Anda di halaman 1dari 16

Momentum Linier

NAMA MAHASISWA :KEVIN SIMARMATA


NIM : 5183121035
KELAS : fisika A

MATA KULIAH :FISIKA TEKNIK


DOSEN PENGAMPU : Dr. Bonaraja Purba, M.Si.

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Medan, 2019
MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

1. PUSAT MASSA

Dalam gerak translasi, tiap titik pada benda mengalami pergeseran yang sama
dengan titik lainnya sepanjang waktu, sehingga gerak dari salah satu partikel
dapat menggambarkan gerak seluruh benda. Tetapi, walaupun di dalam
geraknya, benda juga berotasi atau bervibrasi, akan ada satu titik pada benda
yang bergerak serupa dengan gerak partikel, titik tersebut disebut pusat massa.

m1 m2 mn

x1

x2

xn

Misalkan terdapat n buah partikel dengan massa masing-masing, m1, m2,


..., mn, sepanjang garis lurus dengan jarak dari titik asal masing-masing x1, x2,
..., xn didefinisikan mempunyai koordinat pusat massa :

m1x1 + m2x2 + ... + mn xn

m1 + m2, + ... + mn

 mixi

 mi

 mixi

M
Dengan cara yang sama bila partikel terdistribusi dalam 3 dimensi (ruang),
koordinat pusat massanya adalah

 mixi

 miyi

 mizi

Untuk benda pejal, misalkan bola, silinder dsb, dianggap benda tersebut
tersusun atas partikel-partikel yang terdistribusi secara kontinu. Bila benda
terbagi menjadi n buah elemen dengan massa masing-masing m dan untuk m
0 koordinat pusat massanya :

 mixi  x dm  x dm

 mi  dm M

 miyi  y dm  y dm

 mi  dm M

 mizi  z dm  z dm

 mi  dm M

2. GERAK PUSAT MASSA


Terdapat sekumpulan partikel dengan massa masing-masing : m1, m2 , ... , mn
dengan massa total M. Dari teori pusat massa diperoleh :

M rpm = m1r1 + m2r2 + ... + mn rn

dengan rpm adalah pusat massa susunan partikel tersebut.

Bila persamaan tersebut dideferensialkan terhadap waktu t, diperoleh

M drpm /dt= m1 dr1/dt + m2 dr2/dt + ... + mn drn/dt

M vpm = m1v1 + m2v2 + ... + mn vn

Bila dideferensialkan sekali lagi, diperoleh

M dvpm /dt= m1 dv1/dt + m2 dv2/dt + ... + mn dvn/dt

M apm = m1 a1 + m2 a2 + ... + mn an

Menurut hukum Newton, F = m a, maka F1 = m1 a1, F2 = m2 a2 dst.

F1

F2
Fn

M apm = F1 + F2 + ... + Fn

Jadi massa total dikalikan percepatan pusat massa sama dengan jumlah vektor
semua gaya yang bekerja pada sekelompok partikel tersebut. Karena gaya
internal selalu muncul berpasangan (saling meniadakan), maka tinggal gaya
eksternal saja

M apm = Feks

Pusat massa suatu sistem partikel bergerak seolah-olah dengan seluruh sistem
dipusatkan di pusat massa itu dan semua gaya eksternal bekerja di titik tersebut.

3. MOMENTUM LINEAR

Untuk sebuah partikel dengan massa m dan bergerak dengan kecepatan


v, didefinikan mempunyai momentum :

p = m v.

Untuk n buah partikel, yang masing, masing dengan momentum p1, p2 , ... , pn,
secara kesuluruhan mempunyai momentum P,

P = p1 + p2 + ... + pn
P = m1v1 + m2v2 + ... + mn vn

P = M vpm

“Momentum total sistem partikel sama dengan perkalian massa total sistem
partikel dengan kecepatan pusat massanya”.

dP/dt = d(Mvpm)/dt

= M dvpm/dt

dP/dt = M apm

Jadi

Feks = dP/dt

4. KEKEKALAN MOMENTUM LINEAR

Jika jumlah semua gaya eksternal sama dengan nol maka,

dP/dt = 0

atau

P = konstan

Bila momentul total sistem P = p1 + p2 + ... + pn, maka


p1 + p2 + ... + pn = konstanta = P0

Momentum masing-masing partikel dapat berubah, tetapi momentum sistem


tetap konstan.

5. SISTEM DENGAN MASSA BERUBAH

t t + t

M M M - M

v u v + v

Sebuah sistem bermassa M dengan pusat massa bergerak dengan kecepatan v.


Pada sistem bekerja gaya eksternal Feks.

Selang waktu t sistem melepaskan massaM yang pusat massanya bergerak


dengan kecepatan u terhadap pengamat dan massa sistem berubah menjadi M -
M dan kecepatannya menjadi v + v.

Dari hukum Newton,

Feks = dP/dt

Feks  P/t = (Pf -Pi)/ t


dengan Pi adalah momentum mula-mula = M v, dan

Pf adalah momentum akhir = (M - M) (v + v) + M u

Feks  [{(M - M) (v + v) + M u} - M.v ] /t

Feks = M v/t + [ u - (v + v) ] M/t

Untuk v 0,

v/t  dv/dt

M/t  - dM/dt

v  0

maka Feks = M dv/dt + v dM/dt - u dM/dt

atau

Feks = d(Mv)/dt - u dM/dt

atau

Feks = M dv/dt + (v - u) dM/dt

M dv/dt = Feks + (u - v) dM/dt

dimana (u - v) merupakan kecepatan relatif massa yang ditolakkan terhadap


benda utamanya.

