e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: https://doi.org/10.32697/integritas.v5i1.398
©Komisi Pemberantasan Korupsi
madasukmajati@gmail.com, fikridisyacitta@gmail.com
Abstract
This paper examines the patterns of campaign funding in the Indonesian 2019 Concurrent
Election by focusing on the dimensions of revenue and expenditure both in the presidential and
legislative elections. This article also discusses the nature of the political regime as a
consequence of the patterns. In doing so, the analysis is based on campaign finance theory
supported by the concept of clientelism and programmatic politics. By relying on secondary
data, this paper argues that the way the candidates manage their campaign funding shows the
strengthening of political clientelism on one side and the waning of programmatic politics on
the others side. Consequently, patronage democracy will also strengthen in Indonesia after the
2019 Election.
Abstrak
Pengelolaan dana kampanye sangat mempengaruhi penyelenggaraan pemilu yang
berintegritas dan berkeadilan. Tulisan ini membedah pola pendanaan kampanye di Pemilu
Serentak 2019 dengan fokus pada dimensi penerimaan dan pengeluaran. Selain itu, artikel
ini juga mendiskusikan potensi dari watak rejim kekuasaan yang akan lahir dari Pilpres dan
Pileg 2019. Maka untuk tujuan tersebut, analisis didasarkan pada teori pembiayaan
kampanye yang didukung oleh konsep politik klientelisme dan politik programatik dengan
mengandalkan pada data sekunder. Argumen yang diajukan adalah bahwa pengelolaan dana
kampanye oleh peserta pemilu menunjukkan penguatan pola politik klientelisme pada satu
sisi dan semakin memudarnya politik programatik pada sisi yang lain. Konsekuensinya,
demokrasi patronase juga akan semakin menguat di Indonesia ke depan.
Kata Kunci: Pendanaan Kampanye, Pilpres, Pileg, Klientelisme, Patronase
75
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta
76
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?
77
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta
78
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?
79
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta
80
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?
waktu yang ada, tulisan ini hanya dapat mengatakan bahwa Paslon 01
mengandalkan pada dokumen LADK dan memiliki modal awal yang lebih besar
LSDK. Konsekuensinya, data yang tersedia daripada modal awal yang dimiliki oleh
bersifat tidak detail (terutama ketika kita Paslon 02.
akan melacak item-item untuk alokasi
pengeluaran dana kampanye dari peserta Tabel 2. Laporan Awal Dana Kampanye Pilpres
pemilu) dan belum final (karena LPPDK 2019
belum diserahkan) serta hanya fokus pada
peserta pemilu di tingkat nasional, yaitu
pilpres dan pileg DPR RI.
Keterbatasan lain adalah bahwa
laporan formal dana kampanye tidak
Sumber: Bawaslu RI, 2019
mencerminkan realitas yang sebenarnya di
lapangan. Hal ini disebabkan karena
Sedangkan terkait dengan laporan
setidaknya dua faktor utama. Pertama, dari
sumbangan dana kampanye, terdapat lima
sisi kemauan politik (political will), peserta
komponen penerimaan sumbangan dana
pemilu masih memiliki komitmen yang
kampanye, yakni dari paslon sendiri, partai
rendah terhadap penegakan prinsip
politik dan/atau gabungan partai politik,
transparansi dan akuntabilitas dalam
pihak lain perseorangan, pihak lain
pelaporan dana kampanye. Kedua, sistem
kelompok, dan pihak lain badan usaha non-
dan mekanisme audit dana kampanye yang
pemerintah. Berdasarkan Pasal 335 ayat (4)
diatur dalam regulasi tidak cukup mampu
UU Nomor 7 Tahun 2017, setiap
untuk menjamin penegakan prinsip
penyumbang yang terdaftar dalam laporan
transparansi dan akuntabilitas. Selain
wajib mencantumkan nama, alamat, dan
mengandalkan pada dokumen-dokumen
nomor telepon yang dapat dihubungi.
resmi yang dikeluarkan oleh lembaga
penyelenggara pemilu, tulisan ini juga
Tabel 3. Sumbangan Dana Kampanye Pilpres
menggunakan kajian-kajian yang dilakukan 2019
oleh masyarakat sipil. Kemudian untuk
meminimalisasikan keterbatasan data yang
tersedia, tulisan ini juga menggunakan data
yang berasal dari pemberitaan media massa
online.
