Anda di halaman 1dari 17

Kata Pengantar

Pertama – tamaa saya panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan
ridho allah swt. Karena tanpa rahmat dan ridhonya saya tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu . Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu
dalam hal mengumpulkan data-data dan sumber dalam proses pembuatan
mengenai makalah ini.
 Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang  fenomena adminstrasi
dalam penempatan dan pengangkatan pegawai . Mungkin dalam pembuatan
makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami
mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah yang sempurna.

Kendari ,10 November 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................3

BAB II TNJAUAN PUSTAKA.........................................................................4

BAB III PEMBAHASAN

A. Deskripsi Konsep Penempatan Pegawai (The Right On The Ri ght


Place/Job)ght Place/Job)..........................................................................6
B. Fenomena Administrasi Dalam Pengangkatan
Dan Penempatan Pegawai......................................................................7
C. Beberapa Hal Dalam Mewujudkan Konsep The right Man On The right
place/Job................................................................................................10

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................11
B. Saran......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dinamika kehidupan masyarakat yang berubah begitu cepat di bidang
politik, ekonomi, dan sosial budaya, memerlukan langkah penyesuaian dan
akselerasi ekonomi, pembangununan sistem kinerja yang handal. Demikian
halnya perubahan paradigma menuntut pemerintah untuk secara konsisten mampu
menampung dan berupaya menjawab semua tantangan serta mampu
mengantisipasi arah gerak perkembangan dan perubahan tatanan masyarakat
secara simultan. Percepatan dalam perkdalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta munculnya paradigma baru dalam masyarakat Indonesia erat
kaitannya dengan kinerja aparatur pemerintah yang harus diakui belum
menampakkan hasil yang optimal. Tidak mengherankan, bahwa perkembangan
yang telah terjadi berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan keahlian, berdampak
langsung pada perubahan internal mengkait dengan penyiapan sumber daya
berdampak langsung pada perubahan internal mengkait dengan penyiapan sumber
daya manusia, upaya efisiensi, peningkatan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat, dan manusia, dan kreativitas dalam penciptaan inovasi, serta
kreativitas dalam penciptaan inovasi, serta intensitas kontrol masyarakat terhadap
kinerja
pemerintah kian membentuk tingkat keabsahan/legitimasi yang tinggi
terhadap Kualitas pelayanan yang diberikan oleh setiap Pemerintah Kabupaten
ataupun Kota, mempunyai kaitan langsung dengan proses pengangkatan dan
penempatan , yang dilakukan pada awal seseorang menduduki jabatan tertentu.
Pengangkatan dan penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan
menimbulkan pemborosan (inefisiensi dan inefektivitas) di sana-sini. Oleh karena
itu proses pengangkatan dan penempatan perlu menjadi perhatian semua pihak,
terutama pengambil kebijakan agar dalam menjalankan rencana rencana kerja
suatu Pemerintah Kabupaten atau Kota terjadi efisiensi dan efektifitas kerja.dan
efektifitas kerja.
Konsekuensi dari hal itu, diperlukan pegawai yang mempunyai
kemampuan integritas tinggi dan sinergitas dukungan aparatur yang tangguh dan

1
sesuai kualifikasi, , terutama untuk mengembangkan kreativitas pegawai dalam
melaksanakan berbagai tugas sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya,
serta menempatkan pegawai yang tepat pada tempatnya. Konsep penemptan
pegawai dengan prinsippada tempatnya. . Konsep penemptan pegawai dengan
prinsip the right on the right plac or the right man on the right jobadalah suatu
istilah yang tepat saat ini untukitumenggambarkan bagaimana semestinya para
pegawai di suatu instansi baik itu pemerintahan maupun instansi swasta
ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan kemampuan dan kualifikasi
pendidikannya sehinga mereka dapat menjalankan tugaskemampuan dan
kualifikasi pendidikannya dengan baik, efisien dan efektif sebagaimana tujuan
dari suatu organisasi.
Selain itu menurut Webber bahwa untuk kemudian menempati suatu posisi
dalam organisasi dalam hal promosi ataupun kenaikan jabatan harus melalui
mekanisme-mekanisme yang selektif sehingga pegawai-pegawai yang akan
menempati posisi-posisi tersebut nantinya memiliki kualitas dalam melaksanakan
tanggung tanggung jawabnya. Penempatan sebagai bagian dari faktor yang
mempengaruhi kualitas layanan lebih disebabkan karena proses penempatan
tersebut berkaitan dengan kesesuaian dan keseimbangan antara kemampuan yang
dimiliki oleh pegawai dengan jabatannya.

Pelaksanaan pengangkatan pegawai dalam jabatan struktural dalam


prakteknya sering tidak sesuai dengan peraturan. Hal inilah yang sering
menimbulkan masalah. kepegawaian, beberapa faktor yang kemudian sering
terjadi menjadi akibat dari dari ketidak efektifan suatu pemerintahan dalam
penempatan para pegawainya antara lain konsekwensi pada saat suatu daerah
setelah melaksanakan pemilihan kepala daerah yangkonsekwensi pada saat suatu
daerah setelah melaksanakan pemilihan kepala daerah yang mana suatu fenomena
baru yang terjadi hampir disetiap daerah bahwa pemimpin baru cenderung
memutasi habis-habisan pegawai yang mereka yang mereka anggap tidak
mensupport mereka pada saat pemilihan, walaupun dengan dalih untuk merefresh
suasana suasana pemerintahan namun hal ini tentunya suatu yang tidak lazim,
yang sangat mencederai citra birokrasi di pemerintahan ini. di pemerintahan ini.

2
Dari deskripsi-deskripsi tersebut maka kami tertarik untuk mengetahui
lebih mendalam bagaimana penerapan konsep penempatan pegawai dengan
prinsip the right man in the right place/job pada saat ini, beberapa hal yang
berkaitan tentang konsep dasar, implementasi dan hal-hal yang dianggap perlu
untuk dijadikan bahan rekomendasi dalam pelaksanaan konsep the right man in
the right place/job.in the right place/job.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu:
1. Deskripsi Konsep Penempatan Pegawai (The Right On The Ri ght
Place/Job)ght Place/Job)
2. Fenomena penempatan dan pengangkatan pegawai
3. Beberapa Hal Dalam Mewujudkan Konsep The right Man On The right
place/Job

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu
1. Untuk mengethui Deskripsi Konsep Penempatan Pegawai (The Right On
The Ri ght Place/Job)ght Place/Job)
2. Untuk mengetahui fenomena penempatan dan pengangkatan pegawai
3. Untuk mengetahui Beberapa Hal Dalam Mewujudkan Konsep The right
Man On The right place/Job

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kons the right place dan the right on the right job, merupakan suatu yang
identik dengan penempatan seorang atau beberapa orang pegawai atau karyawan
suatu jenis atau posisi pekerjaan atau jabatan dalam suatu organisasi. Beberapa
ahli maupun teoritikus mencoba menggambarkan bagaimana konsep penempatan
pegawai yang ideal dalam suatu organisasi. Seperti yang di jelaskan oleh Max
Webber dalam konsep idealnya mengenai birokrasi, Webber menjelaskan bahwa
tipe ideal birokrasi meliputi:
1. Pembagian kerja. Pekerjaan dari setiap orang dipecah-pecah sampai ke
pekerjaan-pekerjaan yang sederhana, rutin, dan ditetapkan dengan
jelas.pekerjaan yang sederhana, rutin, dan ditetapkan dengan jelas.
2. Hierarki kewenagan yang jelas. Sebuah struktur multi tingkat yang formal,
dengan posisi formal, dengan posisi hierarki atau jabatan, yang
memastikan bahwa setiap jabatan yang lebih rendah di bawah hierarki atau
jabatan, supervisi dan kontrol dari yang lebih tinggi.
3. Formalisasi yang tinggi Ketergantungan kepada peraturan dan prosedur
formal untuk memastikan adanya keseragaman dan untuk mengatur
pemegang pekerjaan.
4. . Bersifat tidak pribadi (impersonal). Sanksi-sanksi diterapkan secara
seragam dan tanpa perasaan pribadi untuk menghindari keterlibatan
dengan kepribadian individual dan preferensi pribadi para anggota.
5. Jejak karir bagi para pegawai. Para anggota diharapkan mengejar karir
dalamorganisasi. Sebagai imbalan atas komitmen terhadap karir tersebut,
para pegawai mempunyai masa jabatan artinya, mereka akan
dipertahankan meskipun mereka“kehabisan tenaga” atau jika
kepandaiannya tidak terpakai lagi.
6. Aktivitas organisasi menorganisasi menentukan kentukan kapasitas
pegawai secara penuh. . Beban Pekerjaan yang akan dilakukan harus
sesuai dengan jumlah pegawai yang tersedia.
Dari beberapa yang dijelaskan oleh Webber terlihat bahwa sistem
pembagian kerjaDari dalam suatu organisasi harus dirumuskan dengan baik, lebih

4
lanjut Webber, dalam buku teori organisasi (Robbins), menjelaskan bahwa
semestinya karyawan atau pegawai ditempatkan dalam satu posisi yang
terspesialisasi dengan memperhatikan keahlian yang dimiliki oleh seorang
karyawan tersebut. Sehingga pencapaian organisasi akan lebihdianggap sesuatu
yang efektif.
Stephen Robbins, dalam bukunya Teori organisasi juga menyinggung
mengenai, tingkat spesialisasi pekerjaan, Robbins menjelaskan bahwa salah satu
komponen dalam membentuk suatu struktur organisasi ialah kompleksitas, di
dalam kompleksitas sendiri jelaskan bahwa para karyawan beberapa unit
organisasi dan ditempatkan pada posisi-posisi sesuai dengan keahliannya.
Selanjutnya Frederick W. Taylor Menurut pelitiannya mengenai
hubungan, antara pekerja dengan tugas yang diberikan melalui tahapan proses
untuk meningkatkan efesiensi. Taylor berasumsi bahwa semestinya para pekerja
dimasukkan ke dalam suatu jenis pekerjaan yang dianggap mampu untuk mereka
kerjakan. Sedangkan Smith lebih spesifik menjelaskan , bahwa berdasarkan
keahlian dan penelitiannya sebagai manajer perusahaan manufaktur, Smith
mengembangkan 4 dasar prinsip teori untuk meningkatkan efesiensi di lingkungan
dia efesiensi di lingkungan dia bekerja yakni:
 Mempelajari cara pekerja dalam melaksanakan tugasnya dengan
mengumpulkan informasi tentang pekerja tersebut, dan dengan
melakukan percobaan serta memberikan cara bagaimana suatu tugas
dilakukan dengan baik.
 Memilih pekerja secara selektif sesuai dengan tugas kerja dan melatih
mereka untuk melaksanakan tugas berdasarkan prosedur
 Menetapkan tingkatan dalam bekerja menurut tugas secara adil, melalui
sistem- kompensasi gaji yang diberikan dalam bentuk penghargaan untuk
keberhasilan keberhasilan tugas yang dberikan.
Dari beberapa penjelasan yang telah dijelaskan beberapa pakar maka
kamiyimpulkan bahwa pada dasarnya penempatan pegawai atau karyawan
penempatan pegawai atau karyawan menjadi penting dalam rangkan pencapaian
kinerja dari suatu perusahaan atau organisasi pemerintahan, penempatan pegawai
akan menjadikan suatu perusahaan efektif dalam pencapaian tujuan perusahaan.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Konsep Penempatan Pegawai (The Right On The Ri ght


