Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA


PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil

pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen atau dapat diolah lebih lanjut

melalui kegiatan produksi. Penanganan pascapanen padi meliputi semua kegiatan

perlakuan dan pengolahan yang meliputi proses pemotongan, perontokan,

pengangkutan, perawatan dan pengeringan, penyimpanan, penggilingan,

penyosohan, pengemasan, penyimpanan, dan pengolahan. Teknologi penggilingan

sangat menentukan kuantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Untuk itu

penanganan proses penggilingan padi perlu diperhatikan secara kontinu agar

permintaan konsumen dapat dipenuhi (Setyono, 1994).

Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian mesin-mesin yang berfungsi

melakukan proses giling gabah, yaitu dari bentuk gabah kering giling sampai

menjadi beras siap dikonsumsi (Partiwi, 2006). Sistem penggilingan padi yang

dikenal di Indonesia biasa disebut pabrik penggilingan padi. Pada umumnya

sistem penggilingan padi terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu husker, separator,

dan polisher. Bagian lainnya hanya merupakan pendukung agar dapat

memperoleh hasil akhir yang lebih baik (Anonimus, 2009).

Untuk menjalankan rangkaian penggilingan padi diperlukan rangkaian mesin/alat

yang keseluruhannya disebut sistem penggilingan padi. Rangkaian mesin-mesin

tersebut berfungsi mengupas kulit gabah (sekam), memisahkan gabah yang belum

terkupas dengan beras yang telah terkupas (beras pecah kulit), melepaskan lapisan

Universitas Sumatera Utara


bekatul daari beras pecah kulit dan terakhir memoles beras hingga siap

dikonsumsi dan memiliki penampakan yang menarik (Anonimus, 2009).

Salah satu penyebab rendahnya rendemen dan mutu hasil penggilingan padi serta

tingginya kehilangan hasil (susut penggilingan) adalah disebabkan dari peralatan

dan mesin penggilingan. Untuk dapat memperoleh hasil penggilingan yang

maksimal perlu memahami unit-unit komponen dan mesin penggilingan padi

(Anonimus, 2009).

Gambar 1. Mesin Penggiling Padi

Terdapat dua sistem kerja penggilingan padi, yaitu one pass dan two pass. One

pass yaitu sistem penggilingan padi yang menggunakan satu alat yang berfungsi

ganda yaitu memecah kulit sekaligus sebagai alat penyosoh,sedangkan two pass

adalah sistem penggilingan padi dengan menggunakan dua alat yang terdiri dari

alat pemecah kulit dan alat penyosoh (Kobarsih et al, 2006). Mesin-mesin yang

dipakai dalam sistem penggilingan padi dapat berupa rangkaian yang lengkap atau

Universitas Sumatera Utara


hanya rangkaian beberapa buah mesin. Kelengkapan rangkaian mesin akan

mempengaruhi kualitas akhir penggilingan (Anonimus, 2009).

Pemecahan atau pengelupasan kulit bertujuan untuk melepaskan kulit gabah

dengan kerusakan sekecil mungkin pada butiran beras. Bagian-bagian yang akan

dilepaskan adalah palea, lemma, dan glume atau keseluruhan disebut sekam.

Mesin yang dipakai adalah husker, huller, atau sheller. Sebagian besar gabah yang

dimasukan ke dalam mesin pemecah kulit akan terkelupas dan masih ada sebagian

kecil yang belum terkelupas. Butiran gabah yang terkelupas akan terlepas menjadi

dua bagian, yaitu beras pecah kulit dan sekam. Gabah yang belum terkelupas

dapat berupa gabah utuh atau gabah yang telah pecah kulitnya, namun sekam

belum terlepas dari butiran berasnya. Selanjutnya butiran gabah yang belum

terkelupas harus dipisahkan dari beras pecah kulit dan sekam untuk dimasukan

kembali ke dalam mesin pemecah kulit (Anonimus, 2009).

Pemisahan sekam dilakukan setelah pemecahan kulit. Tujuan pemisahan sekam

adalah memisahkan sekam dari beras pecah kulit dan gabah utuh yang belum

terkupas selama proses pemecahan kulit. Sekam harus dipisahkan karena

penyosohan tidak akan berfungsi baik apabila beras pecah kulit masih bercampur

sekam. Disamping itu, tanpa pemisahan sekam persentase beras patah pada

penyosohan akan lebih tinggi dan kualitas beras sosoh akan menjadi rendah.

Mesin yang digunakan untuk pemisahan ini disebut husk aspirator atau aspirator.

Prinsip pemisahan sekam sangat sederhana, yaitu memisahkan sekam dari beras

pecah kulit dan gabah utuh berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Pada umumnya

mesin pemisah sekam dilengkapi dengan kipas yang berfungsi menghisap sekam

Universitas Sumatera Utara


dan debu. Beras pecah kulit dan gabah akan tetap mengalir ke bawah karena tidak

terhisap oleh kipas akibat gaya beratnya (Anonimus, 2009).

Setelah proses pemecahan kulit dan pemisahan sekam akan dihasilkan campuran

beras pecah kulit dan gabah yang masih utuh. Beras pecah kulit dan gabah utuh

harus dipisahkan karena memerlukan penanganan yang berbeda. Beras pecah kulit

akan diteruskan ke mesin penyosoh, sedangkan gabah utuh akan dikirim kembali

ke mesin pemecah kulit. Mesin yang digunakan adalah paddy separator atau

separator. Semakin tinggi efisiensi mesin pemecah kulit maka semakin tinggi

jumlah beras pecah kulit yang dihasilkan dan semakin rendah jumlah gabah utuh

yang tidak terkelupas (Anonimus, 2009).

Beras pecah kulit yang dihasilkan pada proses pemecahan kulit (husking) masih

mengandung lapisan bekatul yang membuat beras berwarna gelap kecoklatan dan

tidak bercahaya. Disamping penampakannya yang kurang menarik, adanya

bekatul pada beras juga membuat rasa nasi kurang enak meskipun bekatul

memiliki nilai gizi tinggi. Untuk membuang lapisan bekatul dari butiran beras

dilakukan suatu tahap kegiatan yang disebut penyosohan. Tahap ini disebut juga

tahap whitening atau polishing. Disebut whitening karena tahap ini berfungsi

merubah beras menjadi beras putih, sedangkan disebut polishing karena

permukaan beras digosok untuk membuang lapisan bekatul sehingga didapat beras

putih. Hasil dari tahap ini adalah beras sosoh yang berwarna putih dan hasil

sampingan berupa dedak dan bekatul. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tahap

ini biasanya dilakukan beberapa kali, baik pada mesin yang sama atau mesin yang

berbeda. Mesin-mesin yang dipakai dalam kegiatan penyosohan disebut whitener

atau polisher dan dapat ditambah dengan mesin pengkilap serta pencuci (refiner)

Universitas Sumatera Utara


yang berfungsi mengkilapkan dan mencuci permukaan beras. Proses penyosohan

dapat dilakukan sekali atau beberapa kali bergantung pada kualitas beras sosoh

yang diinginkan. Hasil penelitian (Partiwi, 2006) menyebutkan semakin sering

proses penyosohan dilakukan, maka beras sosoh yang dihasilkan makin putih dan

beras patah yang dihasilkan makin banyak (Anonimus, 2009).

2.2 Landasan Teori

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak

hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat

dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang

maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2001).

Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis

adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan

manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan

pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk

membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai

apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 2001).

Modal dapat diartikan secara fisik dan bukan fisik. Dalam artian fisik modal

diartikan sebagai segala hal yang melekat pada faktor produksi yang dimaksud,

seperti mesin-mesin dan peralatan-peralatan produksi, kendaraan serta bangunan.

Modal juga dapat berupa dana untuk membeli segala input variabel untuk

digunakan dalam proses produksi guna menghasilkan output produksi

(Teguh, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Biaya modal kerja dalam kegiatan usaha/proyek terdiri dari biaya tetap dan biaya

tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya

produksi yang dihasilkan, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan,

bunga bank, asuransi, dan lainnya. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang

dikeluarkan untuk membeli bahan mentah/bahan pembantu, biaya transportasi,

biaya pemasaran, dan lainnya (Ibrahim, 2009).