81
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta
82
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?
dan Aburizal Bakrie (Jaringan Advokasi diri menjadi cawapres dari Paslon 02,
Tambang, 2019). Komponen kelima adalah Sandiaga Uno telah menjual 5,48 persen
sumbangan pihak lain badan usaha non sahamnya di PT Saratoga Investama Sedaya
pemerintah. Hanya satu perusahaan yang Tbk. (SRTG) sebesar Rp. 561,73 miliar,
memberikan sumbangan kepada paslon 01, melalui 13 kali transaksi (Aldin, 2019).
yaitu PT. Lintas Teknologi Indonesia dengan Dalam sebuah kesempatan, Sandiaga Uno
NPWP 02.053.066.3-062.000 yang mengatakan, “Saya harus all out, menjual
menggelontorkan uang sebesar Rp. saham yang saya miliki untuk membiayai
3.999.975.000. kampanye, karena sampai saat ini belum
Terkait dengan dimensi pengeluaran ada donasi” (Aldin, 2019). Jika
atau pembelanjaan dana kampanye untuk dibandingkan dengan Paslon 01, maka hal
Paslon 01, LADK dan LPSDK tidak ini adalah berkebalikan. Jika di Paslon 01,
mencantumkan dengan detail. Namun Jokowi sebagai capres memiliki peran
demikian, dari penelusuran atas berbagai dominan dalam sumbangan dana kampanye
pemberitaan di media massa, kita dapat yang berasal dari paslon, maka di Paslon 02,
melihat beberapa temuan. Data per Sandiaga Uno sebagai cawapres memiliki
Februari 2019 (Farisa, 2019), Tim kontribusi yang jauh lebih besar
Kampanye Nasional (TKN) dari Paslon 01 dibandingkan dengan Prabowo Subianto
mencatat pengeluaran sebesar Rp. sebagai capres.
116.240.000.000. Dana tersebut digunakan Sedangkan untuk komponen
untuk keperluan kampanye pertemuan sumbangan dana kampanye dari parpol
terbatas yang mencapai Rp. 15.854.000.000 dan/atau gabungan parpol pengusung,
dan pertemuan tatap muka yang Paslon 02 mendapat sumbangan hanya dari
menghabiskan Rp. 335.000.000. Kemudian, Partai Gerindra sebesar Rp. 1.389.942.500
alokasi untuk pengadaan Alat Peraga dalam bentuk jasa (bukan dalam bentuk
Kampanye (APK) yang mencapai Rp. uang). Dengan demikian, hanya satu partai
700.000.000 dan penyebaran APK sebesar politik yang memberikan sumbangan dana
Rp. 5.266.000.000. Selain itu, dana kampanye kepada Paslon 02, meskipun
pengeluaran juga digunakan untuk kegiatan terdapat beberapa partai politik pengusung
lain-lain senilai Rp. 29.542.000.000. Dengan Paslon 02 yang lain, yaitu PKS, PAN, Partai
demikian, alokasi terbesar pengeluaran Demokrat, dan Partai Berkarya.
dana kampanye dari Paslon 01 adalah Menanggapi hal ini, PKS, melalui Mardani
untuk kampanye dengan bentuk pertemuan Ali Sera, mengatakan bahwa, “Semua partai
terbatas. pendukung sudah bekerja dan memang
Paslon 02, total sumbangan dana tidak dalam bentuk sumbangan dana
kampanye adalah sebesar Rp. kampanye karena kebanyakan digabung
54.050.911.562. Komponen sumbangan dengan kegiatan partai” (Ristianto, 2019).
dana kampanye yang berasal dari Prabowo Komponen sumbangan pihak lain
Subianto adalah sebesar Rp. perseorangan, Paslon 02 mendapat
13.055.906.062 dan yang berasal dari sumbangan dana kampanye dari tiga belas
Sandiaga Uno adalah sebesar Rp. individu perseorangan sebesar Rp.
39.500.000.000. Dengan demikian, Sandiaga 56.192.500 dalam bentuk uang. Nominal
Uno sebagai cawapres 02 menyumbang uang sumbangan terkecil dimulai dari
73,1 persen dari total sumbangan yang angka Rp.100.000 hingga yang terbesar
berasal dari Paslon 02 (Indonesian adalah Rp.12.530.500. Komponen
Corruption Watch, 2019). Sebagai selanjutnya adalah sumbangan dari pihak
tambahan informasi, sejak mencalonkan lain kelompok, dimana Paslon 02 mendapat
83
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta
84
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?
Tabel 4. Laporan Awal Dana Kampanye Pileg Rp. 3.511.740.000. Dimensi penerimaan
2019 Partai Golkar tercatat mencapai Rp.
110.000.000 dan dimensi pengeluaran tidak
ada.
Sebagai partai medioker, penerimaan
PKS mencapai Rp. 17.091.025.000 dengan
pengeluaran sebesar Rp. 4.996.566.000
sehingga saldo akhir tersisa Rp.
12.094.459.000. Adapun PKB meraup dana
sebesar Rp. 15.235.981.000 dan
pengeluaran yang dilakukan tergolong
besar, yakni mencapai Rp. 13.925.981.000
sehingga menyisakan saldo Rp.
Sumber: Bawaslu RI, 2019 1.310.000.000. Sedangkan penerimaan dari
Perindo adalah sebesar Rp. 1.000.000 dan
Tulisan ini tidak akan membahas satu dimensi pengeluarannya adalah tidak ada
per satu partai politik terkait dengan sehingga tersisa saldo sebesar Rp.
dimensi penerimaan dan dimensi 1.000.000. Partai politik baru yang lain, PSI,
pengeluaran dana kampanye Pileg 2019. memiliki penerimaan sebesar Rp.
Analisis hanya fokus pada partai-partai 577.474.910 dan pengeluaran mencapai Rp.
politik yang sekiranya mendulang suara 566.561.747 sehingga saldo tersisa adalah
terbesar di Pileg 2019 berdasarkan atas Rp. 10.913.163. Dengan demikian, jumlah
hitung cepat sejauh ketika tulisan ini sedang modal awal untuk kampanye ternyata
dibuat (data masuk sekitar 95 persen), berbanding lurus dengan kinerja elektoral
yaitu PDIP, Gerindra, dan Golkar. untuk beberapa partai politik, misalnya
Sedangkan partai politik kategori medioker PDIP, Partai Gerindra, Perindo dan Partai
direpresentasikan oleh PKS dan PKB. Garuda. Namun demikian, modal awal tidak
Sebagai pembanding disertakan pula berbanding lurus dengan pencapaian
Perindo dan PSI untuk kategori partai elektoral sebagaimana yang terjadi di dalam
politik baru yang tidak mencapai ambang kasus Partai Golkar dan Partai Berkarya.
batas parlemen. Lebih jauh, jika kita menelaah aspek
Dari dimensi penerimaan, PDIP sumbangan dana kampanye, berdasarkan
mendapatkan penerimaan sebesar Rp. pada LPSDK Pileg 2019, terdapat lima
106.143.479.741 yang membuatnya berada komponen penerimaan sumbangan dana
di peringkat pertama sebagai partai politik kampanye yang dapat digunakan, yaitu dari
yang mendapatkan penerimaan terbesar sumbangan partai politik, sumbangan caleg,
untuk dana kampanye awal diantara partai- sumbangan pihak lain perseorangan,
partai politik lainnya. Meskipun demikian, sumbangan pihak lain kelompok, dan
pengeluaran yang dialokasikan oleh PDIP sumbangan pihak lain badan usaha non-
justru tidak terlalu banyak, yaitu Rp. pemerintah. Secara umum, Perindo
4.114.952.789. Sayangnya, dokumen LADK merupakan partai politik yang memiliki
belum menyediakan informasi detail terkait sumbangan dana kampanye terbesar
dengan untuk alokasi apa saja pengeluaran dibandingkan dengan lima belas partai yang
yang telah dibuat tersebut. Sedangkan lainnya. Sedangkan yang terkecil adalah
Partai Gerindra menerima pemasukan dana Partai Berkarya dengan perolehan
kampanye sebesar Rp. 75.260.112.183 dan sumbangan sebesar Rp. 2.821.000. Tabel 5
mengeluarkan dana kampanye sebanyak berikut memperlihatkan sumbangan
85
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta
86
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?
biaya kampanye empat kandidat anggota NTB (1 kasus), Jawa Tengah (1 kasus),
DPR RI menunjukkan bahwa alokasi Sulawesi Tengah (1 kasus). Kasus-kasus ini
pengeluaran terbesar adalah untuk biaya terjadi selama periode kampanye dari
alat peraga kampanye dan atribut tanggal 23 September 2018 sampai dengan
kampanye (kaos, bendera, dan tanggal 13 April 2019. Pada Masa Tenang,
cinderamata), biaya saksi di hari Bawaslu melakukan tangkap tangan 25
pemungutan dan penghitungan suara (Rp. kasus dugaan terjadinya pembelian suara
100.000-Rp. 200.000), biaya transportasi, yang terjadi di Provinsi Aceh (2 kasus),
akomodasi, dan konsumsi ketika Bengkulu (1 kasus), Sumatera Utara (5
berinteraksi langsung dengan para pemilih kasus), Sumatera Barat (1 kasus), Jawa
di daerah pemilihan, biaya untuk relawan Barat (4 kasus), Jawa Tengah (4 kasus),
(antara Rp. 200.000-Rp. 500.000) dan biaya Jawa Timur (1 kasus), Nusa Tenggara Barat
untuk tim kampanye di media sosial (Asril (1 kasus), Kalimantan Selatan (2 kasus),
et.al., 2019). Sulawesi Selatan (1 kasus), Sulawesi
Kajian Haryanto et.al. (2018) di Tengah (1 kasus), Gorontalo (1 kasus), dan
Pilkada Kabupaten dan Kota Madiun 2018 Papua (1 kasus). Temuan pembelian suara
juga menunjukan bahwa alokasi dengan nominal paling besar adalah di
pengeluaran terbesar para kandidat adalah Kecamatan Tigabinanga, Sumatera Utara,
untuk biaya menyelenggarakan pertemuan dengan total uang yang hendak dibagikan
tatap muka, biaya pengadaan dan pada pemilih mencapai Rp. 190.000.000.
