Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan
interaksinya antara individu atau dengan instansi.Hak juga merupakan sesuatu yang harus
diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama
dalam era reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi
dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak
sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri
kita sendiri.

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan.
Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang
bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia. Hak ini dimiliki oleh
manusia semata – mata karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian
negara. Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat
lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.

1.2    Tujuan

1. Menjelaskan tentang Sejarah Perkembangan Gerakan HAM


2. Menjelaskan tentang Humanisasi Perang
3. Menjelaskan tentang Deklarasi Universal HAM
4. Menjelaskan dan Menyebutkan Pengaruh HAM di Indonesia
5. Menjelaskan tentang Negara Hukum
6. Menjelaskan tentang Keadilan Dalam Hukum Indonesia
7. Menjelaskan tentang Etika Kehidupan Berbangsa

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah
Tuhan yang dibawa sejak lahir. Menurut UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
dinyatakan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatannya, serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

HAM memiliki beberapa ciri khusus, yaitu sebagai berikut: Hakiki (ada pada setiap diri
manusia sebagai makhluk Tuhan). Universal, artinya hak itu berlaku untuk semua orang.
Permanen dan tidak dapat dicabut. Tak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan
semua hak.

B. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM)

Sepanjang sejarah terdapat sejumlah peristiwa penting yang membentuk landasan bagi
prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia :

1. Sejarah HAM di Inggris

Pada masa Raja John Lackland (1199-1216), para bangsawan Inggris menyusun Magna Carta
(1215) yang melarang raja sewenang-wenang menahan, menghukum dan merampas harta warga.
Perkembangan ini selanjutnya melahirkan :

Peradilan – proses hukum dan peradilan yang adil.

Berlakunya sistem hukum Common law The Great Charter of Liberties (1297).

Petition of Rights (1628).

2
Habeas Corpus Act (1679) – Sejak Habeas Corpus Act, seseorang yang ditahan harus
dihadapkan kepada seorang hakim dalam waktu paling lama tiga hari, dan harus diberitahu atas
tuduhan apa ia ditahan. Ketentuan ini kemudian menjadi dasar prinsip hukum bahwa seseorang
hanya boleh ditahan atas perintah hakim.

Bill of Rights (1689) – Terpengaruh pikiran-pikiran filsuf Inggris John Locke, setelah
perlawanan terhadap Raja James II dalam The Glorious Revolution, para aktivis perlawanan
sistem monarki absolut menuntut Bill of Rights (1689). Piagam ini mendesak raja mengakui hak-
hak Parlemen terhadap pemerintah; termasuk hak mengajukan petisi, hak berdebat secara bebas
di parlemen dan larangan terhadap hukuman yang berlebihan. Bill of Rights menjadikan Inggris
negara pertama yang memiliki bentuk undang-undang yang diterima melalui parlemen.

2. Sejarah Perkembangan HAM di Amerika Serikat

Di daerah jajahan Inggris di Amerika, Revolusi 4 Juli 1776 – Proklamasi Kemerdekaan Amerika
Serikat – juga dipengaruhi pernyataan John Locke tentang :

a. Hak untuk hidup (life).


b. Hak atas kebebasan (liberty).
c. Hak atas hak milik (property).

Dalam kurun waktu 165 tahun, dalam masa pemerintahan Presiden F.D. Roosevelt, tercetuslah
empat hak yang berkaitan dengan kebebasan, yaitu;

a. Bebas berbicara
b. Bebas beragama
c. Bebas dari kemiskinan / kemelaratan
d. Bebas dari rasa takut.

3. Sejarah Perkembangan HAM di Perancis

Revolusi Perancis 17 Juli 1789 lahir dari gerakan feodalis dan demokratis. Assemblee nationale
(Perwakilan Rakyat Perancis) akhirnya melahirkan Declaration des droits del’Homme et du
citoyen (Pernyataan Hak Asasi Manusia dan Hak Kewarganegaraan) pada 27 Agustus 1789.
Tujuan Revolusi Perancis adalah:

3
1. Kemerdekaan (Liberty).
2. Kesetaraan (Egality).
3. Persaudaraan (Fraternity).

4. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia

1)      Sebelum tahun 1600

Sudah ada upaya menegakkan HAM terkait dengan kehidupan spiritual, kebudayaan, ekonomi,
dan politik, walau tidak kokoh dan tidak sistematik (Sriwijaya, Majapahit). Pada masa itu lahir
Kitab Negara Kertagama, Sutasoma, Semboyan Bhineka Tunggal Ika, dan sebagainya.

2)      Pra-Kemerdekaan

Didahului oleh perlawanan terhadap penjajahan sejak zaman Sultan Agung hingga perjuangan
kemerdekaan dan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

3)      Pasca Kemerdekaan

Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan lahirnya UUD 1945.

4)       Masa Orde Lama UUDS, Konstitusi RIS, Pembukaan UUD 1945, Pasal 27, 28, 29, 31, 32
dan 34, Pancasila, G 30 S (penodaan HAM)

5)      Masa Orde Baru

Menerapkan “Demokrasi Pancasila”; penculikan aktivis, buruh, dan demonstran yang oleh
pemerintah saat itu dinilai sebagai gerakan yang menghambat pembangunan, menodai upaya-
upaya HAM.

Era Reformasi UUD 45 Amandemen yaitu pada Pasal 28 a s/d 28 j. hadapan hukum. (A-2)

Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja. (A-2)

Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. (A-2)

Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. (A-2).

4
Pasal 28 E

Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya serta berhak kembali. (A-2)

Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai
dengan hati nuraninya. (A-2)

Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. (A-2).

Pasal 28 F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia. (A-2)

Pasal 28 G

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak Asasi. (A-2)

Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain. (A-2).

Pasal 28 H

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

(A-2)

Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan
dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. (A-2)

5
Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagaimanusia yang bermartabat.(A-2)

Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. (A-2)

Pasal 28 I

Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak Asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (A-2)

Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. (A-2)

Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman
dan peradaban. (A-2)

Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak Asasi manusia adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerintah. (A-2)

Untuk menegakkan dan melindungi hak Asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokratis, maka pelaksanaan hak Asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan. (A-2)

Pasal 28 J

Setiap orang wajib menghormati hak Asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (A-2)

Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis. (A-2)

6
C. Humanisasi Perang

Dalam Ilmu Sosial Profetik, humanisasi artinya memanusiakan manusia, menghilangkan


“kebendaan”, ketergantungan, kekerasan dan kebencian dari manusia. Humanisasi sesuai dengan
semangat liberalisme Barat. Hanya saja perlu segera ditambahkan, jika peradaban Barat lahir dan
bertumpu pada humanisme antroposentris, konsep humanisme Kuntowijoyo berakar pada
humanisme teosentris. Karenanya, humanisasi tidak dapat dipahami secara utuh tanpa
memahami konsep transendensi yang menjadi dasarnya.

Humanisme Barat lahir dari pemberontakan terhadap kekuasaan Gereja yang bersifat
dogmatis pada abad Pertengahan. Pandangan antroposentris beranggapan bahwa kehidupan tidak
berpusat pada Tuhan tetapi pada manusia. Etosnya adalah semangat menghargai nilai-nilai yang
dibangun oleh manusia sendiri. Peradaban antroposentris menjadikan manusia sebagai tolok ukur
kebenaran dan kepalsuan, untuk memakai manusia sebagai kriteria keindahan dan untuk
memberikan nilai penting pada bagian kehidupan yang menjanjikan kekuasaan dan kesenangan
manusia. Antroposentrisme menganggap manusia sebagai pusat dunia, karenanya merasa cukup
dengan dirinya sendiri. Manusia antroposentris merasa menjadi penguasa bagi dirinya sendiri.
Tidak hanya itu, ia pun bertindak lebih jauh, ia ingin menjadi penguasa bagi yang lain. Alam
raya pun lalu menjadi sasaran nafsu berkuasanya yang semakin lama semakin tak terkendali.