Analisis kriteria investasi merupakan salah satu alat dalam mengambil keputusan,

apakah gagasan usaha (proyek) yang dinilai dapat diterima atau ditolak. Diterima

dalam pengertian studi kelayakan bisnis adalah feasible untuk dilaksanakan dan

dikembangkan karena dapat menghasilkan benefit dilihat dari segi financial

benefit sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam studi kelayakan.

Kriteria investasi yang digunakan dalam bentuk kegiatan produksi adalah Net

Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net

B/C), dan Payback Period (PP) (Ibrahim, 2009).

Teori Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai

berbagai faktor produksi dalam suatu usaha, baik biaya tetap maupun biaya

variabel. Biaya tetap adalah biaya dimana jumlah totalnya tetap walaupun jumlah

yang diproduksi berubah-ubah dalam kapasitas normal. Sedangkan biaya variabel

adalah biaya yang berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume produksi

(Witjaksono, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Dimana:

TC = Total cost (biaya total)

TFC = Total fixed cost (total biaya tetap)

TVC = Total variable cost (total biaya variabel)

(Sukirno, 2005)

Dalam analisis mengenai biaya, konsep-konsep yang lebih diutamakan adalah

biaya rata-rata. Biaya rata-rata dibedakan atas tiga pengertian: biaya tetap rata-rata

(average fixed cost), biaya berubah rata-rata (average variable cost) dan biaya

total rata-rata (average total cost).

a. Average Fixed Cost (AFC)

AFC = TFC/Q

b. Average Variable Cost (AVC)

AVC = TVC/Q

c. Average Total Cost (AC)

AC = TC/Q

Dimana: Q = jumlah produksi tertentu

(Anonimus, 2007)

Efisiensi kinerja produksi adalah ukuran efektivitas funsional suatu mesin,

merupakan perhitungan kapasitas lapang efektif dibagi dengan kapasitas teoritik

dikali 100%. Secara umum dapat dituliskan:

EF = Ce/Ct x 100%

Universitas Sumatera Utara


Dimana:

EF = Efisiensi kinerja mesin

Ce = Kapasitas lapang efektif

Ct = Kapasitas lapang teotitis

Kapasitas lapang efektif adalah rata-rata kecepatan penggarapan yang aktual

menggunakan mesin, didasarkan pada waktu lapang total. Biasanya dinyatakan

dalam hektar per jam atau kg per jam pada mesin.

Kapasitas lapang teoritis sebuah alat adalah laju mesin dalam menampilkan fungsi

seperti yang dimaksud mesin yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut

melakukan kerjanya dengan memanfaatkan 100% waktunya, pada kecepatan maju

teoritisnya dan selalu memenuhi 100% lebar kerja teotitisnya

(Smith dan Wilkes, 1990).

Dalam uji kelayakan finansial, kriteria-kriteria yang digunakan yaitu:

a. Net Preset Value (NPV)

Net present value adalah kriteria investasi yang digunakan dalam mengukur

apakah suatu proyek feasible atau tidak. Secara singkat, formula untuk

menghitung NPV yaitu:


𝑛
(𝐵𝑡 − 𝐶𝑡)
𝑁𝑃𝑉 = �
(1 + 𝑖)𝑡
𝑡=0

Dimana:

Bt = penerimaan total

Ct = biaya total

i = interest rate

Universitas Sumatera Utara


Dengan kriteria:

• Bila NPV ≥ 0, maka usaha tersebut layak dilaksanakan

• Bila NPV < 0, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan

(Ibrahim, 2009).

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net

present value sama dengan nol. Dengan demikian apabila hasil perhitungan IRR

lebih besar dari Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) dikatakan

proyek/usaha tersebut feasible, bila sama dengan SOCC berarti pulang pokok dan

bila di bawah SOCC proyek/usaha tersebut tidak layak. Secara singkat, formula

untuk menghitung IRR yaitu:

𝑛𝑝𝑣1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖 − 𝑖1 )
(𝑛𝑝𝑣1 − 𝑛𝑝𝑣2 ) 2

Dengan kriteria:
• Bila IRR > tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tersebut layak

dilaksanakan.