pemasangan APK, biaya bazar sembako Selain itu, Data Pelanggaran Pemilu
murah, dan biaya untuk saksi. Selain itu, Tahun 2019 yang dirilis oleh Bawaslu
studi yang dilakukan oleh Budi et.al. (2018) (2019) juga menunjukkan jika pelaku
di Pilkada Kota Madiun 2018 dengan fokus terbanyak berasal dari caleg
pada kandidat perseorangan juga mungkin DPR/DPRD/DPD dengan terpidana
dapat dijadikan acuan untuk alokasi dan sebanyak tujuh orang. Sedangkan dari
besaran pengeluaran dana kampanye bagi unsur pelaksana kampanye, satu orang
caleg DPRD kota/kabupaten. Menurut dinyatakan sebagai terpidana. Selain itu,
mereka, 30,45 persen alokasi pengeluaran Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
digunakan untuk pembelian suara, 28,49 Keuangan (PPATK) menemukan adanya
persen digunakan untuk pengadaan dan pola baru terkait praktik-praktik pembelian
pemasangan alat peraga kampanye, 21,36 suara di Pileg 2019. Sebagai contoh, para
persen digunakan untuk biaya pencalonan, caleg memberikan asuransi kecelakaan dan
dan 10,82 persen digunakan untuk membagikan uang elektronik kepada
pembiayaan tim sukses. pemilih di masa kampanye. Selain itu,
Dari pemberitaan berbagai media PPATK juga menduga bahwa para caleg
massa, banyak yang merasa bahwa praktik sudah menyiapkan dana kampanye dari dua
pembelian suara di Pileg 2019 lebih brutal hingga tiga tahun sebelum Pileg 2019
dan lebih masif jika dibandingkan dengan sehingga praktik-praktik pembelian suara
Pileg 2014 (Aspinall dan Sukmajati, 2016). semakin sulit untuk dibuktikan (Ristianto,
Lebih jauh, Data Pelanggaran Pemilu per 2019). Hampir dapat dipastikan bahwa
tanggal 25 Maret yang dibuat oleh Bawaslu kasus-kasus yang terungkap tersebut hanya
atau Badan Pengawas Pemilihan Umum merupakan puncak dari gunung terkait
(2019) menunjukkan bahwa Bawaslu telah dengan maraknya praktek pembelian suara
memutuskan delapan perkara politik uang di Pileg 2019.
yang terjadi di Kepulauan Riau (1 kasus),
DKI Jakarta (3 kasus), Jawa Barat (1 kasus),
87
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta
88
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?
89
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta
kegiatan di Stadion Gelora Bung Karno pada Tabel 6. Daftar Konglomerat Digital di
tanggal 13 April 2019 dengan tajuk Konser Indonesia
Putih Bersatu. Demikian juga dengan Paslon
02 yang mengadakan serangkaian kegiatan
kunjungan ke daerah dan berpuncak pada
tanggal 7 April 2019 dengan tajuk
Memutihkan Gelora Bung Karno. Kegiatan-
kegiatan tersebut dihadiri puluhan ribu
orang. Kemudian yang menjadi pertanyaan
besar adalah: bagaimana pengelolaan
finansial dari kedua acara tersebut terkait
dengan pengelolaan dana kampanye? Sumber: Ross Tapsell, 2018
Siapakah yang berkontribusi secara
finansial dan dalam bentuk lain di kedua Dalam konteks pileg, rata-rata
acara tersebut? Berapa biaya dari pengeluaran digunakan untuk, pertama,
penyelenggaraan kedua acara tersebut? pembentukan tim sukses atau dengan
Apakah pembiayaan kedua acara tersebut sebutan yang lain. Hampir semua kandidat
kemudian akan dilaporkan kepada lembaga yang bukan merupakan pengurus partai
penyelenggara pemilu sebagai bagian dari politik mengeluarkan anggaran untuk
pembelanjaan dana kampanye? Dan sederet pembentukan tim sukses atau dengan
pertanyaan yang lain yang terkait dengan sebutan yang lain dalam rangka
pengeluaran dana kampanye oleh para memobilisasi dukungan. Hal inilah yang
paslon. kemudian juga melahirkan pola
Kemudian yang juga menjadi penting “klientelisme gelindingan roda lepas,”
untuk didiskusikan adalah alokasi biaya dimana para kandidat tidak lagi
untuk iklan kampanye. Tidak ada data yang mengandalkan pada mesin partai politik
pasti terkait dengan pengeluaran untuk ketika berkampanye (Aspinall dan
iklan kampanye di Pilpres 2019. Namun Berenschot, 2019). Kedua, pertemuan tatap
demikian, sejumlah hal dapat menjadi muka dan pengadaan dan penyebaran APK.
