Anda di halaman 1dari 20

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN

A. Manajemen Pemeliharaan
1. Peternakan Layer
Sanitasi Karyawan
Setiap orang yang memasuki area perusahaan harus melalui pintu
khusus yang dilengkapi sprayer bersensor. Sprayer bersensor ini
mengeluarkan air yang kandungannya merupakan desinfektan. Tujuan dari
proses sprayer ini yaitu meminimalisirkan agen penyebab penyakit yang
terbawa oleh manusia. Setelah melalui tahap sprayer barulah staff, karyawan
dan tamu bisa memasuki areal perusahaan.

Gambar 1. Sanitasi Karyawan

Pada perusahaan peternakan layer PT. Inti Tani Satwa membagi ayam
menjadi tiga tahapan yaitu starter, grower, dan produksi. Setiap tahapan
memiliki manajemen pemeliharaan yang berbeda-beda utamanya dalam
pemberian pakan.

4
a. Starter

Gambar 2. Fase Starter


1. Persiapan kandang dan peralatan
Persiapan kandang dan peralatan yang dilakukan sebelum ayam
masuk yang terdiri dari pencucian tempat makan dan minum, kompor,
serta disinfeksi kandang.
2. Pemasangan pembatas
Pembatas berfungsi sebagai pelindung bagi anak ayam agar tidak
bergerak terlalu jauh dari pemanas serta tempat pakan/minum. Pembatas
yang digunakan disini yaitu pembatas persegi dengan ketinggian ± 45 cm,
terbuat dari seng. Pembatas akan diperlebar dengan melihat kondisi ayam,
apabila ayam terlihat sudah padat maka akan dilakukan pelebaran
pembatas. Pembatas hanya digunakan sampai anak ayam berumur 5-6
minggu.
3. Pemberian litter
Litter yang digunakan yaitu sekam padi dengan ketebalan sekitar
5-7 cm tetapi pada dasarnya semakin tebal makan semakin bagus karena
ayam akan merasa semakin nyaman namun biaya operasional harus
diperhitungkan juga sehingga hal ini yang menyebabkan kejadian di
lapangan tidak sesuai dengan seharusnya.
4. Persiapan pemanas
Fase brooding dilakukan selama 15 hari. Namun kejadian di
lapangan kadang berbeda dengan temperatur yang telat ditetapkan dalam
SOP. Sebaiknya temperatur di atur sebagai berikut (sumber: SOP Inti Tani
Satwa).

5
Umur Temperatur
Hari 1-2 34°C
Hari 3-4 32°C
Hari 5-7 30°C
Minggu ke 2 29-28°C
Minggu ke 3, dst 27-26°C

Tabel 1. Pengaturan temperature pada fase starter

5. Pengaturan tempat pakan/minum


Jumlah tempat makan dan minum disesuaikan dengan populasi
ayam dimana tempat makan harus berjumlah minimal 12 baki feeder/600
ekor DOC dan diletakkan setinggi punggung ayam sedangkan tempat
minumnya itu harus berjumlah 6-8 galon/600 ekor DOC dan diletakkan
setinggi mata ayam.
6. Pengaturan ventilasi
Kandang harus mendapatkan udara segar agar kesehatan DOC
tidak terganggu. Ventilasi kandang diatur sebagai berikut:
 Minggu I : Terpal tertutup rapat
 Minggu II : Terpal terbuka sepertiga
 Minggu III : Terpal terbuka duapertiga
 Minggu IV : Terpal terbuka penuh.
7. Pengaturan pencahayaan
Pengaturan pencahayaan pada periode starter dapat dilihat pada tabel 2.
(sumber: SOP Inti Tani Satwa):
Umur (Minggu) Lama Cahaya (Jam)
Hari 1-2 24
Hari 3-6 22
2 20
3 19
4 18
5 17
6 16
Tabel 2. Pengaturan lama pencahayaan pada fase starter

