Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

‫ واخرتع ماهيات ا ألش ياء مبقتض‬،‫امحلد هلل اذلي أأبدع نظام اموجود‬
‫ و أأفاض برمحته حمراكت ا ألجرام‬،‫ و أأنشأأ بقدرته أأنواع اجلوهار امعقلية‬،‫اجلود‬
‫ املزنهة عن امكدورات‬،‫ وامصالة عىل ذوات ا ألنفس امقدس ية‬،‫امفلكية‬
‫ وعىل أآهل‬،‫ خصوص عىل س يدان محمد صاحب الآايت واملعجزات‬،‫ا ؤلنس ية‬
:‫ وبعد‬.‫و أأحصابه امتابعني نلجج وامبينات‬
Terimakasih sebanyak-banyaknya kami haturkan kepada dosen pengampu
kita bapak Drs. K.H Hambali, M.Pd.I semoga dirahmati Allah selalu, yang
senantiasa berada di belakang kita mengawasi serta membimbig kita semua agar
mampu bernalar dengan sebaik-baiknya tur bijaksana mengunakan rahmat Allah
berupa akal sehat. Terimakasih pula kami haturkan kepada para kolega kami
dalam mencari ilmu yang berkenan hadir untuk menyimak serta mengkritisi
makalah juga presentasi kami dalam “Mata Kuliah Mantiq” ini.

Sebagai manusia biasa, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya


bilamana terdapat kekurangan atau kesalahan dalam bentuk dan keadaan apa pun
baik dalam makalah atau pun presentasi kami. Maklah ini kami ajukan sebagai
pemenuhan tugas tatap muka pada “Mata Kuliah Ilmu Mantiq” yang di ampu oleh
bapak Drs. K.H Hambali, M.Pd.I. semoga makalah ini bermanfat bagi kita semua
khususnya bagi kami sebagai pemateri. Amiin...

Penulis

x
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ x

Daftar Isi................................................................................................................. xi

Pendahuluan ............................................................................................................ 1

1. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

Aspek Dasar Ilmu Mantiq ....................................................................................... 3

1. Dfinisi Ilmu Mantiq ..................................................................................... 3

2. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Mantiq ..................................................... 4

3. Kebutuhan Mempelajari Ilmu Mantiq .......................................................... 4

4. Manfaat atau Keutamaan Mempelajari Ilmu Mantiq ................................... 5

Kesimpulan ............................................................................................................. 6

Daftar Pustaka ......................................................................................................... 7

xi
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam Syukriadi Sambas (2012: 1) Syekh Hasan Darwis al-Qusaini,
ketika menjelaskan Matan al-Sulam al-Mantiq karya Syekh Abdur-Rahman al-
Ahdhari mengutip nazham berikut:

‫ا َّن َمم َما ِدد َمي ِّلُك ِد ٍّن فَم ٍّنن َمع َرْش َم ِّلُك ااَم ُّدد َموامل َم َرْشو ِّلُك ِّلُكـ ِّلُكــــــــ َّنـ امل َّن َمـ َمر ِّلُكة‬
‫ِإ‬
‫َموفَم َرْش ِّلُك ِّلُكـ َمو ِدن َرْشس َمب ِّلُكة َمو َمامو ِد ِّلُكـ َمو ِإال َرْش ِّلُك ِإال َرْشس ِدت َرْشعدَم ا ِّلُكد ِّلُكح َرْش ِّلُك ام َّن ِدعِد‬
‫َمم َمسائِد ِّلُكل َموام َمب َرْشع ِّلُكض ِدِبم َمب َرْشع ِدض َمو ِدم َرْشن د ِّلُكَمرى اجلَم ِدـ َرْشي َمـ َمح َماز ام َّن َم فَم ا‬
“sesungguhnya setiap disiplin ilmu memiliki sepuluh aspek dasar
(mabda’), yaitu: (1) pengertian (hadd), (2) objeknya (maudhu’), (3)
kegunaannya (tsamarah), (4) keutamaannya (fadhl), (5) hubungannya
dengan ilmu lain (nisbah), (6) peletak dasar/yang pertama menyusunnya
(wadi’), (7) namanya (ism), (8) pengambilannya (istimdad), (9) hukum
memplajarinya (al-syri’), (10) dan problematikanya (masa’il), kesepuluh
aspek dasar itu satu sama lain saling melengkapi, barang siapa mengetahui
kesepuluh aspek dasar tersebut, ia akan memperoleh kemuliaan.”