Dengan rasio sebagai senjatanya, manusia antroposentris memulai sejarah kekuasaan dan
eksploitasi atas alam tanpa batas. Modernisme dengan panji-panji rasionalismenya terbukti
menimbulkan kerusakan alam tak terperikan terhadap alam dan manusia. Ilmu akal adalah ilmu
perang yang metode dan taktik perangnya telah ditulis dengan amat cerdas oleh Descartes
melalui semboyannya “Cogito Ergo Sum”. Melalui ilmu perang Descartes, peradaban modern
menciptakan mesin-mesin perang terhadap alam berupa teknologi canggih untuk menaklukkan
dan mengeksploitasi alam tanpa batas, juga mesin-mesin perang terhadap manusia berupa
senjata-senjata canggih supermodern, bom, bahkan juga senjata pemusnah massal. Jadi, alih-alih
humanisme antroposentris itu berhasil melakukan proses humanisasi, yang terjadi justru adalah
proses dehumanisasi.

Kuntowijoyo lalu mengusulkan humanisme teosentris sebagai ganti humanisme


antroposentris untuk mengangkat kembali martabat manusia. Dengan konsep ini, manusia harus
memusatkan diri pada Tuhan, tetapi tujuannya adalah untuk kepentingan manusia (kemanusiaan)

7
sendiri. Perkembangan peradaban manusia tidak lagi diukur dengan rasionalitas tetapi
transendensi. Humanisasi diperlukan karena masyarakat sedang berada dalam tiga keadaan akut
yaitu dehumanisasi (obyektivasi teknologis, ekonomis, budaya dan negara), agresivitas
(agresivitas kolektif dan kriminalitas) dan loneliness (privatisasi, individuasi)

D. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)


Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) merupakan elemen pertama dari
Peraturan Perundang-Undangan Hak Asasi Manusia Internasional (International Bill of Rights)
yakni suatu tabulasi hak dan kebebasan fundamental. Ketika DUHAM diterima, resolusi itu juga
menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menyebarluaskan isi deklarasi tersebut. Hak
dan kebebasan yang tercantum dalam DUHAM mencakup sekumpulan hak yang lengkap, baik
itu hak sipil, politik, budaya, ekonomi, dan sosial setiap individu maupun beberapa hak kolektif.
Dalam pengertian hukum yang sempit, deklarasi tersebut mengindikasikan pendapat
internasional. Semua anggota PBB sepakat untuk menghormati hak asasi manusia ketika mereka 
masuk dalam organisasi ini. Negara-negara seperti Indonesia yang mencalonkan diri untuk
keanggotaan Dewan Hak Asasi Manusia yang baru, tidak terhindari harus menyatakan
keterikatannya pada DUHAM.
DUHAM tetap menjadi akar dari instrumen hak asasi manusia internasional, bahkan lebih
dari 60 tahun setelah penetapannya. Tidak satu negara pun dapat menanggung kerugian yang
dapat timbul dari pengabaian hak asasi manusia. Sebaliknya, mereka harus memastikan
penghormatan terhadap hak dan kebebasan yang dicantumkan dalam suatu deklarasi sebagai
standar minimum.
Hak-hak yang ditabulasikan dalam DUHAM pada akhirnya berkembang menjadi dua
konvenan internasional yang mengikat secara hukum, yaitu Konvenan Internasional tentang Hak
Sipil dan Politik (KIHSP) dan Konvenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya (KIHESB).
Pada intinya Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (KIHSP) memberikan
dampak hukum kepada Pasal 3-21 DUHAM. Konvenan ini mengandung hak-hak demokratis
yang esensial, kebanyakan terkait dengan berfungsinya suatu negara dan hubungannya dengan
warganegaranya.

8
 Hak untuk Menentukan Nasib Sendiri

Berakar dari dekolonisasi, pada awalnya penentuan nasib sendiri dilihat sebagai mekanisme
suatu negara untuk mendapatkan kemerdekaannya dari kekuatan-kekuatan kolonial. Penggunaan
penentuan nasib sendiri setiap individu tercantum dalam Pasal 21. 

 Hak untuk Hidup

Hak untuk hidup adalah syarat dasar bagi pelaksanaan dan penerimaan hak serta kebebasan
lainnya. Dalam Konvenan Internasional dinyatakan bahwa “hak tersebut harus dilindungi oleh
hukum”. Tidak seorang pun dapat dirampas hidupnya secara sewenang-wenang. Jadi,
penekanannya disini adalah untuk memastikan kerangka yang tepat guna melindungi dan
menghormati hidup. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 1,2, dan 3.

 Kebebasan Menyampaikan Pendapat

Kebebasan untuk menyampaikan pendapat mencakup hak untuk mencari, menerima, dan
menyebarkan gagasan/ide serta informasi. Tentu saja kebebasan untuk menyampaikan pendapat
bukanlah tidak dibatasi sama sekali. Harus ada langkah-langkah yang perlu diambil untuk
memastikan agar kebebasan tersebut tidak disalahgunakan. Kebebasan menyampaikan pendapat
tersebut terdapat pada Pasal 19 dan Pasal 20 menyangkut kebebasan untuk berserikat.

  Hak Beragama dan Keyakinan

Hal ini mencakup semua agama besar, agama lokal, kepercayaan, dan hak untuk tidak
mempercayai apapun. Hal lain yang bahkan mungkin sangat kontroversial yaitu berpindah
agama juga tercakup. Hal ini terdapat pada Pasal 18 yang menjamin kebebasan setiap manusia
untuk berpikir dan memiilih kepercayaan.

  Hak yang sama atas Hukum

Setiap manusia memiliki kedudukan yang sama terhadap hukum dengan tidak memandang suku,
agama, dan RAS. Hak atas hukum tersebut tercantum dalam Pasal 6, 7, 8, 10, dan 11.

9
Konvenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (KIHESB)
merupakan hak-hak dan kebebasan yang terdiri dari hak atas pendidikan, hak pekerja, hak atas
standar hidup yang layak, dan lain sebagainya. Sebagaimana akan dapat terlihat nantinya, hak-
hak ini sering kali saling bergantungan dengan hak sipil dan politik.

 Hak untuk Memperoleh Pendidikan

Hak atas pendidikan merupakan hak asasi manusia yang menjadi suatu sarana mutlak untuk
mewujudkan hak-hak lainnya. Hak atas pendidikan mencakup pendidikan dasar yang wajib,
pendidikan lanjutan, serta kesempatan yang sama untuk memasuki pendidikan tinggi. Kesesuaian
dengan DUHAM Pasal 26 bukan saja mengharuskan pendidikan bebas biaya, namun juga
pendidikan wajib. Ini merupakan sedikit kewajiban positif yang secara eksplisit dibebankan
kepada negara oleh DUHAM.

 Hak Pekerja

Setiap manusia berhak memilih pekerjaan dan mendapatkan upah yang adil serta bebas dari kerja
secara paksa. Setiap manusia juga berhak atas istirahat, termasuk pembatasan jam kerja yang
layak. Hal ini tercantum dalam Pasal 23 dan 24.

 Hak untuk Pengidupan yang Layak

Penjaminan akan kehidupan yang layak bagi individu tercantum dalam beberapa pasal yang
terdapat dalam DUHAM. Pasal 4, 5, 9, 12, dan 13 menekankan kedudukan manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang setara dan tidak boleh diperlakukan secara tidak menusiawi serta
harus dihargai hak privasinya masing-masing. Pasal 16 menjamin kebebasan manusia yang
sudah dewasa untuk menikah dan berkeluarga. Hak sosial pada anak juga tercantum pada Pasal
25. Penjaminan hak sosial budaya serta kebebasan individu untuk mengembangkan kepribadian
tercantum pada Pasal 27 dan 29. Pasal 30 menekankan betapa pentingnya deklarasi ini agar
selalu ditaati dan dijunjung tinggi sebagai dasar atas penghormatan kita akan hak asasi manusia
itu sendiri.