6
8. Pengaturan kepadatan DOC
Kepadatan yang terlalu tinggi akan menyebabkan pertumbuhan
tidak seragam, kanibalisme (menyerang/mematuk ayam yang lain), serta
kadar ammonia dan kelembaban tinggi oleh karena itu kepadatan dalam
kandang harus diperhatikan untuk melakukan pelebaran pembatas apabila
ayam sudah terlihat padat. Pengaturan kepadatan pada periode starter dapat
dilihat pada tabel 3. (sumber: SOP Inti Tani Satwa):
Umur Kepadatan(ekor/m2)
Hari 1-2 40
Hari 3-4 35
Hari 5-7 30
Minggu ke 2 20
Minggu ke 3, dst 10
Tabel 3. Pengaturan kepadatan pada fase starter

9. Pemberian pakan dan minum

Gambar 3. Pemberian pakan periode starter


Pemberian air minum
Air minum harus tersedia 6 jam sebelum DOC datang hingga
hangat, dan tambah larutan gula (2.0g/L) 24 jam pertama untuk
mendorong konsumsi air. 2 minggu pertama tempat minum dibersihkan
3x sehari dan setelah itu dibersihkan 2x sehari.
Pemberian pakan
Pakan harus tersedia 6 jam sebelum DOC datang dimana jumlah
pakan pada minggu pertama rata-rata 71kg/6000ekor. Menurut hy-line
(2014) bahwa konsumsi pakan ayam sampai umur 17 minggu sekitar
5,75–6,13 kg. Frekuensi pemberian pakan dapat dilihat pada tabel 4.

7
(sumber: SOP Inti Tani Satwa);
Umur (hari) Frekuensi pemberian
1-4 8x
5-10 6x
11-14 3x
15-49 2x
>50 2x
Tabel 4. Pengaturan temperature pada fase starter

Umur (minggu) Konsumsi Pakan


(gr/hr per ekor)
1 14-17
2 17-21
3 23-25
4 27-29
5 34-36
6 38-40
7 41-43
8 45-47
9 49-53
10 52-56
11 58-62
12 62-66
13 67-71
14 70-74
15 72-76
16 75-79
17 78-82

Tabel 5.Konsumsi pakan hingga umur 17 minggu (sumber: hy-line, 2014)

8
b. Grower

Gambar 4.Periode grower


Pada periode ini pemanas sudah tidak digunakan namun dilakukan
pemisahan antara jantan dan betina. Setelah dilakukan pemindahan ayam
maka diberikan pencahayaan 3 hari pertama agar ayam mengenal tempat
makan dan minum kemudian diberikan pakan starter selama 7 hari pertama
untuk memulihkan berat badan yg susut saat transfer.
1. Persiapan kandang
Kandang yang digunakan merupakan kelanjutan dari kandang
koloni pada masa starter. Dimana kepadatan dilihat dari populasi ayam 10
ekor/m2. Kandang litter: kandang dibuat langsung menempel pada lantai
dan di atasnya diberi sekam sedangkan kandang panggung : kandang yang
lantainya terbuat dari bambu bercelah.
2. Persiapan peralatan kandang
Persiapan utama yang dibutuhkan yaitu fumigasi, desinfektan.
3. Pengaturan ventilasi
Pada periode ini tirai sudah dibuka penuh.
4. Seleksi dan pindah kandang
Proses seleksi dan pindah kandang dilakukan pada pagi atau sore
hari agar ayam tidak stress. Ayam jantan dibesarkan sebagai ayam potong,
untuk itu diberi pakan dengan kadar protein 19-20% secara tidak terbatas
sedangkan ayam betina yang dibesarkan haruslah sehat dan memiliki
pertumbuhan yang baik. Oleh karena itu ayam yang tidak memenuhi
persyaratan harus disingkirkan.