Place/Job)ght Place/Job)
Pengakatan PNS dalam jabatan tentunya berdasarkan kompetensi yang
dimiliki dengan filosofi "The Right Man on The Right Place/Job" yaitu
mendudukan PNS yang tepat pada tempatnya atau jabatan yang tepat
pula.Penataan organisasi dalam lingkup Pemprov maupun Pemerintah
Kabupaten/Kota,termasuk penempatan PNS dalam jabatan struktur pada
esensinya merupakan bagian integral dari upaya reformasi birokrasi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mewujudkan „good govermance' dan
„clean government' suatu pemerintahan, yang bertumpu pada reformasi
organisasi, sumber daya manusia sumber daya manusia danmanajemen birokrasi.
Dilihat aspek reformasi organisasi, filosofinya adalah semua jenjang dan
strata organisasi pemerintah secara fundamental adalah berfungsi sebagai
instrumen pelayanan organisasi publik. Dengan demikian, struktur organisasi dan
ketatlaksanaannya harus didesain secara tepat agar mampu merespons dan adaptif
terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.Dalam konteks tersebut, maka desain
organisasi dengan prinsip "ramping struktur kaya fungsi" menjadi pilihan atau
alternatif saat ini, yang dianggap tepat dengan fungsi" menjadi pilihan atau
alternatif saat ini, yang dianggap tepat dengan mengimplementasikan konsep
penyederhanaan atau struktur organisasi.
Dibalik penataan birokrasi di jajaran Pemerintahan daerah, tentunya harus
dipahami juga seseorang pejabat akan bekerja secara berdaya guna dan berhasil
Apabila mengetahui dengan jelas posisinya dalam suatu organisasi kerja.
Kejelasan itu sangat penting artinya bagi setiap pejabat karena memungkinkan
mengetahui perananan dan sumbangan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan
kerja secara keseluruhannya. Seorang pejabat harus ditempatkan dengan posisi
dan peranannya yang lebih jelas di dalam organisasi kerja.
Dalam penempatan pejabat juga masih perlu diperhatikan persyaratan
kesesuaian antara minat, bakat, pengetahuan, ketrampilan dan keahlian pegawai

6
dengan jenis dan tingkat pekerjaan/jabatan yang dipercayakan kepadanya.
Dengan kata lain penempatan harus berpegang kepada prinsip "The Right Man on
The Right Place the Right Job" yang artinya penempatan orang-orang yang tepat
pada tempat dan untuk jabatan yang tepat. Dengan melakukan penempatan pejabat
yang sesuai dengan prinsip tersebut di atas diharapkan akan meningkatkan kinerja
pegawai sehingga tujuan organisasi tercapai.
Penempatan pegawai pada suatu jabatan tertentu, dapat merupakan
promosi bagi pegawai yang bersangkutan apabila jabatan yang dipangku saat ini
memiliki grade,tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar dibandingkan
dengan jabatan sebelumnya. Sebaliknya dapat merupakan demosi bila jabatan
yang dipangku saat ini tanggung jawab dan wewenang yang lebih kecil
dibandingkan dengan jabatan sebelumnya. Penempatan pegawai selain merupakan
kewenangan atasan atau pimpinan sepenuhnya untuk mengisi jabatan yang
kosong, melainkan juga mengandungngandung unsur promosi atau demosi..
Transfer, di samping merupakan kewenangan pimpinan, dapatTransfer, di
samping merupakan kewenangan pimpinan, dapat pula atas permintaan pegawai
untuk dipindah ke suatu tempat yang lowong. Pada prinsipnya, tranfer tidak
mengadung unsur promosi maupun demosi serta tidak diikuti perubahan gaji dan
tingkat jabatan (grade).

Penempatan pegawai yang tepat dan benar pada dasarnya sebagai upaya
untuk memotivasi pegawai, baik dengan uang, kebutuhan untuk berafiliasi,
kebutuhan untuk berprestasi dan ingin memberikan sesuatu yang berarti di dalam
pekerjaannya. Jadi jika penempatan pegawai pada jenjang jabatan secara benar,
dampaknya akan memberikan dampaknya akan memberikan motivasi kepada
pegawai lainnya serta memberikan penilaian positif terhadap sistem yangmotivasi
kepada pegawai lainnya serta memberikan penilaian positif terhadap sistem yang
diterapkan oleh instansi.diterapkan oleh instansi. Metode yang terbaik untuk
memotivasi pegawai adalah memberikan penekanan pada kebutuhan sosialnya,
oleh karenanya menjadi tanggung jawab pimpinan untuk menjadikan pegawai
lebih berguna dan merasa dipentingkan dalaman dalam suatu jabatan, dengan
cara memberikan fasilitas yang memuaskan kebutuhan sosialnya melalui

7
penempatan yang tepat dan benar. Hal yang harus menjadi perhatian Pemerintah
Daerah adalah bahwa para pegawai mulai menekankan bahwa pekerjaan perlu
diintegrasikan secara efektif dengan kebutuhan manusia untuk pertumbuhan
pribadi, harapan keluarga, dan persyaratan etika masyarakat. Jadi karier
merupakan serangkaian harapan pengalaman kerja yang sungguh-sungguh
berurutan menuju ketingkat tanggungjawab,status, kekuasaan, dan penghargaan
yang lebih besar.

B. Fenomena Administrasi Dalam Pengangkatan Dan Penempatan Pegawai

Megenai fenomena administrasi dalam pengangkatan pegawai, khususnya


untuk konteks Indonesia hingga saat ini, masih jauh dari harapan. Asumsi ini
kemudian muncul dengan berbagai fakta bahwa hampir di pemerintah daerah
hingga hari ini baik itu pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota belum
menempatkan pegawai-pegawainya dalam posisi-posisi ideal atau pada jenis
pekerjaan yang sesuai dengan tingkat keahlian, pendidikan dan kompetensi yang
dimilikinya. Yang terjadi ialah mereka yang ditempatkan yang bukan pada
kriteria-yang dimilikinya. dalam peraturan pemerintah mengenai masalah kriteria
yang telah di tetapkan pengangkatan pegawai pada suatu posisi atau jabatan.
Beberapa contoh kasus yang menjadi indikator tentang fenomena
administrasi dalam pengangkatan dan penempatan pegawai belum diterapkan
dengan maksimal, khususnya di Indonesia ialah sebagai berikut :
 Di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Majene ditemukan juga bahwa
kepaladinas pendidikan adalah seorang sarjana ekonomi, dan sekretaris
Bappeda adalah seorang dokter
 Mr.x , seorang calon pegawai negeri sipil (CPNS) berjenis kelamin laki-
laki, berasalx dari salah satu kota di Jawa, dan berpendidikan diploma
akuntansi, setahun yang lalu ditempatkan di BPS Provinsi Maluku
Utaralalu tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Setelah 3 hari menghilang,
diketahui kalau Mr. X sudah berada di rumah orang tuanya di kota
asalnya. Orang tuanya mengatakan kalau Mr. X mengalami depresituanya

8
di kota asalnyadan harus konsultasi ke psikolog.dan harus konsultasi ke
psikolog.
 Kasus yang sama terjadi sebelumnya, dimana seorang CPNS lulusan
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) berjenis kelamin perempuan,
meninggalkan wilayah tugasnya di kantor salah satu ia bertugas diketahui
kembali ke kota asalnya di Kabupaten, dan diketahui kembali ke kota
asalnya di Jawa.Kondisinya sama yakni depresi.

Dari pengamatan kami ada beberapa hal yang kemudian sulit untuk
mewujudkan konsep The Right Man On The Right Place/job di Negeri ini,
misalnya bahwa pengaruh poiltisasi sangat menghegemoni dalam penempatan
pegawai di beberapa yang ada di daerah. Hal ini kemudian terjadi dikarenakan
para PNS baik secara langsung maupun tidak dalam tanda kutip dipaksa untuk
berpolitik praktis dengan asumsi jika mereka tidak melakukan itu maka bisa saja
posisi mereka terancam dalam pemerintahan.Padahal seperti yang diketahui
bahwa PNS sangat tidak diperkenankan untuk terlibat dalam masalah politik
pemerintahan khususnya pemilihan kepala daerah. Hal yang menakutkan bagi
mereka ketika calon kepala daerah yang akan maju adalah incumbent maka
menjadi suatu yang mengharuskan mereka untuk setidaknya mendukung
incumben maka dengan asumsi posisi mereka akan aman jika incumbent akan
menang. Namun yang menjadi musibah atau berkah ketika setelah pemilihan, bagi
mereka tidak mendukung. tentunya akan mendapatkan posisi yang aman bahkan
kenaikan posisi jabatan yang tinggi, namun bagi mereka yang tidak mendukung
siap-siap saja untuk dimutasi kewilayah-wilayah terpencil dan dinonjobkan.. Hal
inilah kemudian menjadi ironi di Negara kita saat ini, atau dapat dikatakan bahwa
salah satu dampak yang buruk dari pemilihan kita saat ini, atau dapat dikatakan
bahwa salah satu dampak yang buruk dari pemilihan kepala daerah ialah
bagaimana sistem penempatan pegawai yang sangat dipolitisasi.
Dari gambaran ini sebenarnya muncul suatu fenomena bahwa pada
dasarnya secara sadar atau tidak bentuk penempatan pegawai secara politik atau
dari imbalan politik adalah suatu sistem baru yang buruk yang berdampak
sistemik terhadap kinerja pegawai-pegawai yang impactnya kembali pada daerah

