Paslon 01 dan Paslon 02 (lihat Selanjutnya, dari data yang telah
Gambar 1). Sebagai tambahan informasi, tersaji sebelumnya, kita dapat melihat
menjelang Hari-H pemungutan suara bahwa para paslon di pilpres lebih banyak
Pemilu Serentak 2019 beredar secara luas mengandalkan pada kegiatan tatap muka
film berjudul Sexy Killers yang dibesut oleh dan kegiatan-kegiatan yang bersifat unjuk
WatchdoC. Film ini membongkar jaringan kekuatan (show of force) di tahapan
para elit pengusaha tambang batubara yang kampanye terbuka. Sebagai tambahan
berada di sekitar tim kampanye Paslon 01 informasi, Paslon 01 mengadakan berbagai
dan Paslon 02. kegiatan kampanye terbuka di seluruh
wilayah Indonesia yang berpuncak pada

89
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta

kegiatan di Stadion Gelora Bung Karno pada Tabel 6. Daftar Konglomerat Digital di
tanggal 13 April 2019 dengan tajuk Konser Indonesia
Putih Bersatu. Demikian juga dengan Paslon
02 yang mengadakan serangkaian kegiatan
kunjungan ke daerah dan berpuncak pada
tanggal 7 April 2019 dengan tajuk
Memutihkan Gelora Bung Karno. Kegiatan-
kegiatan tersebut dihadiri puluhan ribu
orang. Kemudian yang menjadi pertanyaan
besar adalah: bagaimana pengelolaan
finansial dari kedua acara tersebut terkait
dengan pengelolaan dana kampanye? Sumber: Ross Tapsell, 2018
Siapakah yang berkontribusi secara
finansial dan dalam bentuk lain di kedua Dalam konteks pileg, rata-rata
acara tersebut? Berapa biaya dari pengeluaran digunakan untuk, pertama,
penyelenggaraan kedua acara tersebut? pembentukan tim sukses atau dengan
Apakah pembiayaan kedua acara tersebut sebutan yang lain. Hampir semua kandidat
kemudian akan dilaporkan kepada lembaga yang bukan merupakan pengurus partai
penyelenggara pemilu sebagai bagian dari politik mengeluarkan anggaran untuk
pembelanjaan dana kampanye? Dan sederet pembentukan tim sukses atau dengan
pertanyaan yang lain yang terkait dengan sebutan yang lain dalam rangka
pengeluaran dana kampanye oleh para memobilisasi dukungan. Hal inilah yang
paslon. kemudian juga melahirkan pola
Kemudian yang juga menjadi penting “klientelisme gelindingan roda lepas,”
untuk didiskusikan adalah alokasi biaya dimana para kandidat tidak lagi
untuk iklan kampanye. Tidak ada data yang mengandalkan pada mesin partai politik
pasti terkait dengan pengeluaran untuk ketika berkampanye (Aspinall dan
iklan kampanye di Pilpres 2019. Namun Berenschot, 2019). Kedua, pertemuan tatap
demikian, sejumlah hal dapat menjadi muka dan pengadaan dan penyebaran APK.
pertimbangan kita. Salah satunya adalah Dalam bahasa para kandidat, mereka
afiliasi politik dari “para konglomerat menyebut biaya ini sebagai biaya
digital” (Tapsell, 2018) kepada kedua sosialisasi. Pola pembiayaan kampanye di
paslon. Di kubu Paslon 01 terdapat Pileg 2019 kali ini tidak jauh berbeda
setidaknya dua nama, yaitu Surya Paloh dengan pola pembiayaan kampanye di Pileg
(Ketua Partai Nasdem) dan Hary 2014 sebelumnya, yaitu bersifat padat
Tanoesoedibjo (Ketua Partai Perindo). modal. Selanjutnya, terdapat indikasi kuat
Sedangkan di kubu Paslon 02 terdapat bahwa para kandidat juga mengalokasikan
nama, misalnya Abu Rizal Bakrie dan pengeluaran dana kampanye mereka untuk
Dahlan Iskan. Para konglomerat digital ini melakukan praktek-praktek politik uang.
pada Pilpres 2014 lalu memberikan Praktik-praktik pembelian suara
dukungan kepada para capres melalui sebenarnya telah marak terjadi sejak Pileg
berbagai bentuk, salah satunya adalah 2014 yang lalu dengan berbagai bentuk,
alokasi iklan di jaringan media massa miliki misalnya pemberian uang dan sembako
mereka. Hal yang sama sebenarnya juga serta pemberian barang-barang untuk
terjadi di Pilpres 2019 kali ini. kelompok, misalnya pemberian perangkat
olahraga untuk kelompok karang taruna
dan pemberian alat-alat perlengkapan