M dv/dt = Feks + vrel dM/dt

Untuk kasus roket, vrel dM/dt merupakan daya dorong roket.

6. IMPULS dan MOMENTUM

Dalam suatu tumbukan, misalnya bola yang dihantam tongkat pemukul,


tongkat bersentuhan dengan bola hanya dalam waktu yang sangat singkat,
sedangkan pada waktu tersebut tongkat memberikan gaya yang sangat besar
pada bola. Gaya yang cukup besar dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat
ini disebut gaya impulsif.

v v’

Perubahan gaya impulsif terhadap waktu ketika terjadi tumbukan :

F(t)

Fr

t
t
Tampak bahwa gaya impulsif tersebut tidak konstan. Dari hukum ke-2 Newton
diperoleh
F = dp/dt

tf pf

 F dt =  dp

ti pi

tf

I =  F dt = p = Impuls

ti

Dilihat dari grafik tersebut, impuls dapat dicari dengan menghitung luas daerah
di bawah kurva F(t) (yang diarsir). Bila dibuat pendekatan bahwa gaya tersebut
konstan, yaitu dari harga rata-ratanya, Fr , maka

I = Fr t = p

Fr = I /t =p/t

“ Impuls dari sebuah gaya sama dengan perubahan momentum partikel “.

7. KEKEKALAN MOMENTUM DALAM TUMBUKAN


F12 F21

m1 m1 m2

Dua buah partikel saling bertumbukan. Pada saat bertumbukan kedua partikel
saling memberikan gaya (aksi-reaksi), F12 pada partikel 1 oleh partikel 2 dan F21
pada partikel 2 oleh partikel 1.

Perubahan momentum pada partikel 1 :

tf

p1=  F12 dt = Fr12 t

ti

Perubahan momentum pada partikel :


tf

p2 =  F21 dt = Fr21 t

ti

Karena F21 = - F12 maka Fr21 = - Fr12

oleh karena itu p1 = - p2

Momentum total sistem : P = p1 + p2 dan perubahan momentum total


sistem :

P = p1 + p2 = 0

“Jika tidak ada gaya eksternal yang bekerja, maka tumbukan tidak
mengubah momentum total sistem”.

Catatan : selama tumbukan gaya eksternal (gaya grvitasi, gaya gesek)


sangat kecil dibandingkan dengan gaya impulsif, sehingga gaya eksternal
tersebut dapat diabaikan.

8. TUMBUKAN SATU DIMENSI

Tumbukan biasanya dibedakan dari kekal-tidaknya tenaga kinetik selama


proses. Bila tenaga kinetiknya kekal, tumbukannya bersifat elstik.
Sedangkan bila tenaga kinetiknya tidak kekal tumbukannya tidak elastik.
Dalam kondisi setelah tumbukan kedua benda menempel dan bergerak
bersama-sama, tumbukannya tidak elastik sempurna.
8.1. Tumbukan elastik

sebelum sesudah

m1 m2 m1 m2

v1 v2 v’1
v’2

Dari kekekalan momentum :

m1 v1 + m2 v2 = m1v’1 + m2v’2

Dari kekekalan tenaga kinetik :

1/2 m1 v12 + 1/2m2 v22 = 1/2m1v’12 + 1/2 m2v2’2

Dan diperoleh : v1 - v2 = v’2 - v’1


8.2. Tumbukan tidak elastik

Dari kekekalan momentum :

m1 v1 + m2 v2 = m1v’1 + m2v’2

Kekekalan tenaga mekanik tidak berlaku, berkurang/bertambahnya tenaga


mekanik ini berubah/berasal dari tenaga potensial deformasi (perubahan
bentuk).

Dari persamaan ketiga tumbukan elastis dapat dimodifikasi menjadi :

v1 - v2

v’1 - v’2

e : koefisien elastisitas,

e=1 untuk tumbukan elastis

0 < e < 1 untuk tumbukan tidak elastis

e = 0 untuk tumbukan tidak elastis sempurna

8.3. Tumbukan tidak elastis sempurna.

Pada tumbukan ini setelah tumbukan kedua benda bersatu dan bergerak
bersama-sama. Dari kekekalan momentum :

m1 v1 + m2 v2 = (m1 + m2)v’
9. TUMBUKAN DUA DIMENSI

v’2

m2 2
m1 v1 1 x

v’1

Dari kekekalan momentum , untuk komponen gerak dalam arah x :

m1 v1 = m1v’1 cos 1+ m2v’2 cos 2

untuk komponen gerak dalam komponen y :

0 = m1v’1 sin 1- m2v’2 sin 2


Bila dianggap tumbukannya lenting :

1/2 m1 v12 + 1/2m2 v22 = 1/2m1v’12 + 1/2 m2v2’2

Bila keadaan awal diketahui, masih ada 4 besaran yang tidak diketahui,

tetapi persaamannya hanya 3, oleh karena itu slah satu besaran

keadaanakhir harus diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C.2001. Fisika Jilid I.Jakarta : Penerbit Erlangga.

Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta : Penebit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai