Anda di halaman 1dari 151

JAN

27

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM


MENYUSUN RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
HARIAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI TK
DHARMA WANITA PERSATUAN MEDURAN MANYAR
GRESIK

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU


DALAM MENYUSUN RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
HARIAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI TK
DHARMA WANITA PERSATUAN MEDURAN MANYAR GRESIK

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

PTS
Disusun Dalam Rangka Pengembangan
Profesional keguruan

Disusun Oleh :
Hj. MA’RIFAH, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007
UNIT KERJA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GRESIK
TK DHARMA WANITA PERSATUAN MEDURAN MANYAR GRESIK
Tahun 2014

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) yang berjudul :

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU


DALAM MENYUSUN RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
HARIAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI TK DHARMA WANITA
PERSATUAN MEDURAN MANYAR GRESIK TAHUN 2014

Disusun oleh :
Hj. Ma’rifah, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik

Drs. H. NADLIF, M.Si


NIP. 19610926 198603 1 008

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan
dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen
sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua
yaitu: tenaga kependidikan guru dan nonguru . Menurut Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, ”komponen-komponen sistem
pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan
pengelola satuan pendidikan ( penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan).” Tenaga
gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem
pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan
khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru.
Usaha-usaha untuk mempersiapkan guru menjadi profesional telah banyak dilakukan.
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kinerja yang baik dalam
melaksanakan tugasnya. Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru sering mengeluh
kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan
beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4)
masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya.
Berdasarkan kenyataan begitu berat dan kompleksnya tugas serta peran guru tersebut,
perlu diadakan supervisi atau pembinaan terhadap guru secara terus menerus untuk
meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru perlu ditingkatkan agar usaha membimbing siswa untuk
belajar dapat berkembang.
Proses pengembangan kinerja guru terbentuk dan terjadi dalam kegiatan belajar
mengajar di tempat mereka bekerja. Selain itu kinerja guru dipengaruhi oleh hasil pembinaan dan
supervisi kepala sekolah. Pada pelaksanaan KTSP dan Kurikulum 2013 menuntut kemampuan
baru pada guru untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Tingkat
produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan-pelayanan secara efisien kepada pengguna
( peserta didik, masyarakat ) akan sangat tergantung pada kualitas gurunya yang terlibat langsung
dalam proses pembelajaran dan keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab
individual dan kelompok.
Menurut pendapat peneliti kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan
sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran
yang terjadi di kelas, mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan konsekuensinya,
adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan ) segala sesuatu agar proses pembelajaran di
kelas berjalan dengan efektif”.
Hal ini berarti bahwa guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di
kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru
harus mempersiapkan (merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan
dengan efektif.
Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan
pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan
secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan
Mingguan(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) atau beberapa istilah lain seperti desain
pembelajaran, skenario pembelajaran dan lain sebagainya. RKM dan RKHmemuat tingkat
pencapaian perkembangan, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode
pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian.
Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan
evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena
di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya.
Seorang guru dikatakan profesional apabila (1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2)
bangga dengan tugas profesinya, ( 3) selalu menjaga dan berupaya meningkatkan
kompetensinya, (4) bekerja
dengan sungguh tanpa harus diawasi, (5) menjaga nama baik profesinya, (6) bersyukur
atas imbalan yang diperoleh dari profesinya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang 8 Standar Nasional Pendidikan
menyatakan standar proses merupakan salah satu SNP untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah yang mencakup: 1) Perencanaan proses pembelajaran, 2) Pelaksanaan proses
pembelajaran, 3) Penilaian hasil pembelajaran, 4) dan pengawasan proses pembelajaran.
Silabus dan RKH dikembangkan oleh guru pada satuan pendidikan . Guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun silabus, RKM dan RKH secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Masalah yang terjadi di lapangan masih ditemukan adanya guru (baik di sekolah negeri
maupun swasta) yang tidak bisa memperlihatkan RKM dan RKH yang dibuat dengan alasan
ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah membuat RKM dan RKH masih ditemukan
adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian, serta
langkah-langkah kegiatan pembelajarannya masih dangkal. Pada komponen penilaian
( penskora) sebagian besar guru tidak lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di
kepala.Sedangkan pada komponen tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan
sumber belajar sebagian besar guru sudah membuatnya. Masalah yang lain yaitu sebagian besar
guru khususnya di sekolah swasta belum mendapatkan pelatihan pengembangan RKH. Selama
ini guru-guru yang mengajar di sekolah swasta sedikit/jarang mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti berbagai Diklat Peningkatan Profesionalisme Guru dibandingkan sekolah negeri. Hal
ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan/pembuatan RKH
secara baik/lengkap. Beberapa guru mengadopsi RKH orang lain. Hal ini peneliti ketahui pada
saat mengadakan supervisi akademik (supervisi kunjungan kelas) ke sekolah binaan.
Permasalahan tersebut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.
Dengan keadaan demikian, peneliti sebagai kepala sekolah berusaha untuk memberi
bimbingan berkelanjutan pada guru di sekolah kami dalam menyusun RKM dan RKH secara
lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan
bagian dari standar nasional pendidikan. Hal itu juga sesuai.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan
sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa Rencana Program Pembelajaran, biasanya
pembelajaran menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun RKM dan
RKH dengan lengkap berdasarkan silabus yang disusunnya. Rencana Program Pembelajaran
sangat penting bagi seorang guru karena merupakan acuan dalam melaksanakan proses
pembelajaran.

. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat
diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Guru banyak yang belum paham dan termotivasi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dengan lengkap.
2. Sebagian besar guru belum mendapatkan pelatihan pengembangan KTSP dan Kurikulum 2013.
3. Ada guru yang tidak bisa memperlihatkan RKM dan RKH yang dibuatnya dengan berbagai
alasan.
4. RKM dan RKH yang dibuat guru komponennya belum lengkap/ tajam khususnya pada
komponen langkah-langkah pembelajaran dan penilaian.
5. Guru banyak yang mengadopsi RKM dan RKH orang lain.

. Pembatasan Masalah
Dari lima masalah yang diidentifikasikan di atas, masalahnya dibatasi menjadi:
1. Guru belum paham dalam menyusun RKM dan
RKH. 2. RKM dan RKHyang dibuat guru belum lengkap.
. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas,
diajukan rumusan masalah sebagai berikut. Apakah dengan bimbingan berkelanjutan akan
dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKM dan RKH di TK Dharma Wanita
Persatuan Meduran ?
E. Pemecahan Masalah/Tindakan
1. Peneliti mencoba untuk mengambil tindakan dengan memberi penjelasan dan bimbingan
berkelanjutan serta arahan kepada guru tentang pentingnya seorang guru membuat RKM dan
RKH secara lengkap. Dengan bimbingan berkelanjutan diharapkan guru termotivasi dalam
menyusun RKM dan RKH dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau panduan
dalam mengajar, agar tingkat pencapaian perkembangan dapat tersampaikan semua karena sudah
ada dalam RKM dan RKH yang dibuat oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada siklus
pertama.
2. Peneliti mencoba untuk melihat proses peningkatan kemampuan guru dalam
menyusun RKM dan RKHmelalui instrument proses yang telah dirancang yaitu berupa lembar
observasi/pengamatan komponen RKMdan RKH yang memuat sebelas komponen yaitu: 1)
identitas mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian
kompetensi, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasiwaktu, 8) metode pembelajaran,
untuk melihat apakah guru sudah membuat RKH dengan lengkap. Hal itu nanti akan dibuktikan
dengan melihat RKH yang dibuat oleh guru. Terjadi peningkatan atau tidak pada siklus ke-2.

. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui bimbingan berkelanjutan di
sekolah tempat peneliti bekerja.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Manfaat bagi peneliti
a. Meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti untuk melakukan penelitian tindakan sekolah
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di sekolah binaan peneliti.
b. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menyusun serta menulis laporan dan artikel ilmiah.
c. Sebagai motivasi bagi peneliti dalam membuat karya tulis ilmiah.
d. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti sebagai syarat untuk kenaikan golongan ke-
IV b.
e. Dengan adanya pengalaman menulis, dapat memberikan bimbingan kepada teman-teman
pengawas dan guru yang akan menulis.
f. Hasil penelitian ini digunakan peneliti sebagai evaluasi terhadap guru dalam menyusun RKH
yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan pembinaan kepada guru.
2. Manfaat bagi sekolah
a. Akan berdampak adanya peningkatan administrasi guru pada KBM yang lebih lengkap.
b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan karena
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sudah tersampaikan.
3. Manfaat bagi guru
a. Dapat meningkatkan kompetensi dalam membuat RKH dengan lengkap serta menciptakan
kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya.
b. Sebagai panduan dan arahan dalam mengajar sehingga apa yang diinginkan dalam standar isi
dapat tersampaikan.
4. Manfaat bagi siswa
a. Adanya kesiapan belajar, keseriusan , keingintahuan, dan semangaat belajar tinggi terhadap
pelajaran.
b. Siswa lebih percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tercapai target
kompetensinya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Guru
Secara etimologi ( asal usul kata), istilah ”Guru” berasal dari bahasa India yang artinya
” orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara” Shambuan, Republika,
( dalam Suparlan 2005:11).
Kemudian Rabindranath Tagore (dalam Suparlan 2005:11) menggunakan istilah Shanti
Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru mengamalkan tugas mulianya membangun
spiritualitas anak-anak bangsa di India ( spiritual intelligence).
Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas dalam kegiatan
keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) dan kecerdasan intelektual
(intellectual intelligence), tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah (bodily
kinesthetic), seperti guru tari, guru olah raga, guru senam dan guru musik. Dengan demikian,
guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek
lainnya.
Poerwadarminta ( dalam Suparlan 2005:13) menyatakan, “guru adalah orang yang
kerjanya mengajar.” Dengan definisi ini, guru disamakan dengan pengajar. Pengertian guru ini
hanya menyebutkan satu sisi yaitu sebagai pengajar, tidak termasuk pengertian guru sebagai
pendidik dan pelatih. Selanjutnya Zakiyah Daradjat (dalam Suparlan 2005:13) menyatakan,”
guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua
untuk ikut mendidik anak-anak.”
UU Guru dan Dosen Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 ”Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah”.

Selanjutnya UU No.20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang sistem pendidikan


nasional menyatakan, ”pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”
PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan, ”pendidik
(guru) harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran.

B. Standar Kompetensi Guru


1. Pengertian Standar Kompetensi Guru
Depdiknas (2004:4) kompetensi diartikan, ”sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak” . “Secara sederhana
kompetensi diartikan seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan
keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki seseorang dalam rangka melaksanakan tugas
pokok, fungsi dan tanggung jawab pekerjaan dan/atau jabatan yang disandangnya” (Nana
Sudjana 2009:1).
Nurhadi (2004:15) menyatakan, “kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. Selanjutnya
menurut para ahli pendidikan McAshan (dalam Nurhadi 2004:16) menyatakan, ”kompetensi
diartikan Sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang sebagai
pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku koqnitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-
baiknya.”
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Dalam Suparlan). Arti lain dari kompetensi
adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta
penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kompetensi adalah sebagai suatu
kecakapan untuk melakukan sesuatu pekerjaan berkat pengetahuan, keterampilan ataupun
keahlian yang dimiliki untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Undang-Undang Guru dan Dosan No.14 Tahun 2005 Pasal 8 menyatakan, ” guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Dari rumusan di atas
jelas disebutkan pemilikan kompetensi oleh setiap guru merupakan syarat yang mutlak harus
dipenuhi oleh guru. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.
Selanjutnya Pasal 10 menyebutkan empat kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru yakni (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi
sosial, dan (4) kompetensi profesional. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi
sebagai guru.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan standar Kompetensi guru
adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dalam
bentuk penguasaan perangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan
keterampilan bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten. Standar
kompetensi guru dipilah ke dalam tiga komponen yang kait-
mengait, yakni: 1) pengelolaan pembelajaran, 2) pengembangan profesi, dan 3)
penguasaan akademik. Komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen kedua
memiliki satu kompetensi, dan komponen ketiga memiliki dua kompetensi. Dengan demikian,
ketiga komponen tersebut secara keseluruhan meliputi tujuh kompetensi dasar,
yaitu: 1) penyusunan rencana pembelajaran, 2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar, 3)
penilaian prestasi belajar peserta didik, 4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi
belajar peserta didik, 5) pengembangan profesi, 6) pemahaman wawasan
kependidikan, dan 7) penguasaan bahan kajian akademik ( sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan).
Abdurrahman Mas’ud (dalam Suparlan 2005:99) menyebutkan tiga kompetensi
dasar yang harus dimiliki guru, yakni: (1) menguasai materi atau bahan ajar, (2) antusiasme,
dan ( 3) penuh kasih sayang (loving) dalam mengajar dan mendidik.
2. Tujuan dan Manfaat Standar Kompetensi Guru
Depdiknas (2004: 4) tujuan adanya Standar Kompetensi Guru adalah sebagai jaminan
dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan dapat melakukan
tugasnya secara profesional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat melayani pihak
yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran, dengan sebaik-baiknya sesuai bidang
tugasnya. Adapun manfaat disusunnya standar kompetensi guru adalah sebagai acuan
pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat, dan pembinaan, maupun acuan bagi pihak
yang berkepentingan terhadap kompetensi guru untuk melakukan evaluasi, pengembangan bahan
ajar dan sebagainya bagi tenaga kependidikan.

C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus RKM dan RKH. Silabus merupakan
sebagian sub-sistem pembelajaran yang terdiri dari atau yang satu sama yang lain saling
berhubungan dalam rangka mencapai tujuan. Hal penting yang berkaitan dengan pembelajaran
adalah penjabaran tujuan yang disusun berdasarkan indikator yang ditetapkan.
Philip Combs (dalam Kurniawati, 2009:66 ) menyatakan bahwa perencanaan program
pembelajaran merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-komponen pembelajaran
secara sistematis. Analisis sistematis merupakan proses perkembangan pendidikan yang akan
mencapai tujuan pendidikan agar lebih efektif dan efisien disusun secara logis, rasional, sesuai
dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah (masyarakat). Perencanaan program pembelajaran
adalah hasil pemikiran, berupa keputusan yang akan dilaksanakan . Selanjutnya Oemar Hakim
(dalam Kurniawati 2009:74) menyatakan, ”bahwa perencanaan program pembelajaran pada
hakekatnya merupakan perencanaan program jangka pendek untuk memperkirakan suatu
proyeksi tentang sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran”.
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 menyatakan, “Rencana kegiatan harian (RKH) adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran
adalah suatu upaya menyusun perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sesuai dengan
kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah.
Dalam KTSP, guru bersama warga sekolah berupaya menyusun kurikulum dan
perencanaan program pembelajaran, meliputi: program tahunan, program semester, silabus, dan
rencana peleksanaan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dijabarkan dari silabus
untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi
Dasar. RKH merupakan acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk setiapKD. Oleh
karena itu, apa yang tertuang di dalam RKH memuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan
aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu KD.
2. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007, komponen RKH terdiri dari a).
identitas mata pelajaran, (b) standar kompetensi, (c) kompetensi dasar, (d)
indikator pencapaian kompetensi, (e) tujuan pembelajaran, (f) materi ajar, (g) alokasi waktu ,
(h) metode pembelajaran, (i) kegiatan pembelajaran meliputi: pendahuluan, inti, penutup. (j)
sumber belajar, (k) penilaian hasil belajar.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 (2005 pasal 20) menyatakan
bahwa, ”RKH minimal memuat sekurang-kurangnya lima komponen yang meliputi: (1) tujuan
pembelajaran, (2) materi ajar, (3) metode pengajaran, (4) sumber belajar, dan (5) penilaian hasil
belajar.”
3. Prinsip-Prinsip Penyusunan RKH
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 menyatakan dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a) memperhatikan
perbedaan individu peserta didik, b) mendorong partisipasi aktif peserta didik, c)
mengembangkan budaya membaca dan menulis, d) memberikan umpan balik dan tindak lanjut,
e) keterkaitan dan keterpaduan.
4. Langkah- langkah Menyusun RKH
Langkah-langkah menyusun RKH adalah a) mengisi kolom identitas,
b) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan, c)
Menentukan SK, KD, dan indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah
disusun, d) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD dan indikator yang telah
ditentukan, e) mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat
dalam silabus, materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran, f) menentukan
metode pembelajaran yang akan digunakan, g) merumuskan langkah-langkah yang terdiri dari
kegiatan awal, inti dan akhir. h) menentukan alat/bahan/sumber belajar yang digunakan, i)
menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran dan kunci
jawaban
5. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyusun RKH
Dalam penyusunan RKH perlu memperhatikan hal sebagai berikut: (a) RKH disusun untuk
setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih, b) tujuan
pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang harus di capai oleh peserta didik
sesuai dengan kompetenrsi dasar, c) tujuan pembelajaran dapat mencakupi sejumlah indikator,
atau satu tujuan pembelajaran untuk beberapa indikator, yang penting tujuan pembelajaran harus
mengacu pada pencapaian indikator, d) Kegiatan pembelajaran (langkah-langkah pembelajaran)
dibuat setiap pertemuan, bila dalam satu RKH terdapat 3 kali pertemuan, maka dalam RKH
tersebut terdapat 3 langkah pembelajaran, e). Bila terdapat lebih dari satu pertemuan untuk
indikator yang sama, tidak perlu dibuatkan langkah kegiatan yang lengkap untuk setiap
pertemuannya.

D. Bimbingan Berkelanjutan
1. Pengertian Bimbingan dan berkelanjutan
Frank Parson. 1951 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com)
menyatakan, “bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,
mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang
dipilihnya.” Chiskon 1959 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com )
menyatakan, “bimbingan membantu individu untuk lebih mengenal berbagai informasi tentang
dirinya sendiri.”
Berikutnya Bernard dan Fullmer 1969 (dalam RM Fatihah
http://eko13.wordpress.com ) menyatakan, ”bahwa bimbingan dilakukan untuk meningkatkan
perwujudan diri individu.” Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk
mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya. Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ”bimbingan adalah petunjuk penjelasan cara mengerjakan sesuatu, tuntutan.”
Dari beberapa pengertian bimbingan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan
adalah pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan
oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,dimaksudkan agar individu dapat
memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan
dirinya dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Kedua, ”berkelanjutan adalah berlangsung terus menerus, berkesinambungan.”
Berdasarkan pengertian bimbingan dan berkelanjutan dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa bimbingan berkelanjutan adalah pemberian bantuan yang diberikan
seorang ahli kepada seseorang atau individu secara berkelanjutan berlangsung secara terus
menerus untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan mendapat kemajuan
dalam bekerja.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian , jadwal penelitian,
dan siklus PTS sebagai berikut :
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar
Gresikberstatus swasta.
Pemilihan sekolah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam me
nyusun rencana perlaksanaan pembelajaran (RKH) dengan lengkap.
2. Waktu Penelitian
PTS ini dilaksanakan pada semester satu / ganjil tahun pelajaran 2014-2-015 selama kurang
lebih satu setengah bulan mulai Agustus sampai dengan Oktober 2014.
3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Jadwal
pelaksanaan penelitian seperti pada tabel berikut.

No. Kegiatan Waktu


Membuat proposal 25 s.d. 26 Agustus 2014
1.
Merevisi proposal 27 s.d. 28 Agustus 2014
2.
Melaksanakan PTS 30 Agustus s.d. 25 September 2014
3.
Membuat laporan PTS 26 s.d. 30 September 2014
4.
Mempresentasikan hasil PTS 4 s.d. 6 Oktober 2014
5.
4. Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan
kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH&RKM ).
B. Persiapan Penelitian Tindakan Sekolah
Sebelum PTS dilaksanakan, dibuat berbagai
input instrument yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi.
C. Subjek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam PTS ini adalah guru TK Dharma Wanita Persatuan Meduran
Manyar Gresik.

D. Sumber Data
Sumber data dalam PTS ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat guru.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan diskusi.
a. Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru
terhadap RKH.
b. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kompetensi guru dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap.
c. Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam PTS ini sebagai berikut.
a. Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki
guru tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
b. Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui komponen RKH yang telah dibuat
dan yang belum dibuat oleh guru
c. Diskusi dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat antara peneliti dengan guru.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu
sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam
meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran .
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan
menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus.
”Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat,
dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
(Nawawi, 1985:63). Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang peneliti
kumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, observasi/pengamatan, dan diskusi
yang berupa persentase atau angka-angka.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh
guru dalam menyusun RKH. Selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau usaha guna
meningkatkan kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Sekolah,
menurut Sudarsono, F.X, (1999:2) yakni:
Rencana : Tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH
secara lengkap. Solusinya yaitu dengan melakukan : a) wawancara dengan guru dengan
menyiapkan lembar wawancara, b) Diskusi dalam suasana yang menyenangkan dan c)
memberikan bimbingan dalam menyusun RKH secara lengkap.
Pelaksanaan: Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dalam
menyusun RKH yang lengkap yaitu dengan memberikan bimbingan berkelanjutan pada
guru sekolah binaan .
Observasi: Peneliti melakukan pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat untuk memotret seberapa
jauh kemampuan guru dalam menyusun RKH dengan lengkap, hasil atau dampak dari tindakan
yang telah dilaksanakan oleh guru dalam mencapai sasaran.
Selain itu juga peneliti mencatat hal-hal yang terjadi dalam pertemuan dan wawancara. Rekaman
dari pertemuan dan wawancara akan digunakan untuk analisis dan komentar kemudian.
Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah
dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi ini, peneliti bersama guru melaksanakan revisi atau
perbaikan terhadap RKH yang telah disusun agar sesuai dengan rencana awal yang mungkin
saja masih bisa sesuai dengan yang peneliti inginkan.
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari

awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur

sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto dkk.

Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)

pengamatan, dan (4) refleksi.Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan

secara urut membentuk sebuah siklus. Penelitian Tindakan Sekolah merupakan


penelitian yang bersiklus, artinya penelitian dilakukan secara berulang dan

berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.”

Alur PTS dapat dilihat pada Gambar berikut :


G. Rencana Pelaksanaan
Rencana pelaksanaan dilakukan dalam dua siklus yaitu:
1. Siklus Pertama (Siklus I )
a).Peneliti merencanakan tindakan pada siklus I (membuat format/instrumen wawancara,
penilaian RKH, rekapitulasi hasil penyusunan RKH).
b). Peneliti memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan atau hambatan dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
b). Peneliti menjelaskan kepada guru tentang pentingnya RKH dibuat secara lengkap.
c). Peneliti memberikan bimbingan dalam pengembangan RKH.
d). Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat guru.
f). Peneliti melakukan revisi atau perbaikan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
lengkap.
e). Peneliti dan guru melakukan refleksi.
2. Siklus Kedua (Siklus II)
a). Peneiti merencanakan tindakan pada siklus II yang mendasarkan pada revisi/perbaikan pada siklus
I, seperti menugasi guru menyusun RKH yang kedua, mengumpulkan, dan melakukan
pembimbingan penyusunan RKH.
b). Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pada siklus II.
c). Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat guru.
d). Peneliti melakukan perbaikan atau revisi penyusunan RKH.
d). Peneliti dan guru melakukan refleksi.

H. Indikator Pencapaian Hasil


Peneliti mengharapkan secara rinci indikator pencapaian hasil paling rendah 78 % guru membuat
kesebelas komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai berikut.
1. Komponen identitas mata pelajaran diharapkan ketercapaiannya 100%.
2. Komponen standar kompetensi diharapkan ketercapaiannya 85%.
3. Komponen kompetensi dasar diharapkan ketercapaiannya 85%.
4. Komponen indikator pencapaian kompetensi diharapkan ketercapaiannya 75%.
5. Komponen tujuan pembelajaran diharapkan ketercapaiannya 75%.
6. Komponen materi pembelajaran diharapkan kecercapaian 75%.
7. Komponen alokasi waktu diharapkan ketercapaiannya 75%.
8. Komponen metode pembelajaran diharapkan kecercapaiannya 75%.
9. Komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran diharapkan ketercapaiannya 70%.
10. Komponen sumber belajar diharapkan ketercapaiannya 70%.
11. Komponen penilaian diharapkan ketercapaiannya 75%.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


Dari hasil wawancara peneliti memperoleh informasi bahwa semua guru belum tahu
kerangka penyusunan RKH, hanya sekolah yang memiliki dokumen standar proses (satu buah),
dua orang guru yang pernah mengikuti pelatihan pengembangan RKH tetap belum bisa
maksimal, umumnya guru mengadopsi dan mengadaptasi RKH, kebanyakan guru tidak tahu dan
tidak paham menyusun RKH secara lengkap, mereka setuju bahwa guru harus menggunakan
RKH dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat dijadikan acuan/pedoman dalam
proses pembelajaran. Selain itu, kebanyakan guru belum tahu dengan komponen-komponen
RKH secara lengkap.
Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap RKH yang dibuat guru (khusus pada siklus
I), diperoleh informasi/data bahwa masih ada guru yang tidak melengkapi RKH-nya dengan
komponen dan sub-subkomponen RKH tertentu, misalnya komponen indikator dan penilaian
hasil belajar (pedoman penskoran). Rumusan kegiatan siswa pada komponen langkah-langkah
kegiatan pembelajaran masih kurang tajam, interaktif, inspiratif, menantang, dan sistematis.
Dilihat dari segi kompetensi guru, terjadi peningkatan dalam menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dari siklus ke siklus . Hal itu dapat dilihat pada lampiran Rekapitulasi
Hasil Penyusunan RKH dari Siklus ke Siklus.
Siklus I (Pertama)
Siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi,
dan (4) refleksi seperti berikut ini.
1. Perencanaan ( Planning )
a. Membuat lembar wawancara
b. Membuat format/instrumen penilaian RKH
c. Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RKH siklus I dan II
d. Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RKH dari siklus ke siklus
2. Pelaksanaan (Acting)
Pada saat awal siklus pertama indikator pencapaian hasil dari setiap komponen RKH belum
sesuai/tercapai seperti rencana/keinginan peneliti. Hal itu dibuktikan dengan masih adanya
komponen RKH yang belum dibuat oleh guru. Sebelas komponen RKH yakni: 1) identitas
mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian kompetensi,
5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasi waktu, 8) metode pembelajaran, 9) langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, 10) sumber belajar, 11) penilaiaan hasil belajar ( soal, pedoman
penskoran, dan kunci jawaban). Hasil observasi pada siklus kesatu dapat dideskripsikan berikut
ini:
Observasi dilaksanakan Selasa, 31 Agustus 2014, terhadap semua guru. Semuanya menyusun
RKH, tapi masih ada guru yang belum melengkapi RKH-nya baik dengan komponen maupun
sub-sub komponen RKH tertentu. Satu orang tidak melengkapi RKH-nya dengan
komponen indikator pencapaian kompetensi. Untuk komponenpenilaian hasil belajar, dapat
dikemukakan sebagai berikut.
- Satu orang tidak melengkapinya dengan teknik dan bentuk instrumen.
- Satu orang tidak melengkapinya dengan teknik, bentuk instumen, soal, pedoman penskoran, dan
kunci jawaban.
- Dua orang tidak melengkapinya dengan teknik, pedoman penskoran, dan kunci jawaban.
- Satu orang tidak melengkapinya dengan soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban.
- Satu orang tidak melengkapinya dengan pedoman penskoran dan kunci
jawaban. Selanjutnya mereka
dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya.
Siklus II (Kedua)
Siklus kedua juga terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
observasi, dan (4) refleksi. Hasil observasi pada siklus kedua dapat dideskripsikan berikut ini:
Observasi dilaksanakan Selasa, 23 September 2014, terhadap semua guru. Semuanya menyusun
RKH, tapi masih ada guru yang keliru dalam menentukan kegiatan siswa dalam langkah-langkah
kegiatan pembelajaran dan metode pembelajaran, serta tidak memilah/ menguraikan materi
pembelajaran dalam sub-sub materi. Untuk komponen penilaian hasil belajar, dapat
dikemukakan sebagai berikut.
- Satu orang keliru dalam menentukan teknik dan bentuk instrumennya.
- Satu orang keliru dalam menentukan bentuk instrumen berdasarkan teknik penilaian yang
dipilih.
- Dua orang kurang jelas dalam menentukan pedoman penskoran.
- Satu orang tidak menuliskan rumus perolehan nilai siswa.
Selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya.

B. Pembahasan
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Meduran
Manyar Gresik yang merupakan sekolah tempat peneliti bertugas sebagai kepala sekolah
berstatus swasta, terdiri atas dua orang guru, dan dilaksanakan dalam dua siklus. kedua guru
tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam menyusun RKH dengan lengkap.
Hal ini peneliti ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan wawancara dan bimbingan
penyusunan RKH.
Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun RKH, terjadi
peningkatan dari siklus ke siklus.
1. Komponen Identitas Mata Pelajaran
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan identitas mata pelajaran dalam
RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan identitas mata pelajaran). Jika dipersentasekan, 100%
(sangat baik). Pada siklus kedua kedua guru tersebut mencantumkan identitas mata pelajaran
dalam RKH-nya. Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%
.
2. Komponen Standar Kompetensi
Pada siklus pertama semua guru mencantumkan standar kompetensi dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan standar kompetensi). Jika dipersentasekan, 100%. Masing-masing
guru mendapat skor yang baik..
3. Komponen Kompetensi Dasar
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan kompetensi dasar dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan kompetensi dasar). Jika dipersentasekan, 75%. Satu orang guru
masing-masing mendapat skor 1, 2, dan 3 (kurang baik, cukup baik, dan baik). Satu orang guru
yang lain mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut
mencantumkan kompetensi dasar dalam RKH-nya. dua orang mendapat skor 4 (sangat
baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.
4. Komponen Indikator Pencapaian Kompetensi
Pada siklus pertama saru orang guru mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam
RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan indikator pencapaian kompetensi). Sedangkan satu
orang tidak mencantumkan/melengkapinya dari siklus I.
5. Komponen Tujuan Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan tujuan pembelajaran dalam
RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan tujuan pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. dua
orang guru mendapat skor 3 (baik. Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan tujuan
pembelajaran dalam RKH-nya. Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus
I.
6. Komponen Materi Ajar
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan materi ajar dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan materi ajar). Jika dipersentasekan, 75%. dua orang mendapat skor
3 (baik). Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan materi ajar dalam RKH-nya.
Keduanya orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi
peningkatan 25% dari siklus I.
7. Komponen Alokasi Waktu
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan alokasi waktu dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan alokasi waktu). Semuanya mendapat skor 3 (baik). Jika
dipersentasekan, 75%. Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan alokasi waktu
dalam RKH-nya. Dua orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi
peningkatan 25% dari siklus I.
8. Komponen Metode Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan metode pembelajaran dalam RKH-
nya (melengkapi RKH-nya dengan metode pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. dua orang
mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua guru tersebut mencantumkan metode pembelajaran
dalam RKH-nya. Semua orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%,
terjadi peningkatan 25% dari siklus I.
9. Komponen Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. Kedua guru tersebut orang mendapat skor 3 (baik).
Pada siklus kedua, semua guru tersebut mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dalam RKH-nya. Sehingga kedua guru tersebut mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan,
100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.
10. Komponen Sumber Belajar
Pada siklus pertama semua guru mencantumkan sumber belajar dalam RKH-nya (melengkapi
RKH-nya dengan sumber belajar). Jika dipersentasekan, 100%. Baik pada siklus I maupun siklus
II
11. Komponen Penilaian Hasil Belajar
Pada siklus pertama semua guru mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RKH-nya
meskipun sub-sub komponennya (teknik, bentuk instrumen), dan pedoman penskoran. Jika
dipersentasekan, 62,50%. satu orang mendapat skor 2 (cukup baik), dan satu orang mendapat
skor 3 (baik). Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan penilaian hasil belajar
dalam RKH-nya meskipun ada guru yang masih keliru dalam menentukan teknik dan bentuk
penilaiannya. Satu orang mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik).
Jika dipersentasekan, 87,50%, terjadi peningkatan 12,50% dari siklus I.
Berdasarkan pembahasan di atas terjadi peningkatan yang signifigan pada kompetensi guru
dalam menyusun RKH. Oleh karen itu dari penelitian diatas dapat disimpulkan perlunya adanya
pembinaan kepada guru dalam penyusunan RKH, RKM dan perangkat administrasi
pembelajaran lainnya. Sehingga dengan adanya pembinaan tersebut guru-guru semakin lebih
kompeten dalam menyusun administrasi pembelajarannya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tinadakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun RKH dengan
lengkap. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun RKH apalagi setelah
mendapatkan bimbingan pengembangan/penyusunan RKH dari peneliti. Informasi ini peneliti
peroleh dari hasil pengamatan pada saat mengadakan wawancara dan bimbingan
pengembangan/penyusunan RKH kepada para guru.
2. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH. Hal itu
dapat dibuktikan dari hasil observasi /pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi
peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RKH dari siklus ke siklus .

B. Saran
Telah terbukti bahwa dengan bimbingan berkelanjutan dapat
meningkatkan motivasi dan kompetensi guru dalam menyusun RKH. Oleh karena itu, peneliti
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Motivasi yang sudah tertanam khususnya dalam penyusunan RKH hendaknya terus
dipertahankan dan ditingkatkan/ dikembangkan .
2. RKH yang disusun/dibuat hendaknya mengandung komponen-komponen RKH secara lengkap
dan baik karena RKH merupakan acuan/pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.
3. Dokumen RKH hendaknya dibuat minimal dua rangkap, satu untuk arsip sekolah dan satunya
lagi untuk pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiyah. 1980. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang.


Dewi, Kurniawati Eni . 2009. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Dan Sastra Indonesia Dengan
Pendekatan Tematis. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.
Jakarta: Depdiknas.
2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
2005. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. Jakarta: Depdiknas.
2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007a tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.
2008. Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Depdiknas.
2009. Petunjuk Teknis Pembuatan Laporan Penelitian Tindakan Sekolah Sebagai Karya Tulis
Ilmiah Dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah. Jakarta.

Fatihah, RM . 2008. Pengertian konseling (Http://eko13.wordpress.com, diakses 19 Maret 2009).

Imron, Ali. 2000. Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.


Kemendiknas. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta.
2010. Supervisi Akademik. Jakarta.
Kumaidi. 2008. Sistem Sertifikasi (http://massofa.wordpress.com diakses 10 Agustus 2009).

Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.


Pidarta, Made . 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2009. Standar Kompetensi Pengawas Dimensi dan


Indikator. Jakarta : Binamitra Publishing.

Suharjono. 2003. Menyusun Usulan Penelitian. Jakarta: Makalah


Disajikan
pada Kegiatan Pelatihan Tehnis Tenaga Fungsional Pengawas.

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua

LAMPIRAN - LAMPIRAN
Mutu pendidikan amat ditentukan oleh mutu gurunya Mendiknas, Bapak Abdul Malik
Fadjar “ (Republika, 2003). Untuk membangun pendidikan yang bermutu, yang paling penting
bukan membangun gedung sekolah atau sarana dan prasarananya, melainkan harus dengan upaya
peningkatan proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan.
Kesemuanya itu hanya dapat dilakukan oleh guru yang bermutu.
Lembar Wawancara kepada Guru

Ada beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan kepada guru yang berhubungan dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
1. Apakah Ibu mengetahui kerangka dalam menyusun RKH ?
2. Apakah Ibu memiliki dokumen Standar Proses ?
3. Apakah Ibu ada membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM) ?
4. Jika ada, apakah ibu menyusunnya sendiri atau mengadopsi RKH atau mengadaptasi RKH yang
dibuat oleh orang lain ?
5. Kalau tidak mengapa ? Jelaskan !
6. Bagaimanakah pendapat Ibu jika seorang guru mengajar tanpa menggunakan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM)?
7. Apakah ada kendala dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM) ?
8. Apakah Ibu setuju guru mengajar menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan
RKM) ?
9. Apakah Ibu tahu komponen-komponen yang harus ada pada RKH?

Lampiran 1

ANGKET YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI

NAMA GURU :
ASAL SEKOLAH :
ALAMAT SEKOLAH :

1. Guru wajib memiliki Standar proses dan standar penilaian


a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
2. Guru berkewajiban membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

3. Rencana Pelaksanaan pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam mengajar


a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

4. Dalam penyusunan RKH paling sedikit memuat lima komponen yaitu tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

5. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh
peserta didik
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

6. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsif dan prosedur yang relevan
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

7. Metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang
hendak dicapai pada setiap mata pelajaran
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

8. Sumber belajar didasarkan pada SK, KD, Materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

9. Penilaian hasil belajar mengacu kepada standar penilaian


a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

10. RKH yang sudah dibuat perlu direvisi apabila tidak dapat dilaksanakan di kelas
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

KETERANGAN :
Kolom komponen/aspek motivasi diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut :
STS = Sangat tidak setuju, skor 1
TS = Tidak setuju skor 2
S = Setuju skor 3
ST = Sangat setuju skor 4

PEDOMAN PENILAIAN RKH


NAMA :…………………………………………………………..
NIG/NUPTK :………………………………………………………….
No Komponen NILAI Keterangan
1 2 3 4
1. Mencantumkan Identitas
2. Mencantumkan Indikator
3. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
4. Mencantumkan Materi Pembelajaran
5. Mencantumkan Metode
Pembelajaran
6. Mencantumkan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
7. Mencantumkan Sumber Belajar
8. Mencantumkan Penilaian
Jumlah Total =

Catatan :
Skor 1 : Tidak Mencantumkan
Skor 2 : Mencantumkan tapi tidak sinkron
Skor 3 : Mencantumkan secara singkat
Skor 4 : Mencantumkan secara lengkap dan sinkron

Saran :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Perbaikan :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………..

Diposting 27th January 2015 oleh MA'RIFAH GURU TK MANYAR GRESIK

0
Tambahkan komentar

PTK DAN PTS TK

 Klasik

 Kartu Lipat

 Majalah

 Mozaik

 Bilah Sisi

 Cuplikan

 Kronologis
1.
JAN

27
UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM
MENYUSUN RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
HARIAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI TK
DHARMA WANITA PERSATUAN MEDURAN MANYAR
GRESIK

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU


DALAM MENYUSUN RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
HARIAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI TK
DHARMA WANITA PERSATUAN MEDURAN MANYAR GRESIK

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

PTS
Disusun Dalam Rangka Pengembangan
Profesional keguruan

Disusun Oleh :
Hj. MA’RIFAH, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007
UNIT KERJA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GRESIK
TK DHARMA WANITA PERSATUAN MEDURAN MANYAR GRESIK
Tahun 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) yang berjudul :

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU


DALAM MENYUSUN RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
HARIAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI TK DHARMA WANITA
PERSATUAN MEDURAN MANYAR GRESIK TAHUN 2014

Disusun oleh :
Hj. Ma’rifah, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik

Drs. H. NADLIF, M.Si


NIP. 19610926 198603 1 008

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan
dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen
sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua
yaitu: tenaga kependidikan guru dan nonguru . Menurut Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, ”komponen-komponen sistem
pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan
pengelola satuan pendidikan ( penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan).” Tenaga
gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem
pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan
khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru.
Usaha-usaha untuk mempersiapkan guru menjadi profesional telah banyak dilakukan.
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kinerja yang baik dalam
melaksanakan tugasnya. Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru sering mengeluh
kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan
beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4)
masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya.
Berdasarkan kenyataan begitu berat dan kompleksnya tugas serta peran guru tersebut,
perlu diadakan supervisi atau pembinaan terhadap guru secara terus menerus untuk
meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru perlu ditingkatkan agar usaha membimbing siswa untuk
belajar dapat berkembang.
Proses pengembangan kinerja guru terbentuk dan terjadi dalam kegiatan belajar
mengajar di tempat mereka bekerja. Selain itu kinerja guru dipengaruhi oleh hasil pembinaan dan
supervisi kepala sekolah. Pada pelaksanaan KTSP dan Kurikulum 2013 menuntut kemampuan
baru pada guru untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Tingkat
produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan-pelayanan secara efisien kepada pengguna
( peserta didik, masyarakat ) akan sangat tergantung pada kualitas gurunya yang terlibat langsung
dalam proses pembelajaran dan keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab
individual dan kelompok.
Menurut pendapat peneliti kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan
sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran
yang terjadi di kelas, mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan konsekuensinya,
adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan ) segala sesuatu agar proses pembelajaran di
kelas berjalan dengan efektif”.
Hal ini berarti bahwa guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di
kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru
harus mempersiapkan (merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan
dengan efektif.
Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan
pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan
secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan
Mingguan(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) atau beberapa istilah lain seperti desain
pembelajaran, skenario pembelajaran dan lain sebagainya. RKM dan RKHmemuat tingkat
pencapaian perkembangan, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode
pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian.
Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan
evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena
di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya.
Seorang guru dikatakan profesional apabila (1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2)
bangga dengan tugas profesinya, ( 3) selalu menjaga dan berupaya meningkatkan
kompetensinya, (4) bekerja
dengan sungguh tanpa harus diawasi, (5) menjaga nama baik profesinya, (6) bersyukur
atas imbalan yang diperoleh dari profesinya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang 8 Standar Nasional Pendidikan
menyatakan standar proses merupakan salah satu SNP untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah yang mencakup: 1) Perencanaan proses pembelajaran, 2) Pelaksanaan proses
pembelajaran, 3) Penilaian hasil pembelajaran, 4) dan pengawasan proses pembelajaran.
Silabus dan RKH dikembangkan oleh guru pada satuan pendidikan . Guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun silabus, RKM dan RKH secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Masalah yang terjadi di lapangan masih ditemukan adanya guru (baik di sekolah negeri
maupun swasta) yang tidak bisa memperlihatkan RKM dan RKH yang dibuat dengan alasan
ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah membuat RKM dan RKH masih ditemukan
adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian, serta
langkah-langkah kegiatan pembelajarannya masih dangkal. Pada komponen penilaian
( penskora) sebagian besar guru tidak lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di
kepala.Sedangkan pada komponen tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan
sumber belajar sebagian besar guru sudah membuatnya. Masalah yang lain yaitu sebagian besar
guru khususnya di sekolah swasta belum mendapatkan pelatihan pengembangan RKH. Selama
ini guru-guru yang mengajar di sekolah swasta sedikit/jarang mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti berbagai Diklat Peningkatan Profesionalisme Guru dibandingkan sekolah negeri. Hal
ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan/pembuatan RKH
secara baik/lengkap. Beberapa guru mengadopsi RKH orang lain. Hal ini peneliti ketahui pada
saat mengadakan supervisi akademik (supervisi kunjungan kelas) ke sekolah binaan.
Permasalahan tersebut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.
Dengan keadaan demikian, peneliti sebagai kepala sekolah berusaha untuk memberi
bimbingan berkelanjutan pada guru di sekolah kami dalam menyusun RKM dan RKH secara
lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan
bagian dari standar nasional pendidikan. Hal itu juga sesuai.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan
sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa Rencana Program Pembelajaran, biasanya
pembelajaran menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun RKM dan
RKH dengan lengkap berdasarkan silabus yang disusunnya. Rencana Program Pembelajaran
sangat penting bagi seorang guru karena merupakan acuan dalam melaksanakan proses
pembelajaran.

. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat
diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Guru banyak yang belum paham dan termotivasi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dengan lengkap.
2. Sebagian besar guru belum mendapatkan pelatihan pengembangan KTSP dan Kurikulum 2013.
3. Ada guru yang tidak bisa memperlihatkan RKM dan RKH yang dibuatnya dengan berbagai
alasan.
4. RKM dan RKH yang dibuat guru komponennya belum lengkap/ tajam khususnya pada
komponen langkah-langkah pembelajaran dan penilaian.
5. Guru banyak yang mengadopsi RKM dan RKH orang lain.

. Pembatasan Masalah
Dari lima masalah yang diidentifikasikan di atas, masalahnya dibatasi menjadi:
1. Guru belum paham dalam menyusun RKM dan
RKH. 2. RKM dan RKHyang dibuat guru belum lengkap.
. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas,
diajukan rumusan masalah sebagai berikut. Apakah dengan bimbingan berkelanjutan akan
dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKM dan RKH di TK Dharma Wanita
Persatuan Meduran ?
E. Pemecahan Masalah/Tindakan
1. Peneliti mencoba untuk mengambil tindakan dengan memberi penjelasan dan bimbingan
berkelanjutan serta arahan kepada guru tentang pentingnya seorang guru membuat RKM dan
RKH secara lengkap. Dengan bimbingan berkelanjutan diharapkan guru termotivasi dalam
menyusun RKM dan RKH dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau panduan
dalam mengajar, agar tingkat pencapaian perkembangan dapat tersampaikan semua karena sudah
ada dalam RKM dan RKH yang dibuat oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada siklus
pertama.
2. Peneliti mencoba untuk melihat proses peningkatan kemampuan guru dalam
menyusun RKM dan RKHmelalui instrument proses yang telah dirancang yaitu berupa lembar
observasi/pengamatan komponen RKMdan RKH yang memuat sebelas komponen yaitu: 1)
identitas mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian
kompetensi, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasiwaktu, 8) metode pembelajaran,
untuk melihat apakah guru sudah membuat RKH dengan lengkap. Hal itu nanti akan dibuktikan
dengan melihat RKH yang dibuat oleh guru. Terjadi peningkatan atau tidak pada siklus ke-2.
. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui bimbingan berkelanjutan di
sekolah tempat peneliti bekerja.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Manfaat bagi peneliti
a. Meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti untuk melakukan penelitian tindakan sekolah
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di sekolah binaan peneliti.
b. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menyusun serta menulis laporan dan artikel ilmiah.
c. Sebagai motivasi bagi peneliti dalam membuat karya tulis ilmiah.
d. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti sebagai syarat untuk kenaikan golongan ke-
IV b.
e. Dengan adanya pengalaman menulis, dapat memberikan bimbingan kepada teman-teman
pengawas dan guru yang akan menulis.
f. Hasil penelitian ini digunakan peneliti sebagai evaluasi terhadap guru dalam menyusun RKH
yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan pembinaan kepada guru.
2. Manfaat bagi sekolah
a. Akan berdampak adanya peningkatan administrasi guru pada KBM yang lebih lengkap.
b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan karena
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sudah tersampaikan.
3. Manfaat bagi guru
a. Dapat meningkatkan kompetensi dalam membuat RKH dengan lengkap serta menciptakan
kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya.
b. Sebagai panduan dan arahan dalam mengajar sehingga apa yang diinginkan dalam standar isi
dapat tersampaikan.
4. Manfaat bagi siswa
a. Adanya kesiapan belajar, keseriusan , keingintahuan, dan semangaat belajar tinggi terhadap
pelajaran.
b. Siswa lebih percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tercapai target
kompetensinya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Guru
Secara etimologi ( asal usul kata), istilah ”Guru” berasal dari bahasa India yang artinya
” orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara” Shambuan, Republika,
( dalam Suparlan 2005:11).
Kemudian Rabindranath Tagore (dalam Suparlan 2005:11) menggunakan istilah Shanti
Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru mengamalkan tugas mulianya membangun
spiritualitas anak-anak bangsa di India ( spiritual intelligence).
Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas dalam kegiatan
keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) dan kecerdasan intelektual
(intellectual intelligence), tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah (bodily
kinesthetic), seperti guru tari, guru olah raga, guru senam dan guru musik. Dengan demikian,
guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek
lainnya.
Poerwadarminta ( dalam Suparlan 2005:13) menyatakan, “guru adalah orang yang
kerjanya mengajar.” Dengan definisi ini, guru disamakan dengan pengajar. Pengertian guru ini
hanya menyebutkan satu sisi yaitu sebagai pengajar, tidak termasuk pengertian guru sebagai
pendidik dan pelatih. Selanjutnya Zakiyah Daradjat (dalam Suparlan 2005:13) menyatakan,”
guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua
untuk ikut mendidik anak-anak.”
UU Guru dan Dosen Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 ”Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah”.