Dari bait di atas maka seluruh himpunan disiplin ilmu (fan) memiliki
sepuluh aspek dasar atau mabda’, menurut Ali ibn Muhammad al-Jurjani dalam
Syukriadi Sambas (2012: 2) mengatakan bahwa mabda’ adalah:

‫ِد َم ام َّن ِدـ َم َمت َمو َّن ِّلُك عَملَم َرْشيــَما َمم َمسائِد ِّلُكل ام ِدع َرْش ِد‬
“sesuatu yang menjadi dasar pengenalan pokok bahasan problematika
ilmu”

Maka dengan demikian yang dimaksud mabadi’ ilmu mantiq adalah


proposisi untuk mengetahui pokok pembahasan mantiq yang dijadikan
pendahuluan studi.

1
2. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas maka masalah dapat dirumuskan sebagai
berikut:

1) Apa definisi ilmu mantiq?


2) Bagaimana sejarah dan perkembangan ilmu mantiq?
3) Untuk apa tujuan dan kegunaan mempelajari ilmu mantiq?
4) Apa manfaat atau keutamaan mempelajari ilmu mantiq?

Dengan setiap rumusan masalah di atas, maka akan dibahas dalam satu tema
besar yang diperinci menjadi sub bab untuk pembahasan dari setiap poin di atas.

2
ASPEK DASAR ILMU MANTIQ
1. Dfinisi Ilmu Mantiq
Ilmu mantiq dapat di sebut juga ilmu logika aristotalian atau logika
tradisional atau logika formal, para ulama bervariasi dalam memberikan rumusan
definisi ilmu mantiq meski memiliki esensi yang sama, yaitu digunakan untuk
menunjukkan sub disiplin ilmu, dalam Syukriadi Sambas (2012: 2-4)
menyebutkan tiga rumusan ulama mantiq yaitu:

 Tatanan berpikir yang dapat memelihara otak dari kesalahan


berpikir dengan pertolongan Allah SWT (Syekh Abu Abdullah
Muhammad Ahmad Muhammad „Ulaisyi).
 Suatu alat yang mengatur kerja otak dalam berpikir agar terhindar
dari kesalahan; selain merupakan ilmu kecermatan praktis (Syekh
al-Jurjani).
 Ilmu yang membahas objek-objek pengetahuan tashawur dan
tashdiq untuk mencapai interaksi dari keduanya, atau suatu
pemahaman yang dapat mendeskripsikan tashawur dan tashdiq.

Dapat dikatakan ilmu mantiq adalah ilmu berpikir benar, Atang Abdul
Hakim dan Beni Ahmad Saebani (2008: 223-224) mengatakan “logika tidak lain
dari berpikir secara teratur menurut urutan yang tepat atau bedasarkan hubungan
sebab akibat—pada dasarnya berpikir adalah mempertalikan isi pikiran dengan
hubungan yang tepat”, sedangkan menurut Aristoteles dalam Imam Asy
Syahrastani (2006: 106) “ilmu logika adalah standar untuk menguji benar dan
salah, hak dan batil”.

A.C. Ewing (2008: 13) mengatakan “logika, cabang ilmu ini sulit
dipisahkan dari epistemologi namun secara umum dianggap sebagai disiplin yang
berbeda. Logika adalah studi tentang berbagai jenis proposisi yang berbeda dan
hubungan di antara mereka yang menjustifikasi kesimpulan. Beberapa bagian dari
studi ini berhubungan erat dengan matematika, sebagian yang lain mungkin bisa
diklasifikasikan termasuk ke dalam epistemologi (sub disiplin pengambilan
pengetahuan/ theory of knowledge)”. Mengingat definisi Ewing telah mengikuti

3
perkembangan logika terbaru, maka ilmu mantiq tidak dapat dipadankan dengan
logika secara umum, hanya sepadan dengan logika formal belaka, atau dapat
dikatakan sub dari ilmu logika untuk era modern dan pasca modern.

2. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Mantiq


Sejarah ilmu mantiq tidak lepas dari filsafat yunani yang diadopsi oleh
ulama muslim, akan tetapi pada hakekatnya semenjak manusia pertama sudah
kegiatan berpikir sudah ada meski belum sistematis (secara mantiq), manusia yang
menciptakan sistemisasi berpikir adalah Aristoteles (384-322 SM), menurut Imam
Asy Syahrastani (2006: 106) “Aristoteles bin Nicomakhus dilahirkan di sebuah
kota yang bernama Stafira pada tahun pertama pemerintahan Raja Artaxerxes bin
Darius—Ketika Aristoteles berusia 18 tahun ayahnya menyerahkannya kepada
Plato, ia belajar kepada plato selama 20 tahun”. Aristoteles di juluki sebagai
„Guru Pertama‟ karena dialah yang menyusun logika secara sistematis.

Ilmu mantiq masuk dalam dunia islam menurut Syukriadi (2008: 10)
masuk melalui kegiatan penerjemahan ke dalam bahasa Arab pada zaman Daulah
Abbasyiah (153-656 H/750-1258 M). Upaya tersebut Abdullah bin Mughafa dan
Muhammad bin Abdullah Mughafa.