• Bila IRR < tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tersebut tidak layak

dilaksanakan.

(Ibrahim, 2009).

Universitas Sumatera Utara


c. Net Benefit Cost Ratio (B/C)

Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah

didiscount positif (+) dengan net benefit yang telah didiscount negatif (-). Secara

singkat, formula untuk menghitung B/C yaitu:

∑𝑛𝑖=1 𝑁𝐵𝑖 (+)


𝑁𝑒𝑡 𝐵⁄𝐶 =
∑𝑛𝑖=1 𝑁𝐵𝑖 (−)

Dimana: NB = Net benefit

Dengan kriteria:

• Bila Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak dilaksanakan.

• Bila Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan.

(Ibrahim, 2009).

d. Payback Period (PP)

Payback period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus

penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam

bentuk present value. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga

diperhitungkan untuk mengetahui berapa lama proyek/usaha yang dikerjakan baru

dapat mengembalikan investasi. Secara singkat, formula untuk menghitung PP

yaitu:

𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑃𝑃 = 𝑥 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
𝑘𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Dimana: PP = Payback period

(Ibrahim, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Besarnya penerimaan merupakan total yang diterima perusahaan dari hasil

penjualannya. Secara singkat, formula untuk menghitung besar penerimaan yaitu:

TR = Y . Py

Dimana:

TR = total penerimaan

Y = produksi

Py = harga Y

Menurut Stigler (1947) keuntungan merupakan pendapatan yang diperoleh

produsen dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu semakin besar

keuntungan yang diperoleh perusahaan, semakin besar pula pendapatannya

(Teguh, 2010).

Secara singkat, formula untuk menghitung pendapatan yaitu:

Pd = TR – TC

Dimana:

Pd = pendapatan

TR = total revenue (total penerimaan)

TC = total cost (total biaya)

(Soekartawi, 1993).

Universitas Sumatera Utara


2.3 Kerangka Pemikiran

Penggilingan padi sebagai akhir dari proses produksi beras memerlukan

penanganan khusus. Hal ini dikarenakan proses penggilingan akan mempengaruhi

kuantitas dan kualitas beras. Jumlah permintaan beras meningkat setiap tahunnya

seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia. Usaha

penggilingan padi memiliki posisi yang strategis dalam upaya pemenuhan

permintaan tersebut.

Usaha penggilingan padi memerlukan biaya produksi yang tidak sedikit. Berbagai

biaya tersebut yaitu variable cost (biaya variabel) dan fixed cost (biaya tetap).

Biaya variabel dikeluarkan untuk membayar oli, BBM (solar), maupun biaya

pergantian rubber roll. Sedangkan biaya tetap dikeluarkan untuk membayar upah

tenaga kerja tetap, penyusustan mesin, transportasi, dan pajak.

Dengan usaha penggilingan padi yang efisien, tingkat pendapatan petani pun akan

meningkat. Total penerimaan mereka akan lebih besar bila dibandingkan dengan

cara tradisional. Kehilangan hasil yang biasanya sering terjadi pada cara

tradisional akan diminimalisir oleh alat penggilingan padi sehingga jumlah

produksi akan lebih banyak.

Analisis finansial perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar keuntungan yang

dapat diperoleh dari usaha ini. Berbagai kriteria investasi seperti NPV, IRR, B/C,

dan PP digunakan sebagai indikatornya. Dengan kedua hal tersebut maka akan

diketahui secara finansial apakah usaha penggilingan padi ini layak untuk

dikembangkan.

Universitas Sumatera Utara


Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Usaha Penggilingan Padi

Output Proses Penggilingan


(beras)

Penerimaan

Biaya
produksi

Efisiensi Pendapatan Usaha


produksi Penggilingan Padi

Analisis Finansial

Kelayakan Usaha

Dimana:

: hubungan

: pengaruh

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara


2.4 Hipotesis

1. Efisiensi produksi usaha penggilingan padi di daerah penelitian tinggi.

2. Secara finansial usaha penggilingan padi di daerah penelitian layak

dikembangkan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai