27
PTS
Disusun Dalam Rangka Pengembangan
Profesional keguruan
Disusun Oleh :
Hj. MA’RIFAH, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007
UNIT KERJA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GRESIK
TK DHARMA WANITA PERSATUAN MEDURAN MANYAR GRESIK
Tahun 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) yang berjudul :
Disusun oleh :
Hj. Ma’rifah, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan
dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen
sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua
yaitu: tenaga kependidikan guru dan nonguru . Menurut Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, ”komponen-komponen sistem
pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan
pengelola satuan pendidikan ( penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan).” Tenaga
gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem
pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan
khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru.
Usaha-usaha untuk mempersiapkan guru menjadi profesional telah banyak dilakukan.
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kinerja yang baik dalam
melaksanakan tugasnya. Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru sering mengeluh
kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan
beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4)
masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya.
Berdasarkan kenyataan begitu berat dan kompleksnya tugas serta peran guru tersebut,
perlu diadakan supervisi atau pembinaan terhadap guru secara terus menerus untuk
meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru perlu ditingkatkan agar usaha membimbing siswa untuk
belajar dapat berkembang.
Proses pengembangan kinerja guru terbentuk dan terjadi dalam kegiatan belajar
mengajar di tempat mereka bekerja. Selain itu kinerja guru dipengaruhi oleh hasil pembinaan dan
supervisi kepala sekolah. Pada pelaksanaan KTSP dan Kurikulum 2013 menuntut kemampuan
baru pada guru untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Tingkat
produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan-pelayanan secara efisien kepada pengguna
( peserta didik, masyarakat ) akan sangat tergantung pada kualitas gurunya yang terlibat langsung
dalam proses pembelajaran dan keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab
individual dan kelompok.
Menurut pendapat peneliti kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan
sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran
yang terjadi di kelas, mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan konsekuensinya,
adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan ) segala sesuatu agar proses pembelajaran di
kelas berjalan dengan efektif”.
Hal ini berarti bahwa guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di
kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru
harus mempersiapkan (merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan
dengan efektif.
Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan
pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan
secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan
Mingguan(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) atau beberapa istilah lain seperti desain
pembelajaran, skenario pembelajaran dan lain sebagainya. RKM dan RKHmemuat tingkat
pencapaian perkembangan, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode
pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian.
Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan
evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena
di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya.
Seorang guru dikatakan profesional apabila (1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2)
bangga dengan tugas profesinya, ( 3) selalu menjaga dan berupaya meningkatkan
kompetensinya, (4) bekerja
dengan sungguh tanpa harus diawasi, (5) menjaga nama baik profesinya, (6) bersyukur
atas imbalan yang diperoleh dari profesinya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang 8 Standar Nasional Pendidikan
menyatakan standar proses merupakan salah satu SNP untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah yang mencakup: 1) Perencanaan proses pembelajaran, 2) Pelaksanaan proses
pembelajaran, 3) Penilaian hasil pembelajaran, 4) dan pengawasan proses pembelajaran.
Silabus dan RKH dikembangkan oleh guru pada satuan pendidikan . Guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun silabus, RKM dan RKH secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Masalah yang terjadi di lapangan masih ditemukan adanya guru (baik di sekolah negeri
maupun swasta) yang tidak bisa memperlihatkan RKM dan RKH yang dibuat dengan alasan
ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah membuat RKM dan RKH masih ditemukan
adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian, serta
langkah-langkah kegiatan pembelajarannya masih dangkal. Pada komponen penilaian
( penskora) sebagian besar guru tidak lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di
kepala.Sedangkan pada komponen tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan
sumber belajar sebagian besar guru sudah membuatnya. Masalah yang lain yaitu sebagian besar
guru khususnya di sekolah swasta belum mendapatkan pelatihan pengembangan RKH. Selama
ini guru-guru yang mengajar di sekolah swasta sedikit/jarang mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti berbagai Diklat Peningkatan Profesionalisme Guru dibandingkan sekolah negeri. Hal
ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan/pembuatan RKH
secara baik/lengkap. Beberapa guru mengadopsi RKH orang lain. Hal ini peneliti ketahui pada
saat mengadakan supervisi akademik (supervisi kunjungan kelas) ke sekolah binaan.
Permasalahan tersebut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.
Dengan keadaan demikian, peneliti sebagai kepala sekolah berusaha untuk memberi
bimbingan berkelanjutan pada guru di sekolah kami dalam menyusun RKM dan RKH secara
lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan
bagian dari standar nasional pendidikan. Hal itu juga sesuai.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan
sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa Rencana Program Pembelajaran, biasanya
pembelajaran menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun RKM dan
RKH dengan lengkap berdasarkan silabus yang disusunnya. Rencana Program Pembelajaran
sangat penting bagi seorang guru karena merupakan acuan dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat
diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Guru banyak yang belum paham dan termotivasi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dengan lengkap.
2. Sebagian besar guru belum mendapatkan pelatihan pengembangan KTSP dan Kurikulum 2013.
3. Ada guru yang tidak bisa memperlihatkan RKM dan RKH yang dibuatnya dengan berbagai
alasan.
4. RKM dan RKH yang dibuat guru komponennya belum lengkap/ tajam khususnya pada
komponen langkah-langkah pembelajaran dan penilaian.
5. Guru banyak yang mengadopsi RKM dan RKH orang lain.
. Pembatasan Masalah
Dari lima masalah yang diidentifikasikan di atas, masalahnya dibatasi menjadi:
1. Guru belum paham dalam menyusun RKM dan
RKH. 2. RKM dan RKHyang dibuat guru belum lengkap.
. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas,
diajukan rumusan masalah sebagai berikut. Apakah dengan bimbingan berkelanjutan akan
dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKM dan RKH di TK Dharma Wanita
Persatuan Meduran ?
E. Pemecahan Masalah/Tindakan
1. Peneliti mencoba untuk mengambil tindakan dengan memberi penjelasan dan bimbingan
berkelanjutan serta arahan kepada guru tentang pentingnya seorang guru membuat RKM dan
RKH secara lengkap. Dengan bimbingan berkelanjutan diharapkan guru termotivasi dalam
menyusun RKM dan RKH dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau panduan
dalam mengajar, agar tingkat pencapaian perkembangan dapat tersampaikan semua karena sudah
ada dalam RKM dan RKH yang dibuat oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada siklus
pertama.
2. Peneliti mencoba untuk melihat proses peningkatan kemampuan guru dalam
menyusun RKM dan RKHmelalui instrument proses yang telah dirancang yaitu berupa lembar
observasi/pengamatan komponen RKMdan RKH yang memuat sebelas komponen yaitu: 1)
identitas mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian
kompetensi, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasiwaktu, 8) metode pembelajaran,
untuk melihat apakah guru sudah membuat RKH dengan lengkap. Hal itu nanti akan dibuktikan
dengan melihat RKH yang dibuat oleh guru. Terjadi peningkatan atau tidak pada siklus ke-2.
. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui bimbingan berkelanjutan di
sekolah tempat peneliti bekerja.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Manfaat bagi peneliti
a. Meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti untuk melakukan penelitian tindakan sekolah
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di sekolah binaan peneliti.
b. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menyusun serta menulis laporan dan artikel ilmiah.
c. Sebagai motivasi bagi peneliti dalam membuat karya tulis ilmiah.
d. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti sebagai syarat untuk kenaikan golongan ke-
IV b.
e. Dengan adanya pengalaman menulis, dapat memberikan bimbingan kepada teman-teman
pengawas dan guru yang akan menulis.
f. Hasil penelitian ini digunakan peneliti sebagai evaluasi terhadap guru dalam menyusun RKH
yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan pembinaan kepada guru.
2. Manfaat bagi sekolah
a. Akan berdampak adanya peningkatan administrasi guru pada KBM yang lebih lengkap.
b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan karena
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sudah tersampaikan.
3. Manfaat bagi guru
a. Dapat meningkatkan kompetensi dalam membuat RKH dengan lengkap serta menciptakan
kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya.
b. Sebagai panduan dan arahan dalam mengajar sehingga apa yang diinginkan dalam standar isi
dapat tersampaikan.
4. Manfaat bagi siswa
a. Adanya kesiapan belajar, keseriusan , keingintahuan, dan semangaat belajar tinggi terhadap
pelajaran.
b. Siswa lebih percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tercapai target
kompetensinya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Guru
Secara etimologi ( asal usul kata), istilah ”Guru” berasal dari bahasa India yang artinya
” orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara” Shambuan, Republika,
( dalam Suparlan 2005:11).
Kemudian Rabindranath Tagore (dalam Suparlan 2005:11) menggunakan istilah Shanti
Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru mengamalkan tugas mulianya membangun
spiritualitas anak-anak bangsa di India ( spiritual intelligence).
Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas dalam kegiatan
keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) dan kecerdasan intelektual
(intellectual intelligence), tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah (bodily
kinesthetic), seperti guru tari, guru olah raga, guru senam dan guru musik. Dengan demikian,
guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek
lainnya.
Poerwadarminta ( dalam Suparlan 2005:13) menyatakan, “guru adalah orang yang
kerjanya mengajar.” Dengan definisi ini, guru disamakan dengan pengajar. Pengertian guru ini
hanya menyebutkan satu sisi yaitu sebagai pengajar, tidak termasuk pengertian guru sebagai
pendidik dan pelatih. Selanjutnya Zakiyah Daradjat (dalam Suparlan 2005:13) menyatakan,”
guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua
untuk ikut mendidik anak-anak.”
UU Guru dan Dosen Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 ”Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah”.
D. Bimbingan Berkelanjutan
1. Pengertian Bimbingan dan berkelanjutan
Frank Parson. 1951 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com)
menyatakan, “bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,
mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang
dipilihnya.” Chiskon 1959 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com )
menyatakan, “bimbingan membantu individu untuk lebih mengenal berbagai informasi tentang
dirinya sendiri.”
Berikutnya Bernard dan Fullmer 1969 (dalam RM Fatihah
http://eko13.wordpress.com ) menyatakan, ”bahwa bimbingan dilakukan untuk meningkatkan
perwujudan diri individu.” Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk
mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya. Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ”bimbingan adalah petunjuk penjelasan cara mengerjakan sesuatu, tuntutan.”
Dari beberapa pengertian bimbingan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan
adalah pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan
oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,dimaksudkan agar individu dapat
memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan
dirinya dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Kedua, ”berkelanjutan adalah berlangsung terus menerus, berkesinambungan.”
Berdasarkan pengertian bimbingan dan berkelanjutan dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa bimbingan berkelanjutan adalah pemberian bantuan yang diberikan
seorang ahli kepada seseorang atau individu secara berkelanjutan berlangsung secara terus
menerus untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan mendapat kemajuan
dalam bekerja.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian , jadwal penelitian,
dan siklus PTS sebagai berikut :
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar
Gresikberstatus swasta.
Pemilihan sekolah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam me
nyusun rencana perlaksanaan pembelajaran (RKH) dengan lengkap.
2. Waktu Penelitian
PTS ini dilaksanakan pada semester satu / ganjil tahun pelajaran 2014-2-015 selama kurang
lebih satu setengah bulan mulai Agustus sampai dengan Oktober 2014.
3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Jadwal
pelaksanaan penelitian seperti pada tabel berikut.
D. Sumber Data
Sumber data dalam PTS ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat guru.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan diskusi.
a. Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru
terhadap RKH.
b. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kompetensi guru dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap.
c. Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam PTS ini sebagai berikut.
a. Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki
guru tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
b. Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui komponen RKH yang telah dibuat
dan yang belum dibuat oleh guru
c. Diskusi dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat antara peneliti dengan guru.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu
sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam
meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran .
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan
menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus.
”Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat,
dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
(Nawawi, 1985:63). Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang peneliti
kumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, observasi/pengamatan, dan diskusi
yang berupa persentase atau angka-angka.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh
guru dalam menyusun RKH. Selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau usaha guna
meningkatkan kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Sekolah,
menurut Sudarsono, F.X, (1999:2) yakni:
Rencana : Tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH
secara lengkap. Solusinya yaitu dengan melakukan : a) wawancara dengan guru dengan
menyiapkan lembar wawancara, b) Diskusi dalam suasana yang menyenangkan dan c)
memberikan bimbingan dalam menyusun RKH secara lengkap.
Pelaksanaan: Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dalam
menyusun RKH yang lengkap yaitu dengan memberikan bimbingan berkelanjutan pada
guru sekolah binaan .
Observasi: Peneliti melakukan pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat untuk memotret seberapa
jauh kemampuan guru dalam menyusun RKH dengan lengkap, hasil atau dampak dari tindakan
yang telah dilaksanakan oleh guru dalam mencapai sasaran.
Selain itu juga peneliti mencatat hal-hal yang terjadi dalam pertemuan dan wawancara. Rekaman
dari pertemuan dan wawancara akan digunakan untuk analisis dan komentar kemudian.
Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah
dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi ini, peneliti bersama guru melaksanakan revisi atau
perbaikan terhadap RKH yang telah disusun agar sesuai dengan rencana awal yang mungkin
saja masih bisa sesuai dengan yang peneliti inginkan.
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari
awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
B. Pembahasan
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Meduran
Manyar Gresik yang merupakan sekolah tempat peneliti bertugas sebagai kepala sekolah
berstatus swasta, terdiri atas dua orang guru, dan dilaksanakan dalam dua siklus. kedua guru
tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam menyusun RKH dengan lengkap.
Hal ini peneliti ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan wawancara dan bimbingan
penyusunan RKH.
Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun RKH, terjadi
peningkatan dari siklus ke siklus.
1. Komponen Identitas Mata Pelajaran
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan identitas mata pelajaran dalam
RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan identitas mata pelajaran). Jika dipersentasekan, 100%
(sangat baik). Pada siklus kedua kedua guru tersebut mencantumkan identitas mata pelajaran
dalam RKH-nya. Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%
.
2. Komponen Standar Kompetensi
Pada siklus pertama semua guru mencantumkan standar kompetensi dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan standar kompetensi). Jika dipersentasekan, 100%. Masing-masing
guru mendapat skor yang baik..
3. Komponen Kompetensi Dasar
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan kompetensi dasar dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan kompetensi dasar). Jika dipersentasekan, 75%. Satu orang guru
masing-masing mendapat skor 1, 2, dan 3 (kurang baik, cukup baik, dan baik). Satu orang guru
yang lain mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut
mencantumkan kompetensi dasar dalam RKH-nya. dua orang mendapat skor 4 (sangat
baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.
4. Komponen Indikator Pencapaian Kompetensi
Pada siklus pertama saru orang guru mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam
RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan indikator pencapaian kompetensi). Sedangkan satu
orang tidak mencantumkan/melengkapinya dari siklus I.
5. Komponen Tujuan Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan tujuan pembelajaran dalam
RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan tujuan pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. dua
orang guru mendapat skor 3 (baik. Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan tujuan
pembelajaran dalam RKH-nya. Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus
I.
6. Komponen Materi Ajar
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan materi ajar dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan materi ajar). Jika dipersentasekan, 75%. dua orang mendapat skor
3 (baik). Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan materi ajar dalam RKH-nya.
Keduanya orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi
peningkatan 25% dari siklus I.
7. Komponen Alokasi Waktu
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan alokasi waktu dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan alokasi waktu). Semuanya mendapat skor 3 (baik). Jika
dipersentasekan, 75%. Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan alokasi waktu
dalam RKH-nya. Dua orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi
peningkatan 25% dari siklus I.
8. Komponen Metode Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan metode pembelajaran dalam RKH-
nya (melengkapi RKH-nya dengan metode pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. dua orang
mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua guru tersebut mencantumkan metode pembelajaran
dalam RKH-nya. Semua orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%,
terjadi peningkatan 25% dari siklus I.
9. Komponen Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. Kedua guru tersebut orang mendapat skor 3 (baik).
Pada siklus kedua, semua guru tersebut mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dalam RKH-nya. Sehingga kedua guru tersebut mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan,
100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.
10. Komponen Sumber Belajar
Pada siklus pertama semua guru mencantumkan sumber belajar dalam RKH-nya (melengkapi
RKH-nya dengan sumber belajar). Jika dipersentasekan, 100%. Baik pada siklus I maupun siklus
II
11. Komponen Penilaian Hasil Belajar
Pada siklus pertama semua guru mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RKH-nya
meskipun sub-sub komponennya (teknik, bentuk instrumen), dan pedoman penskoran. Jika
dipersentasekan, 62,50%. satu orang mendapat skor 2 (cukup baik), dan satu orang mendapat
skor 3 (baik). Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan penilaian hasil belajar
dalam RKH-nya meskipun ada guru yang masih keliru dalam menentukan teknik dan bentuk
penilaiannya. Satu orang mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik).
Jika dipersentasekan, 87,50%, terjadi peningkatan 12,50% dari siklus I.
Berdasarkan pembahasan di atas terjadi peningkatan yang signifigan pada kompetensi guru
dalam menyusun RKH. Oleh karen itu dari penelitian diatas dapat disimpulkan perlunya adanya
pembinaan kepada guru dalam penyusunan RKH, RKM dan perangkat administrasi
pembelajaran lainnya. Sehingga dengan adanya pembinaan tersebut guru-guru semakin lebih
kompeten dalam menyusun administrasi pembelajarannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tinadakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun RKH dengan
lengkap. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun RKH apalagi setelah
mendapatkan bimbingan pengembangan/penyusunan RKH dari peneliti. Informasi ini peneliti
peroleh dari hasil pengamatan pada saat mengadakan wawancara dan bimbingan
pengembangan/penyusunan RKH kepada para guru.
2. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH. Hal itu
dapat dibuktikan dari hasil observasi /pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi
peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RKH dari siklus ke siklus .
B. Saran
Telah terbukti bahwa dengan bimbingan berkelanjutan dapat
meningkatkan motivasi dan kompetensi guru dalam menyusun RKH. Oleh karena itu, peneliti
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Motivasi yang sudah tertanam khususnya dalam penyusunan RKH hendaknya terus
dipertahankan dan ditingkatkan/ dikembangkan .
2. RKH yang disusun/dibuat hendaknya mengandung komponen-komponen RKH secara lengkap
dan baik karena RKH merupakan acuan/pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.
3. Dokumen RKH hendaknya dibuat minimal dua rangkap, satu untuk arsip sekolah dan satunya
lagi untuk pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Mutu pendidikan amat ditentukan oleh mutu gurunya Mendiknas, Bapak Abdul Malik
Fadjar “ (Republika, 2003). Untuk membangun pendidikan yang bermutu, yang paling penting
bukan membangun gedung sekolah atau sarana dan prasarananya, melainkan harus dengan upaya
peningkatan proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan.
Kesemuanya itu hanya dapat dilakukan oleh guru yang bermutu.
Lembar Wawancara kepada Guru
Ada beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan kepada guru yang berhubungan dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
1. Apakah Ibu mengetahui kerangka dalam menyusun RKH ?
2. Apakah Ibu memiliki dokumen Standar Proses ?
3. Apakah Ibu ada membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM) ?
4. Jika ada, apakah ibu menyusunnya sendiri atau mengadopsi RKH atau mengadaptasi RKH yang
dibuat oleh orang lain ?
5. Kalau tidak mengapa ? Jelaskan !
6. Bagaimanakah pendapat Ibu jika seorang guru mengajar tanpa menggunakan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM)?
7. Apakah ada kendala dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM) ?
8. Apakah Ibu setuju guru mengajar menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan
RKM) ?
9. Apakah Ibu tahu komponen-komponen yang harus ada pada RKH?
Lampiran 1
NAMA GURU :
ASAL SEKOLAH :
ALAMAT SEKOLAH :
4. Dalam penyusunan RKH paling sedikit memuat lima komponen yaitu tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
5. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh
peserta didik
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
6. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsif dan prosedur yang relevan
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
7. Metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang
hendak dicapai pada setiap mata pelajaran
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
8. Sumber belajar didasarkan pada SK, KD, Materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
10. RKH yang sudah dibuat perlu direvisi apabila tidak dapat dilaksanakan di kelas
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
KETERANGAN :
Kolom komponen/aspek motivasi diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut :
STS = Sangat tidak setuju, skor 1
TS = Tidak setuju skor 2
S = Setuju skor 3
ST = Sangat setuju skor 4
Catatan :
Skor 1 : Tidak Mencantumkan
Skor 2 : Mencantumkan tapi tidak sinkron
Skor 3 : Mencantumkan secara singkat
Skor 4 : Mencantumkan secara lengkap dan sinkron
Saran :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Perbaikan :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………..
0
Tambahkan komentar
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
JAN
27
UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM
MENYUSUN RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
HARIAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI TK
DHARMA WANITA PERSATUAN MEDURAN MANYAR
GRESIK
PTS
Disusun Dalam Rangka Pengembangan
Profesional keguruan
Disusun Oleh :
Hj. MA’RIFAH, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007
UNIT KERJA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GRESIK
TK DHARMA WANITA PERSATUAN MEDURAN MANYAR GRESIK
Tahun 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) yang berjudul :
Disusun oleh :
Hj. Ma’rifah, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan
dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen
sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua
yaitu: tenaga kependidikan guru dan nonguru . Menurut Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, ”komponen-komponen sistem
pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan
pengelola satuan pendidikan ( penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan).” Tenaga
gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem
pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan
khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru.
Usaha-usaha untuk mempersiapkan guru menjadi profesional telah banyak dilakukan.
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kinerja yang baik dalam
melaksanakan tugasnya. Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru sering mengeluh
kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan
beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4)
masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya.
Berdasarkan kenyataan begitu berat dan kompleksnya tugas serta peran guru tersebut,
perlu diadakan supervisi atau pembinaan terhadap guru secara terus menerus untuk
meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru perlu ditingkatkan agar usaha membimbing siswa untuk
belajar dapat berkembang.
Proses pengembangan kinerja guru terbentuk dan terjadi dalam kegiatan belajar
mengajar di tempat mereka bekerja. Selain itu kinerja guru dipengaruhi oleh hasil pembinaan dan
supervisi kepala sekolah. Pada pelaksanaan KTSP dan Kurikulum 2013 menuntut kemampuan
baru pada guru untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Tingkat
produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan-pelayanan secara efisien kepada pengguna
( peserta didik, masyarakat ) akan sangat tergantung pada kualitas gurunya yang terlibat langsung
dalam proses pembelajaran dan keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab
individual dan kelompok.
Menurut pendapat peneliti kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan
sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran
yang terjadi di kelas, mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan konsekuensinya,
adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan ) segala sesuatu agar proses pembelajaran di
kelas berjalan dengan efektif”.
Hal ini berarti bahwa guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di
kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru
harus mempersiapkan (merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan
dengan efektif.
Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan
pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan
secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan
Mingguan(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) atau beberapa istilah lain seperti desain
pembelajaran, skenario pembelajaran dan lain sebagainya. RKM dan RKHmemuat tingkat
pencapaian perkembangan, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode
pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian.
Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan
evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena
di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya.
Seorang guru dikatakan profesional apabila (1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2)
bangga dengan tugas profesinya, ( 3) selalu menjaga dan berupaya meningkatkan
kompetensinya, (4) bekerja
dengan sungguh tanpa harus diawasi, (5) menjaga nama baik profesinya, (6) bersyukur
atas imbalan yang diperoleh dari profesinya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang 8 Standar Nasional Pendidikan
menyatakan standar proses merupakan salah satu SNP untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah yang mencakup: 1) Perencanaan proses pembelajaran, 2) Pelaksanaan proses
pembelajaran, 3) Penilaian hasil pembelajaran, 4) dan pengawasan proses pembelajaran.
Silabus dan RKH dikembangkan oleh guru pada satuan pendidikan . Guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun silabus, RKM dan RKH secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Masalah yang terjadi di lapangan masih ditemukan adanya guru (baik di sekolah negeri
maupun swasta) yang tidak bisa memperlihatkan RKM dan RKH yang dibuat dengan alasan
ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah membuat RKM dan RKH masih ditemukan
adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian, serta
langkah-langkah kegiatan pembelajarannya masih dangkal. Pada komponen penilaian
( penskora) sebagian besar guru tidak lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di
kepala.Sedangkan pada komponen tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan
sumber belajar sebagian besar guru sudah membuatnya. Masalah yang lain yaitu sebagian besar
guru khususnya di sekolah swasta belum mendapatkan pelatihan pengembangan RKH. Selama
ini guru-guru yang mengajar di sekolah swasta sedikit/jarang mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti berbagai Diklat Peningkatan Profesionalisme Guru dibandingkan sekolah negeri. Hal
ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan/pembuatan RKH
secara baik/lengkap. Beberapa guru mengadopsi RKH orang lain. Hal ini peneliti ketahui pada
saat mengadakan supervisi akademik (supervisi kunjungan kelas) ke sekolah binaan.
Permasalahan tersebut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.
Dengan keadaan demikian, peneliti sebagai kepala sekolah berusaha untuk memberi
bimbingan berkelanjutan pada guru di sekolah kami dalam menyusun RKM dan RKH secara
lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan
bagian dari standar nasional pendidikan. Hal itu juga sesuai.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan
sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa Rencana Program Pembelajaran, biasanya
pembelajaran menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun RKM dan
RKH dengan lengkap berdasarkan silabus yang disusunnya. Rencana Program Pembelajaran
sangat penting bagi seorang guru karena merupakan acuan dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat
diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Guru banyak yang belum paham dan termotivasi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dengan lengkap.
2. Sebagian besar guru belum mendapatkan pelatihan pengembangan KTSP dan Kurikulum 2013.
3. Ada guru yang tidak bisa memperlihatkan RKM dan RKH yang dibuatnya dengan berbagai
alasan.
4. RKM dan RKH yang dibuat guru komponennya belum lengkap/ tajam khususnya pada
komponen langkah-langkah pembelajaran dan penilaian.
5. Guru banyak yang mengadopsi RKM dan RKH orang lain.
. Pembatasan Masalah
Dari lima masalah yang diidentifikasikan di atas, masalahnya dibatasi menjadi:
1. Guru belum paham dalam menyusun RKM dan
RKH. 2. RKM dan RKHyang dibuat guru belum lengkap.
. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas,
diajukan rumusan masalah sebagai berikut. Apakah dengan bimbingan berkelanjutan akan
dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKM dan RKH di TK Dharma Wanita
Persatuan Meduran ?
E. Pemecahan Masalah/Tindakan
1. Peneliti mencoba untuk mengambil tindakan dengan memberi penjelasan dan bimbingan
berkelanjutan serta arahan kepada guru tentang pentingnya seorang guru membuat RKM dan
RKH secara lengkap. Dengan bimbingan berkelanjutan diharapkan guru termotivasi dalam
menyusun RKM dan RKH dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau panduan
dalam mengajar, agar tingkat pencapaian perkembangan dapat tersampaikan semua karena sudah
ada dalam RKM dan RKH yang dibuat oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada siklus
pertama.
2. Peneliti mencoba untuk melihat proses peningkatan kemampuan guru dalam
menyusun RKM dan RKHmelalui instrument proses yang telah dirancang yaitu berupa lembar
observasi/pengamatan komponen RKMdan RKH yang memuat sebelas komponen yaitu: 1)
identitas mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian
kompetensi, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasiwaktu, 8) metode pembelajaran,
untuk melihat apakah guru sudah membuat RKH dengan lengkap. Hal itu nanti akan dibuktikan
dengan melihat RKH yang dibuat oleh guru. Terjadi peningkatan atau tidak pada siklus ke-2.
. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui bimbingan berkelanjutan di
sekolah tempat peneliti bekerja.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Manfaat bagi peneliti
a. Meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti untuk melakukan penelitian tindakan sekolah
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di sekolah binaan peneliti.
b. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menyusun serta menulis laporan dan artikel ilmiah.
c. Sebagai motivasi bagi peneliti dalam membuat karya tulis ilmiah.
d. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti sebagai syarat untuk kenaikan golongan ke-
IV b.
e. Dengan adanya pengalaman menulis, dapat memberikan bimbingan kepada teman-teman
pengawas dan guru yang akan menulis.
f. Hasil penelitian ini digunakan peneliti sebagai evaluasi terhadap guru dalam menyusun RKH
yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan pembinaan kepada guru.
2. Manfaat bagi sekolah
a. Akan berdampak adanya peningkatan administrasi guru pada KBM yang lebih lengkap.
b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan karena
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sudah tersampaikan.
3. Manfaat bagi guru
a. Dapat meningkatkan kompetensi dalam membuat RKH dengan lengkap serta menciptakan
kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya.
b. Sebagai panduan dan arahan dalam mengajar sehingga apa yang diinginkan dalam standar isi
dapat tersampaikan.
4. Manfaat bagi siswa
a. Adanya kesiapan belajar, keseriusan , keingintahuan, dan semangaat belajar tinggi terhadap
pelajaran.
b. Siswa lebih percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tercapai target
kompetensinya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Guru
Secara etimologi ( asal usul kata), istilah ”Guru” berasal dari bahasa India yang artinya
” orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara” Shambuan, Republika,
( dalam Suparlan 2005:11).
Kemudian Rabindranath Tagore (dalam Suparlan 2005:11) menggunakan istilah Shanti
Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru mengamalkan tugas mulianya membangun
spiritualitas anak-anak bangsa di India ( spiritual intelligence).
Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas dalam kegiatan
keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) dan kecerdasan intelektual
(intellectual intelligence), tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah (bodily
kinesthetic), seperti guru tari, guru olah raga, guru senam dan guru musik. Dengan demikian,
guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek
lainnya.
Poerwadarminta ( dalam Suparlan 2005:13) menyatakan, “guru adalah orang yang
kerjanya mengajar.” Dengan definisi ini, guru disamakan dengan pengajar. Pengertian guru ini
hanya menyebutkan satu sisi yaitu sebagai pengajar, tidak termasuk pengertian guru sebagai
pendidik dan pelatih. Selanjutnya Zakiyah Daradjat (dalam Suparlan 2005:13) menyatakan,”
guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua
untuk ikut mendidik anak-anak.”
UU Guru dan Dosen Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 ”Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah”.
D. Bimbingan Berkelanjutan
1. Pengertian Bimbingan dan berkelanjutan
Frank Parson. 1951 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com)
menyatakan, “bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,
mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang
dipilihnya.” Chiskon 1959 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com )
menyatakan, “bimbingan membantu individu untuk lebih mengenal berbagai informasi tentang
dirinya sendiri.”
Berikutnya Bernard dan Fullmer 1969 (dalam RM Fatihah
http://eko13.wordpress.com ) menyatakan, ”bahwa bimbingan dilakukan untuk meningkatkan
perwujudan diri individu.” Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk
mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya. Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ”bimbingan adalah petunjuk penjelasan cara mengerjakan sesuatu, tuntutan.”
Dari beberapa pengertian bimbingan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan
adalah pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan
oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,dimaksudkan agar individu dapat
memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan
dirinya dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Kedua, ”berkelanjutan adalah berlangsung terus menerus, berkesinambungan.”
Berdasarkan pengertian bimbingan dan berkelanjutan dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa bimbingan berkelanjutan adalah pemberian bantuan yang diberikan
seorang ahli kepada seseorang atau individu secara berkelanjutan berlangsung secara terus
menerus untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan mendapat kemajuan
dalam bekerja.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian , jadwal penelitian,
dan siklus PTS sebagai berikut :
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar
Gresikberstatus swasta.
Pemilihan sekolah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam me
nyusun rencana perlaksanaan pembelajaran (RKH) dengan lengkap.
2. Waktu Penelitian
PTS ini dilaksanakan pada semester satu / ganjil tahun pelajaran 2014-2-015 selama kurang
lebih satu setengah bulan mulai Agustus sampai dengan Oktober 2014.
3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Jadwal
pelaksanaan penelitian seperti pada tabel berikut.
D. Sumber Data
Sumber data dalam PTS ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat guru.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan diskusi.
a. Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru
terhadap RKH.
b. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kompetensi guru dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap.
c. Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam PTS ini sebagai berikut.
a. Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki
guru tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
b. Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui komponen RKH yang telah dibuat
dan yang belum dibuat oleh guru
c. Diskusi dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat antara peneliti dengan guru.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu
sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam
meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran .
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan
menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus.
”Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat,
dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
(Nawawi, 1985:63). Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang peneliti
kumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, observasi/pengamatan, dan diskusi
yang berupa persentase atau angka-angka.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh
guru dalam menyusun RKH. Selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau usaha guna
meningkatkan kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Sekolah,
menurut Sudarsono, F.X, (1999:2) yakni:
Rencana : Tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH
secara lengkap. Solusinya yaitu dengan melakukan : a) wawancara dengan guru dengan
menyiapkan lembar wawancara, b) Diskusi dalam suasana yang menyenangkan dan c)
memberikan bimbingan dalam menyusun RKH secara lengkap.
Pelaksanaan: Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dalam
menyusun RKH yang lengkap yaitu dengan memberikan bimbingan berkelanjutan pada
guru sekolah binaan .
Observasi: Peneliti melakukan pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat untuk memotret seberapa
jauh kemampuan guru dalam menyusun RKH dengan lengkap, hasil atau dampak dari tindakan
yang telah dilaksanakan oleh guru dalam mencapai sasaran.
Selain itu juga peneliti mencatat hal-hal yang terjadi dalam pertemuan dan wawancara. Rekaman
dari pertemuan dan wawancara akan digunakan untuk analisis dan komentar kemudian.
Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah
dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi ini, peneliti bersama guru melaksanakan revisi atau
perbaikan terhadap RKH yang telah disusun agar sesuai dengan rencana awal yang mungkin
saja masih bisa sesuai dengan yang peneliti inginkan.