Selanjutnya perkembangan mantiq di dunia islam semakin meluas dan


mempengaruhi disiplin lainnya juga seperti tasawuf, ushuluddiin, ushul fiqh,
balaghah, nahwu, sharaf dll.

3. Kebutuhan Mempelajari Ilmu Mantiq


Tujuan dan kegunaan mempelajari ilmu mantiq menurut Muhammad Nur
al-Ibrahimi dalam Syukriadi (2008: 6) adalah:

 Melatih, mendidik dan mengembangkan potensi akal dalam


mengkaji objek pikir dengan menggunakan metodologi berpikir.

4
 Menempatkan persoalan dan menunaikan tugas pada situasi dan
kondisi yang tepat.
 Membedakan proses dan kesimpulan berpikir yang benar (hak) dan
yang salah (bathil).

Menurut hemat kami, tujuan mempelajari ilmu mantiq adalah menjadikan


manusia yang manusiawi (makhluk sempurna) yang mana dapat menjadikan
manusia mampu memfungsikan akal dan jiwanya sesuai fungsinya. Bagi kami
ilmu mantiq tidak hanya ilmu tentang aturan berpikir yang benar tetapi juga bijak
maka kita membutuhkan ilmu mantiq demi keteraturan semesta.

Juga telah di sebutkan di atas bahwa mantiq mempqngqruhi disiplin ilmu


lainnya, karena banyak disiplin yang memerlukan logika formal atau mantiq,
seperti tasawuf, ushuluddiin, ushul fiqh, balaghah, nahwu, sharaf dll.

4. Manfaat atau Keutamaan Mempelajari Ilmu Mantiq


Menurut al-Darwis dalam Syukriadi (2008: 7) “keutamaan ilmu mantiq
diantaranya dapat mengungguli dan memberi nilai tambah terhadap disiplin ilmu-
ilmu lainnya sebab kegunaan ilmu mantiq masih umum. Artinya ilmu mantiq
membahas tashawur dan tashdiq, sedangkan setiap disiplin lainnya memuat hasil
kegiatan tashawur dan tashdiq sesuai objek kajiannya”.

Maka manfaat mempelajari ilmu mantiq dapat disimpulkan menjadi alat


penolong manusia menjadi makhluk yang sempurna dan menjadi kholifah,
menjadikan manusia sebagai manusia yang semanusianya manusia dan
memanusiakan manusia, seluruh pemikir mengakui bahwa manusia adalah
makhluk yang mampu rasional, yang mampu menentukan sebuah pilihannya
sendiri, maka ada manusia yang manusiawi dan ada manusia yang hewani, yaitu
manusia yang tidak mampu mengendalikan pikiran dan jiwanya.

5
KESIMPULAN
Ilmu mantiq adalah kaidah bernalar baik dan benar, dewasa ini ilmu logika
sudah mengalami revolusi besar semenjak Kant sdan disempurnakan oleh
Einstein, Kuhn, Popper dll terutama abad xxi ini, maka ilmu mantiq sudah tidak
dapat dipadankan dengan ilmu logika, karena logika memiliki varian yang begitu
banyak, akan tetapi logika formal masih dapat dipadankan dengan ilmu mantiq.

Sejarah ilmu mantiq tidak lepas dari filsafat yunani yang diadopsi oleh
ulama muslim, akan tetapi pada hakekatnya semenjak manusia pertama sudah
kegiatan berpikir sudah ada meski belum sistematis (secara mantiq), manusia yang
menciptakan sistemisasi berpikir adalah Aristoteles bin Nicomakhus dilahirkan di
sebuah kota yang bernama Stafira pada tahun pertama pemerintahan Raja
Artaxerxes bin Darius dan memasuki dunia islam pada masa Daulah Abbasyiah.

Ilmu mantiq dapat menjadikan manusia yang manusiawi (makhluk


sempurna) yang mana dapat menjadikan manusia mampu memfungsikan akal dan
jiwanya sesuai fungsinya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Ewing, A.C. Persoalan-Persoalan Mendasar Filsafat. Penerj. Uzair&Rika Iffati


Farikha. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Saebani, Atang Abdul Hakim & Beni Ahmad. Filsafat Umum: Dari Metologi
Sampai Teofilosofi. Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.

Sambas, Syukiadi. Mantik: Kaidah Berpikir Islami. Cetakan Kenam. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2012.

Syahrastani, Asy. al-Milal wa al-Nihal: Aliran-Aliran Teologi Dalam Sejarah


Umat Manusia. Penerj. Asywadie Syukur. Vol. II. Surabaya: PT Bina Ilmu, 2006.

Anda mungkin juga menyukai