Anda di halaman 1dari 3

a.

Pengertian Discovery Learning

Istilah discovery learning diungkapkan pertama kali oleh Bruner yang berlawanan dengan
reception learning (belajar penerimaan). Menurut Kosasih (2014: 83) pembelajaran discovery
learning merupakan nama lain dari pembelajaran penemuan. Sesuai dengan namanya, model
ini mengarahkan siswa untuk dapat menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang
dilaksanakannya. Siswa dilatih untuk terbiasa menjadi seorang saintis (ilmuan).

Maka dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah suatu model untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan
mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam
kehidupan bermasyarakat.

b. Tahapan Discovery Learning


Menurut Syah (2014), tahapan dan prosedur dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
model penemuan terbimbing (discovery learning) di kelas secara umum adalah sebagai
berikut:
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Memulai kegiatan proses belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
mebaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah
2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengindentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah)
3) Data collection (pengumpulan data)
Memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
4) Data processing (pengolahan data)
Mengolah data dan informasi yang telah diperoleh oleh para siswa melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan
5) Verification (pentahkikan)
Melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi, dihubungkan denga hasil data processing
6) Generalization (generalisasi)
Menarik sebuah simpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
c. Tujuan Pembelajaran Discovery Learning

Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan,

yakni sebagai berikut:

a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

b. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang

efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain.

c. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-

konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.

d. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi

konkrit maupun abstrak

d. Kelebihan metode discovery leaarning (kemendikbud, 2013) adalah sebagai


berikut :
1. Membantu siswa untukmemperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
2. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri.
3. Meningkatkan tingkat penghargaaan pada siswa, karena unsur berdiskusi.
4. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
5. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah
pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

Sementara itu kekurangannya menurut kemendikbud (2013) adalah sebagai


berikut :

1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
3. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspe konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.

e. Discovery Learning dalam Matematika dan Kurikulum 2013


Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model ini
sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut.
Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat
menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh
siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari (Markaban,
2006).
Model pembelajaran penemuan terbimbing berakhir dengan proses siswa menemukan
konsep materi yang dipelajari dan menyimpulkan sendiri temuannya berdasarkan
kemampuan pemahamannya sendiri. Menurut Eggen dan Kauchak (2012), pengetahuan siswa
dan pemahamannya tentang suatu konsep bisa diukur melalui empat cara, yakni kita dapat
meminta mereka untuk:
a) Mendefinisikan konsep
b) Mengidentifikasi karakteristik-karakeristik konsep
c) Menghubungkan konsep dengan konsep-konsep lain
d) Mengidentifikasi atau memberikan contoh dari konsep yang belum pernah dijumpai
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai