Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Post Partum
1. Pengertian Post Partum
Menurut Bobak (2010) Periode post partum adalah masa enam
minggu sejak bayi lahir sampai organ reproduksi kembali seperti
keadaan normal sebelum hamil. Periode post partum (puerperium) atau
masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu.
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam
masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi
puncak kepala dan persalinan selesai dalam 23 jam. Partus spontan
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran mengkonsumsi obat
obatan (Bobak, 2005)
2. Anatomi dan Fisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak
didalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia
eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan
eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen
dan progesteron (Bobak, 2005)
a. Struktur Eksterna
1) Vulva
Penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai
ke belakang dibatasi perineum.
2) Mons Pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan
ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung
banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna
hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan
dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selamakoitus.
3) Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung
yang menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan
mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah
bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada
garis tengah.
4) Labia Minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang ,
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan
menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan
medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
5) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang
terletak tepat di bawah arkus pubis.
6) Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu
atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan
fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
7) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis, dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora
dan minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu
cekungan dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan
himen.
8) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan
perineum.

b. Struktur Interna
1). Ovarium
ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di
belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada
tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus,
yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral
kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum
ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua
fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal
mengandung banyak ovum primordial.
2). Tuba Fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen
lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm.
3). Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus
normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin
dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang
merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba
fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit
konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan
dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa
hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
4). Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon
dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron.
sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan
selama masa hamil.
3. Periode Post Partum
a. Periode immediete postpartum
Masa setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
terdapat beberapa masalah, seperti perdarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu perawat dengan teratur melakukan pemeriksaan
kontraksi uerus, pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.
b. Periode early postpartum
Fase ini berlangsung 24 jam sampai 1 minggu, pada fase ini
perawat memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
mendapatkan cukup makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
c. Periode late postpartum
Fase ini berlangsung selama 5-6 minggu, perawat melakukan
perawatan dan pemeriksaan berkala serta konseling KB.

4. Perubahan Fisiologi Post Partum

1) Sistem Reproduksi

a. Teori Involusi Uterus

 Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat
sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2010)

 Proses involusi uterus adalah sebagai beriku:

a) Iskemia Miometrium: Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan


retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
b) Atrofijaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi
penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
c) Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga
panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali
lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan
progesteron.
d) Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi
dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau
tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum
hamil.

Involusi Uteri Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter Uterus


Uteri
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm
dan simpisis
14 hari (minggu Tidak teraba 350 gram 5 cm
2)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

b. Kontraksi
Intensitas kontraksi meningkat secara bermana segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi respon terhadap penurunan volume intrauterineyang
sangat besar. Selama 1-2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi
uterus biasa berkurang dan menjadi tidak teratus. Karena penting sekali
untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya
diberikan suntikan oksitosin secara intramuscular.
c. plasenta
setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan konstriksi vascular dan
thrombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi
dan bernodul tidak teratus.
d. Lokhea
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang
dinamakan lokia. Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas
danmempunyaireaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang
lebih cepat dari pada kondisiasam yang ada pada vagina normal.

Lokea waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel
desidua, verniks
caseosa, rambut
lanugo, sisa
meconium dan
sisa darah
Sangunolenta 3-7 hari Merah kekuningan Sisa darah
bercampur
lender
Serosa 8-14 hari Kekuningan/ kecoklatan Lebih sedikit
darah dan lebih
banyak serum
Alba >14 hari Putih Mengandung
lekosit, selaput
lender serviks
dan serabut mati
(Bobak. 2005)

e. e. Perubahan ligament
f. setelah bayi lahir, ligament dan diafragma pelvis fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan saat melahirkan kembali seperti sedia kala.
Perubahan ligamentum yang dapat terjadi paska melahirkan antara lain:
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibat letak uterus
menjadi retrofleksi.
1) Sistem reproduksi
a. Uterus
setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi
posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara
umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari
kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga
dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan
tidak dapat diraba lagi dari luar.
b. Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,
terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus
uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih
dapat dimasukan 2–3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja
yang dapat masuk.
c. Vagina dan perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan
serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini
kembali dalam keadaan kendor. Perubahan pada perineum pasca
melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan
jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi
dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum
dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan
vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir
puerperium dengan latihan harian.
2) Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan sinifikan hormone
human plasental lactogen (hPL), esterogen dan kortisol, sera enzim
insulinase membalik ke efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar
gula darah menurun secara bermakna sampai 10% dalam 3 jam hingga
hari ke 7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari
ke 3 post partum.
b. Hormone Ptuitary
Hormone pituitary antara lain hormone prolaktin, FSH, LH. Hormone
prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusuimenurun dalam waktu 2 minggu. Hormone prolaktin
berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang prosuksi
ASI. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada
minggu ke-3 , dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hipotamalik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium mempengaruhi lamaya mendapatkan
menstruasi pada wanita post partum. Pada wanita menyusui
mendapakan mestruasi pada 6 minggu pasca meahirkan berkisar antara
16% dan 45% setelah 12 mingg pasca melahirkan. Sedangkan pada
wanita tidak menyusui akan mendapatkan mestuasi berkisar 40%
setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
d. Hormone oksitosin
Selaa tahap ketiga persalna hormone oksitosin berperan dalam
pelepasa plasenta dan mepertahankan kontraksi seingga mencegah
perdarahan.
e. Hormone esterogen dan progresteron
Hormone esterogen yang tinggi memperbesar hormone ant diuretic yag
menyebabkan meningkatnya volume darah. Sedangkan hormone
progresteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan
dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum, vulva dan
vagina. Penurunan estergen menyebabkan prolaktin merangsang
prosuksi ASI. Pada wanita yang menyusui kadar prlaktin terus
meningkat dan menekan pengeluaran FSH di ovarium. Pada wanita
yang tidak menyusui kadar prolakin turun pada hari ke 14 – 21 post
partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar
hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium sehingga menyebabkan
pengeluaran esterogen dan progresteron dalan kadar normal,
perkebangan volikel de graf, ovulasi dan menstruasi.

3) Abdomen
a. Dinding perut dan peritoneum
Dinding perut dan peritoneum akan longgar pasca persalinan. Keadaan
ini akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis
terjad distasis dai otot-otot rectus abdominis, sehingga dari dinding
perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
b. Kulit abdomen
Selama masa kehamilan kulit abdomen akan melebar, dan
melonggarhingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen
dapat kembali normal dalam beberapa mingu dengan latihan post natal.
c. Straine
Terjadinya berubahan warna seperti janringan parut pada dinding
abdomen. Straine pada dinding abdomen tidak dapat menghilang
sempurna melainka membentuk garis lurus yan samar.

4) Sistem Perkemihan
a. Perubahan pada traktus urinarius
Kehamilan normal biasanya disertai peningkatan cairan ekstraseluler
yang cukupbermakna, dan diuresis masa nifas merupakan kebalikan
fisiologis dari proses ini. Diuresis biasanya terjadi antara hari kedua
dan kelima. Bahkan bila wanita tersebut tidak mendapat infuse cairan
intravena yang berlebihan selama persalinan dan kelahiran. Rangsang
untuk retensi cairan akibat hiperestrogenisme terinduksi kehamilan
dan peningkatan tekananvena pada setengah bagian bawah tubuh akan
berkurang setelah kelahiran, danhipervolemi residual akan
menghilang. Pada preeclampsia, baik retensi cairan antepartum
maupun diuresis postpartum dapat sangat meningkat. Kandung kemih
masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relative
tidaksensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Overdistensi
pengosongan yang tidaksempurna dan urine residual yang berlebihan
sering dijumpai. Pengaruh anestesi terutama anestesi regional yang
melumpuhkan, dan gangguan tenporer fungsi saraf kandung
kemih,tidak diragukan perannya. Urine residual dan bakteriuria pada
kandung kemih yangmengalami cedera, ditambah dilatasi pelvis
renalis dan ureter, membentuk kondisi yangoptimal untuk terjadinya
infeksi saluran kemih. Ureter dan pelvis renalis yang
mengalamidilatasi akan kembali ke keadaan sebelum hamil mulai dari
minggu ke-2 sampai ke-8 setelah kelahiran.
b. Inkontinensia urin
Selama masa pasca natal ibu dianjurkan untuk mempraktikan latihan
dasar panggul dan transversus segera setelah persalinan.
c. Ginjal
Aktivitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari
volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak pada
altovotas ini terjadi pada hari pertama post partum.

5) Sistem pencernaan
a. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan
untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan
waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal.
c. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan
lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk
kembali normal.
6) Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon
laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara, kolostrum diproduksi
mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3 – 5 post partum dimana
kolostrum mengandung lebih banyak protein dan mineral tetapi gula dan
lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek
pada ibunya karena menetek merupakan suatu rangsangan terhadap
peningkatan produksi ASI.

7) Sistem Kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran
caira ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas.
Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke
3 dan ke 4 setelah bayi lahir volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume darah sebelum hamil.
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc.
bila kehiran melalui seksio sesaria, maka kehilangan darah dapat dua
kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hermatokrit
(haemoconcentration). Bila perasalinan pervaginan, hematokrit akan
naik dan pada seksio sesaria, hemaktokrit cendrung stabil dan kembali
normal setelah 4-6 minggu.
Tiga perubahan fisiologi pascapartum yang melindungi wanita:
1. Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh
darah maternal 10% sampai 15%
2. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus
vasolitasi
3. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita
hamil

b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat
sepanjang msa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadan ini
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah
yang biasaya melintasi sikuir uteroplasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi
umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran.Setelah terjadi
diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah
kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada
normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan
demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah
dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara
cepat mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran
ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini
ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan
trauma selama persalinan.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu
relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada
jantung, dapat menimbulkan decompensation cordia pada penderita
vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 post partum.
d. Varises
Varises ditungkai dan disekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada
wanita hamil. Varises, bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, dapat
mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Operasi varises tidak
dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau mendekati total
diharapkan terjadi setelah melahirkan.