9
itu sendiri. Betapa tidak mereka yang diangkat atau ditempatkan pada posisi-
posisi dengan cara politisasi sudah tidak melewati proses atau kriteria-kriteria
yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang sebenarnya dalam
hukum sudah terjadi pelanggaran yang bisa untuk ditindak lajuti pula secara
hukum. Namun yang terjadi ialah fenomena ini sudah menjadi budaya baru
pemerintahan kita khususnya di pemerintah-pemerintah daerah. Padahal
sebenarnya PNS atau pegawai yang bersangkutan mungkin saja tidak ingin
melakukan atau katakanlah memilih salah satu pasangan calon secara terpaksa
namun karena budaya ini telah menjadi teror dan pressur yang luar biasa maka
kenetralitasan pegawai hilang dengan sendirinya.Olehnya itu konsep netralitas
birokrasi sebagai komponen dari semangat birokrasi di Negara ini dapat dikatakan
gagal dalam hal penempatan pegawasan.

C. Beberapa Hal Dalam Mewujudkan Konsep The right Man On The


right place/Job

Dengan melihat deskripsi mengenai masalah-masalah yang ada dalam


penempatan pegawai dengan prinsip The right Man On The Right place/Job maka
kami mencoba untuk menampilkan beberapa hal yang kemudian dapat menjadi
bahan rekomendasi dalam melaksanakan konsep tersebut.
Jika merujuk pada konsep Webber, Taylor dan Smith tentang spesialisasi
pekerjaan maka seharusanya para pegawai dalam suatu organisasi khususnya
organisasi pemerintah hendaknya ditempatkan pada posisi jabatan sesuai dengan
tingkat keahlian yang dimilikinya. Keahlian yang dimaksud adalah kemampuan
para pegawai atau pekerja dalam melaksanakan tugasnya sesuai denga tempat
tugas mereka sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi yakni efektivitas
program-program dapat tercapai.
Sedangkan Jewell berpendapat bahwa dalam pengambilan keputusan penempatan
pegawai, ada empat strategi dasar alternatif yang dapat diakui yaitu :
1. Tempatkan individu yang mampu dalam pekerjaan yang mempunyai
prioritas tertinggi.

10
2. Tempatkan individu dalam pekerjaan yang menunjukkan probabilitas
keberhasilannya paling tinggi.
3. Tempatkan individu dalam pekerjaan yang diharapkan dapat
mengembangkan kemampuannya.
4. Tempatkan individu dalam pekerjaan yang disukainya diantara pilihan
yang dinilai paling cocok
Pendapat Jewel di atas dilaksanakan setelah pemerintah mendapatkan pegawai
yang selektif dan memiliki kualitas dan kredibilitas yang tinggi.
Hal lain yang dapat dilakukan pemerintah maupun pemerintah daerah ialah :
1. Sistem rekruitmen pegawai yang harus lebih selektif dengan
mengedepankan kompetisi tanpa nepotisme atau hal-hal lain yang di luar
dari aturan yang ada.
2. Membuat aturan yang lebih jelas dan akurat mengenai penempatan,
promosi dan mutasi pegawai tanpa campur tangan politik
3. Membuat aturan yang lebih jelas dan akurat mengenai penempatan,
promosi dan mutasi pegawai tanpa campur tangan politik
4. Pengawasan yang ketat dalam pendidikan pelatihan seperti prajabatan dan
Diklat-diklat tertentu sehingga pegawai lulus secara objektif.
5. Mendorong pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang sifatnya menambah pengetahuan para pegawai akan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pegawai negeri.
6. Pemberian reward and punismant kepada mereka yang memiliki kinerja
yang baik diberikan penghargaan dan pemberian sanksi berupa
pemindahan (mutasi) jika tidak bekerja dengan baik dengan penilaian
objektif.

