ANEMIA
Oleh: (Kelompok 5)
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut bahasa yunani, anemia adalah tanpa darah. Anemia merupakan suatu
kondisi saat jumlah sel darah merah berada di dawah normal. Sel darah merah atau
hemoglobin yang bertugas sebagai media yang membawa oksigen dari paru-paru dan
menghantarkan ke seluruh bagian jaringan tubuh. Anemia atau yang lebih dikenal di
masyarakat sebagai berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah sel hemoglobin
dalam sel darah merah mampu membawa oksigen dalam jumlah yang cukup sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
Menurut Price, S.A., Wilson L. M. (2006), dalam penelitiannya
mengungkapkan prevalensi anemia pada wanita lebih besar dibandingkan dengan
pria. Dalam penelitian tersebut, ditemukan hampir enam puluh orang dari tujuh puluh
dua redponden wanita, menderita anemia dengan rentang usia antara 15 sampai
dengan 35 tahun.
Kasus untuk Problem Based Learning ini membahas tentang Ny. G umur 54
tahun dirawat dibangsal penyakit dalam dengan keluhan lethargi, lesu, pandangan
kunang-kunang, nyeri kepala. Hasil pemeriksaan laboratorium mengalami
pansitopeni, dengan kadar Hemoglobin 5 gr/dl. Hasil pemeriksaan jenis sel normositik
dan normokromik belum ada hasil. Dari informasi tim medis Ny. G diduga
mengalami defisiensi besi kronis. Dari hasil diskusi bahwa Ny. G mengalami anemia.
Anemia merupakan keadaan yang ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin dan
atau berkurangnya jumlah sel darah merah, yang berfungsi sebagai sarana transportasi
zat gizi serta oksigen untuk proses fisiologis dan biokimia jaringan tubuh. Penyebab
anemia adalah kekurangan nutrisi, penyakit kronis dan kehilangan darah yang
berlebihan (Prawiroharjo, Sarwono.2009)
2. Tujuan
2.1. Mahasiswa mengetahui kadar Hb normal
2.2. Mahasiswa mengetahui pengertian dari pemeriksaan sel normositik dan
normokromik
2.3. Mahasiswa mengetahui pengertian anemia
2.4. Mahasiswa mengetahui klasifikasi anemia beserta penyebab dan tanda gejalanya
2.5. Mahasiswa mengetahui faktor risiko terjadinya anemia
2.6. Mahasiswa dapat menganalisis kasus yang disediakan dan memberikan
penatalaksanaan sesuai dengan jenis anemianya
2.7. Mahasiswa dapat menggambarkan patofisiologi anemia aplastik
2.8. Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kasus
BAB I
ISI DAN PEMBAHASAN
1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi
mentranspor oksigen dari paru ke bagian tubuh yang lain.Apabila eritrosit atau Hb
mengalami penurunan karena suatu hal maka O2 yang harus diangkut keseluruh tubuh
untuk proses meta juga akan mengalami penurunan.
Kadar Hb normal berdasarkan usia antara lain : (Handayani, 2008)
1.1. Wanita dewasa : 12-16 gr/dL
1.2. Pria Dewasa : 14-18 gr/dL
1.3. Anak : 10-16 gr/dL
1.4. Neonatus : 12-24 gr/dL
4.1.2.3. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara
atau permanen
4.1.2.3.1. Sementara
4.1.2.3.1.1. Mononukleosis infeksiosa
4.1.2.3.1.2. Tuberkulosis
4.1.2.3.1.3. Influenza
4.1.2.3.1.4. Bruselosis
4.1.2.3.1.5. Dengue
4.1.2.3.2. Permanen
Penyebab yang terkenal ialah virus hepatitis tipe
non-A dan non-B. Virus ini dapat menyebabkan
anemia. Umumnya anemia aplastik pasca-hepatitis
ini mempunyai prognosis yang buruk.
4.1.2.4. Ideopatik
4.1.3. Manifestasi klinis
Gejala klinis anemia aplastik terjadi sebagai akibat adanya anemia,
leukopenia, dan trombositopenia. Gejala yang dirasakan berupa gejala
sebagai berikut.
4.1.3.1. Sindrom anemia: gejala anemia bervariasi, mulai dari ringan
sampai berat.
4.1.3.2. Gejala perdarahan: paling sering timbul dalam bentuk
perdarahan kulit seperti petekie dan ekimosis. Perdarahan
mukosa dapat berupa epiktaksis, perdarahan sub-konjungtiva,
perdarahan gusi, hematemesis melena, dan pada wanita dapat
berupa menorhagia. Perdarahan organ dalam lebih jarang
dijumpai, tetapi jika terjadi perdarahan otak sering bersifat fatal.
4.1.3.3. Tanda-tanda infeksi dapat berupa ulserasi mulut atau
tenggorokan, febris, dan sepsis.
4.1.3.4. Organomegali dapat berupa hepatomegali dan splenomegali.
Menurut Ganong (2010) dan Sudoyo (2006), gejala klinis khas pada ADB
antara lain:
4.2.1. Koilonychia : kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-
garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
4.2.2. Atropi Papil Lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap
karena papil lidah menghilang.
4.2.3. Stomatitis Angularis (Cheilosis) : ada keradangan pada sudut mulut
sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
4.2.4. Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
4.2.5. Atropi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorhidria (tidak adanya
asam lambung)
Menurut pendapat lain, yakni Billota (2011) mengklasifikan terapi pada anemia
aplastik sebagai berikut:
7. Patofisiologi
Pansitopeni
Anemia Aplastik
O2
Sirkulasi O2 ke
Jaringan
Kelelahan Penumpukan
Asam Laktat ATP
Lemah Lelah
8. Asuhan Keperawatan
8.1. Analisa Data
DS:
-Lethargi
-Lesu
-Pandangan kunang-
kunang
-Nyeri kepala
DO: RisikoInfeksi Leukopenia
-Pansitopeni
(granulositmenurun)
-Hemoglobin 5 gr/dl
DS:
-Lethargi
-Lesu
-Pandangan kunang-
kunang
-Nyeri kepala
DO: RisikoPerdarahan Trombositopenia
-Pansitopeni
(Trombositmenurun)
-Hemoglobin 5 gr/dl
DS:
-Lethargi
-Lesu
-Pandangan kunang-
kunang
-Nyeri kepala
8.2. Rencana Keperawatan
TUJUAN DAN
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC) RASIONAL
KEPERAWATAN
(NOC)
Dx: NOC: Endurance NIC: Energy Management
Keletihanberhubun
gandengan anemia Intervensi :
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor 1. Klien akan cepat pulih dari
Batasan keperawatan selama 3x24 dancatatpoladanjumlahtidurp keletihannya jika tidur dengan
Karakteristik: jam, asien nyenyak dan waktu yang tidak
a. Lethargi diharapkankelelahanpasien 2. Monitor intake nutrisi sebentar.
b. Lesu akanteratasidengan kriteria yang adekuat 2. Supaya kadar hb dapat
c. Nyerikepal hasil: 3. Ajarkantehnikdanmanaj meningkat dan keletihan
a emenaktivitasuntukmencega berkurang
Indikator aw akh hkelelahan 3. Agar klien mengetahui apa
al ir 4. Jelaskanpadapasienhubu saja aktivitas yang bisa
1. Level 2 5 ngankelelahandengan proses dilakukakan tanpa membuat
Oksigend penyakit keletihan
arah 5. Kolaborasidenganahligi 4. Agar pasien paham dan bisa
2. Hb 2 4 zitentangcarameningkatkan ikut serta memperbaiki
3. Lethargi 2 4 intake makanantinggienergi keadaannya
4. Keletihan 2 5 6. Catataktivitas yang 5. Untuk mengkompensasi
dapatmeningkatkankelelahan anemia yang dialami klien
7. Anjurkanpasienmelakuk 6. Supaya aktivitas tersebut
an yang dapat dihindari sementara
meningkatkanrelaksasi sampai klien mampu
(membaca, 7. Agar klien rileks
mendengarkanmusik) 8. Mencegah kelelahan yang
8. Tingkatkan bed rest dan berlanjut
pembatasan aktivitas 9. Menciptakan lingkungan yang
9. Batasistimulasilingkung damai agar klien dapat
anuntukmemfasilitasirelaksa beristirahat dengan tenang
si untuk memulihkan
keadaannya.