8) Sistem Neurologi

Perubahan neurologis selama post partum merupakan kebalikan


adaptasi neurologisyang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma
yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa tidak nyaman
neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilangkan setelah wanita
melahirkan. Eliminasi edema fisiologis melalui dieresis setelah bayi lahir
menghilangkan sindrom carpal tunnel dengan mengurangi kompresi saraf
median. Rasa baal dan kesemutan periodic pada jari yang dialami 5%
wanita hamil biasanya hilang setelah anak lahir, kecuali jika mengangkat
dan memindahkan bayi memperburuk keadaan. Nyeri kepala memerlukan
pemeriksaan yang cermat. Lama nyeri kepala bervariasi dari satu sampai
tiga hari sampai beberapa minggu, tergantung pada penyebab dan
efektivitas pengobatan.

9) Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi selama masa
hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapastum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi
lengkap pada minggu keenam sampai kedelapan setelah wanita
melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali ke keaadaan
normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah
melahirkan. Wanita yang baru menjadi ibu akan memerlukan sepati yang
ukurannya lebih besar.
10) Sistem Integumen
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di aerola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa wanita,
pigmentasi pada daerah tersebut akan menetap. Kulit yang meregang
pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin memudar, tetapi
tidak hilang seluruhnya.
Rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada waktu hamil biasanya akan
menghilang setelah wanita melahirkan, tetapi rambut kasar yang timbul
sewaktu hamil biasanya akan menetap. Konsistensi dan kekuatan kuku
akan kembali pada keadaan sebelum hamil.

11) Sistem Kekebalan


Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada sistem imun ibu pada masa postpartum.
Ibu dinyatakan membutuhkan vaksinasi rubella atau pencegahan insoimunisasai Rh.

12) Sistem Perkemihan


Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang
berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pasca
melahirkan kadar steroid menururn sehingga menyebabkan penurunan
fungsi ginjal. fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan
dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan.
Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan,
- Hemostatis interna
- Keseimbangan asam basa tubuh
- Pengeluaran sisa metabolisme

B. Pengkajian post partum

a. Pemeriksaan fisik
1) Kesehatan umum bagaimana perasaan ibu

2) Tanda- tanda vital

a) Suhu

Peningkatan suhu tubuh pada postpartum disebabkan oleh

dehidrasi akibat keluarnya cairan pada waktu melahirkan.

Selain itu disebabkan oleh istirahat dan tidur yang diperpanjang

selama awal persalinan, pada umumnya suhu tubuh kembali

normal setelah 2 ja postpartum

b) Denyut nadi

Bradikardi umumnya ditemukan pada pada 6-8 jam pertama

setelah persalinan. Nadi antara 60-80 x/menit. Denyut nadi

diatas 100x/menit mengindentifikasikan adanya infeksi.

c) Pernapasan

Keadaan pernafasan akan selalu berhubungan dengan suhu dan

juga nadi kecuali ada gangguan khusus pada saluran

pernafasan, dan akan kembali normal setelah melahirkan yaitu

20-30 x/menit

d) Tekanan darah

Tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karna adanya

pendarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum itu

menandakan adanya terjadi preeklamsi post partum


3) Payudara

Payudara terjadi proses laktasi dalam hal melakukan pengkajian

fiik dengan perubahan apakah ada terdapat benjolan, pembesaran

kelenjar atau abses serta bagaimaa keadaan puting, gumpalan,

kemerahan, nyeri, perawatan payudara serta pengeluaran ASI

4) Uterus

Perubahan dalam uterus meliputi involusi atau pengerutan uterus

merupakan suatu proses ketika uterus kembali normal dengan

bobot hanya 60 gram

5) Kandung kemih

Kesulitan miksi mungkin terjadi pada 24 jam setelah melahirkan

karena reflek penekanan aktivitas yang disebabkan oleh tekanan

kandung kemih selama melahirkan, kehamilan menyebabkan

dilatasi dan peregangan pelvis renalis dan ureter tetapi akan

kembali normal pada mimggu ke 4

6) Genetalia/perenium

Setelah persalania vagina meregang dan membentuk lorong

dinding lunak dan luas yang ukuranya secara perlahan mengecil.

Pada persalinan lama akan ditemukan memar dan edema pada

dinding vagina

7) Lokhe
Muncul pada hari pertama sampai ke4 masa post partum warnanya

merah dan mengandung darah dari robrkan atau luka pad bekas

implantasi dan serabut desidua dan korion

8) Ekstremitas bawah

Lihat adakah vasrises, warna kemerahan pada betis dan juga edema

9) Abdomen

Palpasi RDA, TFU dan juga kontraksi uterus dan striae, mortalitas

perut, nasfsu makan, meningkat, cepat lapar, hemoroid pada usus,,

bising usus normal 8-12 x/menit

10) Rektum

Hemoroid

11) Kulit

Linea nigra dan kulit lembab

12) Sistem moskuluskeletal

Tonus otot perut menurun,dinding abdomen lunak dan kendur

13) Pernapasan

Bentuk hidung simetris atau tidak,terdapat pernapasan cuping

hidun ata tidak, riwayat alergi, sekret, bentu,

Anda mungkin juga menyukai