Selanjutnya UU No.20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang sistem pendidikan


nasional menyatakan, ”pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”
PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan, ”pendidik
(guru) harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran.

B. Standar Kompetensi Guru


1. Pengertian Standar Kompetensi Guru
Depdiknas (2004:4) kompetensi diartikan, ”sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak” . “Secara sederhana
kompetensi diartikan seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan
keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki seseorang dalam rangka melaksanakan tugas
pokok, fungsi dan tanggung jawab pekerjaan dan/atau jabatan yang disandangnya” (Nana
Sudjana 2009:1).
Nurhadi (2004:15) menyatakan, “kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. Selanjutnya
menurut para ahli pendidikan McAshan (dalam Nurhadi 2004:16) menyatakan, ”kompetensi
diartikan Sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang sebagai
pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku koqnitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-
baiknya.”
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Dalam Suparlan). Arti lain dari kompetensi
adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta
penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kompetensi adalah sebagai suatu
kecakapan untuk melakukan sesuatu pekerjaan berkat pengetahuan, keterampilan ataupun
keahlian yang dimiliki untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Undang-Undang Guru dan Dosan No.14 Tahun 2005 Pasal 8 menyatakan, ” guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Dari rumusan di atas
jelas disebutkan pemilikan kompetensi oleh setiap guru merupakan syarat yang mutlak harus
dipenuhi oleh guru. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.
Selanjutnya Pasal 10 menyebutkan empat kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru yakni (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi
sosial, dan (4) kompetensi profesional. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi
sebagai guru.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan standar Kompetensi guru
adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dalam
bentuk penguasaan perangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan
keterampilan bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten. Standar
kompetensi guru dipilah ke dalam tiga komponen yang kait-
mengait, yakni: 1) pengelolaan pembelajaran, 2) pengembangan profesi, dan 3)
penguasaan akademik. Komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen kedua
memiliki satu kompetensi, dan komponen ketiga memiliki dua kompetensi. Dengan demikian,
ketiga komponen tersebut secara keseluruhan meliputi tujuh kompetensi dasar,
yaitu: 1) penyusunan rencana pembelajaran, 2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar, 3)
penilaian prestasi belajar peserta didik, 4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi
belajar peserta didik, 5) pengembangan profesi, 6) pemahaman wawasan
kependidikan, dan 7) penguasaan bahan kajian akademik ( sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan).
Abdurrahman Mas’ud (dalam Suparlan 2005:99) menyebutkan tiga kompetensi
dasar yang harus dimiliki guru, yakni: (1) menguasai materi atau bahan ajar, (2) antusiasme,
dan ( 3) penuh kasih sayang (loving) dalam mengajar dan mendidik.
2. Tujuan dan Manfaat Standar Kompetensi Guru
Depdiknas (2004: 4) tujuan adanya Standar Kompetensi Guru adalah sebagai jaminan
dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan dapat melakukan
tugasnya secara profesional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat melayani pihak
yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran, dengan sebaik-baiknya sesuai bidang
tugasnya. Adapun manfaat disusunnya standar kompetensi guru adalah sebagai acuan
pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat, dan pembinaan, maupun acuan bagi pihak
yang berkepentingan terhadap kompetensi guru untuk melakukan evaluasi, pengembangan bahan
ajar dan sebagainya bagi tenaga kependidikan.

C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus RKM dan RKH. Silabus merupakan
sebagian sub-sistem pembelajaran yang terdiri dari atau yang satu sama yang lain saling
berhubungan dalam rangka mencapai tujuan. Hal penting yang berkaitan dengan pembelajaran
adalah penjabaran tujuan yang disusun berdasarkan indikator yang ditetapkan.
Philip Combs (dalam Kurniawati, 2009:66 ) menyatakan bahwa perencanaan program
pembelajaran merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-komponen pembelajaran
secara sistematis. Analisis sistematis merupakan proses perkembangan pendidikan yang akan
mencapai tujuan pendidikan agar lebih efektif dan efisien disusun secara logis, rasional, sesuai
dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah (masyarakat). Perencanaan program pembelajaran
adalah hasil pemikiran, berupa keputusan yang akan dilaksanakan . Selanjutnya Oemar Hakim
(dalam Kurniawati 2009:74) menyatakan, ”bahwa perencanaan program pembelajaran pada
hakekatnya merupakan perencanaan program jangka pendek untuk memperkirakan suatu
proyeksi tentang sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran”.
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 menyatakan, “Rencana kegiatan harian (RKH) adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran
adalah suatu upaya menyusun perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sesuai dengan
kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah.
Dalam KTSP, guru bersama warga sekolah berupaya menyusun kurikulum dan
perencanaan program pembelajaran, meliputi: program tahunan, program semester, silabus, dan
rencana peleksanaan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dijabarkan dari silabus
untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi
Dasar. RKH merupakan acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk setiapKD. Oleh
karena itu, apa yang tertuang di dalam RKH memuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan
aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu KD.
2. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007, komponen RKH terdiri dari a).
identitas mata pelajaran, (b) standar kompetensi, (c) kompetensi dasar, (d)
indikator pencapaian kompetensi, (e) tujuan pembelajaran, (f) materi ajar, (g) alokasi waktu ,
(h) metode pembelajaran, (i) kegiatan pembelajaran meliputi: pendahuluan, inti, penutup. (j)
sumber belajar, (k) penilaian hasil belajar.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 (2005 pasal 20) menyatakan
bahwa, ”RKH minimal memuat sekurang-kurangnya lima komponen yang meliputi: (1) tujuan
pembelajaran, (2) materi ajar, (3) metode pengajaran, (4) sumber belajar, dan (5) penilaian hasil
belajar.”
3. Prinsip-Prinsip Penyusunan RKH
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 menyatakan dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a) memperhatikan
perbedaan individu peserta didik, b) mendorong partisipasi aktif peserta didik, c)
mengembangkan budaya membaca dan menulis, d) memberikan umpan balik dan tindak lanjut,
e) keterkaitan dan keterpaduan.
4. Langkah- langkah Menyusun RKH
Langkah-langkah menyusun RKH adalah a) mengisi kolom identitas,
b) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan, c)
Menentukan SK, KD, dan indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah
disusun, d) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD dan indikator yang telah
ditentukan, e) mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat
dalam silabus, materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran, f) menentukan
metode pembelajaran yang akan digunakan, g) merumuskan langkah-langkah yang terdiri dari
kegiatan awal, inti dan akhir. h) menentukan alat/bahan/sumber belajar yang digunakan, i)
menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran dan kunci
jawaban
5. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyusun RKH
Dalam penyusunan RKH perlu memperhatikan hal sebagai berikut: (a) RKH disusun untuk
setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih, b) tujuan
pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang harus di capai oleh peserta didik
sesuai dengan kompetenrsi dasar, c) tujuan pembelajaran dapat mencakupi sejumlah indikator,
atau satu tujuan pembelajaran untuk beberapa indikator, yang penting tujuan pembelajaran harus
mengacu pada pencapaian indikator, d) Kegiatan pembelajaran (langkah-langkah pembelajaran)
dibuat setiap pertemuan, bila dalam satu RKH terdapat 3 kali pertemuan, maka dalam RKH
tersebut terdapat 3 langkah pembelajaran, e). Bila terdapat lebih dari satu pertemuan untuk
indikator yang sama, tidak perlu dibuatkan langkah kegiatan yang lengkap untuk setiap
pertemuannya.

D. Bimbingan Berkelanjutan
1. Pengertian Bimbingan dan berkelanjutan
Frank Parson. 1951 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com)
menyatakan, “bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,
mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang
dipilihnya.” Chiskon 1959 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com )
menyatakan, “bimbingan membantu individu untuk lebih mengenal berbagai informasi tentang
dirinya sendiri.”
Berikutnya Bernard dan Fullmer 1969 (dalam RM Fatihah
http://eko13.wordpress.com ) menyatakan, ”bahwa bimbingan dilakukan untuk meningkatkan
perwujudan diri individu.” Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk
mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya. Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ”bimbingan adalah petunjuk penjelasan cara mengerjakan sesuatu, tuntutan.”
Dari beberapa pengertian bimbingan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan
adalah pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan
oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,dimaksudkan agar individu dapat
memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan
dirinya dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Kedua, ”berkelanjutan adalah berlangsung terus menerus, berkesinambungan.”
Berdasarkan pengertian bimbingan dan berkelanjutan dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa bimbingan berkelanjutan adalah pemberian bantuan yang diberikan
seorang ahli kepada seseorang atau individu secara berkelanjutan berlangsung secara terus
menerus untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan mendapat kemajuan
dalam bekerja.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian , jadwal penelitian,
dan siklus PTS sebagai berikut :
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar
Gresikberstatus swasta.
Pemilihan sekolah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam me
nyusun rencana perlaksanaan pembelajaran (RKH) dengan lengkap.
2. Waktu Penelitian
PTS ini dilaksanakan pada semester satu / ganjil tahun pelajaran 2014-2-015 selama kurang
lebih satu setengah bulan mulai Agustus sampai dengan Oktober 2014.
3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Jadwal
pelaksanaan penelitian seperti pada tabel berikut.

No. Kegiatan Waktu


Membuat proposal 25 s.d. 26 Agustus 2014
1.
Merevisi proposal 27 s.d. 28 Agustus 2014
2.
Melaksanakan PTS 30 Agustus s.d. 25 September 2014
3.
Membuat laporan PTS 26 s.d. 30 September 2014
4.
Mempresentasikan hasil PTS 4 s.d. 6 Oktober 2014
5.
4. Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan
kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH&RKM ).
B. Persiapan Penelitian Tindakan Sekolah
Sebelum PTS dilaksanakan, dibuat berbagai
input instrument yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi.
C. Subjek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam PTS ini adalah guru TK Dharma Wanita Persatuan Meduran
Manyar Gresik.

D. Sumber Data
Sumber data dalam PTS ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat guru.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan diskusi.
a. Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru
terhadap RKH.
b. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kompetensi guru dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap.
c. Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam PTS ini sebagai berikut.
a. Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki
guru tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
b. Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui komponen RKH yang telah dibuat
dan yang belum dibuat oleh guru
c. Diskusi dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat antara peneliti dengan guru.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu
sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam
meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran .
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan
menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus.
”Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat,
dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
(Nawawi, 1985:63). Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang peneliti
kumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, observasi/pengamatan, dan diskusi
yang berupa persentase atau angka-angka.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh
guru dalam menyusun RKH. Selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau usaha guna
meningkatkan kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Sekolah,
menurut Sudarsono, F.X, (1999:2) yakni:
Rencana : Tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH
secara lengkap. Solusinya yaitu dengan melakukan : a) wawancara dengan guru dengan
menyiapkan lembar wawancara, b) Diskusi dalam suasana yang menyenangkan dan c)
memberikan bimbingan dalam menyusun RKH secara lengkap.
Pelaksanaan: Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dalam
menyusun RKH yang lengkap yaitu dengan memberikan bimbingan berkelanjutan pada
guru sekolah binaan .
Observasi: Peneliti melakukan pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat untuk memotret seberapa
jauh kemampuan guru dalam menyusun RKH dengan lengkap, hasil atau dampak dari tindakan
yang telah dilaksanakan oleh guru dalam mencapai sasaran.
Selain itu juga peneliti mencatat hal-hal yang terjadi dalam pertemuan dan wawancara. Rekaman
dari pertemuan dan wawancara akan digunakan untuk analisis dan komentar kemudian.
Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah
dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi ini, peneliti bersama guru melaksanakan revisi atau
perbaikan terhadap RKH yang telah disusun agar sesuai dengan rencana awal yang mungkin
saja masih bisa sesuai dengan yang peneliti inginkan.
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari

awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur

sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto dkk.

Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)


pengamatan, dan (4) refleksi.Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan

secara urut membentuk sebuah siklus. Penelitian Tindakan Sekolah merupakan

penelitian yang bersiklus, artinya penelitian dilakukan secara berulang dan

berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.”

Alur PTS dapat dilihat pada Gambar berikut :

G. Rencana

Pelaksanaan
Rencana pelaksanaan dilakukan dalam dua siklus yaitu:
1. Siklus Pertama (Siklus I )
a).Peneliti merencanakan tindakan pada siklus I (membuat format/instrumen wawancara,
penilaian RKH, rekapitulasi hasil penyusunan RKH).
b). Peneliti memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan atau hambatan dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
b). Peneliti menjelaskan kepada guru tentang pentingnya RKH dibuat secara lengkap.
c). Peneliti memberikan bimbingan dalam pengembangan RKH.
d). Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat guru.
f). Peneliti melakukan revisi atau perbaikan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
lengkap.
e). Peneliti dan guru melakukan refleksi.
2. Siklus Kedua (Siklus II)
a). Peneiti merencanakan tindakan pada siklus II yang mendasarkan pada revisi/perbaikan pada siklus
I, seperti menugasi guru menyusun RKH yang kedua, mengumpulkan, dan melakukan
pembimbingan penyusunan RKH.
b). Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pada siklus II.
c). Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat guru.
d). Peneliti melakukan perbaikan atau revisi penyusunan RKH.
d). Peneliti dan guru melakukan refleksi.

H. Indikator Pencapaian Hasil


Peneliti mengharapkan secara rinci indikator pencapaian hasil paling rendah 78 % guru membuat
kesebelas komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai berikut.
1. Komponen identitas mata pelajaran diharapkan ketercapaiannya 100%.
2. Komponen standar kompetensi diharapkan ketercapaiannya 85%.
3. Komponen kompetensi dasar diharapkan ketercapaiannya 85%.
4. Komponen indikator pencapaian kompetensi diharapkan ketercapaiannya 75%.
5. Komponen tujuan pembelajaran diharapkan ketercapaiannya 75%.
6. Komponen materi pembelajaran diharapkan kecercapaian 75%.
7. Komponen alokasi waktu diharapkan ketercapaiannya 75%.
8. Komponen metode pembelajaran diharapkan kecercapaiannya 75%.
9. Komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran diharapkan ketercapaiannya 70%.
10. Komponen sumber belajar diharapkan ketercapaiannya 70%.
11. Komponen penilaian diharapkan ketercapaiannya 75%.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


Dari hasil wawancara peneliti memperoleh informasi bahwa semua guru belum tahu
kerangka penyusunan RKH, hanya sekolah yang memiliki dokumen standar proses (satu buah),
dua orang guru yang pernah mengikuti pelatihan pengembangan RKH tetap belum bisa
maksimal, umumnya guru mengadopsi dan mengadaptasi RKH, kebanyakan guru tidak tahu dan
tidak paham menyusun RKH secara lengkap, mereka setuju bahwa guru harus menggunakan
RKH dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat dijadikan acuan/pedoman dalam
proses pembelajaran. Selain itu, kebanyakan guru belum tahu dengan komponen-komponen
RKH secara lengkap.
Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap RKH yang dibuat guru (khusus pada siklus
I), diperoleh informasi/data bahwa masih ada guru yang tidak melengkapi RKH-nya dengan
komponen dan sub-subkomponen RKH tertentu, misalnya komponen indikator dan penilaian
hasil belajar (pedoman penskoran). Rumusan kegiatan siswa pada komponen langkah-langkah
kegiatan pembelajaran masih kurang tajam, interaktif, inspiratif, menantang, dan sistematis.
Dilihat dari segi kompetensi guru, terjadi peningkatan dalam menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dari siklus ke siklus . Hal itu dapat dilihat pada lampiran Rekapitulasi
Hasil Penyusunan RKH dari Siklus ke Siklus.
Siklus I (Pertama)
Siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi,
dan (4) refleksi seperti berikut ini.
1. Perencanaan ( Planning )
a. Membuat lembar wawancara
b. Membuat format/instrumen penilaian RKH
c. Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RKH siklus I dan II
d. Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RKH dari siklus ke siklus
2. Pelaksanaan (Acting)
Pada saat awal siklus pertama indikator pencapaian hasil dari setiap komponen RKH belum
sesuai/tercapai seperti rencana/keinginan peneliti. Hal itu dibuktikan dengan masih adanya
komponen RKH yang belum dibuat oleh guru. Sebelas komponen RKH yakni: 1) identitas
mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian kompetensi,
5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasi waktu, 8) metode pembelajaran, 9) langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, 10) sumber belajar, 11) penilaiaan hasil belajar ( soal, pedoman
penskoran, dan kunci jawaban). Hasil observasi pada siklus kesatu dapat dideskripsikan berikut
ini:
Observasi dilaksanakan Selasa, 31 Agustus 2014, terhadap semua guru. Semuanya menyusun
RKH, tapi masih ada guru yang belum melengkapi RKH-nya baik dengan komponen maupun
sub-sub komponen RKH tertentu. Satu orang tidak melengkapi RKH-nya dengan
komponen indikator pencapaian kompetensi. Untuk komponenpenilaian hasil belajar, dapat
dikemukakan sebagai berikut.
- Satu orang tidak melengkapinya dengan teknik dan bentuk instrumen.
- Satu orang tidak melengkapinya dengan teknik, bentuk instumen, soal, pedoman penskoran, dan
kunci jawaban.
- Dua orang tidak melengkapinya dengan teknik, pedoman penskoran, dan kunci jawaban.
- Satu orang tidak melengkapinya dengan soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban.
- Satu orang tidak melengkapinya dengan pedoman penskoran dan kunci
jawaban. Selanjutnya mereka
dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya.
Siklus II (Kedua)
Siklus kedua juga terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
observasi, dan (4) refleksi. Hasil observasi pada siklus kedua dapat dideskripsikan berikut ini:
Observasi dilaksanakan Selasa, 23 September 2014, terhadap semua guru. Semuanya menyusun
RKH, tapi masih ada guru yang keliru dalam menentukan kegiatan siswa dalam langkah-langkah
kegiatan pembelajaran dan metode pembelajaran, serta tidak memilah/ menguraikan materi
pembelajaran dalam sub-sub materi. Untuk komponen penilaian hasil belajar, dapat
dikemukakan sebagai berikut.
- Satu orang keliru dalam menentukan teknik dan bentuk instrumennya.
- Satu orang keliru dalam menentukan bentuk instrumen berdasarkan teknik penilaian yang
dipilih.
- Dua orang kurang jelas dalam menentukan pedoman penskoran.
- Satu orang tidak menuliskan rumus perolehan nilai siswa.
Selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya.

B. Pembahasan
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Meduran
Manyar Gresik yang merupakan sekolah tempat peneliti bertugas sebagai kepala sekolah
berstatus swasta, terdiri atas dua orang guru, dan dilaksanakan dalam dua siklus. kedua guru
tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam menyusun RKH dengan lengkap.
Hal ini peneliti ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan wawancara dan bimbingan
penyusunan RKH.
Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun RKH, terjadi
peningkatan dari siklus ke siklus.
1. Komponen Identitas Mata Pelajaran
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan identitas mata pelajaran dalam
RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan identitas mata pelajaran). Jika dipersentasekan, 100%
(sangat baik). Pada siklus kedua kedua guru tersebut mencantumkan identitas mata pelajaran
dalam RKH-nya. Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%
.
2. Komponen Standar Kompetensi
Pada siklus pertama semua guru mencantumkan standar kompetensi dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan standar kompetensi). Jika dipersentasekan, 100%. Masing-masing
guru mendapat skor yang baik..
3. Komponen Kompetensi Dasar
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan kompetensi dasar dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan kompetensi dasar). Jika dipersentasekan, 75%. Satu orang guru
masing-masing mendapat skor 1, 2, dan 3 (kurang baik, cukup baik, dan baik). Satu orang guru
yang lain mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut
mencantumkan kompetensi dasar dalam RKH-nya. dua orang mendapat skor 4 (sangat
baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.
4. Komponen Indikator Pencapaian Kompetensi
Pada siklus pertama saru orang guru mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam
RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan indikator pencapaian kompetensi). Sedangkan satu
orang tidak mencantumkan/melengkapinya dari siklus I.
5. Komponen Tujuan Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan tujuan pembelajaran dalam
RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan tujuan pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. dua
orang guru mendapat skor 3 (baik. Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan tujuan
pembelajaran dalam RKH-nya. Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus
I.
6. Komponen Materi Ajar
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan materi ajar dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan materi ajar). Jika dipersentasekan, 75%. dua orang mendapat skor
3 (baik). Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan materi ajar dalam RKH-nya.
Keduanya orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi
peningkatan 25% dari siklus I.
7. Komponen Alokasi Waktu
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan alokasi waktu dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan alokasi waktu). Semuanya mendapat skor 3 (baik). Jika
dipersentasekan, 75%. Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan alokasi waktu
dalam RKH-nya. Dua orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi
peningkatan 25% dari siklus I.
8. Komponen Metode Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan metode pembelajaran dalam RKH-
nya (melengkapi RKH-nya dengan metode pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. dua orang
mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua guru tersebut mencantumkan metode pembelajaran
dalam RKH-nya. Semua orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%,
terjadi peningkatan 25% dari siklus I.
9. Komponen Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. Kedua guru tersebut orang mendapat skor 3 (baik).
Pada siklus kedua, semua guru tersebut mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dalam RKH-nya. Sehingga kedua guru tersebut mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan,
100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.
10. Komponen Sumber Belajar
Pada siklus pertama semua guru mencantumkan sumber belajar dalam RKH-nya (melengkapi
RKH-nya dengan sumber belajar). Jika dipersentasekan, 100%. Baik pada siklus I maupun siklus
II
11. Komponen Penilaian Hasil Belajar
Pada siklus pertama semua guru mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RKH-nya
meskipun sub-sub komponennya (teknik, bentuk instrumen), dan pedoman penskoran. Jika
dipersentasekan, 62,50%. satu orang mendapat skor 2 (cukup baik), dan satu orang mendapat
skor 3 (baik). Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan penilaian hasil belajar
dalam RKH-nya meskipun ada guru yang masih keliru dalam menentukan teknik dan bentuk
penilaiannya. Satu orang mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik).
Jika dipersentasekan, 87,50%, terjadi peningkatan 12,50% dari siklus I.
Berdasarkan pembahasan di atas terjadi peningkatan yang signifigan pada kompetensi guru
dalam menyusun RKH. Oleh karen itu dari penelitian diatas dapat disimpulkan perlunya adanya
pembinaan kepada guru dalam penyusunan RKH, RKM dan perangkat administrasi
pembelajaran lainnya. Sehingga dengan adanya pembinaan tersebut guru-guru semakin lebih
kompeten dalam menyusun administrasi pembelajarannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tinadakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun RKH dengan
lengkap. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun RKH apalagi setelah
mendapatkan bimbingan pengembangan/penyusunan RKH dari peneliti. Informasi ini peneliti
peroleh dari hasil pengamatan pada saat mengadakan wawancara dan bimbingan
pengembangan/penyusunan RKH kepada para guru.
2. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH. Hal itu
dapat dibuktikan dari hasil observasi /pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi
peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RKH dari siklus ke siklus .