90
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?

ibadah untuk kelompok pengajian (Aspinall baru akan dilaksanakan pada bulan Juli
dan Sukmajati, 2016 dan Muhtadi, 2018). sampai dengan September 2019. Namun
Praktik-praktik pembelian suara dengan demikian, kita dapat melakukan proyeksi
bentuk pemberian uang dan sembako atas pola yang sudah terbentuk ketika para
semakin gencar dilakukan pada saat Hari peserta pemilu mendapatkan dana
Tenang dan menjelang pelaksanaan Hari-H kampanye dan mengeluarkan pembiayaan
Pemungutan Suara pada tanggal 17 April kampanye. Diskusi di atas menunjukkan
2019. Dengan demikian, praktik-praktik bahwa dari sisi penerimaan, pola yang
pembelian suara tetap marak terjadi di sudah terbentuk adalah pola klientelisme,
Pileg 2019 kali ini. Bahkan, praktik-praktik baik dalam konteks pilpres, maupun
tersebut bersifat lebih variatif dan masif. konteks pileg. Sedangkan dari sisi
Dengan demikian, kita dapat pembiayaan, pola yang sudah terbentuk
mengatakan bahwa, dari sisi pengeluaran, adalah pola non klientelisme tapi juga tidak
terdapat pola yang agak berbeda dalam sepenuhnya pola programatik dalam
konteks pilpres dan pileg. Jika dalam konteks pilpres dan pola klientelisme dalam
konteks pilpres, yang terlihat adalah tidak konteks pileg.
lagi pola klientelisme. Namun demikian, kita Periode kekuasaan 2014-2019 telah
belum dapat mengatakan bahwa pola yang menunjukkan bahwa elit-elit masa lalu dan
ada merupakan pola programatik. Seperti para oligark berada di sekitar pemerintahan
yang telah kita ketahui bersama, perang Jokowi. Beberapa diantaranya bahkan
visi, misi, dan program di Pilpres 2019 menduduki jabatan strategis di
adalah sangat minim (Lane, 2019). kementerian. Pada sisi yang lain, kita dapat
Kontestasi di Pilpres 2019 lebih banyak melihat semakin menurunnya kinerja
menggunakan isu-isu berbasis politik lembaga DPR dalam menjalankan fungsi-
identitas dengan optimalisasi penggunaan fungsinya. Hasil Penelitian Forum
media sosial yang sebagian mengarah ke Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia
bentuk pemberitaan bohong (hoax) dan (Formappi) menunjukkan bahwa 83,3
ujaran kebencian (hate speech). Menjadi persen anggota DPR memiliki kinerja yang
penting sebenarnya untuk melacak buruk, 9,8 persen memiliki kinerja cukup,
pendanaan kampanye dari para paslon di dan hanya 6,4 persen yang memiliki kinerja
pilpres yang digunakan untuk pembiayaan baik (Yossihara, 2014). Kasus mega korupsi
kampanye terkait dengan berita bohong KTP-elektronik terjadi di DPR periode
dan ujaran kebencian melalui media sosial. 2014-2019. Apalagi, jika kita
Sedangkan dalam konteks pileg, pola mempertimbangkan fakta bahwa hampir 70
pembiayaan kampanye di Pileg 2019 persen anggota DPR petahana di Indonesia
menunjukkan penguatan pola politik akan terpilih kembali di pemilu berikutnya
klientelisme seperti yang terjadi di Pileg (Dettman et.al., 2017). Seperti pernah
2014. Bahkan, terdapat beberapa indikasi dikatakan oleh seorang politisi DPR RI, lima
kuat bahwa terjadi penguatan pola tahun periode kekuasaan seorang politisi di
klientelisme di Pileg 2019. Indonesia sebenenarnya sudah terpola,
Lantas, bagaimana masa depan politik yaitu balas jasa untuk tim sukses untuk
Indonesia setelah Pemilu Serentak 2019? tahun pertama, akumulasi kekayaan untuk
Tentu saja kita belum dapat menjawab diri sendiri dan kelompok di tahun kedua
pertanyaan besar ini karena pelantikan dan ketiga, serta motivasi untuk mencari
presiden dan wakil presiden terpilih baru modal dalam rangka mencalonkan diri
akan dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober kembali di tahun keempat dan kelima
2019 dan pelantikan anggota DPR terpilih (Hakim, 2017). Selain itu, berbagai kasus

91
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta

korupsi marak terjadi di lembaga legislatif, Pesimisme seperti ini, ada baiknya
baik di tingkat pusat, maupun di tingkat bagi kita untuk memaknai pemilu bukan
daerah (Berenschot, 2018). Korupsi politik akhir dari relasi antara wakil rakyat dan
juga terjadi di tingkat DPRD, misalnya rakyat. Pemilu perlu dimaknai sebagai awal
korupsi berjamaah yang dilakukan oleh 41 dari relasi panjang antara rakyat dan
dari 45 anggota DPRD Kota Malang. Karena wakilnya, baik yang duduk di lembaga
pola pendanaan dan pembiayaan kampanye eksekutif, maupun di lembaga legislatif.
dalam Pemilu Serentak 2019 ini tidak jauh Dengan kata lain, kontrol publik terhadap
berbeda dengan Pilpres dan Pileg 2014, pemerintahan di periode berikutnya adalah
maka kita layak untuk khawatir bahwa sebuah keniscayaan agar proyeksi
watak rejim kekusaan di periode 2019- pesimistik seperti ini tidak akan benar-
2024 merupakan penguatan dari pola benar menjadi kenyataan. Sungguh, pemilu
klientelisme yang sudah ada di periode bukan untuk memilih Sang Ratu Adil.
sebelumnya.
Referensi
Penutup Agustina, W. (2018). Seperti Jokowi,
Beberapa studi menawarkan konsep Megawati Pun Sebut Dirinya
demokrasi patronase dalam menjelaskan Juga Petugas Partai. Tempo.co.
https://nasional.tempo.co/read/
watak demokrasi di Indonesia di Masa
1048154/seperti-jokowi-
Reformasi. Menurut Chandra (2004),
megawati-pun-sebut-dirinya-
demokrasi patronase adalah demokrasi juga-petugas-partai . 21 April
dimana mobilisasi elektoral didasarkan 2019. (14:38).
pada pola klientelisme. Sedangkan kajian
Aspinall dan Berenschot (2019) telah Aldin, I.U. (2019). Sandiaga Uno Jual Lagi
mengaitkan karakter oligarkhis dari rejim Saham Saratoga, Total Nilai
politik dengan sifat klientelistik dalam Rp561
Miliar.Katadata.https://katadat
kampanye pemilu di Indonesia. Tulisan ini
a.co.id/berita/2019/04/09/san
mendukung kesimpulan dari kedua studi diaga-uno-jual-lagi-saham-
tersebut dengan penjelasan yang berbeda, saratoga-total-sudah-jual-rp-
yaitu dengan mengkaji pendanaan 561-miliar. 20 April 2019
kampanye dan pembiayaan pemilu di (16:00).
Pemilu Serentak 2019. Argumen yang
disodorkan adalah penguatan pola Anggriawan, R.D. (2019). 6 Bulan
Kampanye, Prabowo-Sandi
klientelisme dalam pembiayaan kampanye
Habiskan Dana Rp149,7 Miliar.
oleh para peserta Pemilu Serentak 2019. Tempo.co.
Dengan penguatan pola klientelisme dalam https://pilpres.tempo.co/read/11
pendanaan kampanye tersebut, kita bisa 90580/6-bulan-kampanye-
menarik kesimpulan bahwa demokrasi prabowo-sandi-habiskan-dana-
Indonesia ke depan juga akan mengarah ke rp-1497-miliar . 20 April 2019.
penguatan demokrasi patronase. Dengan (17:08).
demikian, tautan politik antara wakil rakyat
Aspinall, E. & Berenschot, W. (2019).
dan rakyat di masa depan akan lebih Democracy for Sale: Elections,
mengarah ke jenis tautan politik Clientelism, and the State in
klientelistik, yaitu tautan politik antara Indonesia. First Edition. Cornell
politisi dan pemilih yang didasarkan pada University Press. Ithaca.
insentif material (Kitschelt, 2000). Terjemahan E. Riyadi. 2019.
Democracy for Sale: Pemilihan

