Anorganik Sintesis Anti TBC
Anorganik Sintesis Anti TBC
Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum atau
dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun. (dahulu TB disebut penyakit
"konsumsi" karena orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan.)
Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif
bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan mikroskopis
dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh. Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung
pada tes tuberkulin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan dan
memerlukan pemberian banyak macam antibiotik dalam jangka waktu lama. Orang-orang yang
melakukan kontak juga harus menjalani tes penapisan dan diobati bila perlu. Resistensi
antibiotik merupakan masalah yang bertambah besar pada infeksi tuberkulosis resisten multi-
obat (TB MDR). Untuk mencegah TB, semua orang harus menjalani tes penapisan penyakit
tersebut dan mendapatkan vaksinasi basil Calmette–Guérin.
Secara struktural, asam mikolat terdiri dari rantai asam lemak panjang yang memiliki
berbagai macam gugus fungsi, yaitu ikatan rangkap, keto, ester, etoksi, metoksi, dan cincin
siklopropana. Asam lemak ini merupakan salah satu faktor terpenting terhadap ketahanan bakteri.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, sudah lebih dari dua ratus senyawa ditiokarbamat baru
telah berhasil disintesis dan hampir lima puluh senyawa hasil sintesis berhasil diketahui
strukturnya. Disamping itu, uji aktivitas seperti antimikroba, antikanker, dan antioksidan juga
dilakukan terhadap sebagian besar kompleks ditiokarbamat yang telah disintesis.
Salah satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk membentuk ion
kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital
kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul
atau anion tertentu membentuk ion kompleks. Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi
anion-anion atau molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion
pusat atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan. Banyaknya
ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan koordinasi. Ion pusat merupakan ion
unsur transisi, dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari
ligan menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat. Ligan
adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan elektron bebas kepada ion pusat.
Ligan ada yang netral dan bermuatan negatif atau positif. Pemberian nama pada ligan disesuaikan
dengan jenis ligannya. Bila ada dua macam ligan atau lebih maka diurutkan menurut abjad.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan
satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam
pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen
koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa
kompleks memiliki bilangan koordinasi dan struktur bermacam-macam. Mulai dari bilangan
koordinasi dua sampai delapan dengan struktur linear, tetrahedral, segiempat planar, trigonal
bipiramidal dan oktahedral. Namun kenyataan menunjukkan bilangan koordinasi yang banyak
dijumpai adalah enam dengan struktur pada umumnya oktahedral.
Logam-logam transisi seperti Mn(II), Cu(II) merupakan asam yang baik dalam
pembentukan senyawa kompleks dengan ligan basa Schiff. Prinsip yang digunakan adalah prinsip
reaksi kondensasi dimana dua atau lebih molekul bergabung menjadi satu molekul yang lebih
besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil seperti reaksi pada ligan basa Schiff
turunanan dari karbazona dan anilina. Sintesis ligan basa Schiff melalui reaksi kondensasi yang
terjadi pada 1,5 dimethylkarbazona dan anilina, menunjukkan bahwa keduanya mempunyai
nitrogen dan oksigen yang merupakan donor karena memiliki pasangan elektron bebas yang dapat
disumbangkan dalam ikatan kovalen koordinasi yang terbentuk dalam senyawa kompleks. Ligan
inilah yang kemudian akan diikatkan atau digabungkan dengan logam-logam transisi seperti
Mn(II), Cu(II) membentuk senyawa kompleks. Ligan yang terbentuk tergolong dalam ligan
multidentat atau ligan khelat, tergantung dari banyaknya tempat yang dapat diikat oleh atom pusat.
Senyawa kompleks yang terbentuk dari ligan basa Schiff dan ion logam transisi merupakan
katalisator, dan dalam prosesnya terjadi hibridisasi yang berbeda-beda untuk tiap logam. Struktur
senyawa kompleks dapat dijelaskan melalui teori ikatan valensi, teorimedankristal dan teori orbital
molekul.
Ditiokarbamat telah ditemukan bereaksi sebagai ligan bidentat dan melakukan koordinasi
dengan logam melalui kedua atom sulfurnya. Sejumlah besar senyawa ditiokarbamat diketahui
terikat dengan CS2 dalam pola koordinasi. Pengkompleksan logam dengan ligan ditiokarbamat
juga tidak lepas dari prinsip HSAB. Pearson (1963) mengatakan bahwa logam timbal(II) bersifat
asam menengah, sedangkan ditiokarbamat merupakan basa lunak. Ditinjau dari sifat ini, logam
dan ligan ditiokarbamat bisa membentuk kompleks yang berbeda dari sifat aslinya. Penambahan
kompleks logam dengan ditiokarbamat bisa mengubah struktur kompleks asam mikolat pada
bakteri Mycobacterium tuberculosis tersebut sehingga mengurangi daya tahan sel bakteri.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas yang umum dipakai
dalam laboratorium, corong, neraca analitik, desikator, cawan petri, magnetic stirrer, peralatan
pengukur melting point Elektrothermal, spektrofotometer Uv-Vis Probe Shimadzu, dan
spektrofotometer infra red Prestige 21 8400S
Dari serangkaian penelitian ini diperoleh hasil sintesis senyawa kompleks, uji titik leleh,
dan pengukuran konduktivitas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pb(II)-heptimetilditiokarbamat
Uji terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis ini dilakukan selama 6 minggu. Pada minggu
keenam, dapat disimpulkan bahwa Pb(II)-heptilmetilditiokarbamat efektif digunakan sebagai anti
tuberkulosis. Kemampuan suatu senyawa untuk digunakan sebagai anti tuberkulosis bergantung
pada kemampuan mengubah struktur penyusun asam mikolat pada dinding sel bakteri. Pada
struktur asam mikolat, logam dapat membentuk cincin dengan atom O gugus hidroksil dan atom
O gugus karbonil. Pada penelitian ini, ligan ditiokarbamat digunakan sebagai mobilisator logam
untuk membentuk ikatan dengan asam mikolat pada bakteri. Dengan mengubah struktur dari asam
mikolat, maka daya tahan bakteri semakin menurun.
Logam Pb(II) juga telah diuji aktivitasnya pada bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagai
perbandingan. Hasil uji aktivitas logam dapat dilihat pada Gambar 6.
Dari penelitian ini diketahui bahwa logam tersebut yang bukan dalam bentuk kompleks
tidak bisa digunakan sebagai anti tuberkulosis. Hal ini disebabkan karena logam tersebut
dimanfaatkan oleh bakteri sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya.