SYSTEM PLANNING
Pada umumnya kesalahan terbesar dalam perencanaan suatu sistem distribusi air minum
ditimbulkan oleh ketidakpastian dalam penetapan kebutuhan air. Salah satu penetapan
kebutuhan air minum ini adalah dengan memperhatikan faktor lokasi. Karekteristik
kebutuhan air minum akibat faktor lokasi tertentu adalah kebutuhan air minum
berdasarkan fungsi pemakaian air oleh pelanggan pada satuan lokasi terkecil pada
jaringan distribusi. Dalam sistem distribusi air minum perkotaan, tujuan penggunaan air
ini dapat diklasifikasikan dalam lima kategori, yaitu: pemakaian rumah tangga,
komersial, industri, institusi, dan fasilitas umum. Pada tiap kategori tersebut mempunyai
nilai konsumsi persatuan langganan yang berbeda menurut tipe penggunaannya.
Penyebaran kebutuhan air minum dalam zona-zona pada jaringan sistem distribusi
tidaklah seragam. Oleh karena itu data kebutuhan air pada tingkat titik simpulnya didapat
dengan langkah-langkah sebagai berikut : (Walski, Gassler & Sjostrom 1990 : 23)
a. Data kebutuhan air minum harian rata-rata ( debit pembebanan) pada suatu titik
simpul dikumpulkan sebagai bagian dari data rekening pembayaran pelanggan (air
minum yang dikonsumsi pelanggan) kemudian dihitung dengan menjumlahkan data
konsumsi air minum yang terkait dengan titik simpul tersebut (menurut batas-batas
penamaan lokasi) sehingga akan memberikan total kebutuhan air minum dari
geografis yang sebenarnya.
b. Jika data kebutuhan air minum yang dikonsumsi tidak terukur secara lengkap maka
perhitungan kebutuhan dapat dilakukan dengan metode pendekatan pengumpulan
pelanggan (aggregrating individual users) yang diusulkan oleh Lina Weaver dkk
(1966) dari Universitas jhon Hopkins dengan langkah-langkah sebagai berikut :
(Walski, 1984 : 98)
III - 1
Langkah pertama adalah menghitung banyaknya rumah tangga (estimasi jumlah
penduduk terlayani), jumlah bangunan industri institusi dan komersial pada tiap
blok yang terkait pada luasan pelayanan suatu titik simpul dari peta jaringan
distribusi.
Kemudian nilai kebutuhan air minum harian menurut tujuan penggunaan air
minum digunakan untuk menghitung estimasi debit pembebanan pada titik simpul
tersebut mengalikannya dengan jumlah pelanggan tiap jenis aktifitas.
Tabel 3.1 Nilai kebutuhan air minum harian untuk bangunan tempat tinggal
III - 2
Tabel 3.3 Nilai kebutuhan air minum harian untuk bangunan selain tempat tinggal
Kebutuhan air untuk pemadam kebakaran pada suatu jaringan distribusi juga
diperhitungkan meskipun kebutuhan ini tidak berdampak langsung bagi nilai
kebutuhan air minum rata-rata melainkan pada nilai kebutuhan puncak sistem, kerena
kebutuhan air untuk pemadam kebakaran hanya berlangsung dalam suatu periode
pendek (bebrapa jam) dalam satu hari.
Kebutuhan air untuk lokasi desa dan Desa Baru non real estate adalah 60
liter/orang/hari.
Kebutuhan air di lokasi perumahan real estate secara umum diperhitungkan
sebagai kota sedang, yaitu sebesar 90 liter/orang/hari.
Jumlah jiwa tiap rumah rumah tangga di lokasi perumahan real estate adalah 5
orang/rumah tangga.
III - 3
Pelayanan sosial air bersih berbentuk hidran umum diperhitungkan sebesar 30
liter/orang/hari.
Perencanaan air efektif sebesar 80% dari jumlah kebutuhan air bersih.
Dari hasil proyeksi tersebut kemudian dikorelasikan dengan jumlah kebutuhan air tiap
satuan yang ditinjau (asumsi-asumsi yang digunakan) akan diperoleh jumlah sebaran
kebutuhan air keseluruhan. Sebaran kebutuhan air tersebut merupakan debit
pengambilan di jaringan pipa distribusi dimana dalam perhitungan hidrolik jaringan
dinayatakan dalam titik-titik pengambilan (node). Proyeksi jumlah kebutuhan air
dalam studi ini adalah ditunjukkan dalam tabel 3.35 s/d tabel 3.39. Sedangkan
sebaran kebutuhan air pada tiap node yang ditinjau adalah seperti ditunjukkan dalam
tabel 3.40 s/d tabel 3.42.
III - 4
B. HIDROLOGI DAN KUALITAS AIR
1. Hidrologi
Penerapan hidrologi dalam perencanaan penyediaan dan pengelolaan air bersih yang
bersumber dari air permukaan (sungai) adalah untuk mengetahui besar ketersediaan
air di pengambilan (intake) dan jumlah kebutuhan air (water demand).
1.1. Iklim
1.1.1. Curah Hujan
Beriklim tropis basah , yang dipengaruhui oleh faktor kosmik ,regional dan lokal .
Secara umum Nusantara dipengaruhui oleh angin musson Barat (Musim penghujan )
dan Musson Timur ( musim kemarau ) . Untuk Kab. Bengkalis pengaruh iklim
mempunyai keunikan ,dari pengolahan data curah hujan stasiun di Kab. Bengkalis
(1978-2002), selama setahun terjadi dua musim hujan diatas rata-rata tahunan ,yakni
musim hujan I (Maret – Mei )dan musim hujan II (September – Desember )
sedangkan musim kemarau terjadi dua kali yakni musim kemarau I ( Januari –
Febuari ) dan musim Kemarau ( Juni-Agustus) . Dari 4(empat) pos hujan
terdistribusikan 2 pos hujan di kepulauan kab. Bengkalis dan 2(dua) pos daratan Riau
, diperoleh curah hujan wilayah Kab. Bengkalis 1966 mm sedangkan sensibilitas
curah hujan dari masing-masing pos hujan menunjukkan Kota Bengkalis lebih
tinggi Curah hujan tahunannya ( 2194 mm ) dan rata-rata bulanan 164 mm/bulan.
Kejadian & besaran curah hujan tahunan di ibu kota Kab. Bengkalis dari catatan pos
observasi Bengkalis (1978-2002) diperoleh curah hujan rata-rata tahunan 2194 mm
dengan curah hujan rata-rata bulanan , curah hujan tahunan terbasah terjadi tahun :
curah hujan tahunan 3504 mm, curah hujan bulan maksimum pada Maret 594 mm
dan sebaliknya curah hujan tahunan terkering terjadi tahun 1992 dengan curah hujan
tahunan 1529 mm , curah hujan bulanan minimum pada Agustus 49 mm
III - 5
Peta Lokasi Stasiun Hujan
III - 6
1.1.2. Evapotranspirasi .
III - 7
Tabel : Evapotranspirasi Kab. Bengkalis ( mm )
Hujan jatuh di dataran rendah mengisi lapisan gambut yang permebilitas relative
kecil dan mempunyai karakter hidrophobi, setelah terisi penuh mengisi lekuk-
lekuk kecil kemudian menjadi limpasan membawa materaial terlarut dari media
gambut didominasi oleh kandungan organik tinggi , warna tinggi, besi ,pada pH
rendah . Jika air gambut dijadikan sumber air bersih melalui bantuan bahan kimia
dam teknologi pengolahan menghasilkan flok yang ringan dan cenderung mudah
mengapung ( Low settling velocity flocs).
Dataran rendah yang luas di dataran Sumatera di kab. Bengkalis –Prop. Riau dan
pengunungan Bukit barisan berbatasan dengan prop. Sumatera barat , Curah hujan
yang dibangkitkan oleh Musoon Barat membentuk sungai bermuara di selat
Malaka (antara lain: sungai siak , sei Rokan , sei Indrapura ) membentuk delta-delta
berawa , dengan proses suksesi proses regenerasi tumbuhan air terendam air maka
proses oksidasi dari udara ( destruksi )terhalang sehingga terjadi akumulasi
tumpukan mati dari batang ,ranting,daun akar-akar kayu tumbuhan air yang
menghasilkan tumpukan organik membentuk lapisan gambut berwarna Cokelat-
hitam. Curah hujan yang jatuh di daerah aliran sungai dari hulu(pasokan air ) dan
dataran rendah membawa baha-bahan terlarut dari gambut terakumulasi di badan
air sungai .
Air gambut di Sungai pada musim kemarau( S. Bukit Batu , S. Suwir Kanan )
relative hanya dipengaruhi oleh pasang surut laut( Warna, Zat organic , Besi , pH)
sedangkan pada musim hujan kualitas air gambut( Warna, Zat organic , Besi
menaik sedangkan dan pH rendah) di sungai dipengaruhi kiriman air dari hulu
pengunungan Bukit barisan (berbatasan dengan Prop. Sumatera Barat) pada musim
hujan kualitas air gambut terdapat kekeruhan rendah akibat meningkatnya
sediment transport , terangkatnya beban dasar(lempung) sungai menjadi beban
III - 8
terapung. Karakteristik Air gambut di dataran rendah gambut Kab. Bengkalis ,
berkisar :
Curah hujan yang jatuh didataran rendah kepulauan Bengkalis ( P. padang dan P.
Tebing tinggi ) membentuk tasik ( tasik Putri Puyu dan tasik Nambus ) terbentuk
bersama dengan pembentukan gambut di dataran rendah berawa , ekosistim
tumbuhan air dari generasi-ke generasi terendam air menghalangi proses oksidasi
sehingga tumpukan organik regenerasi tumbuhan air membentuk lapisan Gambut
dari warna cokelat-hitam , berwarna ,PH rendah dan mengandung besi .
Penyediaan Air Minum perkotaan di Kab. Bengkalis sumber Air gambut Tasik
Putri Puyu atau sumber air gambut dari Sungai Bukit Batu.
Kualitas air gambut di tasik ( Nambus, Putri Puyu ) dipengaruhi oleh musim ,
pada musim kemarau kualitas air gambut ( warna ,zat Organik , besi ) dan PH
relative stabil sedangkan pada musim hujan konsentrasi air gambutnya menaik
tergantung pada besaran hujan yang terjadi .
Suatu model konseptual adalah upaya meniru problem fisik dengan medefinikan
kontrainnya dengan matematik dalam menemukan hubungan structural antara
parameter terkait . Model debit Metode Mock adalah memasukan dari faktor
hidrologi , dengan jalan membuat transformasi dari serangkaian masukan dalam
upaya membuat simulasi debit air permukaan untuk memperoleh perilaku debit
sungai.
III - 9
Masukan Proses Keluaran
(variabel X) (variabel Y)
Kualitas Ruang
Curah Hujan DAS Debit Sungai
P1, P2,...,P3 - Sifat Tanah, (Q)
Batuan,
Morfologi,
Topograf
- Tutupan Lahan
Untuk menyusun analisa debit air permukaan dalam studi ini, diperlukan peta luas
tanggapan Air (DAS), data hujan ,topografi dan tata guna lahan . Karena
keterbatasan data tersedia dilakukan simplikasi supaya dapat dilakukan simulasi
debit air permukaan
Dr. FJ. Mock memperkenalkan cara perhitungan aliran sungai dari data curah hujan,
evapotranspirasi dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran untuk mengestimasi
tersedianya air sungai, bila data debit tidak ada. Metode ini mempunyai hasil
simulasi sesuai dengan data yang tersedia umumnya di Indonesia, memasukan
parameter yang ada dalam suatu DAS sampai dengan iklim yang terjadi ( PENMAN
FORMULA).
Komponen hidrologi masukannya adalah hujan bulanan daerah,evapotranspirasi,
infiltrasi dan kelengasan tanah (soil moistur).
III - 10
a. Curah Hujan Bulanan (P) diambil curah hujan bulanan (mm), dan jumlah hari
hujan (n) = jumlah hari hujan pada bulan yang bersangkutan .
b. Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi yang mempertimbangkan
tanaman (vegetasi), permukaan tanah dan frekuensi curah hujan.
Et = Ep – E
Dimana :
Et = Evapotranspirasi terbatas
Eto = Evapotranspirasi potensial (mm)
E = Perbedaan antara evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi
terbatas (mm)
d
E .Epx xm
30
III - 11
Hubungan antara jumlah hari kering dan jumlah hari hujan di Indonesia dapat
dibuat persamaan yang dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
m = Singkapan Lahan (%)
n = Jumlah Hari Hujan dalam sebulan
d. Initial storage adalah besarnay volume air pada saat permulaan mulainya
perhitungan . Ditaksir sesuai dengan keadaan musim , seadainya musim hujan bias
sama dengan soil moisture capacity dan lebih kecil dari pada musim kemarau
s = P-Et
b) Perubahan kandungan air tanah, soil storage ds = selisih antara Soil moisture
capacity bulan sekarang dengan bulan sebelumnya . Soil moisture capacity ini
ditaksir berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah atas dari cathment area
biasanya ditaksir 50 s/d 250 mm.
III - 12
1. Koefisien Infiltrasi ( I)ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan
daerah pengaliran
Lahan yang porous maka infiltrasi akan besar, lahan yang terjal dimana air tidak
sempat infiltrasi kedalam tanah maka koefisien infiltrasi akan kecil Besarnya
koefisien infiltrasi lebih kecil dari 1
Bn = k. B n-1 + ½ (1+k). In
Penyadapan sumber Air baku untuk PAM dari Tampungan ( Tasik , Long
Storage) dilakukan dalam kaidah menjamin standar penyediaan Air Minum di
III - 13
komponen pelayanan khususnya kontinuitas pasokan sumber air baku dalam
system PAM .
Obyektifitas : menjamin Kontinuitas pasokan sumber Air untuk PAM
Konstrainnya :
1. Hukum kekekalan masa air : St+1 = St + Qin – Qout – E
2. Batasan Volume Tampungan : S min < S < S maks
3. Debit air masukan : Qin time series
4. Debit air keluaran : Q Penyadapan air ( Keandalan sumber air utk PAM)
5. Evaporasi permukaan air : E = 1.1 Et
Dimana :
S : variabel ditetapkan atau tersedia secara alam
Q in : variabel acak ( independent )
E : variabel acak (relative dependent fungsi iklim)
Qout : variabel ditentukan
t : waktu
III - 14
Urutan prioritas peruntukan air ( peraturan perundang-undangan )
Perencanaan sumber air berbagai sektor kebutuhan( risiko kegagalan
pelayanan air )
Untuk mendapatkan keandalan debit air baku harian dari keandalan debit air baku bulanan,
dapat didekati dengan formula ( Arwin ) , berikut:
Q R Bulanan
Q R
Harian
Ci
Dimana :
Luas permukaan basah tasik putrid Puyu 210 ha terletak di P. Padang 11 Km dari
pelabuhan P. Padang , kemiringan tanah berkisar 1 permil . jalan dari dermaga P. padang
kearah tasik Puti puyu telah dibuka selebar 20 m dilengkapi saluran drainage kiri –kanan
jalan tembus sampai pantai , pada saat survai sdh dibuka sampai + 5 Km. Dengan
dibuatnya saluran drainage mengeringkan/memadatkan jalan juga berdampak terjadinya
proses pengeringkan air dari dataran rendah bergambut di sepanjang kiri –kanan jalan ,
pengaliran air terutama terjadi pada saat permukaan air surut. Diperkirakan water table
akifer bebas lapisan Gambut berhubung sampai tasik Putri Puyu .
III - 15
Untuk dijadikan sumber air baku dari Tasik Putri Puyu perlu diperhatikan secara seksama
luas tanggapan air yang mengisi tasik dan besaran komponen siklus Hidrologis yang
terjadi di DAS Tasik Putri Puyu antara inflow & outflownya .