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari
awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
G. Rencana
Pelaksanaan
Rencana pelaksanaan dilakukan dalam dua siklus yaitu:
1. Siklus Pertama (Siklus I )
a).Peneliti merencanakan tindakan pada siklus I (membuat format/instrumen wawancara,
penilaian RKH, rekapitulasi hasil penyusunan RKH).
b). Peneliti memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan atau hambatan dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
b). Peneliti menjelaskan kepada guru tentang pentingnya RKH dibuat secara lengkap.
c). Peneliti memberikan bimbingan dalam pengembangan RKH.
d). Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat guru.
f). Peneliti melakukan revisi atau perbaikan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
lengkap.
e). Peneliti dan guru melakukan refleksi.
2. Siklus Kedua (Siklus II)
a). Peneiti merencanakan tindakan pada siklus II yang mendasarkan pada revisi/perbaikan pada siklus
I, seperti menugasi guru menyusun RKH yang kedua, mengumpulkan, dan melakukan
pembimbingan penyusunan RKH.
b). Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pada siklus II.
c). Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat guru.
d). Peneliti melakukan perbaikan atau revisi penyusunan RKH.
d). Peneliti dan guru melakukan refleksi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
B. Pembahasan
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Meduran
Manyar Gresik yang merupakan sekolah tempat peneliti bertugas sebagai kepala sekolah
berstatus swasta, terdiri atas dua orang guru, dan dilaksanakan dalam dua siklus. kedua guru
tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam menyusun RKH dengan lengkap.
Hal ini peneliti ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan wawancara dan bimbingan
penyusunan RKH.
Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun RKH, terjadi
peningkatan dari siklus ke siklus.
1. Komponen Identitas Mata Pelajaran
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan identitas mata pelajaran dalam
RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan identitas mata pelajaran). Jika dipersentasekan, 100%
(sangat baik). Pada siklus kedua kedua guru tersebut mencantumkan identitas mata pelajaran
dalam RKH-nya. Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%
.
2. Komponen Standar Kompetensi
Pada siklus pertama semua guru mencantumkan standar kompetensi dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan standar kompetensi). Jika dipersentasekan, 100%. Masing-masing
guru mendapat skor yang baik..
3. Komponen Kompetensi Dasar
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan kompetensi dasar dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan kompetensi dasar). Jika dipersentasekan, 75%. Satu orang guru
masing-masing mendapat skor 1, 2, dan 3 (kurang baik, cukup baik, dan baik). Satu orang guru
yang lain mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut
mencantumkan kompetensi dasar dalam RKH-nya. dua orang mendapat skor 4 (sangat
baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.
4. Komponen Indikator Pencapaian Kompetensi
Pada siklus pertama saru orang guru mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam
RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan indikator pencapaian kompetensi). Sedangkan satu
orang tidak mencantumkan/melengkapinya dari siklus I.
5. Komponen Tujuan Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan tujuan pembelajaran dalam
RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan tujuan pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. dua
orang guru mendapat skor 3 (baik. Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan tujuan
pembelajaran dalam RKH-nya. Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus
I.
6. Komponen Materi Ajar
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan materi ajar dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan materi ajar). Jika dipersentasekan, 75%. dua orang mendapat skor
3 (baik). Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan materi ajar dalam RKH-nya.
Keduanya orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi
peningkatan 25% dari siklus I.
7. Komponen Alokasi Waktu
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan alokasi waktu dalam RKH-nya
(melengkapi RKH-nya dengan alokasi waktu). Semuanya mendapat skor 3 (baik). Jika
dipersentasekan, 75%. Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan alokasi waktu
dalam RKH-nya. Dua orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi
peningkatan 25% dari siklus I.
8. Komponen Metode Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan metode pembelajaran dalam RKH-
nya (melengkapi RKH-nya dengan metode pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. dua orang
mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua guru tersebut mencantumkan metode pembelajaran
dalam RKH-nya. Semua orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%,
terjadi peningkatan 25% dari siklus I.
9. Komponen Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. Kedua guru tersebut orang mendapat skor 3 (baik).
Pada siklus kedua, semua guru tersebut mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dalam RKH-nya. Sehingga kedua guru tersebut mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan,
100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.
10. Komponen Sumber Belajar
Pada siklus pertama semua guru mencantumkan sumber belajar dalam RKH-nya (melengkapi
RKH-nya dengan sumber belajar). Jika dipersentasekan, 100%. Baik pada siklus I maupun siklus
II
11. Komponen Penilaian Hasil Belajar
Pada siklus pertama semua guru mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RKH-nya
meskipun sub-sub komponennya (teknik, bentuk instrumen), dan pedoman penskoran. Jika
dipersentasekan, 62,50%. satu orang mendapat skor 2 (cukup baik), dan satu orang mendapat
skor 3 (baik). Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan penilaian hasil belajar
dalam RKH-nya meskipun ada guru yang masih keliru dalam menentukan teknik dan bentuk
penilaiannya. Satu orang mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik).
Jika dipersentasekan, 87,50%, terjadi peningkatan 12,50% dari siklus I.
Berdasarkan pembahasan di atas terjadi peningkatan yang signifigan pada kompetensi guru
dalam menyusun RKH. Oleh karen itu dari penelitian diatas dapat disimpulkan perlunya adanya
pembinaan kepada guru dalam penyusunan RKH, RKM dan perangkat administrasi
pembelajaran lainnya. Sehingga dengan adanya pembinaan tersebut guru-guru semakin lebih
kompeten dalam menyusun administrasi pembelajarannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tinadakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun RKH dengan
lengkap. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun RKH apalagi setelah
mendapatkan bimbingan pengembangan/penyusunan RKH dari peneliti. Informasi ini peneliti
peroleh dari hasil pengamatan pada saat mengadakan wawancara dan bimbingan
pengembangan/penyusunan RKH kepada para guru.
2. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH. Hal itu
dapat dibuktikan dari hasil observasi /pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi
peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RKH dari siklus ke siklus .
B. Saran
Telah terbukti bahwa dengan bimbingan berkelanjutan dapat
meningkatkan motivasi dan kompetensi guru dalam menyusun RKH. Oleh karena itu, peneliti
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Motivasi yang sudah tertanam khususnya dalam penyusunan RKH hendaknya terus
dipertahankan dan ditingkatkan/ dikembangkan .
2. RKH yang disusun/dibuat hendaknya mengandung komponen-komponen RKH secara lengkap
dan baik karena RKH merupakan acuan/pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.
3. Dokumen RKH hendaknya dibuat minimal dua rangkap, satu untuk arsip sekolah dan satunya
lagi untuk pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Mutu pendidikan amat ditentukan oleh mutu gurunya Mendiknas, Bapak Abdul Malik
Fadjar “ (Republika, 2003). Untuk membangun pendidikan yang bermutu, yang paling penting
bukan membangun gedung sekolah atau sarana dan prasarananya, melainkan harus dengan upaya
peningkatan proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan.
Kesemuanya itu hanya dapat dilakukan oleh guru yang bermutu.
Lembar Wawancara kepada Guru
Ada beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan kepada guru yang berhubungan dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
1. Apakah Ibu mengetahui kerangka dalam menyusun RKH ?
2. Apakah Ibu memiliki dokumen Standar Proses ?
3. Apakah Ibu ada membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM) ?
4. Jika ada, apakah ibu menyusunnya sendiri atau mengadopsi RKH atau mengadaptasi RKH yang
dibuat oleh orang lain ?
5. Kalau tidak mengapa ? Jelaskan !
6. Bagaimanakah pendapat Ibu jika seorang guru mengajar tanpa menggunakan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM)?
7. Apakah ada kendala dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM) ?
8. Apakah Ibu setuju guru mengajar menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan
RKM) ?
9. Apakah Ibu tahu komponen-komponen yang harus ada pada RKH?
Lampiran 1
NAMA GURU :
ASAL SEKOLAH :
ALAMAT SEKOLAH :
4. Dalam penyusunan RKH paling sedikit memuat lima komponen yaitu tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
5. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh
peserta didik
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
6. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsif dan prosedur yang relevan
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
7. Metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang
hendak dicapai pada setiap mata pelajaran
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
8. Sumber belajar didasarkan pada SK, KD, Materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
10. RKH yang sudah dibuat perlu direvisi apabila tidak dapat dilaksanakan di kelas
a.Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
KETERANGAN :
Kolom komponen/aspek motivasi diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut :
STS = Sangat tidak setuju, skor 1
TS = Tidak setuju skor 2
S = Setuju skor 3
ST = Sangat setuju skor 4
PEDOMAN PENILAIAN RKH
NAMA :…………………………………………………………..
NIG/NUPTK :………………………………………………………….
No Komponen NILAI Keterangan
1 2 3 4
1. Mencantumkan Identitas
2. Mencantumkan Indikator
3. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
4. Mencantumkan Materi Pembelajaran
5. Mencantumkan Metode
Pembelajaran
6. Mencantumkan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
7. Mencantumkan Sumber Belajar
8. Mencantumkan Penilaian
Jumlah Total =
Catatan :
Skor 1 : Tidak Mencantumkan
Skor 2 : Mencantumkan tapi tidak sinkron
Skor 3 : Mencantumkan secara singkat
Skor 4 : Mencantumkan secara lengkap dan sinkron
Saran :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Perbaikan :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………..
2.
JAN
27
Disusun Oleh :
Hj. Ma’rifah, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007
Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Gresik
Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik
TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik
Tahun 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa lima sampai enam tahun pertama kehidupan anak sebagaimana yang tertera pada modul
yang diterbitkan oleh Depdiknas (2009:1), anak TK merupakan masa di mana perkembangan kognitif,
motorik, intelektual, emosional, bahasa dan sosial berlangsung dengan sangat cepat sehingga menentukan masa
depan anak. Di masa inilah semua perkembangan anak mulai terbentuk dan cenderung menetap sampai usia
dewasa. Dengan demikian betapa pentingnya pendidikan awal bagi anak TK yang memberikan bekal untuk
mempersiapkan diri menerima pengajaran bagi kehidupan selanjutnya.
Usia prasekolah merupakan usia yang sangat strategis untuk menerima rangsangan-rangsangan
dari luar, melalui pemberian rangsangan-rangsangan
positif untuk pertumbuhan dan perkembang anak menjadi maksimal. Kematangan kognitif pada anak
prasekolah, secara garis besar, Piaget (dalamSuparno, 2001:24-25), mengelompokkan menjadi empat
tahap, yaitu tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasi (2-7 tahun), tahap operasi konkret (7-
11 tahun) dan tahap operasi formal (11 tahun - dewasa). Tahap sensorimotor lebih ditandai dengan
pemikiran anak berdasarkan tindakan inderawi. Tahap praopcrasi diwarnai dengan mulai digunakannya
simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran khususnya penggunaan bahasa. Tahap operasi
konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis dan jelas. Tahap operasi formal dicirikan dengan
pemikiran abstrak, hipotesis, deduktif serta induktif. Tahap-tahap tersebut saling berkaitan. Urutan tahap-
tahap tidak dapat ditukar atau dibalik, karena tahap sesudahnya mengandaikan terbentuknya tahap sebelumnya.
Lebih lanjut Piaget (dalam Suparno,2001: 24-25), menegaskan bahwa kemampuan anak
menggunakan simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran, dilakukan
melalui penggunaan bilangan yang dapat menggantikan obyek, peristiwa, dan kegiatan, misalnya dengan
aktivitas menghitung dari 1-20. Kemudian berhitung mundur. Aktivitas ini mampu meningkatkan kepekaan
dan kemampuan anak untuk mengamati pola-pola logis numerik (bilangan) serta kemampuan untuk
berpikir rasional/logis.
Pengembangan kemampuan berhitung 1-20 pada anak merupakan salah satu kemampuan dasar yang
dipersiapkan, bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macama
alternatif pemecahan masalah, pengembangan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu,
kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti.
Mengingat efek penting dari materi pengembangan kemampuan berhitung 1-20 sejak dini, maka dari itu,
sangat perlu kiranya diberikan rangsangan, dorongan dan dukungan berapa program pembelajaran yang
terencana, bermanfaat dan menyenangkan. Di sinilah peran guru sangat diperlukan, untuk itu sebagai guru
TK harus dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan pengembangan pembelajaran kemampuan berhitung
1-20 di sekolah sesuai dengan kreativitasnya, sejauh tidak bertentangan dengan prinsip dan
asas pembelajaran di TK.
Pada kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyaknya permasalahan
yang merujuk pada ketidakmampuan anak dalam hal berhitung 1-20. Kondisi rendahnya kemampuan
berhitung 1-20 pada anak kelompok B, salah satu penyebabnya diakibatkan oleh faktor guru, yakni guru kurang
mampu menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Mengarah pada alternatif pemecahan permasalahan yang ada pada anak yaitu meningkatkan
kemampuan berhitung 1-20, menuntut guru TK untuk mampu mengelola
proses pembelajaran dengan menerapkan permainan. Pada hakikatnya melalui permainan
dalam mempelajari sesuatu, anak tidak akan merasa sedang belajar. Sehingga anak akan
lebih merasa nyaman dalam mengikuti aktivitas yang ada. Model pembelajaran yang menggunakan teknik
permainan akan membantu memudahkan mereka untuk mempelajari sesuatu tanpa merasa sedang belajar.
Dengan demikian, teknik permainan dapat dikembangkan untuk membantu penguasaan anak-
anak terhadap aspek-aspek khusus, termasuk dalam mengembangkan kemampuan berhitung pada anak.
Salah satu contoh permainan yang akan digunakan sebagai bahan kajian analisis penelitian, terkait dengan
rendahnya kemampuan berhitung pada anak kelompok B, yakni dengan permainan ular tangga.
Maka berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis mengambil judul
“Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Menggunakan Permainan Ular Tangga
di Kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah
penerapan permainan ular tangga dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak kelompok B
TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan permainan ular tangga
dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan
Meduran Manyar Gresik.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai pendorong untuk pelaksanaan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orang tua
dan guru.
b. Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak didik
1) Membantu anak menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit.
2) Mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung.
3) Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.
4) Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang dan masa mendatang.
b. Bagi guru
1) Memudahkan guru untuk melatih ketrampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran
berhitung.
2) Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Bagi sekolah
1) Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien.
2) Sekolah akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran.
3) Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat. Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian
tindakan sebagai “sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor
sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.
C. Subjek Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan Meduran
Manyar Gresik yang berjumlah 16 siswa.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan
siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu :
SIKLUS – 2
1. Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1.
2. Pembelajaran tindakan 2
Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih ada pada siklus 1. Diharapkan pada
akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
permainan ular tangga dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung dapat teratasi.
3. Pelaksanaan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok B yang bertindak sebagai
peneliti bersama guru kelompok A melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama
kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak
lanjut.
4. Pembuatan analisis dan refleksi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus
2.
No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru
2 Membuat RKH
3 Alat atau sarana prasarana
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan
yang dilakukan
5 Penguasaan materi
Siswa
1 Perilaku siswa
2 Kreatifitas siswa
3 Hasil belajar siswa
Keterangan:
SB : Sangan baik C : Cukup
B : Baik. K : Kurang
F. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan
mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Data yang didapat dari kegiatan anak yang diamati selama proses kegiatan berlangsung dilakukan
melalui observasi atau pengamatan langsung yang mana hasilnya ditulis dalam lembaran
observasi.
2. Data dari hasil kegiatan anak dapat dilihat dalam proses kegiatan anak berlangsung yakni ketika
anak bermain ular tangga.
(Suharsimi Arikunto,1998)
Keterangan:
x = nilai rata-rata
n = jumlah jawaban
N = jumlah anak
Prosentase keseluruhan analisis data dari penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran dihitung dengan
Keterangan:
X = nilai rata-rata
N = jumlah anak
Seorang anak dikatakan mencapai ketuntasan jika taraf penguasaan lebih dari 75% dan belum
A. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
a. Membuat rencana penelitian pembelajaran
b. Membuat media pembelajaran anak
c. Membuat lembar observasi atau pengamatan
2. Hasil Pengamatan
Pada pelaksanaan pertama diamati oleh pengamat dengan melakukan pencatatan pada
lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model permainan ular tangga.
Tabel 4.1
Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran
No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √
Tabel 4.2
Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan
Ular Tangga
No Nama Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran
Menunjuk Menghitung hasil
Membilang Membuat urutan
lambang bilangan penjumlahan
1-20 bilangan 1-20
1-20 1-20
1 Achmad Taajul Irfani 3 3 3 2
4 Awwanda Zayyinatus S. 2 2 3 2
10 M. Ilham Al Faruq 3 3 3 2
12 M. Ilham Adinugroho 3 3 2 1
13 Nadhira Firnanda 3 3 3 2
Jumlah 42 43 45 32
rata-rata 63.28
Hasil penilaian belajar anak dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung dengan
menggunakan permainan ular tangga yakni pada aspek penilaian membilang angka 1 - 20, hasil
prosentasenya adalah sebesar 65,63%.
Untuk aspek penilaian berdasarkan pada aspek menunjuk bilangan/angka 1-20 pada
kegiatan permainan ular tangga ini, hasilnya yaitu sebesar 67,19%.
Untuk aspek penilaian berdasarkan pada aspek membuat urutan bilangan 1-20 pada
kegiatan ular tangga ini, hasilnya sebesar 70,31%.
Sedangkan untuk aspek penilaian pada permainan ular tangga berdasarkan pada
menghitung hasil penjumlahan 1 – 20 yakni sebesar 50%.
Prosentase keseluruhan dari hasil kegiatan permainan ular tangga diatas, dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
= 63,28 %
Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan pada siklus pertama, penilaian anak dalam
kegiatan pembelajaran berhitung melalui permainan ular tangga dikategorikan belum mencapai
ketuntasan dengan prosentase sebesar 63,28%
B. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
a. Membuat rencana penelitian pembelajaran
b. Membuat media pembelajaran anak
c. Membuat lembar observasi atau pengamatan
2. Hasil Pengamatan
Pada siklus 2 ini diamati oleh pengamat dengan melakukan pencatatan pada lembar
observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model permainan.
Tabel 4.3
Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran
No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √
Tabel 4.4
Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan
Ular Tangga
4 Awwanda Zayyinatus S. 3 3 3 3
10 M. Ilham Al Faruq 3 3 3 3
12 M. Ilham Adinugroho 3 3 3 3
13 Nadhira Firnanda 4 3 3 3
Jumlah 54 51 52 50
rata-rata 80.86
Pada siklus kedua ini, hasil penilaian belajar anak dalam rangka meningkatkan
kemampuan berhitung dengan menggunakan permainan ular tangga yakni pada aspek penilaian
membilang angka 1 - 20, hasil prosentasenya adalah sebesar 84,38%.
Untuk aspek penilaian berdasarkan pada aspek menunjuk bilangan/angka 1-20 pada
kegiatan permainan ular tangga ini, hasilnya yaitu sebesar 79,69%.
Untuk aspek penilaian berdasarkan pada aspek membuat urutan bilangan 1-20 pada
kegiatan ular tangga ini, hasilnya sebesar 81,25%.
Sedangkan untuk aspek penilaian pada permainan ular tangga berdasarkan pada
menghitung hasil penjumlahan 1 – 20 yakni sebesar 78,13%.
Prosentase keseluruhan dari hasil kegiatan permainan ular tangga diatas, dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
= 80,86 %
Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan pada siklus kedua, penilaian anak dalam
kegiatan pembelajaran berhitung melalui permainan ular tangga dikategorikan sudah mencapai
ketuntasan dengan prosentase sebesar 80,86%
C. Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, yakni siklus 1 dan siklus 2. Siklus 2 berisi
tentang perbaikan – perbaikan dalam pembelajaran siklus 1. Pembelajaran dalam siklus 1
dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2014 dan pembelajaran dalam siklus 2 dilaksanakan pada
tanggal 9 Desember 2014.
Pada siklus 1, pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung yang
meliputi kemampuan membilang 1-20 dengan benar, menunjukkan angka 1-20, membuat urutan
angka 1-20, menghitung hasil penjumlahan 1-20 menunjukkan prosentase hasil sebesar 63,28%
maka hasil demikain pembelajaran belum mencapai ketuntasan. Sehingga masih perlu dilakukan
perbaikan pada siklus 2 dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Pada siklus kedua dilakukan perbaikan sehingga hasil kemampuan anak dalam berhitung
dengan menggunakan permainan ular tangga mengalami peningkatan, yakni sebesar 80,86%.
Dari hasil tersebut maka pembelajaran dengan menggunakan permainan ini dikatakan tuntas.
Aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa selama proses pembelajaran
berlangsung cukup baik.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
permainan ular tangga dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung di Kelompok B TK
Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Dengan menggunakan pembelajaran melalui permainan ular tangga dalam
kegiatan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak. Ini diketahui dari
hasil analisis siklus I sebesar 63,28% dan pada siklus II menunjukkan peningkatan sebesar
80,86%.
2. Suasana kegiatan pembelajaran anak dari hasil observasi anak terlibat aktif dan
guru mampu menciptakan proses kegiatan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan
media yang sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran.
B. Saran
Dari hasil pelaksanaan penelitian kegiatan pembelajaran melalui permainan ular
tangga ini terdapat beberapa saran yang dapat diajukan yakni :
1. Bagi anak TK agar memotivasi diri untuk berani melakukan dan mencoba sendiri
dirumah hal-hal yang dipelajarinya ditaman kanak-kanak. Hal ini untuk lebih melatih
kemampuan anak dalam berhitung.
2. Bagi guru TK disarankan hendaknya menciptakan sebuah bentuk tugas yang
menyenangkan bagi anak.
3. Bagi kepala sekolah TK disarankan agar dapat memperhatikan, mendukung dan
memberikan fasilitas untuk membantu upaya guru dalam membantu perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk., 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Permainan Berhitung Di Taman Kanak-Kanak
, Jakarta: DirjenDikdasmen Direktorat Dikdas.
http://id.wikipedia.org/pembelajarankognitif,diakses 19 Maret 2012
Suparno, Paul, 2001, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius.
Suharsimi, Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: PT Rineka Cipta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
2004, Bandung: Citra Umbara.
_____, 2004, Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudlatul Athfal, Jakarta, Dirjen Manajemen
Dikdasmen, Direktorat Pembinaan TKdan SD.
_____, 2007, Pedoman Pembelajaran Kognitif Di Taman Kanak-Kanak , Jakarta, Dirjen Manajemen
Dikdas
Lampiran 1
Semester : I (Satu)
Minggu : …………..
Tema : ……………
Peneliti
No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √
10 M. Ilham Al Faruq 3 3 3 2
12 M. Ilham Adinugroho 3 3 2 1
13 Nadhira Firnanda 3 3 3 2
Jumlah 42 43 45 32
rata-rata 63.28
Lampiran 2
Persiapan Tindakan pada siklus 2
Pembelajaran dengan menggunakan permainan ular tangga dalam upaya
meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung
Langkah Pelaksanaan :
1. Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi
2. Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Guru menyiapkan media papan ular tangga
4. Guru menjelaskan cara melakukan permainan ular tangga
5. Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok sebelum melakukan
permainan ini.
6. Anak-anak melakukan permainan ular tangga secara bergantian
7. Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan kegiatan ini
8. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.
Semester : I (Satu)
Minggu : …………..
Tema : ……………
Peneliti
No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √
4 Awwanda Zayyinatus S. 3 3 3 3
10 M. Ilham Al Faruq 3 3 3 3
13 Nadhira Firnanda 4 3 3 3
Jumlah 54 51 52 50
rata-rata 80.86
0
Tambahkan komentar
3.
JAN
27
Disusun Oleh :
Hj. Ma’rifah, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pendidikan untuk anak merupakan salah satu unsur atau komponen dalam
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, keberadaam program ini sangat penting sebab
melalui program inilah semua rencana, pelaksanaan, pengembangan, penilaian dikendalikan.
Dalam hal ini penyelenggaraan pendidikan yang dinaungi oleh Departemen Pendidikan Nasional
yaitu TK (Taman Kanak-kanak) juga ikut serta menyukseskan program pendidikan anak usia
dini.
Pembelajaran di TK haruslah menarik, salah satu contohnya adalah dengan bermain,
karena bermain identik dengan anak-anak. Pembelajaran dengan bermain tidak hanya membuat
anak senang tetapi secara tidak disadari ada pembelajaran yang dilakukan. Penggunaan media
juga sangat penting dalam pembelajaran anak di TK. Media yang digunakan dalam pembelajaran
haruslah menarik sehingga dapat menarik minat anak untuk belajar.
Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran di tingkat TK seringkali kurang
menarik bagi anak. Ada beberapa hal yang menyebabkan demikian, diantaranya adalah bahasa
tubuh guru yang masih kaku, penyajian yang kurang menarik, dan alat peraga yang sangat
minim. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) guru dan anak didik kurang begitu
semangat anak cenderung bosan dengan tugas yang diberikan dan akhirnya menyepelekkan
pelajaran akibatnya proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) terhambat dan kurang maksimal.
Minimnya penggunaan alat peraga di TK juga mempengaruhi kegiatan belajar terutama
untuk pembelajaran berhitung. Mengajarkan anak usia TK materi berhitung dimulai dari yang
konkret terlebih dahulu sehingga media sangat penting untuk digunakan. Sehingga penggunaan
media sangat mempengaruhi tingkat belajar, semangat dan kemampuan anak dalam
pembelajaran berhitung.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis mengambil judul “Upaya
Meningkatkan Berhitung Permulaan Menggunakan Permainan Stick Angka di Kelompok A TK
Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah
menggunakan permainan stick angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan
pada anak kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan berhitung
permulaanmenggunakan permainan stick angka di kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan
Meduran Manyar Gresik.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai pendorong untuk pelaksanaan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orang tua
dan guru.
b. Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak didik
1) Membantu anak menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit.
2) Mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung.
3) Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.
4) Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang dan masa mendatang.
b. Bagi guru
1) Memudahkan guru untuk melatih ketrampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran
berhitung.
2) Guru dapat menerapkan pelajaran berhitung dengan menggunakan strategi bermain stick angka.
3) Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Bagi sekolah
1) Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien.
2) Sekolah akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran.
3) Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Berhitung Permulaan
Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah,
mengurangi serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika,
sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung siswa digunakan metode tes.
Metode tes adalah serentetan pertanyan atau latihan atau alat lain yang digunakan pada
lingkup perkembangan. Metode tes adalah termasuk metode non eksperimental. Berikut ini
adalah metode-metode eksperimental antara lain :
a. Metode pengamatan, suatu cara untuk mencatat tingkah laku tertentu dari orang yang diamati
dengan menggunakan pedoman observasi.
b. Metode survei, suatu metode yang digunakan untuk mempelajari beberapa masalah yang sulit
dipelajari melalui metode pengamatan dan menggunakan kuesioner atau wawancara.
c. Metode klinis, suatu metode yang digunakan untuk mengamati seseorang di tempat khusus yang
telah disediakan, sehingga dapat diketahui perilaku-perilaku dan pernyataan-pernyataannya yang
spontan dengan tujuan paedagogis atau medis.
d. Metode angket, suatu cara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau pertanyaan yang
diberikan kepada sejumlah orang yang harus dijawab, untuk kemudian dicari simpulan umum.
e. Metode wawancara, suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses
berpikir, proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah laku covert yang tidak
dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode observasi.
f. Metode sejarah kehidupan, suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku
seseorang dengan segala latar belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau wawancara
tentang masa lalu subjek.
g. Metode tes (pemeriksaan psikologis), suatu metode yang digunakan untuk memeriksa hal-hal
yang tidak dapat diketahui dengan metode-metode lain, seperti IQ, kepribadian, arah minat,
kecemasan dengan menggunakan tes psikodiagnostik.
Minat penelitian ilmiah tentang anak mendapat dorongan yang besar setelah G. Stanley
Hall mengawali penelitiannya tentang konsep anak (1891) dengan tekanan bahwa anak bukan
orang dewasa kecil. Pandangan ini diterima oleh murid-muridnya yang tidak lama kemudian
diikuti oleh banyak psikolog dan ahli pendidikan.
Berikut beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di taman kanak-
kanak sebagai berikut :
a. Tingkat perkembangan mental anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam pendidikan
anak. Artinya belajar sebgai proses membutuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis. Selain itu
kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.
Anak usia TK berada pada tahapan pra operasional kongkret dan berpikir intuitif dimana
anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada
interprestasi dan pengalamannya (persepsi sendiri).
b. Masa peka berhitung pada anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah
menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap,
untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan
tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur
matematika. Karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dan lingkungan.
Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi / rangsangan /
motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya.
c. Perkembangan awal menentukan perkembangan anak selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak
merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia
berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya
diamalkan akan sangat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Dalam studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson (dalam
Elizabet B. Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa “masa kanak-kanak merupakan
gambaran awal manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk akan berkembang
mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti”.
Selanjutnya Erikson menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung
bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali ia
belajar, sikap demikian akan mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan suasana sepanjang
hidup.
Crumley.F.E. dkk, Gagne R.M. dan Smith, dkk (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26)
menunjukkan bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak tahun-
tahun prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas telah memperlihatkan bahwa banyak
diantara mereka sangat buruk penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga tidak pernah dalam
suatu kelompok atau mempunyai banyak teman. Sebagai tambahan, banyak diantaranya
menderita kesulitan berbicara, sekolah, serta enuretik dan keluarga mereka menganggapnya
sebagai “anak yang penuh masalah”. Dari studi riwayat anak nakal, Glueck (dalam Elizabeth B
Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal, dapat
diidentifikasi sedini usia dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya.
2. Membuat Pola
Pola merupakan urutan dari warna, bentuk, benda, suara atau gerakan-gerakan yang
dilakukan berulang kali. Adapun beberapa macam pola, diantaranya :
a. Pola Visual
Pola visual merupakan pola yang tampak atau jelas dilihat oleh mata. Pola visual biasanya
terdapat pada bahan-bahan atau kain-kain.
b. Pola Auditori
Pola auditori atau pendengaran biasanya ditemukan dalam melodi musik, tepuk tangan dan
pengulangan bahasa atau suara-suara dari cerita atau permainan jari dan suara binatang seperti
kucing, kambing dan yang lainnya.
c. Pola Physic
Pola physic atau gerak terdapat dalam tarian, dan gerakan-gerakan yang berurutan.
Belajar dengan macam pola juga dapat membantu anak untuk mengembangkan
keterampilan berpikir seperti menganalisa (menguraikan) dan membuat sintesis (paduan
beberapa pengertian) dan mengasah keterampilan bahasa matematika.
Hal-hal yang perlu diingat dalam belajar tentang pola adalah dimulai dengan 2 pola yang
sederhana seperti AB. Setelah pola sederhana tersebut dikuasai anak bisa dilanjutkan ke pola
yang lebih sulit seperti ABC, AAB, AABB. Selain itu suatu pola juga dapat diperoleh melalui
identifikasi (tanda kenal atau penentu identitas benda atau sesuatu), mencocokan, menyalin dan
menciptakan pola.
3. Menyortir dan Mengelompokkan
Menyortir atau memilih dan mengelompokkan benda merupakan kegiatan umum yang
dilakukan oleh berbagai usia. Pada anak-anak, benda-benda yang dapat disortir dan
dikelompokkan adalah berbagai
4. Membandingkan
Kegiatan membandingkan yang biasa dilakukan oleh anak adalah membandingkan
ukuran, tekstur, warna dan kecepatan yang pada akhirnya mengarah pada kualitas atau
banyaknya sesuatu.
5. Konsep Angka
Pembelajaran konsep angka berkaitan dengan pemikiran tentang “Berapa banyak” suatu
benda. Konsep angka juga meliputi kegiatan berhitung. Satu per satu dan yang paling penting
adalah memahami angka yang dipelajari. Belajar memahami angka merupakan keterampilan
yang sangat mendasar bagi anak yang melakukan kegiatan yang bertalian dengan angka.
Pembelajaran berhitung berkaitan dengan pembelajaran urutan nama angka yang
digunakan untuk menamakan jumlah dari suatu benda.
Berbicara tentang konsep angka. Disini terdapat perbedaan antara angka dan bilangan.
Angka diartikan sebagai simbul (5). Sedangkan bilangan merupakan arti yang sesungguhnya dari
angka atau simbul 5.
6. Pemecahan Masalah
Problem solving atau pemecahan masalah merupakan suatu proses penyelesaian masalah
yang berkaitan dengan keterampilan matematika dan konsep. Problem solving dapat dilakukan di
berbagai tempat dan situasi seperti waktu makan atau snack, waktu berkumpul dalam lingkaran
(Circle time), diberbagai sudut atau area, di halaman bermain dan lain-lain.
Manfaat pemecahan masalah bagi anak adalah memberikan pengalaman berbagai pikiran
atau pendapat dengan anak-anak yang lain. Dan kemampuan anak dan memecahkan suatu
masalah akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak tersebut.
7. Ukuran dan Perkiraan
Dalam mempelajari keterampilan mengukur dan memperkirakan sesuatu, hendaklah
menggunakan benda kongkret. Dalam kegiatan ini anak dilibatkan untuk mengukur dan
memperkirakan sesuatu jangan hanya menjadi pengamat pasif. Adapun hal-hal yang dapat
digunakan untuk kegiatan mengukur adalah jam mengukur waktu, thermometer mengukur
temperature atau suhu, gelas mengukur kuantitas, skala mengukur luas dan lain-lain.
8. Waktu
Hal ini terasa sulit karena waktu merupakan konsep yang abstrak. Konsep waktu yang
dapat dilatih untuk dipahami anak adalah waktu sekarang, kemarin dan besok. Adapun waktu
yang dapat dibaca melalui jam atau kalender dapat dipahami anak setelah mereka memakai
konsep kemarin dan besok.
Cara yang dapat digunakan dalam mengenal konsep waktu adalah dengan menggunakan
jadwal kegiatan anak sehingga mereka mengetahui urutan kegiatan hari ini dan selanjutnya.