B. Saran
Telah terbukti bahwa dengan bimbingan berkelanjutan dapat
meningkatkan motivasi dan kompetensi guru dalam menyusun RKH. Oleh karena itu, peneliti
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Motivasi yang sudah tertanam khususnya dalam penyusunan RKH hendaknya terus
dipertahankan dan ditingkatkan/ dikembangkan .
2. RKH yang disusun/dibuat hendaknya mengandung komponen-komponen RKH secara lengkap
dan baik karena RKH merupakan acuan/pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.
3. Dokumen RKH hendaknya dibuat minimal dua rangkap, satu untuk arsip sekolah dan satunya
lagi untuk pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiyah. 1980. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang.


Dewi, Kurniawati Eni . 2009. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Dan Sastra Indonesia Dengan
Pendekatan Tematis. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.
Jakarta: Depdiknas.
2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
2005. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. Jakarta: Depdiknas.
2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007a tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.
2008. Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Depdiknas.
2009. Petunjuk Teknis Pembuatan Laporan Penelitian Tindakan Sekolah Sebagai Karya Tulis
Ilmiah Dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah. Jakarta.

Fatihah, RM . 2008. Pengertian konseling (Http://eko13.wordpress.com, diakses 19 Maret 2009).

Imron, Ali. 2000. Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.


Kemendiknas. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta.
2010. Supervisi Akademik. Jakarta.
Kumaidi. 2008. Sistem Sertifikasi (http://massofa.wordpress.com diakses 10 Agustus 2009).

Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.


Pidarta, Made . 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2009. Standar Kompetensi Pengawas Dimensi dan


Indikator. Jakarta : Binamitra Publishing.

Suharjono. 2003. Menyusun Usulan Penelitian. Jakarta: Makalah


Disajikan
pada Kegiatan Pelatihan Tehnis Tenaga Fungsional Pengawas.

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Mutu pendidikan amat ditentukan oleh mutu gurunya Mendiknas, Bapak Abdul Malik
Fadjar “ (Republika, 2003). Untuk membangun pendidikan yang bermutu, yang paling penting
bukan membangun gedung sekolah atau sarana dan prasarananya, melainkan harus dengan upaya
peningkatan proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan.
Kesemuanya itu hanya dapat dilakukan oleh guru yang bermutu.
Lembar Wawancara kepada Guru
Ada beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan kepada guru yang berhubungan dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
1. Apakah Ibu mengetahui kerangka dalam menyusun RKH ?
2. Apakah Ibu memiliki dokumen Standar Proses ?
3. Apakah Ibu ada membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM) ?
4. Jika ada, apakah ibu menyusunnya sendiri atau mengadopsi RKH atau mengadaptasi RKH yang
dibuat oleh orang lain ?
5. Kalau tidak mengapa ? Jelaskan !
6. Bagaimanakah pendapat Ibu jika seorang guru mengajar tanpa menggunakan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM)?
7. Apakah ada kendala dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM) ?
8. Apakah Ibu setuju guru mengajar menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan
RKM) ?
9. Apakah Ibu tahu komponen-komponen yang harus ada pada RKH?

Lampiran 1

ANGKET YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI

NAMA GURU :
ASAL SEKOLAH :
ALAMAT SEKOLAH :

1. Guru wajib memiliki Standar proses dan standar penilaian


a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

2. Guru berkewajiban membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

3. Rencana Pelaksanaan pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam mengajar


a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

4. Dalam penyusunan RKH paling sedikit memuat lima komponen yaitu tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

5. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh
peserta didik
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

6. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsif dan prosedur yang relevan
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

7. Metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang
hendak dicapai pada setiap mata pelajaran
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

8. Sumber belajar didasarkan pada SK, KD, Materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

9. Penilaian hasil belajar mengacu kepada standar penilaian


a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

10. RKH yang sudah dibuat perlu direvisi apabila tidak dapat dilaksanakan di kelas
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

KETERANGAN :
Kolom komponen/aspek motivasi diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut :
STS = Sangat tidak setuju, skor 1
TS = Tidak setuju skor 2
S = Setuju skor 3
ST = Sangat setuju skor 4
PEDOMAN PENILAIAN RKH
NAMA :…………………………………………………………..
NIG/NUPTK :………………………………………………………….
No Komponen NILAI Keterangan
1 2 3 4
1. Mencantumkan Identitas
2. Mencantumkan Indikator
3. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
4. Mencantumkan Materi Pembelajaran
5. Mencantumkan Metode
Pembelajaran
6. Mencantumkan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
7. Mencantumkan Sumber Belajar
8. Mencantumkan Penilaian
Jumlah Total =

Catatan :
Skor 1 : Tidak Mencantumkan
Skor 2 : Mencantumkan tapi tidak sinkron
Skor 3 : Mencantumkan secara singkat
Skor 4 : Mencantumkan secara lengkap dan sinkron

Saran :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

Perbaikan :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………..

Diposting 27th January 2015 oleh MA'RIFAH GURU TK MANYAR GRESIK


0
Tambahkan komentar

2.
JAN

27

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG


MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA DI
KELOMPOK B TK DHARMA WANITA PERSATUAN
MEDURAN MANYAR GRESIK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG


MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA
DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA PERSATUAN
MEDURAN MANYAR GRESIK

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun Dalam Rangka Pengembangan


Profesional keguruan

Disusun Oleh :
Hj. Ma’rifah, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007
Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Gresik
Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik
TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik
Tahun 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa lima sampai enam tahun pertama kehidupan anak sebagaimana yang tertera pada modul
yang diterbitkan oleh Depdiknas (2009:1), anak TK merupakan masa di mana perkembangan kognitif,
motorik, intelektual, emosional, bahasa dan sosial berlangsung dengan sangat cepat sehingga menentukan masa
depan anak. Di masa inilah semua perkembangan anak mulai terbentuk dan cenderung menetap sampai usia
dewasa. Dengan demikian betapa pentingnya pendidikan awal bagi anak TK yang memberikan bekal untuk
mempersiapkan diri menerima pengajaran bagi kehidupan selanjutnya.
Usia prasekolah merupakan usia yang sangat strategis untuk menerima rangsangan-rangsangan
dari luar, melalui pemberian rangsangan-rangsangan
positif untuk pertumbuhan dan perkembang anak menjadi maksimal. Kematangan kognitif pada anak
prasekolah, secara garis besar, Piaget (dalamSuparno, 2001:24-25), mengelompokkan menjadi empat
tahap, yaitu tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasi (2-7 tahun), tahap operasi konkret (7-
11 tahun) dan tahap operasi formal (11 tahun - dewasa). Tahap sensorimotor lebih ditandai dengan
pemikiran anak berdasarkan tindakan inderawi. Tahap praopcrasi diwarnai dengan mulai digunakannya
simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran khususnya penggunaan bahasa. Tahap operasi
konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis dan jelas. Tahap operasi formal dicirikan dengan
pemikiran abstrak, hipotesis, deduktif serta induktif. Tahap-tahap tersebut saling berkaitan. Urutan tahap-
tahap tidak dapat ditukar atau dibalik, karena tahap sesudahnya mengandaikan terbentuknya tahap sebelumnya.
Lebih lanjut Piaget (dalam Suparno,2001: 24-25), menegaskan bahwa kemampuan anak
menggunakan simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran, dilakukan
melalui penggunaan bilangan yang dapat menggantikan obyek, peristiwa, dan kegiatan, misalnya dengan
aktivitas menghitung dari 1-20. Kemudian berhitung mundur. Aktivitas ini mampu meningkatkan kepekaan
dan kemampuan anak untuk mengamati pola-pola logis numerik (bilangan) serta kemampuan untuk
berpikir rasional/logis.
Pengembangan kemampuan berhitung 1-20 pada anak merupakan salah satu kemampuan dasar yang
dipersiapkan, bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macama
alternatif pemecahan masalah, pengembangan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu,
kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti.
Mengingat efek penting dari materi pengembangan kemampuan berhitung 1-20 sejak dini, maka dari itu,
sangat perlu kiranya diberikan rangsangan, dorongan dan dukungan berapa program pembelajaran yang
terencana, bermanfaat dan menyenangkan. Di sinilah peran guru sangat diperlukan, untuk itu sebagai guru
TK harus dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan pengembangan pembelajaran kemampuan berhitung
1-20 di sekolah sesuai dengan kreativitasnya, sejauh tidak bertentangan dengan prinsip dan
asas pembelajaran di TK.
Pada kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyaknya permasalahan
yang merujuk pada ketidakmampuan anak dalam hal berhitung 1-20. Kondisi rendahnya kemampuan
berhitung 1-20 pada anak kelompok B, salah satu penyebabnya diakibatkan oleh faktor guru, yakni guru kurang
mampu menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Mengarah pada alternatif pemecahan permasalahan yang ada pada anak yaitu meningkatkan
kemampuan berhitung 1-20, menuntut guru TK untuk mampu mengelola
proses pembelajaran dengan menerapkan permainan. Pada hakikatnya melalui permainan
dalam mempelajari sesuatu, anak tidak akan merasa sedang belajar. Sehingga anak akan
lebih merasa nyaman dalam mengikuti aktivitas yang ada. Model pembelajaran yang menggunakan teknik
permainan akan membantu memudahkan mereka untuk mempelajari sesuatu tanpa merasa sedang belajar.
Dengan demikian, teknik permainan dapat dikembangkan untuk membantu penguasaan anak-
anak terhadap aspek-aspek khusus, termasuk dalam mengembangkan kemampuan berhitung pada anak.
Salah satu contoh permainan yang akan digunakan sebagai bahan kajian analisis penelitian, terkait dengan
rendahnya kemampuan berhitung pada anak kelompok B, yakni dengan permainan ular tangga.
Maka berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis mengambil judul
“Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Menggunakan Permainan Ular Tangga
di Kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah
penerapan permainan ular tangga dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak kelompok B
TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan permainan ular tangga
dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan
Meduran Manyar Gresik.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai pendorong untuk pelaksanaan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orang tua
dan guru.
b. Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak didik
1) Membantu anak menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit.
2) Mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung.
3) Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.
4) Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang dan masa mendatang.
b. Bagi guru
1) Memudahkan guru untuk melatih ketrampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran
berhitung.
2) Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Bagi sekolah
1) Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien.
2) Sekolah akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran.
3) Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Perkembangan Kognitif Pada Usia Dini


Pengertian kognitif yang diadaptasi dari pendapat Kurrien (2004: 8), adalah suatu proses
berpikir yang berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan sesuatu. Dapat
juga dimaknai sebagaikemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang dihargai
dalam suatu kebudayaan.
Pernyatan di atas relevan dengan pendapat dari Patmonodewo (1994: 39), yang mengemukakan bahwa,
kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir. Kognitif adalah pengertian yang luas
mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang
memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Perkembangan kognitif
menunujukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai
cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dapat dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan
kecerdasan.
Konsep dasar kemampuan kognitif pada istilah anak, meliputi konsep tentang warna, bentuk,
ukuran, tekstur, bau. Pada saat yang sama, aktivitas-aktivitas tersebut dirancang untuk membantu anak
mengembangkan lima proses mental atauketerampilan berpikir, yaitu 1) menjodohkan; 2) mengklasifikasikan /
mengelompokkan.; 3) memahami pola, 4) memahami hubungan, 5) pemecahan masalah. Kemampuan-
kemampuan tersebut tidak hanya membentuk dan memperbaiki konsep-konsep yang pernah diperoleh
sebelumnya, tetapi juga sebagai dasar yang sangat berharga untuk membangun kemampuan-kemampuan
mental yang akan dibutuhkan nanti di Sekolah Dasar dan di sekolah yang lebih tinggi (Kurrien, 2004: 11).
Kemampuan kognitif merupakan salah satu dari pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan
oleh guru untuk meningkatkan kemampuan anak sesuai dengan tahap perkembangannya, agar anak mampu
mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan
masalah, mengembangkan logika matematika dan persiapan pengembangan berpikir teliti.

B. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini


Piaget (dalam modul Diknas, 2007: 3),membagi 4 tingkat perkembangan kemampuan otak untuk
berpikir mengembangkan pengetahuan (kognitif), yaitu tahapan sensorik motorik (0-18 atau 24 bulan),
tahap pra-operasional (2 tahun-7 tahun), operasional konkrit (7tahun-
11tahun), dan operasional formal (mulai 11 tahun). Anak usia dini berada pada tahapan pra operasional
(2-7 tahun), dalam arti pada tahap ini anak telah mampu menggunakan logika pada tempatnya.
Secara rinci Rahayu (2002:221), menerangakan tahapan kognitif anak usia dini yang berada pada
tahapan pra operasional (2-7tahun). Perkembangan pra operasional dimulai dengan penguasaan bahasa
yang sistematis, permainan simbolis, imitasi (tidak langsung),yang memungkinkan anak berpikir dan
menyimpulkan eksistensi sebuah benda ataukejadian tertentu walaupun benda atau kejadian itu
berada di luar pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya. Sebagai contoh pada masa ini anak
masih belum mampu berpikir secara terbalik (ir-reversable) misalnya Totok mengambil 2 donat ibu, sedang
ani mengambil 3, sisa donat ibu tinggal 5, berapa mula-mula donat ibu?.
Perkembangan kognitif anak TK dipengaruhi salah satunya oleh kematangan dan belajar, maka
guru harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat
terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-
baiknya menuju perkembangan kemampuan dasar kognitif yang optimal.

C. Klasifikasi Pengembangan Kognitif


Klasifikasi pengembangan kognitif yang dimaksud, sebagaimana yang tercantum pada modul
yang diterbitkan dari Diknas (2007:6), adalah cara untuk mempermudah guru dalam menstimulasi
kemampuan kognitif anak, sehingga tercapai optimalisasi potensi pada masing-masing anak. Lebih
jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pengembangan Auditory (PA)
Berhubungan dengan bunyi atau indera pendengaran anak.
2) Pengembangan Visual (PV)
Kemampuan ini berhubungan dengan penglihatan, pengamatan, perhatian, tanggapan dan persepsi
anak terhadap lingkungan sekitar.
3) Pengembangan Taktil (PT)
Kemampuan ini berhubangan dengan pengembangan tekstur (indera peraba)
4) Pengembangan Kinestetik (PK)
Kemampuan ini yang berhubungan dengan kelancaran gerak tangan/keterampilan tangan atau motorik
halus yangmempengaruhi perkembangan kognitif .
5) Pengembangan Aritmatika (PAr)
Kemampuan ini yang berhubungan dengan kemampuan yang diarahkan untuk kemampuan berhitung atau
konsep berhitung permulaan. Kemampuan yang dikembangkan, antara lain, mengenali
atau membilang angka, menyebut urutan bilangan, menghitung benda, mengenal himpunan dengan nilai
bilangan, dan mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlahan, dan pengurangan, dengan
menggunakan konsep dari konkrit keabstrak.
6) Pengembangan Geometri
Kemamapuan geometri berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk bangun geometri.

D. Hakikat Pengembangan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini


Berhitung merupakan bagian dari komponen mengenai konsep bilangan, lambang bilangan. Anak
diharapkan mengenal konsep bilangan, lambang bilangan sehingga mampu untuk berhitung dengan benar.
Berhitung sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari di sekitar anak, baik di rumah, lingkungan sekitar
tempat tinggal, sekolah, tempat umum, dan di manasaja (Griffith, 1992: 25). Kesenangan anak dalam
penguasaan konsep berhitung dapat dimulai dari diri sendiri ataupun rangsangan dari luar
seperti permainan- permainan dalam pesona matematika.
Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berhitung, sebagaimana pendapat dari Susanto (2011:98),
adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, sesuai dengan
karakteristik perkembangan kemampuannya yang dimulai dari lingkungan terdekat dengan dirinya, sejalan
dengan perkembangan kemampuan anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai
lambang bilangan, jumlah, yaitu yang berhubungan dengan jumlah dan pengurangan.
E. Tahapan Kemampuan Berhitung Anak Taman Kanak-kanak
Penguasaan kemampuan berhitung pada anak usia Taman Kanak-Kanak (TK)
menurut pendapat dari Susanto (2011:100), akan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Tahap konsep / pengertian
Pada tahap ini anak berekspresi untuk menghitung segala macam benda-benda yang dapat dihitung dan yang
dapat dilihat.
2. Tahap transmisi/peralihan
Tahap transmisi merupakan masa peralihan dari yang konkret ke lambang. Tahap ini adalah saat
anak mulai benar-benar memahami jumlah benda ke dalam lambang bilangan.
3. Tahap lambang
Tahap ini di mana anak sudah mulai diberi kesempatan menulis sendiri tanpa paksaan, yakni berupa
lambang bilangan, bentuk-bentuk, sebagai jalur-jalur dalam mengenalkan kegiatan berhitung.
Ketiga tingkat penguasaan tahapan ini dimulai dari memahami konsep berhitung, kemudian
menghubungkan benda-benda nyata dengan lambang bilangan, selanjutnya anak memahami lambang
bilangan. Untuk mengembaangkan tahapan demi tahapan penguasaan kemampuan berhitung pada anak
salah satunya dikenalkan melalui permainan.

F. Hakikat Bermain dan Permainan


Bermain dan permainan merupakan satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses
pembelajaran yang sangat diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan anak seoptimal mungkin,
maupun kesiapan anak untuk mengikuti pendidikan dasar.
Pada usia kanak-kanak, bermain mempunyai pengaruh besar bagi perkembangan anak, menurut
(Kartono 2007:116). Bermain adalah kesibukan yang dipilih anak untuk menyalurkan kelebihan tenaga
yang terdapat pada dirinya dan dorongan belajar guna melatih semua fungsi jasmani dan rohani. Lebih jauh
Kartono menegaskan bahwa bermain adalah suatu proses yang diperlukan baik oleh anak-anak maupun
orang dewasa. Bermain merupakan proses pembelajaran yang melibatkan pikiran, persepsi,
konsep, kelahiran sosial dan fisik. Selain itu bermain juga dikaitkan dengan ganjaran intrinsik dan
kegembiraan. Dengan demikian bermain merupakan aktifitas yang natural bagi anak-anak yang
memberi peluang kepada mereka untuk mencipta, menjelajah dan mengenal dunia mereka sendiri.
Menurut Spencer (dalam Kartono,2007:118), bermain adalah suatu upaya anak untuk mencari
kepuasan, melarikan diri ke alam fantasi dengan melepaskan segala keinginannya yang tidak dapat
tersalurkan dengan permainan maka energi yang tidak tersalurkan tersebut akan mencair, teori ini biasanya
disebut teori pemunggahan.
Bermain sebagai kegiatan mempunyai nilai praktis. Menurut Hurlock, bermain adalah setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan. Di samping itu bermain bagi anak adalah upaya yang menyalurkan
energi yang berlebihan dan dapat menghindari negatif yang diakibatkan dari tenaga yang berlebihan
(Syaodih www.kangzusi.com)
Bermain adalah pekerjaan anak-anak dan anak-anak sangat gemar bermain. Dalam bermain anak
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dengan
mencoba berbagai cara dengan mengerjakan sesuatu dan memilih dan menentukan cara yang paling tepat.
Dalam bermain anak-anak menggunakan bahasa untuk membawakan aktivitasnya, memperluas
dan menyaring bahasa mereka dengan berbicara dan mendengar anak lain. Ketika bermain mereka
belajar memahami orang lain dengan cara mensepakati komitmen yang mereka buat dari berbagai aturan
dan menilai pekerjaan secara bersama-sama. Bermain mematangkan perkembangan
anak anak dalam semua area, intelektual, sosial,berhitung , dan fisik.
Bermain bagi anak adalah apa yang mereka lakukan sepanjang hari, bermain adalah
kehidupan dan kehidupan adalah bermain. Anak-anak tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja.
Anak-anak adalah pemain alami, mereka menikmati bermain dan dapat berkonsentrasi dalam waktu
yang lama untuk sebuah keterampilan. Bermain merupakanmotivasi interinsik bagi anak dan tidak
ada seorangpun yang dapat mengatakan apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya.
1. Hakikat Permainan
Permainan berdasarkan pendapat dariMartuti (2008:57), merupakan kepentingan dan kebutuhan anak
dalam lingkup hidupnya, lewat permainan ia belajar keahlian untuk bertahan dan menemukan pola
dalam kehidupannya, Permainan merupakan tujuan dasar dari belajar pada masa kanak-kanak, anak-
anak secara bertahap mengembangkan konsep dari hubungan yang wajar, kemampuan untuk membedakan,
untuk menilai, untuk menganalisis dan mengambil intisari, untuk membayangkan.
Ismail (dalam Susanto, 2011:129), mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang
membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan
berhitung . Menurut beberapa pendapat para ahli tersebut
peneliti menyimpulkan definisi permainan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak
untuk mencari kesenangan yang dapat
membentuk proses kepribadian anak dan membantu anak mencapai perkembangan fisik,
intelektual, sosial, moral dan berhitung .
Menurut Kohnstam seorang sarjana Belanda, yang mengembangkan teori fonemonologis dalam
padagogik teoritisnya menyatakan, bahwa permainan
merupakan satu fonemena atau gejala yang nyata, yang mengandung unsur suasana permainan
(Kartono, 2007:120). Dalam permaianan mengajarkan pendidikan rohani, moral, jasmani, berenang,
pemahaman gender, melatih indera anak, kebebasan bermain, pengamatan, pengalaman, bahasa asing,
menyanyi, menggambar pada anak usia dini melalui pengenalan alam sekitar dimana anak berada.
(http://www.fai.umj.ac.id)
Permainan anak-anak merupakan wadah dasar dan indikator pengembangan mental. Dari permainan
memungkinkan anak-anak untuk memajukan perkembangannya seperti sensori
motor, intelegensi pada bayi, mulai dari operasional sampai operasional konkrit pada anak pra sekolah juga
mengembangkan kognitif, khususnya kemampuan berhitung. Selain itu
permainan merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan oleh anak, dengan permainan anak dapat
melakukan banyak hal, salah satunya adalah meningkatkan kemampuan berhitung.
Mengenalkan konsep berhitung di jalur matematika pada anak usia TK merupakan masa yang
sangat strategis, hal ini dikarenakan usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang
diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahu yang tinggi akan tersalurkan apabila
mendapat stimulasi/rangsangan yang sesuai dengan tugas perkembangannya, misalnya melalui berbagai
macam/jenis permainan.
2. Jenis-jenis Permainan
Usia dini/pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangakan berbagai potensi yang dimiliki
anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui permainan.
Kebanyakan anak lebih menyukai jenis permainan aktif dari pada permainan pasif.
1) Permainan Aktif
Permainan aktif menurut pendapat Montolalu (2010:6.15), didasarkan pada tinggi rendahnya
keterlibatan anggota tubuh, kegiatan bermain aktif merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan
kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri, kegiatan ini dapat diartikan sebagai
kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh.
Kegiatan permainan ini terjadi, apabila anak bermain bersama temannya dalam kegiatan
sosial secara aktif, dan mengikuti aturan permainan. Salah satu kegiatan bermain yang termasuk adalah
permainan ular tangga.Pada kegiatan permainan ular tangga ini anak saling mengikuti aturan yang
mereka anggap baik, walaupun tidak ada yang menjadi pemimpin atau yang mengatur arah
permainan secara resmi.
2) Permainan Pasif
Hiburan merupakan satu bentuk bermain pasif. Dalam hal ini anak memperoleh kesenangan
bukan berdasarkan kegiatan yang dilakukan sendiri. Misalnya menonton film, membaca, mendengarkan
musik, mendengarkan radio. Salah satu contoh bentuk permainan yang dapat mengembangkan kemampuan
berhitung pada anak usia dini adalah permainan ular tangga. Permainan ular tangga ini merupakan
permainan yang mengarah pada penguasaan kemampuan berhitung anak. Hal ini dikarenakan dalam
permainan ular tangga terdapat konsep-konsep urutan angka/bilangan yang harus dikuasai oleh anak.