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan Konsep Penempatan


pegawai dengan prinsip the right on the right place or the right man on the right
job adalah suatu istilah yang tepat saat ini untuk menggambarkan bagaimana
semestinya para pegawai di suatu instansi baik itu pemerintahan maupun instansi
swasta ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan kemampuan dan kualifikasi
pendidikannya sehinga mereka dapat menjalankan tugas dengan baik, efisien dan
efektif sebagaimana tujuan dari suatu organisasi. Jika meminjam konsep Webber
mengenai tipe ideal birokrasi maka dapat diperoleh suatu gambaran bagaimana
suatu organisasi memperhatikan bagaimana tingkat spesialisasi pekerjaan dalam
hal bagaimana kemudian para pegawai ditempatkan pada posisi-posisi yang sesuai
dengan bidang keahliannya sehingga tercapai suatu kefektifan dan keefisienan
dalam mengerjakan tugas-tugas organisasi itu sendiri
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor. 13 Tahun 2002
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural menyatakan
Baperjakat Instansi Pusat, dan Baperjakat Instansi Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan dan
pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon II ke bawah; pemberian
kenaikan pangkat bagi yang menduduki jabatan struktural, menunjukkan prestasi
kerja luar biasa baiknya, atau menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi
negara; perpanjangan batas usia pensiun bagi PNS yang menduduki jabatan
struktural eselon I dan eselon II; dan pengangkatan sekretaris daerah
propinsi/kabupaten/kota. Pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan
struktural dilakukan dengan mempertimbangkan faktor- faktor pendidikan dan
pelatihan jabatan, kompetensi, serta masa jabatan seorang PNS sejak
pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun

12
Megenai implementasi konsep penempatan pegawai dengan prinsip The
Right Man On The Right/Job, khususnya untuk konteks Indonesia hingga saat ini,
masih jauh dari harapan. Asumsi ini kemudian muncul dengan berbagai fakta
bahwa hampir di sebagian pemerintah daerah hingga hari ini baik itu pemerintah
provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota belum menempatkan pegawai-
pegawainya dalam posisi-posisi ideal atau pada jenis pekerjaan yang sesuai
dengan tingkat keahlian, pendidikan dan kompetensi yang dimilikinya. Yang
terjadi ialah mereka yang ditempatkan yang bukan pada kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah mengenai masalah pengangkatan
pegawai pada suatu posisi atau jabatan

B. Saran
Dari permasalahan yang ada di negri indonesia ini tentang masalah
fenomena pengangkatan dan penempatan pegawai yang masih belum sesuai
koridor yang telah di tentukan maka ada beberapa saran yang saya utarakan yaitu:

1. Sistem rekruitmen pegawai yang harus lebih selektif dengan


mengedepankan kompetisi tanpa nepotisme atau hal-hal lain yang
di luar dari aturan yang ada.
2. Sistem rekruitmen pegawai yang harus lebih selektif dengan
mengedepankan kompetisi tanpa nepotisme atau hal-hal lain yang
di luar dari aturan yang ada.
3. Mereka yang kemudian terpilih ialah mereka yang memiliki tingkat
pendidikan dan keahlian yang kompetitif dan memiliki mental
bekerja yang baik
4. Membuat aturan yang lebih jelas dan akurat mengenai penempatan,
promosi dan mutasi pegawai tanpa campur tangan politik
5. Pengawasan yang ketat dalam pendidikan pelatihan seperti
prajabatan dan Diklat- diklat tertentu sehingga pegawai lulus
secara objektif.
6. Mendorong pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang sifatnya menambah pengetahuan para pegawai akan
tugas pokok dan fungsinya sebagai pegawai negeri.
7. Pemberian reward and punismant kepada mereka yang memiliki
kinerja yang baik diberikan penghargaan dan pemberian sanksi
berupa pemindahan (mutasi) jika tidak bekerja dengan baik dengan
penilaian objektif

13
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Index. Jakarta
Taylor,  Frederick W.2007. Hubungan Pekerjaan dan keahlian. surabaya
https://id.scribd.com/doc/94261406/Fenomena-Sosial-Dalam-Administrasi-Publik
http://andarurahutomo.blogspot.com/2016/05/tipe-ideal-birokrasi-menurut-max-
webber.html

Anda mungkin juga menyukai