PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pertusis adalah penyakit radang paru (pernafasan) yang disebut juga batuk rejan atau
batuk 100 hari, karena lama sakitnya dapat mencapai 3 bulan lebih atau 100 hari.Pertusis
adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis. Nama lain dari
penyakit pertusis adalah tussis quinta, whooping cough, batuk rejan.
Penyakit ini tersebar diseluruh dunia, ditempat yang padat penduduknya dapat berupa
epidemic pada anak. Pertusis ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin
berat. Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau pertusis. Serangan batuk terjadi tiba-tiba
dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang keluar.
Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara shingga bernapas
dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang baru lahir berumur kurang
dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak terdengar. Batuk pada pertusis
biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan penderita sangat kelelahan setelah
serangan batuk.
2.2 Etiologi
Penyakit pertusis terbanyak disebabkan oleh bakteri bordetella pertusis tetapi kadang-kadang
juga oleh bordetella parapertusis di beberapa daerah dunia. Bakteri bordetella parapertusis
termasuk bakteri gram negatif yang dapat dibiakkan dari swabna ofaring penderita pertusis
dengan media khusus (ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou).
2.3 Patofisiologi
Penumpukan mucus akan menyebabkan plug yang kemudian menjadi obstruksi dan
kolaps pada paru, sedang hipoksemia dan sianosis dapat terjadi oleh karena gangguan
pertukaran oksigen saat ventilasi dan menimbulkan apneu saat batuk. Lendir yang terbentuk
dapat menyumbat bronkus kecil sehingga dapat menimbulkan emfisema dan
atelektasis.Eksudasi dapat pula sampai ke alveolus dan menimbulkan infeksi sekunder,
kelaina paru itu dapat menimbulkan bronkiektasis.
2.4 Pohon Masalah
Bordetella Pertusis
Inhalasi droplet
Alveolus
Reaksi antigen-antibodi
Peningkatan aktivitas
Tuberkel pecah Reaksi radang paru
seluler
Asupan kurang
Jalan nafas tidak efektif
Perubahan nutrisi
Nyeri Sering terbangun kurang dari kebutuhan
dimalam hari
Gangguan pola
tidur
2.5 Manifestasi Klinik
Pada Pertusis, Masa inkubasi penyakit ini 6-20 hari (rata-rata 7 hari) gejala umumnya
dibagi dalam 3 stadium yaitu : stadium kataralis, paroksimal(serangan) dan konvalensi
(penyembuhan).
1. Droplet infection
Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah
penderita pada saat batuk dan bersin
Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman
penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusis dapat
menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.
2.7 Komplikasi
Infeksi saluran nafas atas yang menyebar ke bawah dan menyebabkan timbulnya pus
dan bronki, kental sulit dikeluarkan, berbentuk gumpalan yang menyumbat satu atau lebih
bronki besar, udara tidak dapat masuk kemudian terinfeksi dengan bakteri.
Paling sering terjadi dan menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 3 tahun terutama
bayi yang lebih muda dari 1 tahun. Gejala ditandai dengan batuk, sesak nafas, panas, pada
foto thoraks terlihat bercak-bercak infiltrate tersebar.
Karena batuk hebat kuman masuk melalui tuba eustaki yang menghubungkan dengan
nasofaring, kemudian masuk telinga tengah sehingga menyebabkan otitis media. Jika saluran
terbuka maka saluran eustaki menjadi tertutup dan jika penyumbat tidak dihilangkan pus
dapat terbentuk yang dapat dipecah melalui gendang telinga yang akan meninggalkan lubang
dan menyebabkan infeksi tulang mastoid yang terletak di belakang telinga.
c. Bronkhitis : Batuk mula-mula kering, setelah beberapa hari timbul lender
jernih yang kemudian berubah menjadi purulen.
d. Atelaktasis : Timbul akibat lender kental yang dapat menyumbat bronkioli.
e. Emphisema Pulmonum : Terjadi karena batuk yang hebat sehingga alveoli pecah dan
menyebabkan adanya pus pada rongga pleura.
f. Bronkhiektasis : Terjadi pelebaran bronkus akibat tersumbat oleh
lender yang kental dan disertai infeksi sekunder.
g. Aktifitas Tuberkulosa
h. Kolaps alveoli paru : terjadi akibat batuk proksimal yang lama pada anak-anak
sehingga dapat menebabklan hipoksia berat dan pada bayi dapat menyebabkan
kematian mendadak.
Pertusis dapat didiagnosis selama stadium paroksismal. Sukar pada bayi-bayi yang sangat
muda, adolesens, dan pada orang dewasa oleh karena mempunyai manifestasi yang atipis.
Riwayat kontak dengan kasus-kasus pertusis sangatlah menolong, tetapi umumnya riwayat
ini negatif pada populasi yang telah banyak mendapat imunisasi. Batuk lebih dari 2 minggu
dengan emesis sesudah batuk mempunyai nilai diagnostik yang penting.