92
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?

Umum, Klientelisme, dan Berenschot, W. (2018). The Political


Negara di Indonesia. Cetakan 1. Economy of Clientelism: A
Yayasan Pustaka Obor Comparative Study of
Indonesia. Jakarta. Indonesia’s Patronage
Democracy. Comparative
Aspinall, E. & Sukmajati, M. (Eds.). (2016). Political Studies. 51 (12), 1-31.
Electoral Dynamics in https://doi.org/10.1177%2F0010
Indonesia: Money Politics, 414018758756 .
Patronage and Clientelism at
the Grassroots. Singapore: NUS Budi, et.al. (2018). Kampanye Padat Modal
Press. oleh Calon Perseorangan: Studi
Kasus Pilkada Kota Madiun
Asril, S. et.al. (2019). Buka-bukaan Biaya 2018. Dalam Pembiayaan
Caleg demi Kursi di Senayan. Pemilu di Indonesia. Editor M.
Kompas.com.https://nasional.ko Sukmajati & A. Perdana.
mpas.com/jeo/buka-bukaan- Cetakan Pertama. Badan
biaya-caleg-demi-kursi-di- Pengawas Pemilihan Umum
senayan. 20 April 2019 (16:03). Republik Indonesia. Jakarta.

Astuti, N.A.R. (2019). Tim Jokowi Bicara Chandra, K. (2004). Why Ethnic Parties
soal Penyumbang Dana Succeed: Patronage and Ethnic
Kampanye dari Kelompok Golf. Head Counts in India.
detikNews. Cambridge University Press.
https://news.detik.com/berita/d- Cambridge.
4379427/tim-jokowi-bicara-soal-
penyumbang-dana-kampanye- Cheeseman, N., et.al. (Eds.). (2014). Politics
dari-kelompok-golf . 20 April Meet Policies: The Emergence
2019. (17:02). of Programmatic Political
Parties. Stockholm:
Ayman, A. & Ellis, A. (Eds.). (2010). Electoral International IDEA.
Justice: The International IDEA
Handbook. Stockholm: Dettman, S., et.al. (2017). Incumbency
International IDEA. advantage and candidate
characteristics in open-list
Badan Pengawas Pemilihan Umum proportional representation
Republik Indonesia. (2019). systems: Evidence from
Data Pelanggaran Pemilu Tahun Indonesia. Electoral Studies.
2019. Bawaslu. Jakarta. Electoral Studies, 48,111-120.
http://dx.doi.org/10.1016/j.elect
Badan Pengawas Pemilihan Umum stud.2017.06.002.
Republik Indonesia. (2019).
Hasil Pengawasan Farisa, F.C. (2019). Pengeluaran Dana
Penyampaian dan Gambaran Kampanye Jokowi-Ma’ruf Capai
Laporan Sumbangan Dana Rp116,24 Miliar. Kompas.com.
Kampanye (LPSDK) Pemilihan https://nasional.kompas.com/r
Umum 2019. Bawaslu. Jakarta. ead/2019/03/05/13582711/p
engeluaran-dana-kampanye-
Badan Pengawas Pemilihan Umum jokowi-maruf-capai-rp-11624-
Republik Indonesia. (2019). miliar. 20 April 2019 (15:30).
Masa Tenang, Pengawas Pemilu
Tangkap Tangan 25 Kasus Hakim, R.N. (2017). Begini Pola Korupsi
Politik Uang. Bawaslu. Jakarta. Kepala Daerah Menurut Wakil
Ketua Komisi III. Kompas.com.

93
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta

https://nasional.kompas.com/rea Patterns of Democratic


d/2017/01/18/22125661/begini. Accountability and Political
pola.korupsi.kepala.daerah.menu Competition. Cambridge:
rut.wakil.ketua.komisi.iii . 21 Cambridge University Press.
April 2019. (10:53).
Kitschelt, H. (2000). Linkages between
Haryanto, et.al. (2018). Pembiayaan Citizens and Politician in
Kampanye Calon Usungan Democratic Polities.
Partai Politik di Pilkada: Kasus Comparative Political Studies.
Pilkada Kota dan Kabupaten 33 (6-7), 846-879.
Madiun 2018. Dalam https://doi.org/10.1177%2F0010
Pembiayaan Pemilu di 41400003300607 .
Indonesia. Editor M. Sukmajati
& A. Perdana. Cetakan Pertama. Komara, I. (2018). Dana Kampanye
Badan Pengawas Pemilihan Prabowo-Sandi Rp41,9 M
Umum Republik Indonesia. Terpakai Rp34,5 M.
Jakarta. detikNews.https://news.detik.co
m/berita/d-4321682/dana-
Hicken, A. (2011). Clientelism. Annual kampanye-prabowo-sandi-rp-
Review of Political Science. 14, 419-m-terpakai-rp-345-m . 20
289- April 2019 (15:36).
310.https://doi.org/10.1146/a
nnurev.polisci.031908.220508. Lane, M. (2019). Indonesia’s New Politics:
Transaction without
Hutagalung, S. (2019). Kampanye 1.500 Contestation. Dalam Continuity
Titik, Sandiaga Uno Pecahkan and Change after Indonesia’s
Rekor MURI. 20Detik. Reform: Contributions to an
https://20.detik.com/pemilu- Ongoing Assessment. Editor M.
2019/20190411- Lane. First Edition. ISEAS –
190411006/kampanye-1500-titik- Yusof Ishak Institute. Singapore.
sandiaga-uno-pecahkan-rekor-
muri . 21 April 2019 (15:04). Mellaz, A. (2018). Personal Vote, Candidate-
Centered Politics, dan
Indonesian Corruption Watch. (2019). Pembiayaan Pileg 2014. Dalam
Bedah Dana Kampanye Calon Pembiayaan Pemilu di
Presiden dan Wakil Presiden. Indonesia. Editor M. Sukmajati
ICW. Jakarta. & A. Perdana. Cetakan Pertama.
Badan Pengawas Pemilihan
Jaringan Advokasi Tambang. (2019). Paket Umum Republik Indonesia.
Informasi Oligarki Tambang di Jakarta.
Balik Pilpres 2019. Jatam.
Jakarta. Mietzner, M. (2016). Indonesia. Dalam
Checkbook Elections? Political
Jatam. (2019). Republik Investasi di Atas Finance in Comparative
Kepulauan Pengungsi. Jaringan Perspective. Editor P. Norris &
Advokasi Tambang. A.A. Vanes. Oxford University
https://www.jatam.org/2019/04/ Press. Oxford.
15/republik-investasi-di-atas-
kepulauan-pengungsi/. 20 April Minan, A. (2018). Partai Politik, Sistem
2019 (16:15). Proporsional Terbuka, dan
Pembiayaan Kampanye Pada
Kitschelt, H. & Wilkinson, S.I. (Eds.). (2007). Pileg 2014. Dalam Pembiayaan
Patrons, Clients, and Policies: Pemilu di Indonesia. Editor M.