G. Permainan Ular Tangga Bagi Anak Usia Dini


Permainan ular tangga walaupun selama ini masih dianggap sebagai permainan yang murah,
praktis, dan mudah untuk dibuat, namun permainan ular tangga ini, diyakini dapat menarik perhatian
anak. Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih.
Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil, didalam kotak tersebut tergambar sejumlah“tangga”
atau “ular” yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun
1870. Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga, setiap orang dapat menciptakan papan
mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan.
Sriningsih (2008:95) mengungkapkan secara umum bahwa media permainan ular tangga dapat
diberikan untuk anak usia 5-6 tahun dalam rangka menstimulasi berbagai bidang pengembangan
seperti kognitif, bahasa dan sosial. Keterampilan berbahasa yang dapat distimulasi melalui permainan ini
misalnya kosa kata naik-turun, maju mundur, ke atas- kebawah, dan lain sebagainya.
Keterampilan sosial yang dilatih dalam permainan ini diantaranya kemauan mengikuti dan mematuhi
aturan permainan, bermain secara bergiliran. Keterampilan kognitif matematika yangterstimulasi yaitu
menyebutkan urutan bilangan, mengenal lambang bilangan dan konsep berhitung.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat. Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian
tindakan sebagai “sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor
sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian yang dilakukan penulis mengambil lokasi di Taman Kanak-kanak Dharma
Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik
Adapun penelitian dilaksanakan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2014 – 2015.

C. Subjek Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan Meduran
Manyar Gresik yang berjumlah 16 siswa.

D. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan
siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu :

1. Menyusun rencana tindakan


2. Melaksanakan tindakan
3. Melakukan observasi
4. Membuat analisis dilanjutkan refleksi
Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah guru kelas kelompok B
sebagai peneliti bersama-sama dengan guru kelompok A yang bertindak sebagai observer
SIKLUS – 1
1. Penyusunan rencana tindakan 1
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema
yang akan diajarkan dengan tujuan untuk kemampuan berhitung yang meliputi merumuskan
tujuan pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat peraga
(media) apa yang sesuai pokok bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya,
serta menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan.
2. Pemberian tindakan 1
Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan permainan ular tangga sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan kegiatan
tanya jawab tentang kondisi anak ataupun dengan benda-benda di sekitar anak yang berhubungan
dengan materi yang akan diajarkan, siswa beri tugas untuk mengamati dan melihat media yang
telah disediakan, kemudian siswa diminta untuk melakukan permainan ular tangga.
3. Melakukan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok B yang bertindak sebagai
peneliti bersama guru kelompok A melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama
kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak
lanjut.
4. Pembuatan analisis dan refleksi
Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian dilanjutkan dengan refleksi.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersama-sama ini, direncanakan
perbaikan dengan melakukan tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada.

SIKLUS – 2
1. Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1.
2. Pembelajaran tindakan 2
Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih ada pada siklus 1. Diharapkan pada
akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
permainan ular tangga dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung dapat teratasi.
3. Pelaksanaan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok B yang bertindak sebagai
peneliti bersama guru kelompok A melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama
kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak
lanjut.
4. Pembuatan analisis dan refleksi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus
2.

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data yaitu observasi dan penugasan atau
pemberian tugas.
1. Observasi
Cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung
terhadap sikap/perilaku guru dan anak.
Tujuannya adalah mengamati peristiwa yang dirasakan subjek dan untuk
mengembangkan pemahaman tentang kognitif ( berhitung ) secara kompleks yang dimiliki anak.
Tabel 3.1 Format Observasi.

No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru
2 Membuat RKH
3 Alat atau sarana prasarana
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan
yang dilakukan
5 Penguasaan materi
Siswa
1 Perilaku siswa
2 Kreatifitas siswa
3 Hasil belajar siswa
Keterangan:
SB : Sangan baik C : Cukup
B : Baik. K : Kurang

2. Penugasan atau pemberian tugas


Suatu penelitian dimana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak.
Pemberian tugas dapat dilakukan secara kelompok atau individu.
Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti
proses belajar mengajar atau menerima materi.
Tabel 3.2 Aspek Penilaian dalam permainan ular tangga

No Tahapan Peralatan / media


1 Membilang angka 1- 20 Permainan ular tangga
2 Menunjukkan lambang bilangan 1-
20
3 Membuat urutan bilangan 1-20
4 Menghitung hasil penambahan 1-
20

F. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan
mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Data yang didapat dari kegiatan anak yang diamati selama proses kegiatan berlangsung dilakukan
melalui observasi atau pengamatan langsung yang mana hasilnya ditulis dalam lembaran
observasi.
2. Data dari hasil kegiatan anak dapat dilihat dalam proses kegiatan anak berlangsung yakni ketika
anak bermain ular tangga.

G. Teknik Analisis Data


Penulis menggunakan tanda penilaian berupa angka yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
1). Nilai 4: sangat baik
2). Nilai 3: baik
3). Nilai 2: cukup baik
4). Nilai 1: kurang baik
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data dihasilkan dari menggunakan rumus

(Suharsimi Arikunto,1998)

Keterangan:

x = nilai rata-rata

n = jumlah jawaban

N = jumlah anak

1, 2, 3, 4 = bobot atau skor jawaban

Prosentase keseluruhan analisis data dari penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran dihitung dengan

menggunakan rumus (Fuad Amsyari)

Keterangan:

X = nilai rata-rata

= presentase masing-masing kriteria

N = jumlah anak

Seorang anak dikatakan mencapai ketuntasan jika taraf penguasaan lebih dari 75% dan belum

mencapai ketuntasan apabila taraf penguasaan kurang dari 75%


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
a. Membuat rencana penelitian pembelajaran
b. Membuat media pembelajaran anak
c. Membuat lembar observasi atau pengamatan
2. Hasil Pengamatan
Pada pelaksanaan pertama diamati oleh pengamat dengan melakukan pencatatan pada
lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model permainan ular tangga.
Tabel 4.1
Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran

No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √

Tabel 4.2
Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan
Ular Tangga
No Nama Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran
Menunjuk Menghitung hasil
Membilang Membuat urutan
lambang bilangan penjumlahan
1-20 bilangan 1-20
1-20 1-20
1 Achmad Taajul Irfani 3 3 3 2

2 Ach. Sandy Sirajul Wijaya 2 2 2 1

3 Anugrah Risky Sugiarto 3 3 3 2

4 Awwanda Zayyinatus S. 2 2 3 2

5 Asnu Habbibul Hafazy 3 3 3 2

6 Hilda Attaya Fitri 3 2 3 3

7 M. Farel Danu Apriya 3 3 3 2

8 M. Iqbal Fadilah Jauhar 2 2 3 2

9 Ireina Yunalita Putri 3 3 3 2

10 M. Ilham Al Faruq 3 3 3 2

11 Mustika Oktavia Syafitri 2 3 3 2

12 M. Ilham Adinugroho 3 3 2 1

13 Nadhira Firnanda 3 3 3 2

14 Sabrina Viera Ramadhani 2 2 3 3

15 Siti Nurfadhilah Ramadhani 2 3 2 2

16 Rakha Satya Waranggana 3 3 3 2

Jumlah 42 43 45 32

Prosentase 65.63 67.19 70.31 50.00

rata-rata 63.28

Hasil penilaian belajar anak dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung dengan
menggunakan permainan ular tangga yakni pada aspek penilaian membilang angka 1 - 20, hasil
prosentasenya adalah sebesar 65,63%.
Untuk aspek penilaian berdasarkan pada aspek menunjuk bilangan/angka 1-20 pada
kegiatan permainan ular tangga ini, hasilnya yaitu sebesar 67,19%.
Untuk aspek penilaian berdasarkan pada aspek membuat urutan bilangan 1-20 pada
kegiatan ular tangga ini, hasilnya sebesar 70,31%.
Sedangkan untuk aspek penilaian pada permainan ular tangga berdasarkan pada
menghitung hasil penjumlahan 1 – 20 yakni sebesar 50%.
Prosentase keseluruhan dari hasil kegiatan permainan ular tangga diatas, dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:

= 63,28 %
Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan pada siklus pertama, penilaian anak dalam
kegiatan pembelajaran berhitung melalui permainan ular tangga dikategorikan belum mencapai
ketuntasan dengan prosentase sebesar 63,28%

B. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
a. Membuat rencana penelitian pembelajaran
b. Membuat media pembelajaran anak
c. Membuat lembar observasi atau pengamatan
2. Hasil Pengamatan
Pada siklus 2 ini diamati oleh pengamat dengan melakukan pencatatan pada lembar
observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model permainan.

Tabel 4.3
Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran

No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √

Tabel 4.4
Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan
Ular Tangga

Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran


No Nama Menghitung hasil
Membilang Menunjuk lambang Membuat urutan
penjumlahan
1-20 bilangan 1-20 bilangan 1-20
1-20
1 Achmad Taajul Irfani 4 3 3 3

2 Ach. Sandy Sirajul Wijaya 3 3 3 2

3 Anugrah Risky Sugiarto 4 4 3 4

4 Awwanda Zayyinatus S. 3 3 3 3

5 Asnu Habbibul Hafazy 4 3 3 3

6 Hilda Attaya Fitri 3 3 4 4

7 M. Farel Danu Apriya 3 4 4 3

8 M. Iqbal Fadilah Jauhar 3 3 3 3

9 Ireina Yunalita Putri 4 3 4 3

10 M. Ilham Al Faruq 3 3 3 3

11 Mustika Oktavia Syafitri 3 3 3 3

12 M. Ilham Adinugroho 3 3 3 3

13 Nadhira Firnanda 4 3 3 3

14 Sabrina Viera Ramadhani 3 3 3 3

15 Siti Nurfadhilah Ramadhani 3 3 3 3


16 Rakha Satya Waranggana 4 4 4 4

Jumlah 54 51 52 50

Prosentase 84.38 79.69 81.25 78.13

rata-rata 80.86

Pada siklus kedua ini, hasil penilaian belajar anak dalam rangka meningkatkan
kemampuan berhitung dengan menggunakan permainan ular tangga yakni pada aspek penilaian
membilang angka 1 - 20, hasil prosentasenya adalah sebesar 84,38%.
Untuk aspek penilaian berdasarkan pada aspek menunjuk bilangan/angka 1-20 pada
kegiatan permainan ular tangga ini, hasilnya yaitu sebesar 79,69%.
Untuk aspek penilaian berdasarkan pada aspek membuat urutan bilangan 1-20 pada
kegiatan ular tangga ini, hasilnya sebesar 81,25%.
Sedangkan untuk aspek penilaian pada permainan ular tangga berdasarkan pada
menghitung hasil penjumlahan 1 – 20 yakni sebesar 78,13%.
Prosentase keseluruhan dari hasil kegiatan permainan ular tangga diatas, dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:

= 80,86 %
Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan pada siklus kedua, penilaian anak dalam
kegiatan pembelajaran berhitung melalui permainan ular tangga dikategorikan sudah mencapai
ketuntasan dengan prosentase sebesar 80,86%

C. Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, yakni siklus 1 dan siklus 2. Siklus 2 berisi
tentang perbaikan – perbaikan dalam pembelajaran siklus 1. Pembelajaran dalam siklus 1
dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2014 dan pembelajaran dalam siklus 2 dilaksanakan pada
tanggal 9 Desember 2014.
Pada siklus 1, pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung yang
meliputi kemampuan membilang 1-20 dengan benar, menunjukkan angka 1-20, membuat urutan
angka 1-20, menghitung hasil penjumlahan 1-20 menunjukkan prosentase hasil sebesar 63,28%
maka hasil demikain pembelajaran belum mencapai ketuntasan. Sehingga masih perlu dilakukan
perbaikan pada siklus 2 dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Pada siklus kedua dilakukan perbaikan sehingga hasil kemampuan anak dalam berhitung
dengan menggunakan permainan ular tangga mengalami peningkatan, yakni sebesar 80,86%.
Dari hasil tersebut maka pembelajaran dengan menggunakan permainan ini dikatakan tuntas.
Aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa selama proses pembelajaran
berlangsung cukup baik.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
permainan ular tangga dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung di Kelompok B TK
Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Dengan menggunakan pembelajaran melalui permainan ular tangga dalam
kegiatan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak. Ini diketahui dari
hasil analisis siklus I sebesar 63,28% dan pada siklus II menunjukkan peningkatan sebesar
80,86%.
2. Suasana kegiatan pembelajaran anak dari hasil observasi anak terlibat aktif dan
guru mampu menciptakan proses kegiatan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan
media yang sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran.

B. Saran
Dari hasil pelaksanaan penelitian kegiatan pembelajaran melalui permainan ular
tangga ini terdapat beberapa saran yang dapat diajukan yakni :
1. Bagi anak TK agar memotivasi diri untuk berani melakukan dan mencoba sendiri
dirumah hal-hal yang dipelajarinya ditaman kanak-kanak. Hal ini untuk lebih melatih
kemampuan anak dalam berhitung.
2. Bagi guru TK disarankan hendaknya menciptakan sebuah bentuk tugas yang
menyenangkan bagi anak.
3. Bagi kepala sekolah TK disarankan agar dapat memperhatikan, mendukung dan
memberikan fasilitas untuk membantu upaya guru dalam membantu perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk., 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Permainan Berhitung Di Taman Kanak-Kanak
, Jakarta: DirjenDikdasmen Direktorat Dikdas.
http://id.wikipedia.org/pembelajarankognitif,diakses 19 Maret 2012
Suparno, Paul, 2001, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius.
Suharsimi, Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: PT Rineka Cipta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
2004, Bandung: Citra Umbara.
_____, 2004, Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudlatul Athfal, Jakarta, Dirjen Manajemen
Dikdasmen, Direktorat Pembinaan TKdan SD.
_____, 2007, Pedoman Pembelajaran Kognitif Di Taman Kanak-Kanak , Jakarta, Dirjen Manajemen
Dikdas

Lampiran 1

Persiapan Tindakan Pada Siklus 1


Pembelajaran dengan menggunakan permainan ular tangga dalam upaya
meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung
Bidang Pengembangan : Kemampuan Kognitif
Indikator :
Mengenal angka 1-20
Judul Kegiatan : Permainan ular tangga
Hasil Belajar :
Anak dapat membilang angka 1 – 20 dengan
baik
Anak menunjukkan angka 1-20 dengan
benar
Anak dapat membuat urutang angka 1-20
dengan benar
Anak dapat menunjukkan hasil penjumlahan
1-20 dengan benar
Pelaksanaan : Selasa, 2 Desember 2014
Alat yang digunakan : Papan ular tangga dan dadu

Media papan ular tangga


Langkah Pelaksanaan :
1. Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi
2. Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Guru menyiapkan media papan ular tangga
4. Guru menjelaskan cara melakukan permainan ular tangga
5. Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok sebelum melakukan
permainan ini.
6. Anak-anak melakukan permainan ular tangga secara bergantian
7. Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan kegiatan ini
8. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.

Satuan Kegiatan Harian

Semester : I (Satu)
Minggu : …………..
Tema : ……………

Penilaian Perkembangan Ana


l Indikator Kegiatan Pembelajaran Metode Alat Sumber Belajar
Alat Hasil
2 Kegiatan Awal
Bernyanyi berdo’a, salam Tanya jawab Papan ular tangga besertaPemberian tugas dan
Melakukan Tanya jawab tentang Bercakap-cakap dadu Tanya jawab
kondisi siswa dan tanya jawab yang demontrasi
berhubungan dengan tugas hari ini

Mengenal angka 1-20 Kegiatan Inti


Melakukan permainan ular tangga
Istirahat
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan
Do’a makan
Bermain
Kegiatan Akhir
Diskusi kegiatan sehari
Do’a pulang, salam

Peneliti

Hj. Ma’rifah, S.Pd.

Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran

No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √

Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan Ular


Tangga

Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran


No Nama Menunjuk Menghitung hasil
Membilang Membuat urutan
lambang bilangan penjumlahan
1-20 bilangan 1-20
1-20 1-20
1 Achmad Taajul Irfani 3 3 3 2

2 Ach. Sandy Sirajul Wijaya 2 2 2 1

3 Anugrah Risky Sugiarto 3 3 3 2


4 Awwanda Zayyinatus S. 2 2 3 2

5 Asnu Habbibul Hafazy 3 3 3 2

6 Hilda Attaya Fitri 3 2 3 3

7 M. Farel Danu Apriya 3 3 3 2

8 M. Iqbal Fadilah Jauhar 2 2 3 2

9 Ireina Yunalita Putri 3 3 3 2

10 M. Ilham Al Faruq 3 3 3 2

11 Mustika Oktavia Syafitri 2 3 3 2

12 M. Ilham Adinugroho 3 3 2 1

13 Nadhira Firnanda 3 3 3 2

14 Sabrina Viera Ramadhani 2 2 3 3

15 Siti Nurfadhilah Ramadhani 2 3 2 2

16 Rakha Satya Waranggana 3 3 3 2

Jumlah 42 43 45 32

Prosentase 65.63 67.19 70.31 50.00

rata-rata 63.28

Lampiran 2
Persiapan Tindakan pada siklus 2
Pembelajaran dengan menggunakan permainan ular tangga dalam upaya
meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung

Bidang Pengembangan : Kemampuan Kognitif


Indikator :
Mengenal angka 1-20
Judul Kegiatan : Permainan ular tangga
Hasil Belajar :
Anak dapat membilang angka 1 – 20 dengan
baik
Anak menunjukkan angka 1-20 dengan
benar
Anak dapat membuat urutang angka 1-20
dengan benar
Anak dapat menunjukkan hasil penjumlahan
1-20 dengan benar
Pelaksanaan : Selasa, 9 Desember 2014
Alat yang digunakan : Papan ular tangga dan dadu

Media papan ular tangga

Langkah Pelaksanaan :
1. Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi
2. Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Guru menyiapkan media papan ular tangga
4. Guru menjelaskan cara melakukan permainan ular tangga
5. Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok sebelum melakukan
permainan ini.
6. Anak-anak melakukan permainan ular tangga secara bergantian
7. Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan kegiatan ini
8. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.

Satuan Kegiatan Harian

Semester : I (Satu)
Minggu : …………..
Tema : ……………

Penilaian Perkembangan Ana


l Indikator Kegiatan Pembelajaran Metode Alat Sumber Belajar
Alat Hasil
9 Kegiatan Awal
Bernyanyi berdo’a, salam Tanya jawab Papan ular tangga besertaPemberian tugas dan
Melakukan Tanya jawab tentang Bercakap-cakap dadu Tanya jawab
kondisi siswa dan tanya jawab yang demontrasi
berhubungan dengan tugas hari ini

Mengenal angka 1-20 Kegiatan Inti


Melakukan permainan ular tangga
Istirahat
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan
Do’a makan
Bermain
Kegiatan Akhir
Diskusi kegiatan sehari
Do’a pulang, salam

Peneliti

Hj. Ma’rifah, S.Pd.

Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran

No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √

Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan Ular


Tangga

Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran


No Nama Menghitung hasil
Membilang Menunjuk lambang Membuat urutan
penjumlahan
1-20 bilangan 1-20 bilangan 1-20
1-20
1 Achmad Taajul Irfani 4 3 3 3

2 Ach. Sandy Sirajul Wijaya 3 3 3 2

3 Anugrah Risky Sugiarto 4 4 3 4

4 Awwanda Zayyinatus S. 3 3 3 3

5 Asnu Habbibul Hafazy 4 3 3 3

6 Hilda Attaya Fitri 3 3 4 4

7 M. Farel Danu Apriya 3 4 4 3

8 M. Iqbal Fadilah Jauhar 3 3 3 3

9 Ireina Yunalita Putri 4 3 4 3

10 M. Ilham Al Faruq 3 3 3 3

11 Mustika Oktavia Syafitri 3 3 3 3


12 M. Ilham Adinugroho 3 3 3 3

13 Nadhira Firnanda 4 3 3 3

14 Sabrina Viera Ramadhani 3 3 3 3

15 Siti Nurfadhilah Ramadhani 3 3 3 3

16 Rakha Satya Waranggana 4 4 4 4

Jumlah 54 51 52 50

Prosentase 84.38 79.69 81.25 78.13

rata-rata 80.86

Diposting 27th January 2015 oleh MA'RIFAH GURU TK MANYAR GRESIK

0
Tambahkan komentar

3.
JAN

27

UPAYA MENINGKATKAN BERHITUNG PERMULAAN


MENGGUNAKAN PERMAINAN STICK ANGKA DI
KELOMPOK A TK DHARMA WANITA PERSATUAN
MEDURAN MANYAR GRESIK

UPAYA MENINGKATKAN BERHITUNG PERMULAAN


MENGGUNAKAN PERMAINAN STICK ANGKA
DI KELOMPOK A TK DHARMA WANITA PERSATUAN
MEDURAN MANYAR GRESIK

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun Dalam Rangka Pengembangan


Profesional keguruan

Disusun Oleh :
Hj. Ma’rifah, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007

Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Gresik


Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik
TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik
Tahun 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program pendidikan untuk anak merupakan salah satu unsur atau komponen dalam
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, keberadaam program ini sangat penting sebab
melalui program inilah semua rencana, pelaksanaan, pengembangan, penilaian dikendalikan.
Dalam hal ini penyelenggaraan pendidikan yang dinaungi oleh Departemen Pendidikan Nasional
yaitu TK (Taman Kanak-kanak) juga ikut serta menyukseskan program pendidikan anak usia
dini.
Pembelajaran di TK haruslah menarik, salah satu contohnya adalah dengan bermain,
karena bermain identik dengan anak-anak. Pembelajaran dengan bermain tidak hanya membuat
anak senang tetapi secara tidak disadari ada pembelajaran yang dilakukan. Penggunaan media
juga sangat penting dalam pembelajaran anak di TK. Media yang digunakan dalam pembelajaran
haruslah menarik sehingga dapat menarik minat anak untuk belajar.
Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran di tingkat TK seringkali kurang
menarik bagi anak. Ada beberapa hal yang menyebabkan demikian, diantaranya adalah bahasa
tubuh guru yang masih kaku, penyajian yang kurang menarik, dan alat peraga yang sangat
minim. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) guru dan anak didik kurang begitu
semangat anak cenderung bosan dengan tugas yang diberikan dan akhirnya menyepelekkan
pelajaran akibatnya proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) terhambat dan kurang maksimal.
Minimnya penggunaan alat peraga di TK juga mempengaruhi kegiatan belajar terutama
untuk pembelajaran berhitung. Mengajarkan anak usia TK materi berhitung dimulai dari yang
konkret terlebih dahulu sehingga media sangat penting untuk digunakan. Sehingga penggunaan
media sangat mempengaruhi tingkat belajar, semangat dan kemampuan anak dalam
pembelajaran berhitung.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis mengambil judul “Upaya
Meningkatkan Berhitung Permulaan Menggunakan Permainan Stick Angka di Kelompok A TK
Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah
menggunakan permainan stick angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan
pada anak kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan berhitung
permulaanmenggunakan permainan stick angka di kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan
Meduran Manyar Gresik.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai pendorong untuk pelaksanaan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orang tua
dan guru.
b. Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak didik
1) Membantu anak menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit.
2) Mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung.
3) Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.
4) Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang dan masa mendatang.
b. Bagi guru
1) Memudahkan guru untuk melatih ketrampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran
berhitung.
2) Guru dapat menerapkan pelajaran berhitung dengan menggunakan strategi bermain stick angka.
3) Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Bagi sekolah
1) Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien.
2) Sekolah akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran.
3) Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Berhitung Permulaan
Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah,
mengurangi serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika,
sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung siswa digunakan metode tes.
Metode tes adalah serentetan pertanyan atau latihan atau alat lain yang digunakan pada
lingkup perkembangan. Metode tes adalah termasuk metode non eksperimental. Berikut ini
adalah metode-metode eksperimental antara lain :
a. Metode pengamatan, suatu cara untuk mencatat tingkah laku tertentu dari orang yang diamati
dengan menggunakan pedoman observasi.
b. Metode survei, suatu metode yang digunakan untuk mempelajari beberapa masalah yang sulit
dipelajari melalui metode pengamatan dan menggunakan kuesioner atau wawancara.
c. Metode klinis, suatu metode yang digunakan untuk mengamati seseorang di tempat khusus yang
telah disediakan, sehingga dapat diketahui perilaku-perilaku dan pernyataan-pernyataannya yang
spontan dengan tujuan paedagogis atau medis.
d. Metode angket, suatu cara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau pertanyaan yang
diberikan kepada sejumlah orang yang harus dijawab, untuk kemudian dicari simpulan umum.
e. Metode wawancara, suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses
berpikir, proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah laku covert yang tidak
dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode observasi.
f. Metode sejarah kehidupan, suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku
seseorang dengan segala latar belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau wawancara
tentang masa lalu subjek.
g. Metode tes (pemeriksaan psikologis), suatu metode yang digunakan untuk memeriksa hal-hal
yang tidak dapat diketahui dengan metode-metode lain, seperti IQ, kepribadian, arah minat,
kecemasan dengan menggunakan tes psikodiagnostik.
Minat penelitian ilmiah tentang anak mendapat dorongan yang besar setelah G. Stanley
Hall mengawali penelitiannya tentang konsep anak (1891) dengan tekanan bahwa anak bukan
orang dewasa kecil. Pandangan ini diterima oleh murid-muridnya yang tidak lama kemudian
diikuti oleh banyak psikolog dan ahli pendidikan.
Berikut beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di taman kanak-
kanak sebagai berikut :
a. Tingkat perkembangan mental anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam pendidikan
anak. Artinya belajar sebgai proses membutuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis. Selain itu
kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.
Anak usia TK berada pada tahapan pra operasional kongkret dan berpikir intuitif dimana
anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada
interprestasi dan pengalamannya (persepsi sendiri).
b. Masa peka berhitung pada anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah
menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap,
untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan
tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur
matematika. Karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dan lingkungan.
Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi / rangsangan /
motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya.
c. Perkembangan awal menentukan perkembangan anak selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak
merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia
berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya
diamalkan akan sangat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Dalam studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson (dalam
Elizabet B. Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa “masa kanak-kanak merupakan
gambaran awal manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk akan berkembang
mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti”.
Selanjutnya Erikson menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung
bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali ia
belajar, sikap demikian akan mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan suasana sepanjang
hidup.
Crumley.F.E. dkk, Gagne R.M. dan Smith, dkk (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26)
menunjukkan bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak tahun-
tahun prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas telah memperlihatkan bahwa banyak
diantara mereka sangat buruk penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga tidak pernah dalam
suatu kelompok atau mempunyai banyak teman. Sebagai tambahan, banyak diantaranya
menderita kesulitan berbicara, sekolah, serta enuretik dan keluarga mereka menganggapnya
sebagai “anak yang penuh masalah”. Dari studi riwayat anak nakal, Glueck (dalam Elizabeth B
Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal, dapat
diidentifikasi sedini usia dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya.

B. Hakikat Matematika Usia Dini


Dalam pembelajaran matematika terdapat banyak keterampilan yang dapat dikuasai anak
didik. Namun, bagi usia dini khususnya anak TK, keterampilan matematika yang dapat diajarkan
pada mereka tidak sebanyak dan sesulit anak-anak di atas usianya. Adapun keterampilan yang
dapat dilatih bagi anak-anak TK antara lain :
1. Mencacah
Mencacah merupakan dasar bagi semua pekerjaan yang berkaitan dengan bilangan. Ada 4
hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan mencacah, yaitu :
a. Anak-anak perlu belajar mengetahui nama bilangan satu, dua, tiga, empat dan seterusnya.
b. Anak-anak harus belajar bahwa kita mencacah satu bilangan untuk setiap benda tanpa boleh ada
yang ketinggalan atau tercacah lebih dari sekali.
c. Jawaban terhadap pertanyaan “Ada berapa ?” atau “Berapa banyaknya?” adalah satu bilangan :
misalnya tiga, bukan satu, dua, tiga.
d. Banyaknya bilangan tetap sama, tidak berubah, darimana kita mulai mencacah dan
bagaimanapun benda-benda itu tersusun.
Cara terbaik mencacah benda adalah dengan menunjukkan ke benda tersebut atau
memegang dan memindahkannya. Kegiatan mencacah menggunakan buku, maka anak dapat
diminta mencoret setiap benda yang sudah dicacah atau menutupinya dengan sesuatu, untuk
menjamin bahwa setiap benda dicacah tepat sekali. (Yulvia Sari, 2006).

2. Membuat Pola
Pola merupakan urutan dari warna, bentuk, benda, suara atau gerakan-gerakan yang
dilakukan berulang kali. Adapun beberapa macam pola, diantaranya :
a. Pola Visual
Pola visual merupakan pola yang tampak atau jelas dilihat oleh mata. Pola visual biasanya
terdapat pada bahan-bahan atau kain-kain.
b. Pola Auditori
Pola auditori atau pendengaran biasanya ditemukan dalam melodi musik, tepuk tangan dan
pengulangan bahasa atau suara-suara dari cerita atau permainan jari dan suara binatang seperti
kucing, kambing dan yang lainnya.
c. Pola Physic
Pola physic atau gerak terdapat dalam tarian, dan gerakan-gerakan yang berurutan.
Belajar dengan macam pola juga dapat membantu anak untuk mengembangkan
keterampilan berpikir seperti menganalisa (menguraikan) dan membuat sintesis (paduan
beberapa pengertian) dan mengasah keterampilan bahasa matematika.
Hal-hal yang perlu diingat dalam belajar tentang pola adalah dimulai dengan 2 pola yang
sederhana seperti AB. Setelah pola sederhana tersebut dikuasai anak bisa dilanjutkan ke pola
yang lebih sulit seperti ABC, AAB, AABB. Selain itu suatu pola juga dapat diperoleh melalui
identifikasi (tanda kenal atau penentu identitas benda atau sesuatu), mencocokan, menyalin dan
menciptakan pola.
3. Menyortir dan Mengelompokkan
Menyortir atau memilih dan mengelompokkan benda merupakan kegiatan umum yang
dilakukan oleh berbagai usia. Pada anak-anak, benda-benda yang dapat disortir dan
dikelompokkan adalah berbagai
4. Membandingkan
Kegiatan membandingkan yang biasa dilakukan oleh anak adalah membandingkan
ukuran, tekstur, warna dan kecepatan yang pada akhirnya mengarah pada kualitas atau
banyaknya sesuatu.
5. Konsep Angka
Pembelajaran konsep angka berkaitan dengan pemikiran tentang “Berapa banyak” suatu
benda. Konsep angka juga meliputi kegiatan berhitung. Satu per satu dan yang paling penting
adalah memahami angka yang dipelajari. Belajar memahami angka merupakan keterampilan
yang sangat mendasar bagi anak yang melakukan kegiatan yang bertalian dengan angka.
Pembelajaran berhitung berkaitan dengan pembelajaran urutan nama angka yang
digunakan untuk menamakan jumlah dari suatu benda.
Berbicara tentang konsep angka. Disini terdapat perbedaan antara angka dan bilangan.
Angka diartikan sebagai simbul (5). Sedangkan bilangan merupakan arti yang sesungguhnya dari
angka atau simbul 5.
6. Pemecahan Masalah
Problem solving atau pemecahan masalah merupakan suatu proses penyelesaian masalah
yang berkaitan dengan keterampilan matematika dan konsep. Problem solving dapat dilakukan di
berbagai tempat dan situasi seperti waktu makan atau snack, waktu berkumpul dalam lingkaran
(Circle time), diberbagai sudut atau area, di halaman bermain dan lain-lain.
Manfaat pemecahan masalah bagi anak adalah memberikan pengalaman berbagai pikiran
atau pendapat dengan anak-anak yang lain. Dan kemampuan anak dan memecahkan suatu
masalah akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak tersebut.
7. Ukuran dan Perkiraan
Dalam mempelajari keterampilan mengukur dan memperkirakan sesuatu, hendaklah
menggunakan benda kongkret. Dalam kegiatan ini anak dilibatkan untuk mengukur dan
memperkirakan sesuatu jangan hanya menjadi pengamat pasif. Adapun hal-hal yang dapat
digunakan untuk kegiatan mengukur adalah jam mengukur waktu, thermometer mengukur
temperature atau suhu, gelas mengukur kuantitas, skala mengukur luas dan lain-lain.
8. Waktu
Hal ini terasa sulit karena waktu merupakan konsep yang abstrak. Konsep waktu yang
dapat dilatih untuk dipahami anak adalah waktu sekarang, kemarin dan besok. Adapun waktu
yang dapat dibaca melalui jam atau kalender dapat dipahami anak setelah mereka memakai
konsep kemarin dan besok.
Cara yang dapat digunakan dalam mengenal konsep waktu adalah dengan menggunakan
jadwal kegiatan anak sehingga mereka mengetahui urutan kegiatan hari ini dan selanjutnya.

C. Hakikat Strategi Bermain di TK


1. Pengertian dan Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan
kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan
berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian
strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan aktivitas anak
belajar.
Terdapat beberapa kriteria yang harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih
strategi pembelajaran, yaitu (1) karakteristik tujuan pembelajaran apakah untuk pengembangan
aspek kognitif, aspek afektif atau psikomotor. Atau apakah pembelajaran itu bertujuan untuk
mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif, sosial emosi, bahasa, dan estetika; (2)
karakteristik anak sebagai peserta didik baik usianya maupun kemampuannya; (3) karakteristik
tempat yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran apakah di luar atau di dalam ruangan;
(4) karakteristik tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada anak; dan (5) karakteristik pola
kegiatan yang akan digunakan apakah melalui pengarahan langsung, semi kreatif atau kreatif.
Semua kriteria ini memberikan implikasi bagi guru untuk memilih stratgei
pembelajaran yang paling tepat digunakan di Taman Kanak-kanak.

2. Karakteristik Cara Belajar Anak


Anak belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Beberapa karakteristik
cara belajar anak itu antara lain (1) anak belajar melalui bermain; (2) anak belajar dengan cara
membangun pengetahuannya; (3) anak belajar secara alamiah, dan (4) anak belajar paling baik
jika yang dipelajarinya menyeluruh, bermakna, menarik, dan fungsional.
Bermain sebagai salah satu cara belajar anak memiliki ciri-ciri simbolik, bermakna,
aktif, menyenangkan, suka rela, ditentukan oleh aturan, dan episodik.
Para ahli teori konstruktivisme mempunyai pandangan tentang cara belajar anak yaitu
bahwa anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya melalui kegiatan mengeksplorasi
objek-objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya dan melalui interaksi sosial dan
pembelajaran dengan orang dewasa.
Lingkungan yang diciptakan secara kondusif akan mengundang anak untuk belajar
secara alamiah tanpa paksaan sehingga apa yang dipelajari anak dari lingkungannya adalah hal-
hal yang benar-benar bermakna, fungsional, menarik dan bersifat menyeluruh.

3. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak


Ada beberapa jenis strategi pembelajaran umum yang dapat digunakan di Taman Kanak-
kanak. Strategi pembelajaran tersebut pada umumnya lebih menekankan pada aktivitas anak
dalam belajar, namun, tidak berarti peranan guru pasif. Guru harus berperan sebagai fasilitator
yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran kepada anak dalam proses belajar.
Jenis-jenis strategi pembelajaran umum tersebut adalah: (1) meningkatkan keterlibatan
indra, (2) mempersiapkan isyarat lingkungan, (3) analisis tugas, (4) scaffolding, (5) praktik
terbimbing, (6) undangan/ajakan, (7) refleksi tingkah laku/tindakan, (8) refleksi kata-kata, (9)
contoh atau modelling, (10) penghargaan efektif), (11)
menceritakan/menjelaskan/menginformasikan, (12) do-it-signal, (13) tantangan, (14) pertanyaan,
dan (15) kesenyapan.
Strategi-strategi pembelajaran tersebut dapat diintegrasikan atau digabungkan dalam
keseluruhan proses pembelajaran, sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi.
Strategi Pembelajaran Khusus di Taman Kanak-kanak terdapat beberapa jenis strategi
pembelajaran khusus yang dapat diterapkan di Taman Kanak-kanak. Penerapan strategi
pembelajaran khusus tersebut pada prinsipnya sama dengan penerapan strategi pembelajaran
umum, yaitu harus mempertimbangkan karakteristik tujuan, karakteristik anak dan cara
belajarnya, karakteristik tempat yang akan digunakan, dan pola kegiatan.
Jenis-jenis strategi pembelajaran khusus tersebut adalah (1) kegiatan eeksploratori, (2)
Penemuan Terbimbing, (3) Pemecahan Masalah, (4) Diskusi, (5) Belajar Kooperatif, (6)
Demonstrasi, dan (7) Pengajaran Langsung.
Di samping strategi pembelajaran di atas, guru Taman Kanak-kanak dituntut untuk dapat
menggunakan strategi pembelajaran lainnya sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.
4. Penerapan Strategi Pembelajaran yang Berpusat Pada Anak
Anak pada hakikatnya memiliki potensi untuk aktif dan berkembang. Pembelajaran yang
berpusat pada anak banyak diwarnai paham konstruktivis yang dimotori Piaget dan Vigotsky.
Anak adalah pembangun aktif pengetahuannya sendiri. Mereka membangun
pengetahuannya ketika berinteraksi dengan objek, benda, lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial.
Yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak adalah pendekatan perkembangan
dan pendekatan belajar aktif.
Belajar aktif merupakan proses dimana anak usia dini mengeksplorasi lingkungan melalui
mengamati, meneliti, menyimak, menggerakkan badan mereka menyentuh, mencium, meraba
dan membuat sesuatu terjadi dengan objek-objek di sekitar mereka.
Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) prakarsa
kegiatan tumbuh dari minat dan keinginan anak, 2) Anak-anak memilh bahan dan memutuskan
apa yang ingin ia kerjakan, 3) Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh
indranya, 4) Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung, 5) Anak
mentransformasikan dan menggabungkan bahan-bahan, 6) Anak menggunakan otot kasarnya, 7)
Anak menceritakan pengalamannya.
Pembelajaran yang berpusat pada anak harus direncanakan dan diupayakan dengan
matang. Upaya yang dilakukan adalah dengan merencanakan dan menyediakan bahan/peralatan
yang dapat mendukung perkembangan dan belajar anak secara komprehensif. Untuk itu perlu
disediakan area-area yang memungkinkan berbagai kegiatan sesuai pilihannya.
Area- area tersebut meliputi:
a. Area Pasir dan Air.
b. Area Balok.
c. Area Rumah dan Bermain Drama.
d. Area Seni.
e. Area agama.
f. Area bahasa dan baca tulis.
g. Area pertukangan atau kerja Kayu.
h. Area musik dan gerak.
i. Area masak.
j. Area bermain di luar ruangan.
Pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada anak meliputi: tahap perencanaan, tahap
bekerja dan tahap melaporkan kembali.
Contoh Penerapan Pembelajaran yang Berpusat pada Anak Plan Do Review, merupakan
salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak. Dalam pendekatan ini anak diberi
kesempatan untuk melakukan sesuai dengan minat dan keinginannya, mulai dari membuat
perencanaan, (Plan), mengerjakan (Do), dan melaporkan kembali (Review). Prosedur
pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
a. Tahap merencanakan (Planning Time).
Pada tahap ini anak diberi kesempatan untuk membuat rencana dari kegiatan yang akan mereka
lakukan selanjutnya.
b. Tahap Bekerja (Work Time).
Tahap ini adalah tahap dimana anak bermain dan memecahkan masalah. Anak
mentransformasikan rencana ke dalam tindakan.
c. Tahap Review (Recall).
Tahap ini merupakan tahap memperlihatkan apa yang telah dilakukan anak pada tahap bekerja.

D. Bermain Stick Angka


1. Pengertian bermain
Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan hasil
akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang lain, yang harus diperhatikan orang
tua, bermain haruslah suatu aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Tidak boleh ada anak untuk
perkembangan aspek tertentu walaupun kegiatan tersebut dapat menunjang perkembangan aspek
tertentu.
Parten, dalam Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, memandang kegiatan bermain
sebagai sarana sosialisasi. Melalui bermain diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada
seorang anak, siswa dan peserta didik dalambereksplorasi, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat
membantu anak dapat mengenal dirinya, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan sekitar.
Sedangkan menurut Bettelheim (Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati:2011), bermain adalah
kegiatan yang tidak mempunyai aturan lain, kecuali yang ditetapkan pemain sendiri, dan tidak
ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.
Menurut N. Murdiati Sulastomo (2002), kegiatan bermain yang dilakukan harus
berdasarkan inisiatif anak. Seorang anak harus diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan
bermainnya sendiri dan menentukan bagaimana melakukannya. Menurut dari beberapa ahli
bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan suatu kebutuhan yang sudah ada
(inheren) dalam diri anak. Dengan demikian anak dapat mempelajari berbagai keterampilan
dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa atau di paksa untuk mempelajarinya. Bermain
mempunyai manfaat dalam mengembangkan keterampilan anak. Sehingga anak lebih siap untuk
menghadapi lingkungannya dan lebih siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi.

2. Beberapa Ciri Bermain


a. Menyenangkan
b. Tidak memiliki tujuan, tidak boleh ada interfensi tujuan dari luar si anak yang memotifasi di
lakukannya kegiatan bermain.
c. Bersifat spontan
d. Bermain berarti anak aktif melakukan kegiatan
e. Memiliki hubungan yang sistematis dengan sesuatu yang bukan bermain seperti kreativitas,
pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan peran sosial, perkembangan kognitif.

3. Jenis Bermain
Jenis bermain berdasarkan aktivitas fisik dan sumber kesenangan adalah sebagai berikut :
a. Bermain aktif, seorang anak melakukan sendiri dalam sumber rasa senang yang diperoleh anak
berasal dari apa yang dilakukan oleh anak itu sendiri.
b. Bermain pasif adalah anak melakukan kegiatan dengan sedikit menggunakan aktivitas fisik dan
sumber rasa senangnya diperoleh dari aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
4. Manfaat Bermain
a. Perkembangan fisik motorik
b. Perkembangan kognitif dan bahasa
c. Perkembangan sosial-emosional

5. Tahap Perkembangan Bermain


Pada umumnya para ahli hanya membedakan atau mengkatergorikan kegiatan bermain
tanpa secara jelas mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi tingkatan
perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.
a. Jean Piaget
Adapun tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1) Permainan Sersori Molorik (± ¾ bulan – ½ tahun)
Bermain diambil pada periode perkembangan koguitif sensori motor, sebelum 3-4 bulan
yang belum dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya merupakan
kelanjutan kenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi
merupakan pengulangan dari hal-hal sebelumnya,lni disebut reproductive assimilation.
2) Permainan Simbolik (± 2 – 7 tahun)
Merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia2 – 7 tahun ditandai
dengran bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dm
menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka ruang, kuantitas
dan sebagainya. Seringkali anak hanya sekedar beranya, tidak terlalu momperdulikan jawaban
yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak akan bertanya terus. Anak sudah
menggunakan berbagai simbol atau representasi benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan,
sobekan kertas sebagai uang dan lain-lain. Bermain simbolik juga berfungsi utuk
mengasimilasikan dan mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak. Setiap hal yang
berkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya.
3) Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8 – 11 tahun)
Pada usia 8 – 11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with
rules dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.
4) Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas)
Kegiatan bermain lain ymg memiliki aturan adalah olahraga. Kegialan bemain ini
menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan
secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak
senang melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang sebaik – baiknya.
Jika dilihat tahapan perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan bahwa
bermain yang tadinya dilahirkan untuk keenangan lambat laun mempunyai tujuan untuk basil
tertentu seperti ingin menang memperoleh hasil kerja yang baik.
b. Hurlock
Adapun tahapan perkembangan bermain menurut Hurlock adalah sebagai berikut:
1) Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)
Benda kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda
disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah dapat merangkak
dan berjalan sehingga anak akan mengamati setiap benda yang diraihnya.
2) Tahapan Mainan (Toy stage)
Tahap ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak biasanya
hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di
Taman Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain
seperti layaknya teman bermainnya.
3) Tahap Bermain (Play stage)
Biasanya terjadi bersamaan mulai masuk di sekolah dasar, pada masa ini jenis permainan
semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan
berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang
dewasa.
4) Tahap Melamun (Daydream stage)
Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai kurang
berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu
untuk melamun dan berkhayal. Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari
orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang lain.
Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira tidak memiliki tujuan ekstrinsi
melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain
(seperti perkembangan kreativitas) dan merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya
serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada
anak memiliki tahap-tahap yang sesuai dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif,
maupun psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.

6. Stick Angka
Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia, stick diartikan sebagai kata benda yang berarti
tongkat, batang,atau potongan. Sedangkan angka adalah simbol untuk hitungan dengan simbol
pokok yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat. Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian
tindakan sebagai “sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor
sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian yang dilakukan penulis mengambil lokasi di Taman Kanak-kanak Dharma
Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik
Adapun penelitian dilaksanakan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2014 – 2015.

C. Subjek Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Meduran
Manyar Gresik yang berjumlah 11 siswa.

D. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan
siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu :

1. Menyusun rencana tindakan


2. Melaksanakan tindakan
3. Melakukan observasi
4. Membuat analisis dilanjutkan refleksi
Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah guru kelas kelompok A
sebagai peneliti bersama-sama dengan guru kelompok B yang bertindak sebagai observer
SIKLUS – 1
1. Penyusunan rencana tindakan 1
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema
yang akan diajarkan yaitu kemampuan berhitung yang meliputi merumuskan tujuan
pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat peraga (media) apa
yang sesuai pokok bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya, serta
menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan.
2. Pemberian tindakan 1
Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan permainan stick angka sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan kegiatan
tanya jawab tentang kondisi siswa. Tentang benda-benda di sekitar anak yang berhubungan
dengan materi yang akan dipelajari, siswa beri tugas untuk mengamati dan melihat media yang
telah disediakan, kemudian siswa diminta untuk membilang angka yang terdapat pada stick dan
juga siswa diminta untuk menghitung banyak benda dan memasangkan dengan stick angka yang
sesuai.
3. Melakukan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok A yang bertindak sebagai
peneliti bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama
kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak
lanjut.
4. Pembuatan analisis dan refleksi
Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian dilanjutkan dengan refleksi.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersama-sama ini, direncanakan
perbaikan dengan melakukan tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada.

SIKLUS – 2
1. Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1.
2. Pembelajaran tindakan 2
Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih ada pada siklus 1. Diharapkan pada
akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kemampuan berhitung dengan menggunakan permainan stick angka dapat teratasi.
3. Pelaksanaan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok A yang bertindak sebagai
peneliti bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama
kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak
lanjut.
4. Pembuatan analisis dan refleksi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus
2.

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data yaitu observasi dan penugasan atau
pemberian tugas.
1. Observasi
Cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung
terhadap sikap/ perilaku guru dan anak.
Tujuannya adalah mengamati peristiwa yang dirasakan subjek dan untuk
mengembangkan pemahaman tentang kognitif ( berhitung ) secara kompleks yang dimiliki anak.
Tabel 3.1 Format Observasi.

No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru
2 Membuat RKH
3 Alat atau sarana prasarana
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan
yang dilakukan
5 Penguasaan materi
Siswa
1 Perilaku siswa
2 Kreatifitas siswa
3 Hasil belajar siswa
Keterangan:
SB : Sangan baik C : Cukup
B : Baik. K : Kurang.
2. Penugasan atau pemberian tugas
Suatu penelitian dimana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak.
Pemberian tugas dapat dilakukan secara kelompok atau individu.
Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti
proses belajar mengajar atau menerima materi.
Tabel 3.2 Aspek Penilaian dalam Permainan dengan Menggunakan
Stick Angka

No Aspek Penilaian Peralatan


1 Membilang angka 1- 10 Stick angka
2 Menghitung banyak benda 1 - 10 Macam Gambar dan stick
es krim yang ada angkanya

F. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan
mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Data yang didapat dari kegiatan anak yang diamati selama proses kegiatan berlangsung dilakukan
melalui observasi atau pengamatan langsung yang mana hasilnya ditulis dalam lembaran
observasi.
2. Data dari hasil kegiatan anak dapat dilihat dalam proses kegiatan anak berlangsung yakni ketika
anak bermain dengan stick angka.

G. Teknik Analisis Data


Penulis menggunakan tanda penilaian berupa angka yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
1). Nilai 4: sangat baik
2). Nilai 3: baik
3). Nilai 2: cukup baik
4). Nilai 1: kurang baik
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data dihasilkan dari menggunakan rumus

(Suharsimi Arikunto,1998)

Keterangan:

x = nilai rata-rata

n = jumlah jawaban

N = jumlah anak

1, 2, 3, 4 = bobot atau skor jawaban

Prosentase keseluruhan analisis data dari penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran dihitung dengan
menggunakan rumus (Fuad Amsyari)

Keterangan:

X = nilai rata-rata

= presentase masing-masing kriteria

N = jumlah anak

Seorang anak dikatakan mencapai ketuntasan jika taraf penguasaan lebih dari 75% dan belum

mencapai ketuntasan apabila taraf penguasaan kurang dari 75%


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
a. Membuat rencana penelitian pembelajaran
b. Membuat media pembelajaran anak
c. Membuat lembar observasi atau pengamatan
2. Hasil Pengamatan
Pada pelaksanaan pertama diamati oleh pengamat dengan melakukan pencatatan pada
lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model permainan menggunakan stick angka.
Tabel 4.1
Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran

No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √

Tabel 4.2
Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berhitung Dengan Menggunakan Stick Angka

Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran


No Nama Menghitung banyak
Membilang 1 - 10
benda 1 -10
1 Muhammad Maulana malik 2 3

2 Rangga Bhuana Kencana 3 3

3 Nisa Nur Fitri Yuliani 2 2

4 Alifatul Ifroh 2 3

5 M. Farid 4 4

6 Alvira Yuniar 3 3

7 Wachid Ahmadi 3 3

8 Abel Purwaningdya 2 3

9 Evelyn Dwi Ramadhani 3 3

10 M. Arif Satrio 4 3

11 Muhammad Ghatfan Arendra 3 3

Jumlah 31 33

Prosentase 70.45 75.00

Analisa data penilaian anak dalam kegiatan belajar berhitung melalui permainan stik
angka adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan hasil belajar siswa dalam membilang angka 1 - 10 dengan


menggunakan stick angka
Hasil belajar siswa dalam membilang angka 1 – 10 dengan menggunakan stick angka
prosentasenya sebesar 70,45%..
2. Penghitungan hasil pengumpulan data berdasarkan kemampuan menghitung
banyak benda 1 - 10
Hasil perhitungan data berdasarkan kemampuan menghitung banyak benda 1 – 10, dalam
kegiatan ini menunjukkan prosentase sebesar 75%.
Prosentase keseluruhan dari analisis data dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

= 72,72 %
Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan pada siklus pertama, penilaian anak dalam
kegiatan pembelajaran berhitung melalui permainan stick angka dikategorikan belum mencapai
ketuntasan dengan prosentase sebesar 72,72%

B. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
a. Membuat rencana penelitian pembelajaran
b. Membuat media pembelajaran anak
c. Membuat lembar observasi atau pengamatan
2. Hasil Pengamatan
Pada siklus 2 ini diamati oleh pengamat dengan melakukan pencatatan pada lembar
observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model permainan.
Tabel 4.3
Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran

No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √

Tabel 4.4
Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berhitung Dengan Menggunakan Stick Angka

Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran


No Nama Menghitung banyak
Membilang 1 - 10
benda 1 -10
1 Muhammad Maulana malik 3 3

2 Rangga Bhuana Kencana 3 4

3 Nisa Nur Fitri Yuliani 3 4

4 Alifatul Ifroh 3 3

5 M. Farid 4 4

6 Alvira Yuniar 4 4

7 Wachid Ahmadi 4 3

8 Abel Purwaningdya 4 4

9 Evelyn Dwi Ramadhani 3 3

10 M. Arif Satrio 4 4

11 Muhammad Ghatfan Arendra 3 4

Jumlah 38 40

Prosentase 86.36 90.91

Analisa data penilaian anak dalam kegiatan belajar melalui permainan kartu huruf
hijaiyah adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan hasil belajar siswa dalam membilang angka 1 - 10 dengan


menggunakan stick angka
Hasil belajar siswa dalam membilang angka 1 – 10 dengan menggunakan stick angka
prosentasenya sebesar 86,36%.. .
2. Penghitungan hasil pengumpulan data berdasarkan kemampuan menghitung
banyak benda 1 - 10
Hasil perhitungan data berdasarkan kemampuan menghitung banyak benda 1 – 10, dalam
kegiatan ini menunjukkan prosentase sebesar 90,91%.
Prosentase keseluruhan dari analisis data dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

= 88,63 %
Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan dari siklus kedua. Penilaian anak dalam
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhitung melalui permainan stick angka
dikategorikan tuntas dengan prosentase sebesar 88,63%

C. Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, yakni siklus 1 dan siklus 2. Siklus 2 berisi
tentang perbaikan – perbaikan dalam pembelajaran siklus 1. Pembelajaran dalam siklus 1
dilaksanakan pada tanggal 17 Nopember 2014 dan pembelajaran dalam siklus 2 dilaksanakan
pada tanggal 24 Nopember 2014.
Pada siklus 1, pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung yang
meliputi kemampuan membilang 1-10 dengan benar dan kemampuan menghitung banyak benda
1-10 sudah tuntas. Tetapi masih dilakukan perbaikan pada siklus 2 dengan tujuan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
Kemampuan anak dalam berhitung mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada
siklus 1 kemampuan anak mencapai 72,72%, akan tetapi pada siklus 2 kemampuan anak
mengalami peningkatan sebesar 88,63%.
Aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa selama proses pembelajaran
berlangsung cukup baik.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
permainan stick angka dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung di Kelompok A TK
Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Dengan menggunakan permainan stick angka ini, pembelajaran berlangsung
dengan baik.
2. Dengan menggunakan pembelajaran melalui permainan stick angka dalam
kegiatan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berhitung. Ini diketahui dari hasil
analisis siklus I sebesar 72,72% dan pada siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 88,63%.
3. Suasana kegiatan pembelajaran anak dari hasil observasi anak terlibat aktif dan
guru mampu menciptakan proses kegiatan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan
media yang sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran.

B. Saran
Dari hasil pelaksanaan penelitian kegiatan pembelajaran melalui permainan stick angka
ini terdapat beberapa saran yang dapat diajukan yakni :
1. Bagi anak TK agar memotivasi diri untuk berani melakukan dan mencoba sendiri
dirumah hal-hal yang dipelajarinya ditaman kanak-kanak. Hal ini untuk lebih melatih
kemampuan anak dalam berhitung.
2. Bagi guru TK disarankan hendaknya menciptakan sebuah bentuk tugas yang
menyenangkan bagi anak.
3. Bagi kepala sekolah TK disarankan agar dapat memperhatikan, mendukung dan
memberikan fasilitas untuk membantu upaya guru dalam membantu perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock B. Elisabeth. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga.


Sari, Yulvia. 2001. Strategi pengembangan matematika anak usia dini. Semarang : IKIP Veteran Press
Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati. 2011. Metode Permainan-Permainan Edukatif Dalam Belajar
Bahasa Arab. Jogjakarta: Diva Press
www.masinosinaga.com/id/kamus/kamus-inggris-indonesia/terjemahan-dari-
stick
Departemen Pendidikan Nasional 2006, Pedoman Penerapan Pendekatan “Beyond Centers and Cirles
Time” (BCCT) dalam Pendidikan Usia Dini.
Hurloock, E.B.,1999. Perkembangan Anak Julid 1 (edisi 6). Penerbit Erlangga: Jakarta.
Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Berhitung di Taman Kanak- Kanak.Jakarta:Departement
Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Diroktorat Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.
Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan
Kognitif.Jakarta : Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Diroktorat
Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.

Lampiran 1

Persiapan Tindakan 1 (Siklus I)


Pembelajaran dengan menggunakan permainan stick angka dalam upaya
meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung

Bidang Pengembangan : Kemampuan Kognitif


Indikator :
Menghubungkan/memasangkan lambang
bilangan dengan benda-benda sampai 10
(anak tidak disuruh menulis)
Judul Kegiatan : Permainan Stick Angka
Hasil Belajar :
Anak dapat membilang angka 1 – 10 dengan
baik
Anak dapat menghitung benda 1-10 dengan
benar
Pelaksanaan : Senin, 17 Nopember 2014
Alat yang digunakan : Stick Angka

Media Stick Angka

Langkah Pelaksanaan :
1. Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi
2. Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Guru menyiapkan media stick angka
4. Guru menjelaskan tugas-tugas yang akan dikerjakan
5. Guru meletakkan semua stick angka diatas meja, kemudian menyuruh anak
untuk membaca angka yang terdapat pada setiap stick
6. Anak mencoba menyusun stick angka tersebut dimulai dari angka 1 – 10
(membilang angka 1-10)
7. Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan kegiatan ini
8. Guru menyuruh anak untuk menghitung banyak benda yang telah disediakan
kemudian memasangkan dengan stick angka yang sesuai dengan jumlah benda
tersebut
9. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.

Satuan Kegiatan Harian


Semester : I (Satu)
Minggu : …………..
Tema : ……………

Penilaian Perkembangan Ana


l Indikator Kegiatan Pembelajaran Metode Alat Sumber Belajar
Alat Hasil
7 Kegiatan Awal
Bernyanyi berdo’a, salam Tanya jawab Stick angka Pemberian tugas dan
Melakukan Tanya jawab tentang Bercakap-cakap Tanya jawab
kondisi siswa dan tanya jawab yang Pemberian tugas
berhubungan dengan tugas hari ini
Menghubungkan/memasangkan Kegiatan Inti
lambang bilangan dengan Membilang dengan stick angka 1-
benda-benda sampai 10 (anak 10
tidak disuruh menulis) Menghitung banyak benda 1-10
Istirahat
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan
Do’a makan
Bermain
Kegiatan Akhir
Diskusi kegiatan sehari
Do’a pulang, salam

Peneliti

Hj. Ma’rifah, S.Pd.

Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran

No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √

Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan


Berhitung Dengan Menggunakan Stick Angka

Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran


No Nama Menghitung banyak
Membilang 1 - 10
benda 1 -10
1 Muhammad Maulana malik 2 3

2 Rangga Bhuana Kencana 3 3

3 Nisa Nur Fitri Yuliani 2 2

4 Alifatul Ifroh 2 3

5 M. Farid 4 4

6 Alvira Yuniar 3 3

7 Wachid Ahmadi 3 3

8 Abel Purwaningdya 2 3

9 Evelyn Dwi Ramadhani 3 3

10 M. Arif Satrio 4 3

11 Muhammad Ghatfan Arendra 3 3

Jumlah 31 33

Prosentase 70.45 75.00

Lampiran 2
Persiapan Tindakan 2 (Siklus 2)
Pembelajaran dengan menggunakan permainan stick angka dalam upaya
meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung

Bidang Pengembangan : Kemampuan Kognitif


Indikator :
Menghubungkan/memasangkan lambang
bilangan dengan benda-benda sampai 10
(anak tidak disuruh menulis)
Judul Kegiatan : Permainan Stick Angka
Hasil Belajar :
Anak dapat membilang angka 1 – 10 dengan
baik
Anak dapat menghitung benda 1-10 dengan
benar
Pelaksanaan : Senin, 24 Nopember 2014
Alat yang digunakan : Stick Angka

Media Stick Angka

Langkah Pelaksanaan :
1. Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi
2. Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Guru menyiapkan media stick angka
4. Guru menjelaskan tugas-tugas yang akan dikerjakan
5. Guru meletakkan semua stick angka diatas meja, kemudian menyuruh anak
untuk membaca angka yang terdapat pada setiap stick
6. Anak mencoba menyusun stick angka tersebut dimulai dari angka 1 – 10
(membilang angka 1-10)
7. Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan kegiatan ini
8. Guru menyuruh anak untuk menghitung banyak benda yang telah disediakan
kemudian memasangkan dengan stick angka yang sesuai dengan jumlah benda
tersebut
9. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.

Satuan Kegiatan Harian


Semester : I (Satu)
Minggu : …………..
Tema : ……………

Penilaian Perkembangan Anak


Indikator Kegiatan Pembelajaran Metode Alat Sumber Belajar
Alat Hasil
4 Kegiatan Awal
Bernyanyi berdo’a, salam Tanya jawab Stick angka Pemberian tugas dan
Melakukan Tanya jawab tentang Bercakap-cakap Tanya jawab
kondisi siswa dan tanya jawab yang Pemberian tugas
berhubungan dengan tugas hari ini
Menghubungkan/memasangkan Kegiatan Inti
lambang bilangan dengan benda- Membilang dengan stick angka 1-
benda sampai 10 (anak tidak 10
disuruh menulis) Menghitung banyak benda 1-10
Istirahat
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan
Do’a makan
Bermain
Kegiatan Akhir
Diskusi kegiatan sehari
Do’a pulang, salam

h, S.Pd.

Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran

No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √

Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan


Berhitung Dengan Menggunakan Stick Angka

Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran


No Nama Menghitung banyak
Membilang 1 - 10
benda 1 -10
1 Muhammad Maulana malik 3 3

2 Rangga Bhuana Kencana 3 4

3 Nisa Nur Fitri Yuliani 3 4

4 Alifatul Ifroh 3 3

5 M. Farid 4 4

6 Alvira Yuniar 4 4

7 Wachid Ahmadi 4 3

8 Abel Purwaningdya 4 4
9 Evelyn Dwi Ramadhani 3 3

10 M. Arif Satrio 4 4

11 Muhammad Ghatfan Arendra 3 4

Jumlah 38 40

prosentase 86.36 90.91

Diposting 27th January 2015 oleh MA'RIFAH GURU TK MANYAR GRESIK

0
Tambahkan komentar

4.
JAN

27

PERMAINAN KARTU HURUF HIJAIYAH DALAM UPAYA


MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL
HURUF HIJAIYAH DI KELOMPOK A TK DHARMA WANITA
PERSATUAN MEDURAN MANYAR GRESIK

PERMAINAN KARTU HURUF HIJAIYAH DALAM UPAYA


MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL
HURUF HIJAIYAH DI KELOMPOK A TK DHARMA WANITA
PERSATUAN MEDURAN MANYAR GRESIK

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun Dalam Rangka Pengembangan


Profesional keguruan

Disusun Oleh :
Hj. Ma’rifah, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007

Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Gresik


Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik
TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik
Tahun 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran di TK lebih ditujukan untuk mengembangkan sikap dan prilaku
melalui pembiasaan dan mengembangkan kemampuan dasar anak mempersiapkan diri untuk
masuk sekolah, kemampuannya dalam hal tersebut meliputi Nilai Agama Moral (NAM),
Kognitif, Bahasa, Fisik Motorik, dan Sosial Emosional. Jadi, upaya pengembangan anak pada
usia dini lebih ditujukan untuk mengembangkan anak secara utuh, menyeluruh, yaitu
mengoptimalkan perkembangan sosial, intelektual, bahasa, emosi, dan fisik anak.
Pembelajaran bahasa pada anak TK khususnya mengenal huruf hijaiyah dimulai da
ri kemampuan anak dalam mengenal huruf-huruf hijaiyyah. Tahap pertama belajar mambaca dan
menulis adalah mengenal huruf-huruf hijaiyyah, berbeda dengan belajar manggambar atau
mewarnai, belajar mengenal huruf hijaiyyah dan membutuhkan daya ingat yang kuat, karena itu
diperlukan media kartu huruf hijaiyyah dan metode yang tepat agar anak mudah mengingat
setiap huruf-huruf khususnya huruf hijaiyyah.
Untuk meningkatkan kemampuan anak mengenalkan huruf hijaiyyah guru mencoba
menggunakan strategi pembelajaran melalui kartu huruf yang begitu disenangi oleh anak. Hal ini
dapat menarik minat dan semangat belajar anak mengenal huruf-huruf hijaiyah, setiap huruf-
huruf hijaiyah yang dipelajari, disertai gambar yang menarik. Anak menjadi terkesan dan
semangat dalam belajar. Dengan demikian, anak mudah mengingat setiap huruf-huruf hijaiyah
yang dipelajari. Diharapkan setelah semua huruf-huruf dikenalkan, memudahkan anak untuk
membaca pada waktu yang akan datang.
Berdasarkan uraian diatas,
maka penulis berpendapat bahwa pengenalan huruf hijaiyyah sangatlah penting bagi
perkembangan anak, maka peneliti merasa perlu mengadakan penelitian dengan judul “
Permainan Kartu Huruf Hijaiyah Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Anak Mengenal
Huruf Hijaiyah di Kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana permainan kartu huruf Hijaiyah
dalam upaya meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah di Kelompok A TK
Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui permainan kartu huruf Hijaiyah dalam
upaya meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah di Kelompok A TK Dharma
Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk :
1. Dapat membuka cakrawala dunia anak dan menambah pengetahuan dan wawasan sehingga
termotivasi untuk menjadi guru yang inisiator
2. Dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan dan memanfaatkan media dalam
pembelajaran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak


Untuk melaksanakan pembelajaran kemampuan berbahasa guru perlu
mengindentifikasi kemampuan yang diharapkan di capai dalam kurikulum Taman
Kanak-Kanak 2004 yang relevan, kemampuan-kemampuan tersebut dipilih dan
dikelompokkan agar memudahkan guru yang identifikasi berbagai bentuk
kemampuan yang mendasari perkembangan membaca dalam kegiatan belajar
mengajar.

Kemampuan dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 dapat disusun dan


dikelompokkan dalam permainan membaca sebagai berikut :
1. Kemampuan mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati alam dan
mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. Kemampuan ini berkaitan dengan
kesanggupan anak-anak mengangkap isi pesan dari orang lain secara benar
2. Kemampuan melihat dan memahami
Kemampuan melihat merupakan kemampuan untuk dapat menghayati dan mengamati
atau dengan menggunakan indera penglihatan. Kemampuan ini berkaitan dengan bentuk
kesanggupan anak melihat sesuatu benda atau peristiwa serta membahami hal-hal yang berkaitan
dengan sesuatu tersebut.
3. Kamampuan berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak berkomunikasi secara lisan dengan
orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak menyusun
berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi sesuatu rangkaian pembicaraan secara
berstruktur.
4. Membaca gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak membaca sesuatu menggunakan
gambar. Kemampuan ini sebagai tahap awat dalam membaca permulaan, indikator yang
termasuk dalam kemampuan ini adalah.
a. Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan / tulisan yang sudah
berbentuk huruf atau kata. (Bhs. 11)
b. Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan berbahasa yang
jelas.(Bhs. 13)
c. Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (4 – 6 gambar). (Bhs. 14)
d. Membaca buku untuk bergambar yang memiliki kalimat sederhana dan menceritakan isi buku
dengan menunjukkan beberapa kata yang dikenalnya.
e. Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang
melambangkannya. (Bhs. 16)

Materi permainan disusun dan dikembangkan berdasarkan kemampuan yang akan


dicapai. Disamping pengembangan materi harus diterapkan permainan yang cocok dengan
kegiatan. Media dan sarana serta proses permainan sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak.(DepDikNas, 2000 : 31)

B. Belajar Melalui Bermain


Ahli pendidikan anak menyatakan bahwa cara belajar anak yang paling efektif adalah
dengan bermain. Dalam bermain anak dapat mengembangkan otot besar maupun otot halusnya,
meningkatkan penalaran, memahami lingkungan, membentuk daya imajinasi, dunia nyata, dan
mengikuti tata tertib dan disiplin.
Unsur kebebasan pada pendidikan prasekolah, adalah penting sifatnya. Hal ini berkaitan
dengan tujuan pendidikan prasekolah yaitu mengembangkan potensi anak secara optimal.
Kebebasan dalam pendidikan anak prasekolah dalam aplikasinya adalah bermain.
Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam dan
secara spontan anak mengembangkan kreativitasnya. Dengan bermain anak mendapat banyak
informasi tentang peristiwa, orang, binatang, dan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Anak
punya kesempatan bereksperimen, memahami konsep-konsep sesuai dengan perkembangan
anak.
“Bermain bukan bekerja, bermain adalah pura-pura, bermain bukan sesuatu yang
sungguh-sungguh, bermain bukan suatu kegiatan yang produktif; dan sebagainya, bekerjapun
dapat diartikan bermain sementara, kadang-kadang bermain dapat dialami sebagai bekerja,
demikian pula anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga sering kali
dianggap nyata, sungguh-sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan sebenarnya”
(Soemartono, 2007:102).
Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak
didik. Bermain merupakan cara alamiah anak untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan
dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan
proses dari pada hasil ahir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya
disesuaikan dengan perkembangan, umur, dan kemampuan anak. Secara berangsur-angsur
dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil
bermain (unsur belajar lebih banyak). (Depdikbud 1994 :11).
Bermain sebagai bentuk belajar di Taman Kanak-kanak adalah bermain yang kreatif dan
menyenangkan. Dengan demikian anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara
pembelajaran dijenjang pendidikan berikutnya. Oleh karena itu,dalam memberikan kegiatan
belajar pada anak didik harus diperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, alat
bermain atau alat Bantu, metode yang digunakan, serta waktu, tempat dan teman bermainya.
Melalui bermain, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan potensi-
potensi dan kemampuannya yang kreatif dan konstruksi menurut pola perkembanganya sendiri
secara wajar. Berkaitan dengan itu, maka tugas guru adalah merencanakan dan memberi
kesempatan dan pengalaman-pengalaman dengan berbagai alat bantu permainan yang fungsional
untuk perkembangan harmonis anak.
Dalam tatanan pendidikan Taman Kanak-Kanak, bermain dapat digambarkan sebagai
suatu rangkaian kasatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan
berahir pada bermain dengan diarahkan. Bermain bebas dapat didefinisikan sebagai suatu
kegiatan bermain dimana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan
mereka dapat memilih bagaimana menggunakan alat tersebut. Bermain dengan bimbingan,
model bermain dimana guru memilih alat permainan dan diharapkan anak-anak dapat memilih
guna menemukan konsep (pengertian tertentu). Bermain diarahkan, guru mengajarkan
bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas yang khusus. (Soemartono, 2007:103).
Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui
bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik,
kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial nilai dan sikap hidup.
Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi anak
usia TK, menurut Hartley, Frank dan Goldenson (Gordon & Browne, 1985:268) ada 8 fungsi
bermain bagi anak :
1. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya, meniru ibu memasak di dapur,
dokter mengobati orang sakit dan sebagainya.
2. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru mengajar
dikelas, sopir mengendarai bus, dan lain-lain.
3. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga alam pengalaman hidup yang nyata. Contohnya
ibu memandikan adik, dan lain-lain.
4. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng, menepuk-nepuk air, dan
sebagainya.
5. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai
pencuri, menjadi anak nakal, dan lain-lain.
6. Untuk kilas balik untuk peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan pagi, dan
lain sebagainya.
7. Mencerminkan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin bertambah tinggi tubuhnya
dan lain-lain.
8. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah seperti menghias
ruangan dan lain-lain.
Peran guru dalam kegiatan bermain dalam tatanan sekolah (Hibana, 1998) antara lain
sebagai :
1. Pengamat, di mana guru melakukan observasi interaksi antar anak dan interaksi
anak dengan benda di sekitarnya
2. Elaborator, di mana guru berperan sebagai penyedia alat-alat untuk bermain bagi
anak. Alat tersebut dapat berupa benda maupun dirinya sebagai partner bermain bagi anak.
3. Evaluator, di mana guru melakukan penilaian atau evaluasi melalui pengamatan
terhadap kegiatan bermain yang dilakukan anak. Apakah dalam kegiatan bermainnya anak
belajar sesuatu mengembangkan aspek akademik, sosial, kecerdasan, dan jasmaninya atau tidak.
Evaluasi kegiatan belajar harus dikaitkan dengan materi, lingkungan dan kegiatan yang telah
dirancang dalam tujuan kurikulum; dan apabila diperlukan dapat diubah tatanannya.
4. Perencana, di mana guru harus dapat membuat rencana kegiatan belajar sambil
bermain agar anak mendapatkan pengalaman baru yang dapat mendorong anak untuk
mengembangkan minat mereka.

C. Media Kartu Huruf Hijaiyyah


Kartu huruf hijaiyyah yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga atau media
yang digunakan untuk proses belajar mengajar dalam rangka mempermudah atau memperjelas
penyampaian materi pelajaran. Kartu huruf hijaiyyah yang berfungsi untuk mempermudah anak
dalam pemahaman suatu konsep sehingga prestasi pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih
efektif. Rohani (Dalam Kartini 2011 :10), mengemukakan bahwa media atau alat peraga adalah
sesuatu yang dapat diinderakan yang berfungsi sebagai perantara (Sarana atau alat untuk proses
komunikasi / proses belajar mengajar). Kerumitan bahan pembelajaran yang akan disampaikan
kepada anak didik dapat disederhanakan bahkan keabstrakan bahan dapat dikongkritkan
dengan bantuan alat peraga seperti kartu huruf. Dengan demikian anak didik dengan mudah
mencerna bahan pembelajaran.
Huruf - huruf yang digunakan sebagai dasar pembelajaran membaca Al-Qur’an. Dalam
bahasa Indonesia, Huruf hijaiyyah sama dengan huruf-huruf alphabet yang menjadi dasar
pengenalan bagi mereka yang sedang belajar membaca. Anak kesulitan dalam belajar menghafal
huruf hijaiyyah kurang maksimal. Maka dari itu diperlukan media yang menarik dan metode
belajar yang menyenangkan agar kesulitan anak dalam menghafal huruf hijaiyyah dapat teratasi
dengan baik. Berbicara mengenai kemampuan membedakan, maka kaitannya dengan
pengetahuan yang dimiliki oleh anak didik. Piaget (Suparno,2001:119-121), membagi
pengetahuan menjadi tiga jenis yang berdasarkan sumber-sumber pengetahuan pertama,
pengetahuan fisik (Physical knowledge). Sumber dari pengetahuan fisik beasal dari lingkungan
fisik disekitar anak, berupa bentuk, warna, rasa, suara, gerak, dan sebagainya. Pengetahuan fisik
dibangun pada saat anak menggunakan asosiasi antara benda dengan perlakuan yang diberikan
kepada benda tersebut.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk
penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan
dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung
jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama pada penelitian tindakan
ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam
penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

B. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk
memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat TK Dharma Wanita Persatuan
Meduran Manyar Gresik.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini
dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran
2014 - 2015.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan
Meduran Manyar Gresik.

C. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan
siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu :

1. Menyusun rencana tindakan


2. Melaksanakan tindakan
3. Melakukan observasi
4. Membuat analisis dilanjutkan refleksi
Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah guru kelas kelompok A
sebagai peneliti bersama-sama dengan guru kelompok B yang bertindak sebagai observer
SIKLUS – 1
1. Penyusunan rencana tindakan 1
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema
yang akan diajarkan yaitu kemampuan mengenal huruf hijaiyyah yang meliputi merumuskan
tujuan pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat peraga
(media) apa yang sesuai pokok bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya,
serta menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan.
2. Pemberian tindakan 1
Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan permainan kartu huruf hijaiyyah sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan
kegiatan tanya jawab tentang benda-benda di sekitar anak, tanya jawab yang berhubungan
dengan materi yang akan dipelajari, siswa beri tugas untuk mengamati dan melihat media yang
telah disediakan, kemudian siswa diminta untuk menyebutkkan huruf tersebut berulang-ulang
baik secara berurutan maupun secara acak.
3. Melakukan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok A yang bertindak sebagai
peneliti bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama
kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak
lanjut.

4. Pembuatan analisis dan refleksi


Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian dilanjutkan dengan refleksi.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersama-sama ini, direncanakan
perbaikan dengan melakukan tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada.

SIKLUS – 2
1. Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1.
2. Pembelajaran tindakan 2
Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih ada pada siklus 1. Diharapkan pada
akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran kemampuan mengenal huruf
hijaiyyah melalui permainan kartu dapat diatasi.
3. Pelaksanaan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok A yang bertindak sebagai
peneliti bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama
kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak
lanjut.
4. Pembuatan analisis dan refleksi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus
2.

D. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan
mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Data yang didapat dari kegiatan anak yang diamati selama proses kegiatan berlangsung dilakukan
melalui observasi atau pengamatan langsung yang mana hasilnya ditulis dalam lembaran
observasi.
2. Data dari hasil kegiatan anak dapat dilihat dalam proses kegiatan anak berlangsung yakni ketika
anak bermain kartu huruf.

E. Teknik Analisis Data


Penulis menggunakan tanda penilaian berupa angka yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
1). Nilai 4: sangat baik
2). Nilai 3: baik
3). Nilai 2: cukup baik
4). Nilai 1: kurang baik
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data dihasilkan dari menggunakan rumus

(Suharsimi Arikunto,1998)

Keterangan:

x = nilai rata-rata

n = jumlah jawaban

N = jumlah anak

1, 2, 3, 4 = bobot atau skor jawaban

Prosentase keseluruhan analisis data dari penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran dihitung dengan

menggunakan rumus (Fuad Amsyari)

Keterangan:

X = nilai rata-rata

= presentase masing-masing kriteria

N = jumlah anak
Seorang anak dikatakan mencapai ketuntasan jika taraf penguasaan lebih dari 75% dan belum

mencapai ketuntasan apabila taraf penguasaan kurang dari 75%

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
a. Membuat rencana penelitian pembelajaran
b. Membuat media pembelajaran anak
c. Membuat lembar observasi atau pengamatan
2. Hasil Pengamatan
Pada pelaksanaan pertama diamati oleh pengamat dan teman dengan melakukan
pencatatan pada lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada
saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model permainan kartu huruf hijaiyah.
Tabel 4.1
Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran

Ada
No Aspek Yang Diobservasi
Ya Tidak
1 Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan √
2 Model pengembangan kegiatan untuk anak √
3 Alat peraga edukatif yang digunakan √
4 Penggunaan alat permainan dalam kegiatan pembelajaran √
5 Pemberian motivasi √
6 Kegiatan pembelajaran anak √
7 Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran √
8 Ketrampilan pendidik dalam kegiatan pembelajaran √
Tabel 4.2
Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan
Mengenal Huruf Hijaiyah Melalui Permainan Kartu
No Nama Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran
Sikap positif terhadap
Kemampuan Mengenal
kegiatan
Huruf Hijaiyah (1-7)
pembelajaran
1 Muhammad Maulana malik 2 3

2 Rangga Bhuana Kencana 2 2

3 Nisa Nur Fitri Yuliani 3 3

4 Alifatul Ifroh 2 2

5 M. Farid 4 4

6 Alvira Yuniar 3 3

7 Wachid Ahmadi 3 3

8 Abel Purwaningdya 3 2

9 Evelyn Dwi Ramadhani 3 3

10 M. Arif Satrio 4 4
Muhammad Ghatfan
11 3 3
Arendra
Jumlah 32 32

prosentase 72.73 72.73

Analisa data penilaian anak dalam kegiatan belajar mengenal huruf hijaiyah (1-
7) melalui permainan kartu huruf hijaiyah adalah sebagai berikut :

Hasil perhitungan data berdasarkan sikap positif anak saat kegiatan pembelajaran
berlangsung adalah prosentasenya sebesar 72,73%.
Penghitungan hasil pengumpulan data berdasarkan kemampuan melafalkan huruf
hijaiyah (1-7) baik secara berurutan maupun secara acak melalui permainan kartu huruf hijaiyah
(1-7), dalam kegiatan ini menunjukkan prosentase sebesar 72,73%.
Prosentase keseluruhan dari analisis data dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
= 72,73 %
Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan pada siklus pertama. Penilaian anak dalam
kegiatan pembelajaran mengenal huruf hijaiyah melalui permainan kartu huruf hijaiyah
dikategorikan belum mencapai ketuntasan dengan prosentase sebesar 72,73%

B. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
a. Membuat rencana penelitian pembelajaran
b. Membuat media pembelajaran anak
c. Membuat lembar observasi atau pengamatan
2. Hasil Pengamatan
Pada siklus 2 ini diamati oleh pengamat dan teman dengan melakukan pencatatan pada
lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model permainan kartu huruf hijaiyah.
Tabel 4.3
Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran

Ada
No Aspek Yang Diobservasi
Ya Tidak
1 Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan √
2 Model pengembangan kegiatan untuk anak √
3 Alat peraga edukatif yang digunakan √
4 Penggunaan alat permainan dalam kegiatan pembelajaran √
5 Pemberian motivasi √
6 Kegiatan pembelajaran anak √
7 Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran √
8 Ketrampilan pendidik dalam kegiatan pembelajaran √

Tabel 4.4
Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan
Mengenal Huruf Hijaiyyah Melalui Perminan Kartu
Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran
No Nama Sikap positif terhadap Kemampuan Mengenal
kegiatan pembelajaran Huruf Hijaiyah (1-7)
1 Muhammad Maulana malik 3 3

2 Rangga Bhuana Kencana 3 4

3 Nisa Nur Fitri Yuliani 3 4

4 Alifatul Ifroh 3 3

5 M. Farid 4 4

6 Alvira Yuniar 4 4

7 Wachid Ahmadi 4 3

8 Abel Purwaningdya 3 4

9 Evelyn Dwi Ramadhani 3 3

10 M. Arif Satrio 4 4

11 Muhammad Ghatfan Arendra 3 4

Jumlah 37 40

prosentase 84.09 90.91

Analisa data penilaian anak dalam kegiatan belajar melalui permainan kartu huruf
hijaiyah adalah sebagai berikut :

Hasil perhitungan data berdasarkan sikap positif anak saat kegiatan pembelajaran
berlangsung pada siklus 2 prosentasenya sebesar 84,09%.
Penghitungan hasil pengumpulan data berdasarkan kemampuan melafalkan huruf
hijaiyah (1-7) baik secara berurutan maupun secara acak melalui permainan kartu huruf hijaiyah
(1-7), dalam kegiatan ini menunjukkan prosentase sebesar 90,91%.
Prosentase keseluruhan dari analisis data dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
= 87,5 %
Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan dari siklus kedua. Penilaian anak dalam
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf hijaiyah melalui permainan
kartu huruf hijaiyah dikategorikan tuntas dengan prosentase sebesar 87,5%

C. Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, yakni siklus 1 dan siklus 2. Siklus 2 berisi
tentang perbaikan – perbaikan dalam pembelajaran siklus 1. Pembelajaran dalam siklus 1
dilaksanakan pada tanggal 16 September 2014 dan pembelajaran dalam siklus 2 dilaksanakan
pada tanggal 23 September 2014.
Pada siklus 1, sikap postif anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran ini masih kurang
atau kecil atau hanya 72,73 % tetapi pada siklus 2 mengalami peningkatan sebesar 84,09%. Hal
ini terjadi dikarenakan pada siklus 1 model pembelajaran ini masih baru bagi anak akan tetapi
pada siklus 2 anak-anak sudah mulai menyukai pembelajaran dengan permainan kartu huruf
hijaiyah ini.
Aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa selama proses pembelajaran
berlangsung cukup baik.
Kemampuan anak dalam mengenal huruf hijaiyah melalui permainan kartu huruf hijaiyah
mengalami peningkatan. Pada siklus 1 kemampuan anak mencapai 72,73%, akan tetapi pada
siklus 2 kemampuan anak mengalami peningkatan sebesar 90,91%.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan
kartu huruf hijaiyyah dalam upaya meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah di
Kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan permainan kartu huruf hijaiyah ini, sikap postif anak dalam
kegiatan pembelajaran sangat baik
2. Dengan menggunakan pembelajaran melalui permainan kartu huruf hijaiyah
dalam kegiatan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf hijaiyah. Ini
diketahui dari hasil analisis siklus I sebesar 72,73% dan pada siklus II menunjukkan peningkatan
sebesar 90,91%.
3. Suasana kegiatan pembelajaran anak dari hasil observasi anak terlibat aktif dan
guru mampu menciptakan proses kegiatan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan
media yang sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran.

B. Saran
Dari hasil pelaksanaan penelitian kegiatan pembelajaran melalui permainan kartu huruf
hijaiyyah ini terdapat beberapa saran yang dapat diajukan yakni :
1. Bagi anak TK agar memotivasi diri untuk berani melakukan dan mencoba sendiri
dirumah hal-hal yang dipelajarinya ditaman kanak-kanak. Hal ini untuk lebih melatih anak
mengenal huruf hijaiyyah agar bisa menulis dan membaca Al-Qur’an dengan baik.
2. Bagi guru TK disarankan hendaknya menciptakan sebuah bentuk tugas yang
menyenangkan bagi anak.
3. Bagi kepala sekolah TK disarankan agar dapat memperhatikan, mendukung dan
memberikan fasilitas untuk membantu upaya guru dalam membantu perkembangan anak
mengenal huruf-huruf hijaiyyah.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas. 2010. Kumpulan Pedoman Pembelajaran Taman Kanak-kanak. Jakarta : Ditjen
Kemendiknas
Freeman & Munandar. 1997. Bermain dan Belajar. Jakarta : PT Grasindo.
Kartini. 2011. Peningkatan kemampuan anak mengenal huruf melalui metode bermain kartu kata.
Moleong, Lekxy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bantung: PT Remaja
Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta : PT
Grasindo.
Sujana, Nana. 1997. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah (Makalah – Skripsi – Tesis –
disertasi) Jakarta: Sinar Baru Algensindo.
Sumartono, Sri Setiani. 2007. Permainan Kreatif untuk anak usia dini. Jakarta : Gramedia Majalah
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Lampiran 1

Persiapan Tindakan 1 (Siklus I)


Pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu huruf Hijaiyah dalam upaya
meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah

Bidang Pengembangan : Kemampuan Bahasa


Indikator :
Melafalkan huruf Hijaiyah
Judul Kegiatan : Permainan kartu huruf Hijaiyah
Hasil Belajar :
Anak dapat melafalkan huruf hijaiyah (1 - 7)
dengan baik dan benar baik secara berurutan
maupun secara acak
Pelaksanaan : Selasa, 16 September 2014
Alat yang digunakan : Kartu huruf Hijaiyah

Media kartu huruf Hijaiyah


Langkah Pelaksanaan :
1. Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi
2. Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Guru menyiapkan media kartu huruf Hijayiyah
4. Guru menjelaskan tugas-tugas yang akan dikerjakan
5. Guru melaflkan satu persatu kartu huruf tersebut kemudian anak menirukannya
6. Anak melaflkan huruf hijaiyah sesuai dengan kartu yang diberikan guru
7. Permianan berlanjut, sampai semua anak mencoba permainan ini
8. Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan permainan
9. Guru memberikan tugas untuk mewarnai gambar huruf hijaiyah
10. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.

Satuan Kegiatan Harian

Semester : I (Satu)
Minggu : …………..
Tema : ……………

Penilaian Perkembangan Anak


Indikator Kegiatan Pembelajaran Metode Alat Sumber Belajar
Alat Hasil
Kegiatan Awal
Bernyanyi berdo’a, salam Tanya jawab Kartu huruf Hijaiyah Pemberian tugas dan
Tanya jawab tentang kondisi siswa Bercakap-cakap Tanya jawab
serta Tanya jawab yang berhubungan Pemberian tugas
dengan materi pembelajaran
Melaflkan Huruf Hijaiyah Kegiatan Inti
Tanya jawab melalui permainan
kartu huruf Hijaiyah
Mewarnai huruf hijaiyah
Istirahat
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan
Do’a makan
Bermain
Kegiatan Akhir
Diskusi kegiatan sehari
Do’a pulang, salam

S.Pd.

Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran

Ada
No Aspek Yang Diobservasi
Ya Tidak
1 Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan √
2 Model pengembangan kegiatan untuk anak √
3 Alat peraga edukatif yang digunakan √
4 Penggunaan alat permainan dalam kegiatan pembelajaran √
5 Pemberian motivasi √
6 Kegiatan pembelajaran anak √
7 Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran √
8 Ketrampilan pendidik dalam kegiatan pembelajaran √

Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan


Mengenal Huruf Hijaiyah Melalui Permainan Kartu

Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran


No Nama Sikap positif terhadap
Kemampuan Mengenal
kegiatan
Huruf Hijaiyah (1-7)
pembelajaran
1 Muhammad Maulana malik 2 3

2 Rangga Bhuana Kencana 2 2

3 Nisa Nur Fitri Yuliani 3 3


4 Alifatul Ifroh 2 2

5 M. Farid 4 4

6 Alvira Yuniar 3 3

7 Wachid Ahmadi 3 3

8 Abel Purwaningdya 3 2

9 Evelyn Dwi Ramadhani 3 3

10 M. Arif Satrio 4 4
Muhammad Ghatfan
11 3 3
Arendra
Jumlah 32 32

Lampiran 2
Persiapan Tindakan 2 (Siklus 2)
Pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu huruf Hijaiyah dalam upaya
meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah

Bidang Pengembangan : Kemampuan Bahasa


Indikator :
Melafalkan huruf Hijaiyah
Judul Kegiatan : Permainan kartu huruf Hijaiyah
Hasil Belajar :
Anak dapat melafalkan huruf hijaiyah (1 - 7)
dengan baik dan benar baik secara berurutan
maupun secara acak
Pelaksanaan : Selasa, 23 September 2014
Alat yang digunakan : Kartu huruf Hijaiyah

Media kartu huruf Hijaiyah


Langkah Pelaksanaan :
1. Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi
2. Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Guru menyiapkan media kartu huruf Hijayiyah
4. Guru menjelaskan tugas-tugas yang akan dikerjakan
5. Guru melaflkan satu persatu kartu huruf tersebut kemudian anak menirukannya
6. Anak melaflkan huruf hijaiyah sesuai dengan kartu yang diberikan guru
7. Permianan berlanjut, sampai semua anak mencoba permainan ini
8. Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan permainan
9. Guru memberikan tugas untuk mewarnai gambar huruf hijaiyah
10. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.

Satuan Kegiatan Harian

Semester : I (Satu)
Minggu : …………..
Tema : ……………

Penilaian Perkembangan Ana


l Indikator Kegiatan Pembelajaran Metode Alat Sumber Belajar
Alat Hasil
Kegiatan Awal
Bernyanyi berdo’a, salam Tanya jawab Kartu huruf Hijaiyah Pemberian tugas dan
Tanya jawab tentang kondisi siswa Bercakap-cakap Tanya jawab
serta Tanya jawab yang berhubungan Pemberian tugas
dengan materi pembelajaran
Melaflkan Huruf Hijaiyah Kegiatan Inti
Tanya jawab melalui permainan
kartu huruf Hijaiyah
Mewarnai huruf hijaiyah
Istirahat
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan
Do’a makan
Bermain
Kegiatan Akhir
Diskusi kegiatan sehari
Do’a pulang, salam

Peneliti

Hj. Ma’rifah, S.Pd

Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran

Ada
No Aspek Yang Diobservasi
Ya Tidak
1 Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan √
2 Model pengembangan kegiatan untuk anak √
3 Alat peraga edukatif yang digunakan √
4 Penggunaan alat permainan dalam kegiatan pembelajaran √
5 Pemberian motivasi √
6 Kegiatan pembelajaran anak √
7 Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran √
8 Ketrampilan pendidik dalam kegiatan pembelajaran √

Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan


Mengenal Huruf Hijaiyyah Melalui Perminan Kartu

Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran


No Nama Sikap positif terhadap Kemampuan Mengenal
kegiatan pembelajaran Huruf Hijaiyah (1-7)
1 Muhammad Maulana malik 3 3

2 Rangga Bhuana Kencana 3 4

3 Nisa Nur Fitri Yuliani 3 4


4 Alifatul Ifroh 3 3

5 M. Farid 4 4

6 Alvira Yuniar 4 4

7 Wachid Ahmadi 4 3

8 Abel Purwaningdya 3 4

9 Evelyn Dwi Ramadhani 3 3

10 M. Arif Satrio 4 4

11 Muhammad Ghatfan Arendra 3 4

Jumlah 37 40

prosentase 84.09 90.91

Diposting 27th January 2015 oleh MA'RIFAH GURU TK MANYAR GRESIK

2
Lihat komentar


Memuat

Anda mungkin juga menyukai