Dx: RisikoInfeksi NOC: Immune Status NIC : Infection Protection
Denganfaktorrisiko Risk Control Intervensi
leukopenia
Setelah dilakukan asuhan 1. Pertahankanteknikasep
keperawatan selama 3x24 jam, tif
diharapkanklientidakmengalamii 2. Batasipengunjungbilap
nfeksidengan kriteria hasil: erlu
3. Cucitangansetiapsebel
Indikator Aw akh umdansesudahtindakankep
al ir erawatan
1. JumlahSeldara 2 4 4. Gunakanbaju,
hputih sarungtangansebagaialatpel
2. Klienbebasdar 4 5 indung
itandadangejal 5. Tingkatkan intake
ainfeksi nutrisi
3. Menunjukkan 3 5 6. Monitor
kemampuanun tandadangejalainfeksisiste
tukmencegahti mikdan local
mbulnyainfeks 7. Monitor seldarahputih
i 8. Inspeksikulitdanmemb
4. Klienmampu ranmukosaterhadapkemera
menjelaskanfa 3 5 han, panas, drainase
ktorrisikodaril 9. Monitor adanyaluka
ingkungan/per 10. Dorongmasukancairan
ilakupersonal 11. Ajarkanpasiendankelu
5. KlienMampu argatandadangejalainfeksi
memodifikasi 12. Kajisuhubadanpadapas
gayahidupuntu iensetiap 4 jam
kmencegahinf 3 5
eksi
Dx: NOC: Blood Coagulation NIC: Bleeding Precaution Rasional
Risikoperdarahan
denganfaktorrisik Setelah dilakukan asuhan Intervensi :
o keperawatan selama 3x24 jam, 1. Pertahankan bed rest 1. Meminimalkan kesempatan
Trombositopenia diharapkantidakterjadiperdaraha 2. Kolaborasi dalam pemberian klien untuk cidera yang
ndengan kriteria hasil: produk darah (platelet atau dapat membuat perdarahan
fresh frozen plasma) 2. Meningkatkan jumlah
3. Lindungi klien dari trauma platet dalam tubuh
Indikator aw akh yang dapat menyebabkan 3. Luka kecil akan
al ir perdarahan menyebabkan perdarahan
1. Jumlah 2 4 4. Hindari pemberian aspirin yang hebat dan
platelet atau antikoagulan lainnya membahayakan
2. Pembekuan 3 5 5. Anjurkan pasien untuk 4. Akan memperparah
Darah meningkatkan intake keadaan karena darah
2 4 makanan yang banyak semakin tidak bisa
3. Hematokrit
mengandung vitamin K membeku
6. Hindari terjadinya konstipasi 5. Untuk meningkatkan
dengan menganjurkan untuk konsentrasi trombosit dan
mempertahankan intake pembekuan darah
cairan yang adekuat dan 6. Konstipasi dapat menjadi
pelembut feses faktor risiko terjadinya
perlukaan didaerah anus
adan bisa mengakibatkan
perdarah
BAB III
KESIMPULAN
Billota, K. A. J. (2011). Kapita selekta penyakit dengan implikasi keperawatan. Jakarta: EGC
Baradero, M., Dayrit, M. W. & Siswadi, Y. (2009). Seri asuhan keperawatan klien gangguan
ginjal. Jakarta : EGC
Ganong,W.F dan McPhee, S.J. (2010). Patofisiologi penyakit pengantar menuju kedokteran
klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC
Handayani, W. dan Haribowo, A. S. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer, A. (2007). Kapita selekta kedokteran edisi 7. Jakarta: EGC
Panjaitan, suryadi. 2003. Beberapa aspek anemia penyakit kronik pada lanjut usia. Bagian
ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran universitas sumatra utara. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6338/1/D0300606.pdf [ Accessed 11
maret 2015 ].
Price, S. A. & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit Ed 6.
Jakarta: EGC
Sudoyo, A., et all. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Buku Kedokteran FK UI