10
E. HAM di Indonesia
HAM sebagai nilai universal telah dimuat dalam Konstitusi RI, baik dalam pembukaan
UUD 1945 alinea ke-4 maupun dalam batang tubuh UUD 1945 dan dipertegas dalam
amandemen UUD 1945. Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM sebagai bentuk tanggung jawab moral dan hukum Indonesia sebagai anggota PBB dalam
penghormatan dan pelaksanaan Deklarasi Universal HAM/Universal Declaration on Human
Rights (UDHR) tahun 1948 serta berbagai instrumen HAM lainnya mengenai HAM yang telah
diterima Indonesia.

F. Hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia


Negara Hukum haruslah memiliki ciri atau syarat mutlak bahwa negara itu melindungi dan
menjamin Hak Asasi Manusia setiap warganya. Dengan demikian jelas sudah keterkaitan antara
Negara hukum dan Hak Asasi Manusia, dimana Negara Hukum wajib menjamin dan melindungi
Hak Asasi Manusia setiap warganya.
Perumusan ciri-ciri Negara Hukum yang dilakukan oleh F.J. Stahl, yang kemudian ditinjau
ulang oleh International Commision of Jurist pada Konferensi yang diselenggarakan di Bangkok
tahun 1965, yang memberikan ciri-ciri sebagai berikut:
   Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu konstitusi harus pula
menentukan cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin;
1. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
2. Pemilihan Umum yang bebas;
3. Kebebasan menyatakan pendapat
4. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi
5. Pendidikan Kewarganegaraan.

G. Keadilan Dalam Hukum Indonesia

Di Indonesia tentu saja HAM (Hak Asasi Manusia) sangat dijungjung tinggi, seperti yang
tertulis pada pasal 28 dalam Undang – Undang Dasar (UUD) yang berbunyi:

11
Pasal 28

1. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

2. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja.

3. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

4. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

Selain dalam UUD keadilan juga terdapat dalam dasar Negara Indonesia dalam sila ke-5
yang berbunyi “Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”
Namun pelanggaran HAM di Indonesia masih saja terjadi berulang-ulang meskipun telah ada
undang-undang yang memberikan perlindungan normatif. Kasus pelanggaran HAM yang terjadi
secara berulang-ulang dikarenakan pola pikir pemerintah yang berorientasi pada upaya untuk
mengumpulkan dan mengakumulasikan kapital.

Pelanggaran HAM di Indonesia berasal dari akar struktural, bukan karena kesalahan maupun
kejahatan seseorang. Sebagai contoh, pemerintah mengizinkan bahkan membiarkan sebuah
perusahaan yang akan memperluas lahan perkebunan, penambangan, dan proyek meskipun hal
tersebut merugikan dan bahkan melanggar HAM masyarakat.

Maraknya pelanggaran HAM disebabkan oleh gagalnya pengadilan dalam memberikan


keadilan pada aneka pelanggaran HAM masa lalu. Berbagai persitiwa pelanggara HAM yang
dibiarkan berlarut-larut tanpa ada proses pengadilan melemahkan ingatan masyarakat serta
memburamkan sejarah masa lalu bahwa telah terjadi pelanggaran HAM. Akibatnya, sejarah akan
bingung mencatat siapa yang sesungguhnya menjadi algojo dan siapa yang sesungguhnya
menjadi korban.