2.9 Penatalaksanaan
1. Pemberian antibiotik
a. Eritromisin dengan dosis 50mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini
menghilangkan B. Pertusis dari nasofaring dalam 2-6 hari (rata-rata 3-6 hari)
dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi.
Eritromisin juga “menggugurkan” atau menyembuhkan pneumonia. Oleh
karena itu, sangat penting dalam pengobatan pertusis khususnya pada bayi
muda.
b. Ampisilin dengan dosis 100 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis.
2. Ekspektoransia dan mukolitik
3. Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang berat.
4. Luminal sebagai sedativa
5. Terapi Kausal
a. Anti Mikroba
Agen anti mikroba diberikan karen kemungkinan manfaat klinis dan
membatasi penyebaran infeksi. Entromisin 40 – 50 mg/kg/34 jam secara oral
dalam dosis terbagi empat (max. 29/24 jam) selama 14 hari merupakan
pengobatan baku. Beberapa pakar lebih menyukai preparat estolat tetapi etil
suksinal dan stearat juga manjur.
b. Salbutamol
Cara kerja salbutamol :
- Stimulan Beta 2 adrenalgik.
- Mengurangi proksimal.
- Mengurangi frekwensi apnea
- Dosis yang dianjurkan 0,3 – 0,5 mg / kg BB / hari di bagi dalam 3 dosis.
c. Globulin imun pertusis
Hiperimun serum dosis intramuskuler besar, rejan sangat berkurang
pada bayi yang diobati pada minggu pertama, penggunaan preparat
imunoglobulin jenis apapun tidak dibenarkan.
6. Terapi suportif (Perawatan Pendukung).
2.10 Pencegahan
1. secara Aktif
- pemberian vaksin pertusis diberikan bersama-sama dengan vaksin difteri dan tetanus
dosis pada imunisasi dasar dianjurkan 12 IU dan diberikan pada umur 2 bulan.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa vaksinasi pertusis sudah dapat diberikan pada
umur 1 bulan dengan hasil yang baik. Sedang waktu epidemi diberikan lebih awal lagi
yaitu umur 2 – 4 minggu.
vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang telah dimatikan untuk
mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan bersama vaksin difteri dan tetanus.
Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2 bulan. Kontra indikasi
pemberian vaksin pertusis :
2.Secara pasif
1. Pengkajian
Anamnese
a) Biodata
Umur : Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan jarang ditemukan pada
bayi berumur dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa diatas 15 tahun.
Tempat tinggal : Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat pemukiman yang
rapat-rapat, higine dan sanitasi jelek dan fasilitas kesehatan yang kurang.
Identitas klien
Nama/Nama panggilan :
Tempat tanggal lahir/Usia :
Jenis kelamin : L/P
Agama :
Pendidikan :
Alamat :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
Diagnosa medik : Pertusis
Rencana terapi :
Identitas orang tua
Ayah
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
Ibu
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
b) Keluhan Utama
Biasanya klien akan mengeluhkan batuk yang mula-mula timbul pada malam hari
dan semakin hari semakin bertambah bahkan hingga siang-malam dan terjadi terus
menerus hingga 100 hari
c) Riwayat Kesehatan :
1. Kesehatan Sekarang
Pada anamnesis penting ditanyakan adakah serangan yang khas yaitu batuk makin
lama makin bertambah berat dan diikuti dengan muntah terjadi siang dan malam.
Awalnya batuk dengan lendir jernih dan cair disertai panas ringan, lama–
kelamaan batuk bertambah hebat (bunyi nyaring) dan sering terdapat kontak
dengan penderita pertusis, batuk bersifat paroksimal dengan bunyi whoop yang
jelas. Pada pemeriksaan fisik tergantung dari stadium saat pasien diperiksa.
2. Kesehatan Masa Lalu
Pada anamnesis bisa ditanyakan apakah anak pernah mengalami hal yang selama
saat sebelumnya dan bagaimana pemberian obat yang telah dilakukan
sebelumnya.Harus ditanyakan apakah klien pernah melakukan kontak dengan
penderita pertusis.
3. Kesehatan keluarga
Pertusis bukanlah tipe penyakit yang ditularkan melalui genetic namun dapat
ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang terkena pertusis.
4. Riwayat Vaksin
Pada saat anamnesa kita harus mengkaji apakah klien sudah melakukan vaksin :
5. Riwayat Nutrisi
Pola nutrisi dan metabolisme biasanya jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan
oleh anoraksia.
6. Tumbuh Kembang
- Pertumbuhan
Pertumbuhan pada klien dapat kita kaji sesuai dengan umur klien saat proses
pengkajian yang dilakukan. Biasanya pertusis menyerang anak usia dibawah 2 tahun.