94
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?

Sukmajati & A. Perdana. Sudarsono, M. (2018). Partai Nasdem: Tak


Cetakan Pertama. Badan Ada Bantuan Materil dari
Pengawas Pemilihan Umum Partai, Caleg Pakai Biaya
Republik Indonesia. Jakarta. Sendiri. Tribun
Jatim.http://jatim.tribunnews.co
Muhtadi, B. (2018). Komoditas Demokrasi: m/2018/12/07/partai-nasdem-
Efek Sistem Pemilu terhadap tak-ada-bantuan-materil-dari-
Maraknya Jual Beli Suara. partai-caleg-pakai-biaya-sendiri.
Dalam Pembiayaan Pemilu di 20 April 2019 (16:07).
Indonesia. Editor M. Sukmajati
& A. Perdana. Cetakan Pertama. Sukmajati, M. & Perdana, A. (Eds.). (2018).
Badan Pengawas Pemilihan Pembiayaan Pemilu di
Umum Republik Indonesia. Indonesia. Jakarta: Badan
Jakarta. Pengawas Pemilihan Umum
Republik Indonesia.
Norris, P. (2014). The Concept of Electoral
Integrity: In Why Electoral Tapsell, R. (2017). Media Power in
Integrity Matter. Cambridge Indonesia: Oligarchs, Citizens,
University Press. Cambridge. and the Digital Revolution. First
Edition. Rowman & Littlefield.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum London and New York.
Republik Indonesia Nomor 24 Terjemahan W.P. Utomo. 2018.
Tahun 2018. Dana Kampanye Kuasa Media di Indonesia:
Pemilihan Umum. Berita Negara Kaum Oligarki, Warga, dan
Republik Indonesia Tahun 2018 Revolusi Digital. Cetakan
Nomor 974. Jakarta. Pertama. Marjin Kiri. Tangerang
Selatan.
Rastika, I. (2012). Nasdem Danai Caleg, dari
Mana Sumber Dananya. U.S. Agency for International Development.
Kompas.com.https://nasional.k (2003). Money in Politcs
ompas.com/read/2012/06/23/ Handbook: A Guide to
12241536/nasdem.danai.caleg. Increasing Transparency in
dari.mana.sumber.dananya. 20 Emerging Democracies. USAID.
April 2019 (16:05). Washington, DC.

Ristianto, C. (2019). Disebut Belum Ufen, A. (2014). Asia. Dalam Funding of


Sumbang Dana Kampanye Political Parties and Election
Prabowo-Sandi, Ini Kata PKS. Campaigns. A Handbook on
Kompas.com. Political Finance. Editor
https://nasional.kompas.com/rea Falguera et.al. (Eds.). First
d/2019/01/01/15123281/disebut Edition. International IDEA.
-belum-sumbang-dana- Stockholm.
kampanye-prabowo-sandi-ini-
kata-pks. 20 April 2019 (15:38). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 2017. Pemilihan
Shoub, K. (2013). Campaign Finance in the Umum. 16 Mei 2005. Jakarta.
United States, the United
Kingdom, and Canada. Thesis. Yossihara, A. Kinerja DPR Buruk.
Undergraduate Programme in Kompas.com.https://nasional.ko
Political Science. The Ohio State mpas.com/read/2014/04/03/173
University. Ohio. 8432/Kinerja.DPR.Buruk . 20
April 2019 (16:24).

95

Anda mungkin juga menyukai