9
5. Pemberian pakan dan air minum

Gambar 5. Pemberian minum periode grower


Pemberian pakan
Pada periode ini dilakukan peralihan pakan dari pakan starter ke
pakan grower. Peralihan pakan dilakukan setelah ayam berumur 8
minggu. Peralihan pakan harus dilakukan secara bertahap agar ayam
tidak stress namun untuk minggu pertama maka diberikan pakan starter
terlebih dahulu untuk memulihkan berat badan yang susut saat transfer
dan pada minggu kedua barulah dilakukan pencampuran pakan agar
ayam mulai mengenali pakan yang baru.
Hari pertama : 75 % pakan lama dan 25% pakan baru.
Hari kedua : 50 % pakan lama dan 50% pakan baru.
Hari ketiga : 25 % pakan lama dan 75% pakan baru.
Hari keempat : 100 % pakan baru.

10
Kebutuhan Pakan
Umur(minggu) Per Per Kumulatif
Hari Minggu **
9 41 287 1610
10 43 301 1911
11 44 308 2219
12 46 322 2541
13 47 329 2870
14 51 357 3227
15 54 378 3605
16 56 392 3997
17 59 413 4410
18 63 441 4851

**Kumulatif dari periode starter


Tabel 6. Kebutuhan pakan fase grower
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai standar. Agar ayam
tidak terlalu gemuk atau tidak terlalu kurus, karena dapat mempengaruhi
masa produksinya.

Zat Periode
makanan grower
Protein % 14.5-15

Lemak % 5-Apr
Serat
5-Mar
kasar %
Garam % 0.2
Kalsium
0.9
%
Phospor
0.5
%
Kalori
2800
(Kcal/kg)

Tabel 7. Kebutuhan nutrisi fase grower

11
Pemberian air minum
Air minum yang disukai oleh ayam adalah air bersih yang segar, tidak
berbau dan tidak berwarna. Air minum diberikan secara tidak terbatas.
6. Penyinaran
Program pencahayaan pada periode grower dapat dilihat pada tabel 9
(Sumber: SOP Inti Tani Satwa);
Umur Lama
(Minggu) Cahaya
(Jam)
15 13
16 13
17 13,5
18 14
19 14,5
20 15
21 15,5
Tabel 8. Kebutuhan pakan fase grower

Mulai umur 8-14 minggu intensitas dan durasi penyinaran tidak


perlu ditingkatkan. Penerangan pada masa ini cukup dengan cahaya
matahari alami sekitar 12 jam. Jika intensitas maupun durasi penyinaran
ditambah maka di kemudian hari akan mempengaruhi proses bertelur
ayam menjadi lebih cepat. Pencahayaan akan merangsang sekresi hormon
yang merangsang ovulasi dan peneluran serta hormon pertumbuhan. Jika
hal ini terjadi maka ayam akan menghasilkan telur yang kecil dengan
masa produksi yang pendek.

12
c. Produksi

Gambar 6. Fase Produksi

Gambar 7. Tempat Sortir Telur


Manajemen pada fase produksi diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas layer dalam menghasilkan telur. Semakin tinggi persentase
jumlah telur yang dihasilkan per ayam layer yang dipelihara akan semakin
baik dan semakin menguntungkan bagi peternak.
1. Pemberian pakan
Jumlah pakan yang diberikan sangat mempengaruhi kemampuan
bertelur ayam layer. Jumlah pakan yang diberikan sekitar 117
gr/ekor/hari. Jika jumlah pakan yang diberikan kurang akan berdampak
buruk pada jumlah telur yang dihasilkan.

13
Zat Periode
makanan layer
Protein % 17-18

Lemak % 3-Feb

Serat kasar % 3 – 3.5

Garam % 0.25

Kalsium % 2–4
Phospor % 0.6
Kalori
2800
(Kcal/kg)

Tabel 9. Kebutuhan nutrisi fase produksi


2. Pemberian air minum
Air minum yang disukai oleh ayam adalah air bersih yang segar, tidak
berbau dan tidak berwarna. Air minum diberikan secara tidak terbatas.

2. Peternakan Ayam Broiler


Periode pemeliharaan broiler dibagi menjadi dua, yaitu periode starter
dan periode finisher. Periode starter dimulai pada umur 1-21 hari dan periode
finisher dimulai pada umur 22-35 hari atau sesuai umur dan bobot potong yang
diinginkan (Murwani, 2010). Broiler pada periode starter dan finisher memiliki
kebutuhan nutrisi yang berbeda (Murtidjo, 2006). Pakan yang diberikan pada
ayam broiler merupakan pakan ternak dengan rasio yang lengkap. Pakan broiler
pada umumnya diberikan dalam bentuk crumble untuk fase starter dan pellet
untuk periode pertumbuhan.
a. Sistem Perkandangan
Kandang yang digunakan harus memiliki cukup ventilasi dan memiliki
luas sesuai kapasitas broiler. Kapasitas pemeliharaan yang disarankan menurut
Kartasudjana dan Suprijatna (2006) serta Rasyaf (2010) adalah sebanyak 11-12
ekor per meter persegi pada lokasi dataran tinggi dan 8-10 ekor per meter persegi
pada lokasi dataran rendah. Kandang yang digunakan di lokasi magang
merupakan kandang dengan model panggung yang membujur dari barat ke timur
dan terbilang ideal dengan kapasitas sekitar 8-10 ekor per meter persegi (8 m x40
m untuk populasi 2500 ekor dan 8 m x 50 m untuk populasi 3000 ekor).
14
b. Persiapan Kandang dan Peralatan
Persiapan kandang dan peralatan dilakukan setiap periode sebelum DOC
masuk (chick-in).Persiapan kandang meliputi desinfeksi kandang dan
peralatannya (seperti tempat pakan, tempat minum, penghangat (brooder), wadah,
dan lain-lain), pengisian litter kandang, dan pemasangan brooder. Pemanas
dinyalakan 24-48 jam sebelum chick-in. Pemasangan litter kandang dilakukan
selama 2 minggu pertama pemeliharaan. Ketebalan litter sekitar 5 cm. Litter yang
menggumpal harus dibuang dan dilakukan penambahan litter secara berkala.
Penggunaan pembatas berfungsi sebagai pelindung bagi anak ayam agar tidak
bergerak terlalu jauh dari pemanas serta tempat pakan/minum.Pelebaran pembatas
kandang dilakukan secara berkala hingga umur 2 minggu dengan melihat kondisi
kepadatan kandang.Bagian dinding kandang yang terbuka dipasang tirai untuk
mencegah air hujan dan angin masuk ke dalam kandang.Pembukaan tirai
dilakukan secara berkala dimulai dari bagian paling atas.
c. Pemberian Pakan dan Minum
Pakan adalah kebutuhan pokok dan juga pengeluaran terbesar dalam
budidaya ayam broiler, pakan memiliki andil biaya operasional sebesar 70%.
Keuntungan ternak ayam broiler sangat ditentukan oleh kualitas pakan dan
konversi pakan ke daging.
Pemberian pakan starter diberikan setelah ayam memperoleh minum, pada
beberapa hari pertama pakan dapat diberi dengan cara ditaburkan pada box DOC
atau tempat pakan untuk anak ayam. Sisa pakan harus dibuang tiap pagi dan
jangan dibuang di litter karena akan membahayakan kesehatan ayam.
Pemberian pakan selama dua minggu pertama sebanyak 4 kali sehari yaitu
pagi, siang, dan malam sebanyak 2 kali.Selanjutnya umur > 14 hari pemberian
pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam.Awalnya pakan
diberikan dengan menggunakan feeder tray, kemudian umur 7 hari tempat pakan
gantung (hanging feeder) mulai dikenalkan tanpa pemasangan corongan
pakan.Jumlah feeder tray dikurangi secara bertahap dan pada umur 15 hari telah
memakai hanging feeder semua yang telah dipasang corongan (feeder
tray bercorong).Selanjutnya ketinggian hanging feeder memakai patokan setinggi
dada atau sekitar tembolok ayam. Perbandingan tempat pakan berkisar ± 30
ekor/feeder.

15
Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum (tidak terbatas), dan
terkontrol.Pengaturan air minum juga sangat penting, karena kekurangan pasokan
air minum dapat mengurangi laju pertumbuhan ayam.Tubuh anak ayam terdiri
dari 80% air.Air sangat dibutuhkan untuk membantu pencernaan, pertumbuhan
dan hidup khususnya pada 8-12 jam pertama.Air minum harus tersedia sepanjang
waktu dan dipastikan terbebas dari kontaminasi. Kualitas air sangat penting
karena kebutuhan minum ayam adalah 1,6 hingga 2 kali lipat dari jumlah pakan
yang dikonsumsinya. Pada kegiatan magang dilakukan juga penambahan
kaporit/chlorine pada air minum. Tujuan dari klorinasi (pemberian kaporit/ klorin)
adalah sebagai upaya sanitasi air minum yang dapat membunuh bakteri dan
mikroorganisme lain yang mencemari air. Klorinasi dapat dilakukan dengan cara
memasukkan klorin sebanyak 3-5 ppm ke dalam air minum.
d. Kebutuhan Nutrisi
Pada pemeliharaan ayam broiler, sumber energi pakan dapat berasal dari
karbohidrat, lemak, dan protein.Energi yang dikonsumsi dari ransum dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan kerja, mampu diubah menjadi energi
panas, dan dapat disimpan sebagi lemak tubuh.Semakin tinggi energi ransum,
semakin rendah konsumsi pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi
kebutuhan energinya.
B. Manajemen Kesehatan
1. Vaksinasi
Vaksinasi ialah tindakan pemberian vaksin atau infeksi buatan yang
terkontrol guna menstimulasi pembentukan antibodi yang tinggi (protektif) dan
seragam sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Secara normal anak ayam
yang baru menetas telah dibekali sejumlah antibodi yang berasal dari induk
(maternal antibodi). Namun antibodi maternal anak ayam ini tidak dapat bertahan
lama, sehingga harus dilakukan vaksinasi agar titer antibodi tetap berada pada
titer yang protektif untuk melawan berbagai bibit penyakit yang terdapat di
lingkungan sekitar. Antibodi sendiri merupakan suatu molekul protein yang
dihasilkan oleh sel plasma sebagai akibat interaksi antara limfosit B dengan agen
asing. Antibodi ini akan bereaksi spesifik terhadap antigen tertentu.
Berdasarkan sifat hidup antigen, vaksin dapat dibedakan menjadi vaksin
hidup (live vaccine) dan vaksin mati (killed vaccine). Vaksin hidup adalah vaksin
yang berisi mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan hidup, namun sudah
16
dilemahkan. Sedangkan vaksin mati adalah vaksin yang berisi mikroorganisme
agen penyakit dalam keadaan mati (dimatikan), biasanya di dalamnya
dicampurkan dengan oil adjuvant. Berdasarkan jumlah antigennya, vaksin dapat
digolongkan menjadi vaksin tunggal dan kombinasi. Jadwal vaksinasi yang
diterapkan dapat dilihat pada tabel 14.
TABEL 10. JADWAL VAKSINASI

UMUR
VAKSIN KET DOSIS APLIKASI
MINGGU HARI
1 5 ND-IB LIVE 1 DS TETES
2 10 ND KILLED 1 DS SC
TETES
14 IBD A LIVE 1 DS MULUT
ND-IB TETES
3 17 AI LIVE 1 DS MULUT
26 IBD A LIVE 1 DS MINUM
SELEKSI TOTAL
ANTI KOKSI 3 HARI, POTONG PARUH
ND-IB LIVE 1 DS MINUM
ND KILLED 1 DS IM
7 49 POX LIVE 1 DS T.SAYAP
PINDAH GROWER
AI KILLED 1 DS IM
9 59 CORYZA KILLED 1 DS IM
SELEKSI
10 68 TOTAL
PINDAH
13 91 LAYER
ND-IB-EDS KILLED 1 DS IM
ND-IB LIVE 1 DS MINUM
14 98 CORYZA KILLED 1 DS IM
SELEKSI
15 105 TOTAL
21 147 NOB ND-IB KILLED 1 DS IM
44 IB 491 LIVE
50 350 AI KILLED
56 392 ND IB MA5 LIVE
NOB
68 476 CLONE LIVE
70 490 AI KILLED
80 560 ND IB MA5 LIVE

17
Keberhasilan vaksinasi bukan hanya ditentukan oleh kualitas produk
vaksin yang digunakan, namun terdapat beberapa faktor yang menentukan
keberhasilan tersebut, diantaranya:
- Tata laksana vaksinasi yang meliputi cara penanganan dan penyimpanan
vaksin, persiapan vaksin dan peralatan sebelum vaksinasi serta ketepatan
teknik vaksinasi.
- Program vaksinasi yang diterapkan, yaitu jadwal pelaksanaan vaksinasi.
- Status atau kondisi kesehatan ayam
- Penerapan program pendukung, termasuk biosekuriti yang ketat.
Kegagalan vaksinasi merupakan hal yang seringkali terjadi di lapang.
Kegagalan tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya:
- Kesalahan dalam penyimpanan dan persiapan vaksin
- Kesalahan aplikasi, seperti teknik vaksinasi dan jadwal pemberian
- Kekurangan jumlah antigen dalam vaksin
- Maternal antibodi yang tinggi sehingga menghambat perbanyakan virus dalam
vaksin
- Strain virus tidak cocok dengan vaksin sehingga ayam belum terlindung dari
infeksi virus tersebut.
2. Tindakan Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Terdapat berbagai macam penyakit yang dapat menyerang ayam.
Penyakit-penyakit tersebut dapat muncul meskipun program vaksinasi dan
biosekuriti telah dilaksanakan sesuai prosedur yang benar. Penggunaan obat-
obatan merupakan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati penyakit yang
menyerang suatu peternakan. Jenis obat yang umum digunakan antara lain adalah
antibiotik, anthelmintik (obat cacing), antiprotozoa, dan antijamur.

3. Pemberian Antibiotik
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroba yang dapat
membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Pada ayam, antibiotik dapat
diberikan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri seperti
Eschericia coli, Salmonella spp, Staphylococcus sp, Avibacterium
paragallinarum, dan berbagai jenis bakteri lainnya.
Menurut Medion (2010), terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
terkait dengan pemberian antibiotik pada ayam, diantaranya:
18
- Pemberian antibiotik yang termasuk dalam golongan aminoglikosida dan
golongan sulfonamid tidak boleh digunakan pada kondisi gangguan ginjal
seperti pada kasus Gumboro dan IB karena dapat memperberat kerja ginjal.
- Antibiotik golongan sulfonamid tidak boleh digunakan bersamaan dengan
vitamin B atau asam amino, sehingga pemberian multivitamin yang memiliki
kandungan vitamin B atau asam amino sebaiknya setelah pengobatan antibiotik
sulfonamid selesai diberikan.
- Penggunaan antibiotik golongan fluoroquinolon dan tetracyclin secara per oral
sebaiknya tidak dicampur dengan Ca2+ (kalsium), Mg2+ (magnesium), dan Al3+
(aluminium) karena dapat menurunkan penyerapan obat di saluran cerna.

4. Pemberian Multivitamin
Pemberian suplemen vitamin pada ayam di suatu peternakan merupakan
suatu hal yang wajib dan terprogram. Tujuan pemberian vitamin yaitu untuk
menjaga kesehatan ayam dan mencegah stres. Menurut Medion (2010), peranan
vitamin dalam tubuh ayam diantaranya:
- Vitamin A berfungsi dalam proses pertumbuhan, stabilitas jaringan epitel pada
membran mukosa saluran pencernaan, pernapasan, saluran reproduksi, serta
mengoptimalkan indera penglihatan.
- Vitamin B kompleks (vitamin B1 sampai B12) berfungsi sebagai koenzim dan
membantu berbagai proses metabolisme nutrisi, mulai dari karbohidrat, protein
dan lemak.
- Vitamin C berfungsi dalam metabolisme sel dan sebagai anti oksidan.
- Vitamin D menjaga rasio level kalsium dan fosfor dalam darah. Rasio ini
mempengaruhi pembentukan kerangka normal, kekerasan paruh dan cakar serta
kekuatan kerabang telur yang terbentuk.
- Vitamin E untuk meningkatkan fertilitas, menjaga agar pertumbuhan embrio
normal, dan sebagai antioksidan.
- Vitamin K berfungsi dalam pembentukan protrombin yang nantinya digunakan
untuk pengaturan proses pembekuan darah.
5. Pemberian Antihelmint
Anthelmintik (obat cacing) merupakan senyawa yang berfungsi
membasmi cacing pada unggas. Umumnya, obat cacing bekerja dengan cara
mempengaruhi syaraf otot cacing dan juga dengan cara mengganggu proses
19
pembentukan energi sehingga cacing kehilangan energi hingga akhirnya mati.

6. Anti Protozoa dan Antijamur


Salah satu jenis penyakit yang sering menyerang ayam adalah koksidiosis.
Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh jenis protozoa, yaitu
Eimeria spp. Penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan pemberian
antiprotozoa.
Selain virus, bakteri, cacing, dan protozoa, penyakit pada ayam juga dapat
disebabkan oleh infeksi jamur. Jenis jamur yang paling sering menyerang unggas
adalah Aspergillus fumigatus dan Aspergillus flavus.

7. Biosekuriti
Program biosekuriti merupakan upaya untuk menjadikan suatu kawasan
peternakan terbebas dari bibit penyakit (mikroorganisme patogen) dari reservoir
atau vektor pembawanya. Pintu gerbang suatu peternakan adalah tempat pertama
bagi orang yang mau masuk ke area atau komplek peternakan dan merupakan
titik awal keberhasilan suatu peternakan terbebas dari wabah atau serangan
penyakit (Hadi 2010; Ritonga 2008).
Menurut Rusianto (2008) dan Hadi (2010) agen penyakit dapat masuk ke
dalam lingkungan peternakan ayam melalui berbagai macam cara yaitu berikut
ini:
1. Terbawa masuk ketika anak ayam (DOC) datang (transmisi vertikal).
2. Masuknya ayam sehat yang baru sembuh dari penyakit tetapi sekarang
berperan sebagai pembawa (carrier).
3. Masuknya ayam dari luar flok (transmisi horizontal).
4. Terbawa masuk melalui kaki (sepatu), tangan dan pakaian pengunjung atau
karyawan, misalnya berbagai penyakit virus dan bakteri (Salmonella,
Campylobacter).
5. Terbawa melalui debu, bulu-bulu atau sayap, dan kotoran (manure) pada
peralatan dan sarana lain seperti truk, kandang ayam, dan tempat telur.
6. Terbawa oleh burung-burung liar, predator (kumbang), rodensia (tikus), lalat,
caplak, tungau, dan serangga lain.
Prinsip biosekuriti pada peternakan terdiri dari isolasi, pengawasan lalu
lintas dan sanitasi (Ritonga 2008). Isolasi dan pengendalian lalu lintas merupakan
20
cara untuk menjauhkan ayam dari bibit penyakit, sedangkan sanitasi bertujuan
membunuh bibit penyakit (Nugroho 2011).Isolasi dilakukan jika ada ayam yang
menunjukkan gejala sakit, cara ini dilakukan bertujuan untuk pencegahan
penyebaran penyakit, jika sudah tidak terkendali maka dapat dilakukan
pemusnahan pada ayam-ayam tersebut.
Pengawasan lalu lintas dapat dilakukan dengan cara membatasi hewan,
orang dan kendaraan keluar masuk ke lokasi kandang. Pada peternakan ini,
penerapan pengawasan lalu lintas hewan dan manusia masih belum diterapkan
dengan baik. Hal ini tampak dari bebasnya orang dan kendaraan keluar masukke
dalam kandang dan area peternakan, serta masih banyaknya burung-burung liar
yang berterbangan di area peternakan. Selain itu, juga terdapat burung kesayangan
yang dipelihara oleh petugas kandang di dalam kawasan peternakan tersebut
(gambar 9a). Dari segi pengawasan lalu lintas, peternakan ini hanya menerapkan
sistem dipping dengan desinfektan sebelum petugas atau orang lain memasuki
kandang, terlihat pada setiap akses jalan menuju ke kandang telah disediakan
kolam buatan sebagai tempat dipping (Gambar 9b). Hal ini bertujuan untuk
mencegah penyebaran penyakit melalui manusia.
Untuk mencegah masuknya agen penyakit, program biosekuriti harus
dilakukan secara efektif termasuk penerapan sanitasi kandang dan peralatan
kandang. Selain itu biosekuriti juga meliputi sanitasi lahan peternakan.Sanitasi
adalah program di suatu kawasan peternakan yang bertujuan untuk menjaga
terjadinya perpindahan bibit penyakit menular sehingga ternak yang dipelihara
terbebas dari infeksi bibit penyakit sehingga selalu dalam kondisi sehat. Sanitasi
yang dilakukan dapat berupa penyemprotan kandang dan area di sekitar kandang.
Frekuensi dari penyemprotan ini ditingkatkan jika ada kemungkinan penularan
penyakit. Penyemprotan di sekitar kandang pada Jampang Baru Farm dilakukan
satu kali dalam satu minggu menggunakan desinfektan. Penyemprotan juga
dilakukan terhadap semua peralatan-peralatan yang digunakan di farm diantaranya
seperti terpal dan wadah-wadah.

C. Nekropsi
Nekropsi adalah suatu upaya mengoleksi data dari perubahan organ dalam
ayam untuk membuat sebuah diagnosa. Fungsi dari nekropsi adalah mengamati
beberapa organ dalam yang mengalami perubahan atau kelainan sehingga dapat
21
dijadikan sumber dugaan atau diagnosa bahwa ayam tersebut terserang suatu
penyakit dengan melakukan pembedahan.
Pemeriksaan nekropsi dilakukan pada ayam yang diduga sakit. Terlebih
dahulu ayam yang diduga sakit dikeluarkan dari kandang dan dibawa
kelaboratorium. Selanjutnya dilakukan embolisasi udara kedalam vena brachialis
atau melalui jantung
Nekropsi dilakukan bukan hanya saat ada ayam mati saja, namun pada saat
ayam DOC datang juga dilakukan nekropsi. Tujuan ini untuk mengantisipasi
terjangkitnya wabah penyakit serta untuk melihat perubahan patologi organ DOC.
Perubahan anatomi organ DOC merupakan kunci penegak diagnosa.
Adapun yang dilihat dari perubahannya seperti jantung, hati, gizard, dan
yolk Sack. Perubahan organ tersebutlah yang dilihat, misalnya gizzard rusak/erosi
dapat disebabkan dari breeding yang kotor dan yolksac yang ukurannya besar
menandakan bahwa proses penyerapannya bagus.

Gambar 8. Proses Nekropsi

D. Ruang Obat
Ruangan obat merupakan tempat penyediaan obat-obatan untuk mencegah
terjadinya wabah penyakit. Segala penyakit yang ada setiap kandang maupun dari
hasil pemeriksaan laboratorium dan nekropsi maka dapat disimpulkan bahwa terapi
apa yang diberikan pada ayam tersebut.Bahkan jika ada program pengobatan, maka
petugas diruang obat menaruh obat-obatan jenis apasaja yang dibutuhkan setiap
kandang.

22
23

Anda mungkin juga menyukai