H. Pokok-Pokok Etika Dalam Kehidupan Berbangsa

12
Pokok pokok kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan,
sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjaga
kehormatan serta martabat diri sebagai warga negara. Etika kehidupan berbangsa ini meliputi:

a. Etika sosial dan budaya Etika sosial dan budaya bertolak dari rasa kemanusiaan yang
mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling
menghargai, saling mencintai dan saling menolong diantara sesama manusia dan warga
bangsa. Sejalan dengan itu, perlu menumbuh kembangkan kembali budaya malu, yakni malu
berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai lihur
budaya bangsa.
b. Etika politik pemerintah Ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintah yang
bersih,efesian dan  efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang
bercirikan keterbukaan,rasa tanggung jawab,tanggap akan aspirasi rakyat,menghargai
perbedaan,jujur dalam persaingan,kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih
benar,serta menjungjung tinggi hak asasi manusia dan keseimabangan antara hak dan
kewajiban dalam kehidupan berbangsa.
c. Etika ekonomi dan bisnis Ini dimaksudkan agar prinsip dan prilaku ekonomi dan
bisnis,baik perorangan,instansi maupun mengambil keputusan dalam bidang ekonomi dapat
dalam melahirkan kondisi dan realitas,ekonomi yang bercirikan persaingan yang
jujur,berkeadilan,mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi,daya tahan ekonomi dan
kemampuan saing,dan terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayan ekonomi yang
berpihak kepada rakyat kecil.
d. Etika penegakan hukum yang berkeadilan Etika penegakan hukum yang berkeadilan
dimaksud untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial.Ketenangan dan keteraturan
hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan tehadap hukum dan seluruh
peraturan yang berpihak pada keadilan.
e. Etika keilmuan Etika keilmuan ini dimaksudkan untuk menjungjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan,ilmu pengetahuan dan tekhnologi agar rakyat mamp menjaga harkat dan
martabatnya,berpihak pada kebenaran untuk mencapai kamslahatan dan kemajuan sesuai
denagan nilai-nilai agama dan budaya. Etika keilmuan menegaskan pentingnya budaya kerja
keras dengan menghargai memanfaatkan waktu,disiplin dalam berfikir dan berbuat,serta
menepati janji dan komitmen diri untuk mencapai hasil yang terbaik.

13
f. Etika lingkungan menegaskan pentingnya kesadaran menghargai dan melestarikan
lingkungan hidup,seta penataan tata ruang secara berkelanjutan dan bertaggung jawab.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat
bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.

Dalam kehidupan bernegara, HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan, dimana
setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu
instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan
HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

B. Saran

Upaya agar sadar akan pentingnya Hak Asasi Manusia, maka penulis memberikan saran-
saran sebagai berikut:

1. Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri.

2. Kerjasama antara Pemerintah daerah dan warga masyarakat Daerah perlu ditingkatkan.

3. Kita harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain

4. Pemerintah khususnya pihak kepolisian harus bisa menjadi sarana dalam menyelesaikan
masalah pelanggaran HAM.

5. Pemerintah harus bisa bekerjasama dengan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan


rakyat.

15
6. Pelanggaran hak asasi manusia di negara Indonesia khususnya di Daerah Jawa Barat,
seharusnya ditanggapi dengan cepat dan tanggap oleh pemerintah dan disertai peran serta
masyarakat.

7. Dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM
kita dengan HAM orang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Hak Asasi Manusia

https://agil-asshofie.blogspot.com/2012/01/sejarah-dan-perkembangan-hak-asasi.html

Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM)

http://artikelddk.com/sejarah-perkembangan-hak-asasi-manusia-ham/

Humanisasi Perang
http;//id.m.wikipedia.org

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA (DUHAM)


http://kelaspshamb.blogspot.com/2011/03/deklarasi-universal-hak-asasi-manusia.html?m=1

HAM di Indonesia

https://kemlu.go.id/portal/id/read/40/halaman_list_lainnya/indonesia-dan-hak-asasi-manusia

Hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia


http://suraya-atika.blogspot.com/2014/08/negara-hukum-dan-ham-hak-asasi-manusia.html

Keadilan Dalam Hukum Indonesia

https://indirayuniar28.wordpress.com/2016/01/11/keadilan-ham-di-indonesia/

POKOK-POKOK ETIKA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA

http://emma-etikadalamorganisasipemerintah.blogspot.com/2011/09/pokok-pokok-etika-dalam-
kehidupan.html

17

Anda mungkin juga menyukai