3. Jenis Bermain
Jenis bermain berdasarkan aktivitas fisik dan sumber kesenangan adalah sebagai berikut :
a. Bermain aktif, seorang anak melakukan sendiri dalam sumber rasa senang yang diperoleh anak
berasal dari apa yang dilakukan oleh anak itu sendiri.
b. Bermain pasif adalah anak melakukan kegiatan dengan sedikit menggunakan aktivitas fisik dan
sumber rasa senangnya diperoleh dari aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
4. Manfaat Bermain
a. Perkembangan fisik motorik
b. Perkembangan kognitif dan bahasa
c. Perkembangan sosial-emosional
6. Stick Angka
Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia, stick diartikan sebagai kata benda yang berarti
tongkat, batang,atau potongan. Sedangkan angka adalah simbol untuk hitungan dengan simbol
pokok yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat. Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian
tindakan sebagai “sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor
sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.
C. Subjek Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Meduran
Manyar Gresik yang berjumlah 11 siswa.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan
siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu :
SIKLUS – 2
1. Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1.
2. Pembelajaran tindakan 2
Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih ada pada siklus 1. Diharapkan pada
akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kemampuan berhitung dengan menggunakan permainan stick angka dapat teratasi.
3. Pelaksanaan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok A yang bertindak sebagai
peneliti bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama
kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak
lanjut.
4. Pembuatan analisis dan refleksi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus
2.
No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru
2 Membuat RKH
3 Alat atau sarana prasarana
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan
yang dilakukan
5 Penguasaan materi
Siswa
1 Perilaku siswa
2 Kreatifitas siswa
3 Hasil belajar siswa
Keterangan:
SB : Sangan baik C : Cukup
B : Baik. K : Kurang.
2. Penugasan atau pemberian tugas
Suatu penelitian dimana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak.
Pemberian tugas dapat dilakukan secara kelompok atau individu.
Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti
proses belajar mengajar atau menerima materi.
Tabel 3.2 Aspek Penilaian dalam Permainan dengan Menggunakan
Stick Angka
F. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan
mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Data yang didapat dari kegiatan anak yang diamati selama proses kegiatan berlangsung dilakukan
melalui observasi atau pengamatan langsung yang mana hasilnya ditulis dalam lembaran
observasi.
2. Data dari hasil kegiatan anak dapat dilihat dalam proses kegiatan anak berlangsung yakni ketika
anak bermain dengan stick angka.
(Suharsimi Arikunto,1998)
Keterangan:
x = nilai rata-rata
n = jumlah jawaban
N = jumlah anak
Prosentase keseluruhan analisis data dari penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran dihitung dengan
menggunakan rumus (Fuad Amsyari)
Keterangan:
X = nilai rata-rata
N = jumlah anak
Seorang anak dikatakan mencapai ketuntasan jika taraf penguasaan lebih dari 75% dan belum
A. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
a. Membuat rencana penelitian pembelajaran
b. Membuat media pembelajaran anak
c. Membuat lembar observasi atau pengamatan
2. Hasil Pengamatan
Pada pelaksanaan pertama diamati oleh pengamat dengan melakukan pencatatan pada
lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model permainan menggunakan stick angka.
Tabel 4.1
Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran
No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √
Tabel 4.2
Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berhitung Dengan Menggunakan Stick Angka
4 Alifatul Ifroh 2 3
5 M. Farid 4 4
6 Alvira Yuniar 3 3
7 Wachid Ahmadi 3 3
8 Abel Purwaningdya 2 3
10 M. Arif Satrio 4 3
Jumlah 31 33
Analisa data penilaian anak dalam kegiatan belajar berhitung melalui permainan stik
angka adalah sebagai berikut :
= 72,72 %
Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan pada siklus pertama, penilaian anak dalam
kegiatan pembelajaran berhitung melalui permainan stick angka dikategorikan belum mencapai
ketuntasan dengan prosentase sebesar 72,72%
B. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
a. Membuat rencana penelitian pembelajaran
b. Membuat media pembelajaran anak
c. Membuat lembar observasi atau pengamatan
2. Hasil Pengamatan
Pada siklus 2 ini diamati oleh pengamat dengan melakukan pencatatan pada lembar
observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model permainan.
Tabel 4.3
Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran
No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √
Tabel 4.4
Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berhitung Dengan Menggunakan Stick Angka
4 Alifatul Ifroh 3 3
5 M. Farid 4 4
6 Alvira Yuniar 4 4
7 Wachid Ahmadi 4 3
8 Abel Purwaningdya 4 4
10 M. Arif Satrio 4 4
Jumlah 38 40
Analisa data penilaian anak dalam kegiatan belajar melalui permainan kartu huruf
hijaiyah adalah sebagai berikut :
= 88,63 %
Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan dari siklus kedua. Penilaian anak dalam
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhitung melalui permainan stick angka
dikategorikan tuntas dengan prosentase sebesar 88,63%
C. Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, yakni siklus 1 dan siklus 2. Siklus 2 berisi
tentang perbaikan – perbaikan dalam pembelajaran siklus 1. Pembelajaran dalam siklus 1
dilaksanakan pada tanggal 17 Nopember 2014 dan pembelajaran dalam siklus 2 dilaksanakan
pada tanggal 24 Nopember 2014.
Pada siklus 1, pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung yang
meliputi kemampuan membilang 1-10 dengan benar dan kemampuan menghitung banyak benda
1-10 sudah tuntas. Tetapi masih dilakukan perbaikan pada siklus 2 dengan tujuan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
Kemampuan anak dalam berhitung mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada
siklus 1 kemampuan anak mencapai 72,72%, akan tetapi pada siklus 2 kemampuan anak
mengalami peningkatan sebesar 88,63%.
Aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa selama proses pembelajaran
berlangsung cukup baik.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
permainan stick angka dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung di Kelompok A TK
Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Dengan menggunakan permainan stick angka ini, pembelajaran berlangsung
dengan baik.
2. Dengan menggunakan pembelajaran melalui permainan stick angka dalam
kegiatan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berhitung. Ini diketahui dari hasil
analisis siklus I sebesar 72,72% dan pada siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 88,63%.
3. Suasana kegiatan pembelajaran anak dari hasil observasi anak terlibat aktif dan
guru mampu menciptakan proses kegiatan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan
media yang sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran.
B. Saran
Dari hasil pelaksanaan penelitian kegiatan pembelajaran melalui permainan stick angka
ini terdapat beberapa saran yang dapat diajukan yakni :
1. Bagi anak TK agar memotivasi diri untuk berani melakukan dan mencoba sendiri
dirumah hal-hal yang dipelajarinya ditaman kanak-kanak. Hal ini untuk lebih melatih
kemampuan anak dalam berhitung.
2. Bagi guru TK disarankan hendaknya menciptakan sebuah bentuk tugas yang
menyenangkan bagi anak.
3. Bagi kepala sekolah TK disarankan agar dapat memperhatikan, mendukung dan
memberikan fasilitas untuk membantu upaya guru dalam membantu perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
Langkah Pelaksanaan :
1. Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi
2. Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Guru menyiapkan media stick angka
4. Guru menjelaskan tugas-tugas yang akan dikerjakan
5. Guru meletakkan semua stick angka diatas meja, kemudian menyuruh anak
untuk membaca angka yang terdapat pada setiap stick
6. Anak mencoba menyusun stick angka tersebut dimulai dari angka 1 – 10
(membilang angka 1-10)
7. Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan kegiatan ini
8. Guru menyuruh anak untuk menghitung banyak benda yang telah disediakan
kemudian memasangkan dengan stick angka yang sesuai dengan jumlah benda
tersebut
9. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.
Peneliti
No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √
4 Alifatul Ifroh 2 3
5 M. Farid 4 4
6 Alvira Yuniar 3 3
7 Wachid Ahmadi 3 3
8 Abel Purwaningdya 2 3
10 M. Arif Satrio 4 3
Jumlah 31 33
Lampiran 2
Persiapan Tindakan 2 (Siklus 2)
Pembelajaran dengan menggunakan permainan stick angka dalam upaya
meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung
Langkah Pelaksanaan :
1. Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi
2. Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Guru menyiapkan media stick angka
4. Guru menjelaskan tugas-tugas yang akan dikerjakan
5. Guru meletakkan semua stick angka diatas meja, kemudian menyuruh anak
untuk membaca angka yang terdapat pada setiap stick
6. Anak mencoba menyusun stick angka tersebut dimulai dari angka 1 – 10
(membilang angka 1-10)
7. Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan kegiatan ini
8. Guru menyuruh anak untuk menghitung banyak benda yang telah disediakan
kemudian memasangkan dengan stick angka yang sesuai dengan jumlah benda
tersebut
9. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.
h, S.Pd.
No Observasi SB B C K
Guru
1 Kesiapan guru √
2 Membuat RKH √
3 Alat atau sarana prasarana √
4 Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan √
yang dilakukan
5 Penguasaan materi √
Siswa
1 Perilaku siswa √
2 Kreatifitas siswa √
3 Hasil belajar siswa √
4 Alifatul Ifroh 3 3
5 M. Farid 4 4
6 Alvira Yuniar 4 4
7 Wachid Ahmadi 4 3
8 Abel Purwaningdya 4 4
9 Evelyn Dwi Ramadhani 3 3
10 M. Arif Satrio 4 4
Jumlah 38 40
0
Tambahkan komentar
4.
JAN
27
Disusun Oleh :
Hj. Ma’rifah, S.Pd.
NIP. 19671206 198803 2 007
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran di TK lebih ditujukan untuk mengembangkan sikap dan prilaku
melalui pembiasaan dan mengembangkan kemampuan dasar anak mempersiapkan diri untuk
masuk sekolah, kemampuannya dalam hal tersebut meliputi Nilai Agama Moral (NAM),
Kognitif, Bahasa, Fisik Motorik, dan Sosial Emosional. Jadi, upaya pengembangan anak pada
usia dini lebih ditujukan untuk mengembangkan anak secara utuh, menyeluruh, yaitu
mengoptimalkan perkembangan sosial, intelektual, bahasa, emosi, dan fisik anak.
Pembelajaran bahasa pada anak TK khususnya mengenal huruf hijaiyah dimulai da
ri kemampuan anak dalam mengenal huruf-huruf hijaiyyah. Tahap pertama belajar mambaca dan
menulis adalah mengenal huruf-huruf hijaiyyah, berbeda dengan belajar manggambar atau
mewarnai, belajar mengenal huruf hijaiyyah dan membutuhkan daya ingat yang kuat, karena itu
diperlukan media kartu huruf hijaiyyah dan metode yang tepat agar anak mudah mengingat
setiap huruf-huruf khususnya huruf hijaiyyah.
Untuk meningkatkan kemampuan anak mengenalkan huruf hijaiyyah guru mencoba
menggunakan strategi pembelajaran melalui kartu huruf yang begitu disenangi oleh anak. Hal ini
dapat menarik minat dan semangat belajar anak mengenal huruf-huruf hijaiyah, setiap huruf-
huruf hijaiyah yang dipelajari, disertai gambar yang menarik. Anak menjadi terkesan dan
semangat dalam belajar. Dengan demikian, anak mudah mengingat setiap huruf-huruf hijaiyah
yang dipelajari. Diharapkan setelah semua huruf-huruf dikenalkan, memudahkan anak untuk
membaca pada waktu yang akan datang.
Berdasarkan uraian diatas,
maka penulis berpendapat bahwa pengenalan huruf hijaiyyah sangatlah penting bagi
perkembangan anak, maka peneliti merasa perlu mengadakan penelitian dengan judul “
Permainan Kartu Huruf Hijaiyah Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Anak Mengenal
Huruf Hijaiyah di Kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana permainan kartu huruf Hijaiyah
dalam upaya meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah di Kelompok A TK
Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui permainan kartu huruf Hijaiyah dalam
upaya meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah di Kelompok A TK Dharma
Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk :
1. Dapat membuka cakrawala dunia anak dan menambah pengetahuan dan wawasan sehingga
termotivasi untuk menjadi guru yang inisiator
2. Dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan dan memanfaatkan media dalam
pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk
penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan
dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung
jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama pada penelitian tindakan
ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam
penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini
dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran
2014 - 2015.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan
Meduran Manyar Gresik.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan
siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu :
SIKLUS – 2
1. Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1.
2. Pembelajaran tindakan 2
Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih ada pada siklus 1. Diharapkan pada
akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran kemampuan mengenal huruf
hijaiyyah melalui permainan kartu dapat diatasi.
3. Pelaksanaan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok A yang bertindak sebagai
peneliti bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama
kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak
lanjut.
4. Pembuatan analisis dan refleksi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus
2.
D. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan
mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Data yang didapat dari kegiatan anak yang diamati selama proses kegiatan berlangsung dilakukan
melalui observasi atau pengamatan langsung yang mana hasilnya ditulis dalam lembaran
observasi.
2. Data dari hasil kegiatan anak dapat dilihat dalam proses kegiatan anak berlangsung yakni ketika
anak bermain kartu huruf.
(Suharsimi Arikunto,1998)
Keterangan:
x = nilai rata-rata
n = jumlah jawaban
N = jumlah anak
Prosentase keseluruhan analisis data dari penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran dihitung dengan
Keterangan:
X = nilai rata-rata
N = jumlah anak
Seorang anak dikatakan mencapai ketuntasan jika taraf penguasaan lebih dari 75% dan belum
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
a. Membuat rencana penelitian pembelajaran
b. Membuat media pembelajaran anak
c. Membuat lembar observasi atau pengamatan
2. Hasil Pengamatan
Pada pelaksanaan pertama diamati oleh pengamat dan teman dengan melakukan
pencatatan pada lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada
saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model permainan kartu huruf hijaiyah.
Tabel 4.1
Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran
Ada
No Aspek Yang Diobservasi
Ya Tidak
1 Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan √
2 Model pengembangan kegiatan untuk anak √
3 Alat peraga edukatif yang digunakan √
4 Penggunaan alat permainan dalam kegiatan pembelajaran √
5 Pemberian motivasi √
6 Kegiatan pembelajaran anak √
7 Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran √
8 Ketrampilan pendidik dalam kegiatan pembelajaran √
Tabel 4.2
Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan
Mengenal Huruf Hijaiyah Melalui Permainan Kartu
No Nama Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran
Sikap positif terhadap
Kemampuan Mengenal
kegiatan
Huruf Hijaiyah (1-7)
pembelajaran
1 Muhammad Maulana malik 2 3
4 Alifatul Ifroh 2 2
5 M. Farid 4 4
6 Alvira Yuniar 3 3
7 Wachid Ahmadi 3 3
8 Abel Purwaningdya 3 2
10 M. Arif Satrio 4 4
Muhammad Ghatfan
11 3 3
Arendra
Jumlah 32 32
Analisa data penilaian anak dalam kegiatan belajar mengenal huruf hijaiyah (1-
7) melalui permainan kartu huruf hijaiyah adalah sebagai berikut :
Hasil perhitungan data berdasarkan sikap positif anak saat kegiatan pembelajaran
berlangsung adalah prosentasenya sebesar 72,73%.
Penghitungan hasil pengumpulan data berdasarkan kemampuan melafalkan huruf
hijaiyah (1-7) baik secara berurutan maupun secara acak melalui permainan kartu huruf hijaiyah
(1-7), dalam kegiatan ini menunjukkan prosentase sebesar 72,73%.
Prosentase keseluruhan dari analisis data dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
= 72,73 %
Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan pada siklus pertama. Penilaian anak dalam
kegiatan pembelajaran mengenal huruf hijaiyah melalui permainan kartu huruf hijaiyah
dikategorikan belum mencapai ketuntasan dengan prosentase sebesar 72,73%
B. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
a. Membuat rencana penelitian pembelajaran
b. Membuat media pembelajaran anak
c. Membuat lembar observasi atau pengamatan
2. Hasil Pengamatan
Pada siklus 2 ini diamati oleh pengamat dan teman dengan melakukan pencatatan pada
lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model permainan kartu huruf hijaiyah.
Tabel 4.3
Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran
Ada
No Aspek Yang Diobservasi
Ya Tidak
1 Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan √
2 Model pengembangan kegiatan untuk anak √
3 Alat peraga edukatif yang digunakan √
4 Penggunaan alat permainan dalam kegiatan pembelajaran √
5 Pemberian motivasi √
6 Kegiatan pembelajaran anak √
7 Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran √
8 Ketrampilan pendidik dalam kegiatan pembelajaran √
Tabel 4.4
Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan
Mengenal Huruf Hijaiyyah Melalui Perminan Kartu
Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran
No Nama Sikap positif terhadap Kemampuan Mengenal
kegiatan pembelajaran Huruf Hijaiyah (1-7)
1 Muhammad Maulana malik 3 3
4 Alifatul Ifroh 3 3
5 M. Farid 4 4
6 Alvira Yuniar 4 4
7 Wachid Ahmadi 4 3
8 Abel Purwaningdya 3 4
10 M. Arif Satrio 4 4
Jumlah 37 40
Analisa data penilaian anak dalam kegiatan belajar melalui permainan kartu huruf
hijaiyah adalah sebagai berikut :
Hasil perhitungan data berdasarkan sikap positif anak saat kegiatan pembelajaran
berlangsung pada siklus 2 prosentasenya sebesar 84,09%.
Penghitungan hasil pengumpulan data berdasarkan kemampuan melafalkan huruf
hijaiyah (1-7) baik secara berurutan maupun secara acak melalui permainan kartu huruf hijaiyah
(1-7), dalam kegiatan ini menunjukkan prosentase sebesar 90,91%.
Prosentase keseluruhan dari analisis data dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
= 87,5 %
Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan dari siklus kedua. Penilaian anak dalam
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf hijaiyah melalui permainan
kartu huruf hijaiyah dikategorikan tuntas dengan prosentase sebesar 87,5%
C. Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, yakni siklus 1 dan siklus 2. Siklus 2 berisi
tentang perbaikan – perbaikan dalam pembelajaran siklus 1. Pembelajaran dalam siklus 1
dilaksanakan pada tanggal 16 September 2014 dan pembelajaran dalam siklus 2 dilaksanakan
pada tanggal 23 September 2014.
Pada siklus 1, sikap postif anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran ini masih kurang
atau kecil atau hanya 72,73 % tetapi pada siklus 2 mengalami peningkatan sebesar 84,09%. Hal
ini terjadi dikarenakan pada siklus 1 model pembelajaran ini masih baru bagi anak akan tetapi
pada siklus 2 anak-anak sudah mulai menyukai pembelajaran dengan permainan kartu huruf
hijaiyah ini.
Aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa selama proses pembelajaran
berlangsung cukup baik.
Kemampuan anak dalam mengenal huruf hijaiyah melalui permainan kartu huruf hijaiyah
mengalami peningkatan. Pada siklus 1 kemampuan anak mencapai 72,73%, akan tetapi pada
siklus 2 kemampuan anak mengalami peningkatan sebesar 90,91%.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan
kartu huruf hijaiyyah dalam upaya meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah di
Kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan permainan kartu huruf hijaiyah ini, sikap postif anak dalam
kegiatan pembelajaran sangat baik
2. Dengan menggunakan pembelajaran melalui permainan kartu huruf hijaiyah
dalam kegiatan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf hijaiyah. Ini
diketahui dari hasil analisis siklus I sebesar 72,73% dan pada siklus II menunjukkan peningkatan
sebesar 90,91%.
3. Suasana kegiatan pembelajaran anak dari hasil observasi anak terlibat aktif dan
guru mampu menciptakan proses kegiatan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan
media yang sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran.
B. Saran
Dari hasil pelaksanaan penelitian kegiatan pembelajaran melalui permainan kartu huruf
hijaiyyah ini terdapat beberapa saran yang dapat diajukan yakni :
1. Bagi anak TK agar memotivasi diri untuk berani melakukan dan mencoba sendiri
dirumah hal-hal yang dipelajarinya ditaman kanak-kanak. Hal ini untuk lebih melatih anak
mengenal huruf hijaiyyah agar bisa menulis dan membaca Al-Qur’an dengan baik.
2. Bagi guru TK disarankan hendaknya menciptakan sebuah bentuk tugas yang
menyenangkan bagi anak.
3. Bagi kepala sekolah TK disarankan agar dapat memperhatikan, mendukung dan
memberikan fasilitas untuk membantu upaya guru dalam membantu perkembangan anak
mengenal huruf-huruf hijaiyyah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas. 2010. Kumpulan Pedoman Pembelajaran Taman Kanak-kanak. Jakarta : Ditjen
Kemendiknas
Freeman & Munandar. 1997. Bermain dan Belajar. Jakarta : PT Grasindo.
Kartini. 2011. Peningkatan kemampuan anak mengenal huruf melalui metode bermain kartu kata.
Moleong, Lekxy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bantung: PT Remaja
Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta : PT
Grasindo.
Sujana, Nana. 1997. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah (Makalah – Skripsi – Tesis –
disertasi) Jakarta: Sinar Baru Algensindo.
Sumartono, Sri Setiani. 2007. Permainan Kreatif untuk anak usia dini. Jakarta : Gramedia Majalah
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Lampiran 1
Semester : I (Satu)
Minggu : …………..
Tema : ……………
S.Pd.
Ada
No Aspek Yang Diobservasi
Ya Tidak
1 Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan √
2 Model pengembangan kegiatan untuk anak √
3 Alat peraga edukatif yang digunakan √
4 Penggunaan alat permainan dalam kegiatan pembelajaran √
5 Pemberian motivasi √
6 Kegiatan pembelajaran anak √
7 Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran √
8 Ketrampilan pendidik dalam kegiatan pembelajaran √
5 M. Farid 4 4
6 Alvira Yuniar 3 3
7 Wachid Ahmadi 3 3
8 Abel Purwaningdya 3 2
10 M. Arif Satrio 4 4
Muhammad Ghatfan
11 3 3
Arendra
Jumlah 32 32
Lampiran 2
Persiapan Tindakan 2 (Siklus 2)
Pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu huruf Hijaiyah dalam upaya
meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah
Semester : I (Satu)
Minggu : …………..
Tema : ……………
Peneliti
Ada
No Aspek Yang Diobservasi
Ya Tidak
1 Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan √
2 Model pengembangan kegiatan untuk anak √
3 Alat peraga edukatif yang digunakan √
4 Penggunaan alat permainan dalam kegiatan pembelajaran √
5 Pemberian motivasi √
6 Kegiatan pembelajaran anak √
7 Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran √
8 Ketrampilan pendidik dalam kegiatan pembelajaran √
5 M. Farid 4 4
6 Alvira Yuniar 4 4
7 Wachid Ahmadi 4 3
8 Abel Purwaningdya 3 4
10 M. Arif Satrio 4 4
Jumlah 37 40
2
Lihat komentar
Memuat