pertimbangan kita. Salah satunya adalah Dalam bahasa para kandidat, mereka
afiliasi politik dari “para konglomerat menyebut biaya ini sebagai biaya
digital” (Tapsell, 2018) kepada kedua sosialisasi. Pola pembiayaan kampanye di
paslon. Di kubu Paslon 01 terdapat Pileg 2019 kali ini tidak jauh berbeda
setidaknya dua nama, yaitu Surya Paloh dengan pola pembiayaan kampanye di Pileg
(Ketua Partai Nasdem) dan Hary 2014 sebelumnya, yaitu bersifat padat
Tanoesoedibjo (Ketua Partai Perindo). modal. Selanjutnya, terdapat indikasi kuat
Sedangkan di kubu Paslon 02 terdapat bahwa para kandidat juga mengalokasikan
nama, misalnya Abu Rizal Bakrie dan pengeluaran dana kampanye mereka untuk
Dahlan Iskan. Para konglomerat digital ini melakukan praktek-praktek politik uang.
pada Pilpres 2014 lalu memberikan Praktik-praktik pembelian suara
dukungan kepada para capres melalui sebenarnya telah marak terjadi sejak Pileg
berbagai bentuk, salah satunya adalah 2014 yang lalu dengan berbagai bentuk,
alokasi iklan di jaringan media massa miliki misalnya pemberian uang dan sembako
mereka. Hal yang sama sebenarnya juga serta pemberian barang-barang untuk
terjadi di Pilpres 2019 kali ini. kelompok, misalnya pemberian perangkat
olahraga untuk kelompok karang taruna
dan pemberian alat-alat perlengkapan
90
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?
ibadah untuk kelompok pengajian (Aspinall baru akan dilaksanakan pada bulan Juli
dan Sukmajati, 2016 dan Muhtadi, 2018). sampai dengan September 2019. Namun
Praktik-praktik pembelian suara dengan demikian, kita dapat melakukan proyeksi
bentuk pemberian uang dan sembako atas pola yang sudah terbentuk ketika para
semakin gencar dilakukan pada saat Hari peserta pemilu mendapatkan dana
Tenang dan menjelang pelaksanaan Hari-H kampanye dan mengeluarkan pembiayaan
Pemungutan Suara pada tanggal 17 April kampanye. Diskusi di atas menunjukkan
2019. Dengan demikian, praktik-praktik bahwa dari sisi penerimaan, pola yang
pembelian suara tetap marak terjadi di sudah terbentuk adalah pola klientelisme,
Pileg 2019 kali ini. Bahkan, praktik-praktik baik dalam konteks pilpres, maupun
tersebut bersifat lebih variatif dan masif. konteks pileg. Sedangkan dari sisi
Dengan demikian, kita dapat pembiayaan, pola yang sudah terbentuk
mengatakan bahwa, dari sisi pengeluaran, adalah pola non klientelisme tapi juga tidak
terdapat pola yang agak berbeda dalam sepenuhnya pola programatik dalam
konteks pilpres dan pileg. Jika dalam konteks pilpres dan pola klientelisme dalam
konteks pilpres, yang terlihat adalah tidak konteks pileg.
lagi pola klientelisme. Namun demikian, kita Periode kekuasaan 2014-2019 telah
belum dapat mengatakan bahwa pola yang menunjukkan bahwa elit-elit masa lalu dan
ada merupakan pola programatik. Seperti para oligark berada di sekitar pemerintahan
yang telah kita ketahui bersama, perang Jokowi. Beberapa diantaranya bahkan
visi, misi, dan program di Pilpres 2019 menduduki jabatan strategis di
adalah sangat minim (Lane, 2019). kementerian. Pada sisi yang lain, kita dapat
Kontestasi di Pilpres 2019 lebih banyak melihat semakin menurunnya kinerja
menggunakan isu-isu berbasis politik lembaga DPR dalam menjalankan fungsi-
identitas dengan optimalisasi penggunaan fungsinya. Hasil Penelitian Forum
media sosial yang sebagian mengarah ke Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia
bentuk pemberitaan bohong (hoax) dan (Formappi) menunjukkan bahwa 83,3
ujaran kebencian (hate speech). Menjadi persen anggota DPR memiliki kinerja yang
penting sebenarnya untuk melacak buruk, 9,8 persen memiliki kinerja cukup,
pendanaan kampanye dari para paslon di dan hanya 6,4 persen yang memiliki kinerja
pilpres yang digunakan untuk pembiayaan baik (Yossihara, 2014). Kasus mega korupsi
kampanye terkait dengan berita bohong KTP-elektronik terjadi di DPR periode
dan ujaran kebencian melalui media sosial. 2014-2019. Apalagi, jika kita
Sedangkan dalam konteks pileg, pola mempertimbangkan fakta bahwa hampir 70
pembiayaan kampanye di Pileg 2019 persen anggota DPR petahana di Indonesia
menunjukkan penguatan pola politik akan terpilih kembali di pemilu berikutnya
klientelisme seperti yang terjadi di Pileg (Dettman et.al., 2017). Seperti pernah
2014. Bahkan, terdapat beberapa indikasi dikatakan oleh seorang politisi DPR RI, lima
kuat bahwa terjadi penguatan pola tahun periode kekuasaan seorang politisi di
klientelisme di Pileg 2019. Indonesia sebenenarnya sudah terpola,
Lantas, bagaimana masa depan politik yaitu balas jasa untuk tim sukses untuk
Indonesia setelah Pemilu Serentak 2019? tahun pertama, akumulasi kekayaan untuk
Tentu saja kita belum dapat menjawab diri sendiri dan kelompok di tahun kedua
pertanyaan besar ini karena pelantikan dan ketiga, serta motivasi untuk mencari
presiden dan wakil presiden terpilih baru modal dalam rangka mencalonkan diri
akan dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober kembali di tahun keempat dan kelima
2019 dan pelantikan anggota DPR terpilih (Hakim, 2017). Selain itu, berbagai kasus
91
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta
korupsi marak terjadi di lembaga legislatif, Pesimisme seperti ini, ada baiknya
baik di tingkat pusat, maupun di tingkat bagi kita untuk memaknai pemilu bukan
daerah (Berenschot, 2018). Korupsi politik akhir dari relasi antara wakil rakyat dan
juga terjadi di tingkat DPRD, misalnya rakyat. Pemilu perlu dimaknai sebagai awal
korupsi berjamaah yang dilakukan oleh 41 dari relasi panjang antara rakyat dan
dari 45 anggota DPRD Kota Malang. Karena wakilnya, baik yang duduk di lembaga
pola pendanaan dan pembiayaan kampanye eksekutif, maupun di lembaga legislatif.
dalam Pemilu Serentak 2019 ini tidak jauh Dengan kata lain, kontrol publik terhadap
berbeda dengan Pilpres dan Pileg 2014, pemerintahan di periode berikutnya adalah
maka kita layak untuk khawatir bahwa sebuah keniscayaan agar proyeksi
watak rejim kekusaan di periode 2019- pesimistik seperti ini tidak akan benar-
2024 merupakan penguatan dari pola benar menjadi kenyataan. Sungguh, pemilu
klientelisme yang sudah ada di periode bukan untuk memilih Sang Ratu Adil.
sebelumnya.
Referensi
Penutup Agustina, W. (2018). Seperti Jokowi,
Beberapa studi menawarkan konsep Megawati Pun Sebut Dirinya
demokrasi patronase dalam menjelaskan Juga Petugas Partai. Tempo.co.
https://nasional.tempo.co/read/
watak demokrasi di Indonesia di Masa
1048154/seperti-jokowi-
Reformasi. Menurut Chandra (2004),
megawati-pun-sebut-dirinya-
demokrasi patronase adalah demokrasi juga-petugas-partai . 21 April
dimana mobilisasi elektoral didasarkan 2019. (14:38).
pada pola klientelisme. Sedangkan kajian
Aspinall dan Berenschot (2019) telah Aldin, I.U. (2019). Sandiaga Uno Jual Lagi
mengaitkan karakter oligarkhis dari rejim Saham Saratoga, Total Nilai
politik dengan sifat klientelistik dalam Rp561
Miliar.Katadata.https://katadat
kampanye pemilu di Indonesia. Tulisan ini
a.co.id/berita/2019/04/09/san
mendukung kesimpulan dari kedua studi diaga-uno-jual-lagi-saham-
tersebut dengan penjelasan yang berbeda, saratoga-total-sudah-jual-rp-
yaitu dengan mengkaji pendanaan 561-miliar. 20 April 2019
kampanye dan pembiayaan pemilu di (16:00).