III - 16
Situasi Pembukaan Jalan dari Pelabuhan Padang- Tasik Puyu ( 5 Km )
III - 17
III - 18
III - 19
Obyektif : besaran Keandalan Penyadapan Sumber air Tasik Putri Puyu untuk menjamin
kontinuitas pasokan sumber air PAM
Konstrain:
Volume tampungan
Sumber data : prpoyek Surapada Prop. Riau, Peta Bakosurtanal dan International water Management Institut
Keandalan debit sumber air baku PAM dari Tasik Putri Puyu Q : 115 L/det.
Pengetahuan tentang kualitas air adalah sangat penting dan menentukan dalam
perencanaan penyediaan dan pengelolaan air bersih. Kualitas air akan menentukan jenis
bahan, peralatan dan bangunan Instalasi Pengolahan Air/IPA (water treatment plan/WTP)
yang digunakan. Semakin buruk kualitas air dari sumber air yang diambil akan
mengakibatkan tingginya biaya pengolahan/produksi.
Seperti dibahas sebelum sample air gambut dari Putri Puyu ( musim kemarau ) :
Warna berkisar (438-468 mg/L ), PH (3,61- 3,73) ,kekeruhan ( 20 -30 NTU ) dan besi
(1,10-1,27 mg/L) sedangkan sample air sungai di dataran rendah (musim hujan) :
warna ( 1086-1220 mg/L), PH (3,59-3,65) dan besi (0,4-0,53 mg/L) , lengkapnya
pemeriksaan lab. terhadap sample sesaat dapat diperlihatkan pada Tabel 3.1.1.
Tabel 3.1.1 Sample Air Gambut Kab. Bengkalis
III - 20
KepMen KepMeen
Unit Tasik Putri Puyu*
No Parameter Kesehatan Kesehatan
(P. Padang)
No. 416/90 No.907/02
III - 21
Aspek
Fisik
a,Ki
Standar Air Standar Air
mia,
Bersih Minum
Bakt
erilo
gis
1 Warna PtCo 467 50 15
2 Bau - Tdk berbau Tdk Berbau Tdk Bebau
1. Dasar Pemikiran
III - 22
Pembentukan flok yang dihasilkan dari pengolahan air gambut
menghasilkan tipe flok yang relative punya kecepatan pengendapannya
rendah jika dibandingkan dengan flok yg terbentuk dari kekeruhan ( Low
settling velocity flocs).
Tingkat keahlian operator yang terbatas
Mudah dioperasikan
Aspek kualitas air olahan memenuhi kualitas air minum sepanjang waktu
Survai singkat Instalasi pengolahan air gambut Kab. Bengkalis
III - 23
Kriteria disain :
Menggunakan kriteria kondisi flok terbentuk dari materi air gambut ( Low
settling velocity flocs).
Kriteria Disain Sensitive terhadap perubahan kualitas air gambut oleh pengaruh iklim
dan pasang surut.
Melakukan test kualitas air dan jar test terhadap kualitas air gambut ( paling sedikit
mewakili sample air gambut akhir musim kemarau dan sample musim hujan )
Unit Koagulasi
Gradien kecepatan G = 200 – 500 /det.
Periode pengadukan : td = 1-3 menit
G.td = 10 4- 105
Unit Flokuasi
Waktu pembentukan flok : td = 10-30 menit
Gradien kecepatan G = 10-75 /det
G.td = 10 4- 105
Sedimetasi:
Kecepatan Pengendap flo k = (60- 180 )cm/jam
Beban permukaan = (0,24 – 0,48 ) L/det – M2
Td = 2-8 jam
Beban pelimpah maksimum = 5,8 L/det -M
Filtrasi
Kecepatan penyaringan : V = 1,37 – 2,74 L/det. M2
Kedalam bak minimum : h = 2,5 m
Tekanan air yg tersedia pada waktu fitrasi 2 -2,5 m
III - 24