- Perkembangan
Perkembangan klien pun dapat kita kaji sesuai dengan umur klien saat proses
pengkajian
a. Personal Sosial
Ibu pasien mengatakan kalau dirumah anaknya lincah, tidak mau diam.
b. Motorik Halus
Anak terbiasa melakukan gerakan seperti memasukkan benda kedalam mulutnya,
menangkap objek atau benda – benda, memegang kaki dan memegang kaki dan
mendorong kearah mulutnya.
c. Motorik Kasar
Anak dapat tengkurap dan berbalik sendiri, dapat merangkak mendekati benda atau
seseorang.
d. Kognitif
Anak berusaha memperluas lapangan pandangan, tertawa dan menjerit karena
gembira bila diajak bermain, mulai berbicara tapi belum jelas bahasanya
Pemeriksaan Fisik
- TTV
a. Nadi: meningkat
b. TD: menurun
c. RR: meningkat
d. Suhu: kurang dari 38°C
- Kepala
Hidung : Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan
bagian atas yaitu timbulnya rinore dengan lendir yang jernih.
- Thorax dan Pernafasan
Auskultasi : Bunyi nyaring (whoop) saat inspirasi
Inspeksi : Penggunaan otot aksesorus pernafasan.
Pemeriksaan penunjang:
2. Analisa Data
Alveolus (Reaksi
antigen-antibodi)
Inhalasi droplet
Bordetella pertusis
DS : klien mengatakan Nyeri Nyeri
nyeri
2.
DO : Klien nampak
kesakitan pada saat Batuk-batuk
batuk
Akumulasi secret
Peningkatan produksi
sekret
Alveolus (Reaksi
antigen-antibodi)
Inhalasi droplet
Bordetella pertusis
DS : - Klien tidak nafsu Perubahan pola nutrisi
makan
3. Perubahan Nutrisi Kurang
DO: - Porsi makan yang Dari Kebutuhan
tidak habis
- klien tampak
Asupan kurang
pucat
- klien tampak
lemas Kurang nafsu makan
Metabolisme meningkat
Peningkatan aktivitas
seluler
Akumulasi secret
Peningkatan produksi
secret
3. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
2) Nyeri berhubungan dengan batuk yang menetap
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan
dengan anoreksia
4) Gangguan pola istirahat berhubungan dengan sering terbangun dimalam hari.
4. Rencana Keperawatan
Kriteria Hasil: Keluarga mampu mengetahui tentang sakit yang dialami anaknya,
pasien mengungkapkan pernafasan menjadi mudah, pasien mampu
melakukan batuk efektif, rata-rata pernafasan normal (16-24x/mnt).
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan takipnea, pernapasan dangkal,dan gerakan
dan gerakan dada . dada tak simetriks sering terjadi karena
ketidak nyamanan gerakan dinding dada
dan/ cairan paru
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Tentukan karakteristik nyeri untuk membantu mengevaluasi tingkat
nyeri.
Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi rasa nyeri
Dorong pasien untuk menyatakan takut dapat meningkatkan tegangan otot
perasaan nyeri dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
Berikan lingkungan yang tenang untuk meningkatkan mekanisme koping.
3.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan muntah yang lebih dan anoreksia.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi.
5. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang nyata untuk
mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya masalah klien. Pada
tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan,
serta melanjutkan pengumpulan data.
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail dan jelas supaya semua
tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan.
Perawat dapat melaksanakan langsung atau bekerja sama dengan para tenaga pelaksana
lainnya.
6. Evaluasi
- Status ventilasi saluran pernafasan baik.
- Nyeri berkurang
- Menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang
normal dan paru jelas atau bersih.
- Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pertusis adalah penyakit radang paru (pernafasan) yang disebut juga batuk rejan atau
batuk 100 hari, karena lama sakitnya dapat mencapai 3 bulan lebih atau 100 hari.Pertusis
adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis. Nama lain dari
penyakit pertusis adalah tussis quinta, whooping cough, batuk rejan.
Pada Pertusis, Masa inkubasi penyakit ini 6-20 hari (rata-rata 7 hari) gejala umumnya
dibagi dalam 3 stadium yaitu : stadium kataralis, paroksimal(serangan) dan konvalensi
(penyembuhan). Cara penularan pertusis, melalui: Droplet infection, Kontak tidak langsung
dari alat-alat yang terkontaminasi. Asuhan keperawatan pada penderita pertusis secara garis
besar adalah menjaga kebersihan jalan napas agar terbebas dari bakteri pertusis.
B. Saran
Perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini melakukan
penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi dan imunisasi akan berdaya guna jika dilakukan
sesuai dengan program. Selain itu perawat harus memberikan pengetahuan pada orang tua
mengenai penyakit pertusis secara jelas dan lengkap.Terutama mengenai tanda-tanda,
penanganan dan pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegnan, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 2, Edisi 15. Jakarta: EGC
Hidayat, a aziz alimul. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: Salemba medika