Pemilu Serentak 2019. Argumen yang
disodorkan adalah penguatan pola Anggriawan, R.D. (2019). 6 Bulan
Kampanye, Prabowo-Sandi
klientelisme dalam pembiayaan kampanye
Habiskan Dana Rp149,7 Miliar.
oleh para peserta Pemilu Serentak 2019. Tempo.co.
Dengan penguatan pola klientelisme dalam https://pilpres.tempo.co/read/11
pendanaan kampanye tersebut, kita bisa 90580/6-bulan-kampanye-
menarik kesimpulan bahwa demokrasi prabowo-sandi-habiskan-dana-
Indonesia ke depan juga akan mengarah ke rp-1497-miliar . 20 April 2019.
penguatan demokrasi patronase. Dengan (17:08).
demikian, tautan politik antara wakil rakyat
Aspinall, E. & Berenschot, W. (2019).
dan rakyat di masa depan akan lebih Democracy for Sale: Elections,
mengarah ke jenis tautan politik Clientelism, and the State in
klientelistik, yaitu tautan politik antara Indonesia. First Edition. Cornell
politisi dan pemilih yang didasarkan pada University Press. Ithaca.
insentif material (Kitschelt, 2000). Terjemahan E. Riyadi. 2019.
Democracy for Sale: Pemilihan
92
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?
Astuti, N.A.R. (2019). Tim Jokowi Bicara Chandra, K. (2004). Why Ethnic Parties
soal Penyumbang Dana Succeed: Patronage and Ethnic
Kampanye dari Kelompok Golf. Head Counts in India.
detikNews. Cambridge University Press.
https://news.detik.com/berita/d- Cambridge.
4379427/tim-jokowi-bicara-soal-
penyumbang-dana-kampanye- Cheeseman, N., et.al. (Eds.). (2014). Politics
dari-kelompok-golf . 20 April Meet Policies: The Emergence
2019. (17:02). of Programmatic Political
Parties. Stockholm:
Ayman, A. & Ellis, A. (Eds.). (2010). Electoral International IDEA.
Justice: The International IDEA
Handbook. Stockholm: Dettman, S., et.al. (2017). Incumbency
International IDEA. advantage and candidate
characteristics in open-list
Badan Pengawas Pemilihan Umum proportional representation
Republik Indonesia. (2019). systems: Evidence from
Data Pelanggaran Pemilu Tahun Indonesia. Electoral Studies.
2019. Bawaslu. Jakarta. Electoral Studies, 48,111-120.
http://dx.doi.org/10.1016/j.elect
Badan Pengawas Pemilihan Umum stud.2017.06.002.
Republik Indonesia. (2019).
Hasil Pengawasan Farisa, F.C. (2019). Pengeluaran Dana
Penyampaian dan Gambaran Kampanye Jokowi-Ma’ruf Capai
Laporan Sumbangan Dana Rp116,24 Miliar. Kompas.com.
Kampanye (LPSDK) Pemilihan https://nasional.kompas.com/r
Umum 2019. Bawaslu. Jakarta. ead/2019/03/05/13582711/p
engeluaran-dana-kampanye-
Badan Pengawas Pemilihan Umum jokowi-maruf-capai-rp-11624-
Republik Indonesia. (2019). miliar. 20 April 2019 (15:30).
Masa Tenang, Pengawas Pemilu
Tangkap Tangan 25 Kasus Hakim, R.N. (2017). Begini Pola Korupsi
Politik Uang. Bawaslu. Jakarta. Kepala Daerah Menurut Wakil
Ketua Komisi III. Kompas.com.
93
Mada Sukmajati, Fikri Disyacitta
94
Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan Demokrasi Patronase?
95