Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang
paling banyak terjadi bagi wanita. Kanker Serviks sering juga disebut dengan kanker
mulut rahim. Kanker Serviks merupakan penyakit kanker kedua terbanyak yang
dialami oleh wanita di seluruh dunia. Menurut International Agency for Research on
Cancer (IARC), 85% dari kasus kanker di dunia, yang berjumlah sekitar 493.000
dengan 273.000 kematian, terjadi di Negara-negara berkembang. Di Indonesia
pengidap Ca Cervixadalah terbanyak diantara pengidap kanker lainnya, bahkan di
seluruh dunia adalah nomer kedua setelah Cina (FK UGM, 2010). Berdasarkan
penelitian di Jakarta, Semarang, Jogjakarta, dan Surabayaternyata kanker leher rahim
juga menduduki urutan dengan proporsi 25 – 45 % penderita melebihi kanker
payudara yang baru mencapai 10 – 20 %. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan
RI adalah 100 per 100.000 penduduk. UntukJakarta sebanyak 7.000 penderita dan
kira-kira seperlimanya adalah penderita kanker leher rahim (Tara, 2001). Begitu pula
data penderitakanker serviks yangdirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik (RSUP HAM) Medan didapat rata-rata 120 orang penderita kanker serviks yang
dirawat perbulan (Laporan Ruangan Rindu B 1 Obgin, 2012).
Kanker serviks adalah tumor ganas yangtumbuh di daerah leher rahim (serviks).
Kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan di Indonesia.
Setiap satu jam perempuan Indonesia meninggal dunia karena kanker dalam tiga dasa
warsa terakhir. Tingginya angka kematian itu akibat terlambatnyapenanganan, sekitar
70% datang dengan kondisi stadium lanjut. Kanker serviks merupakan kanker
tersering pada wanita dan merupakan penyebab kematian terbanyak nomor 3 di
seluruh dunia penyebab kematian nomor 1 di negara berkembang. Laporan WHO
menunjukan kasus kanker serviks semakin meningkat di seluruh dunia, dimana
diperkirakan 10 juta kasus baru pertahun dan akan meningkat akan menjadi 15 juta
kasus pada tahun 2020. Sampai saat ini, insiden kanker serviks dalam hal morbiditas
dan mortalitas belum menunjukan hasil penurunan yang signifikan. Bukti kuat
pendukung kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV),
dengan risiko tertinggi Human Papiloma Virus (HPV) subtipe genital meningkatkan
risiko beragam penularan (Suhartono, 2007). Data setiap tahun sekitar 500.000
perempuan di Indonesia didiagnosis terinfeksi kanker serviks. Dari jumlah itu, sekitar
270.000 penderita meninggal dunia. Di Indonesia, kanker serviks telah menjadi
pembunuh nomor satu dari keseluruhan kanker. Kanker serviks merupakan penyakit
kanker paling umum 2kedua yang biasa diderita perempuan berusia 20–25 tahun.Di
Indonesia, kanker serviks merupakan kasus terbanyak dan hampir 70% -nya
ditemukan dalamkondisi stadium lanjut (≥ stadium IIB). Hal ini karena masih
rentannya pelaksanaan skrining, yaitu ≤ 5%. Padahal, pelaksanaan skrining yang ideal
adalah 80%. Coba kita bandingkan dengan populasi penduduk indonesia tahun 2008
yang berjumlah 230 juta jiwa. Angka 5% adalah angka yang sangat kecil sekali.
Padahal wanita yang beresiko terkena kanker serviks adalah 58 juta wanita pada usia
15–64 tahun dan 10 juta wanita pada usia 10–14 tahun. Oleh karena itu, tidak
mengejutkan jika jumlah kasus baru kanker serviks mencapai 40–45 wanita perhari
dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks mencapai 20–25 wanita perhari
(Samadi, 2011).
1.2. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Definisi ca.Serviks ?
B. Apa Etiologi ca.Serviks ?
C. Bagaimana patofisiologi ca.serviks ?
D. Bagaimana tanda dan gejala ca.serviks ?
E. Bagaimana Komplikasi ca.serviks ?
F. Bagaimana pemeriksaan ca.serviks ?
G. Bagaimana Penatalaksanaan ca.serviks ?
H. Bagaimana asuhan keperawatan ca.serviks ?

1.3. TUJUAN
A. Mengetahui definisi ca.serviks
B. Mengetahui etiologi ca.serviks
C. Mengetahui patofisiologi ca.serviks
D. Mengetahui tanda dan gejala ca.serviks
E. Mengetahui Komplikasi ca.serviks
F. Mengetahui pemeriksaan ca.serviks
G. Mengetahui Penatalaksanaan ca.serviks
H. Mengetahui asuhan keperawatan ca.serviks
1.4. MANFAAT
Makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan ca.cervik ini bisa bermanfaat bagi
penulis secara pribadi dan juga bermanfaat bagi pembaca secara luas sebagai
pembelajaran
BAB II
KONSEP MEDIK
2.1. DEFINISI
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik yaitu keganasan yang
terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang
menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2009).
Karsinoma serviks uteri (Ca serviks) adalah tumor ganas pada leher rahim,
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita.Kanker serviks adalah penyakit
akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan
jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (Lynda, 2010)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahimatau serviks
yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempelpada puncak vagina.
( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa
columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia. 2010)
Kanker servik merupakan kanker pembunuh nomor satu pada wanita di dunia
ketiga. Epidemiologi menunjukkan bahwa kanker ini merupakan penyakit menular
seksual (Suharto 2009).

2.2. KLASIFIKASI
Klasifikasi dari Temuan TNM FIGO Bedah – patologis

- Tahapan Kategori
1. TX : tumor primer tidak dapat dinilai
2. T0 : ada bukti tumor primer
3. Tis : Karsinoma in situ ( karsinoma preinvasive )
4. Karsinoma T1 I : serviks terbatas pada serviks ( perluasan mengabaikan untuk
korpus )
5. T1a IA : Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop ; invasi stroma
dengan kedalaman maksimum 5.0 mm diukur dari dasar epitel dan penyebaran
horizontal 7,0 mm atau kurang ; Keterlibatan ruang vaskuler , vena atau limfatik ,
tidak mempengaruhi klasifikasi
6. T1a1 IA1 : Diukur invasi stroma ≤ 3,0 mm secara mendalam dan ≤ 7,0 mm di
spread horisontal
7. T1a2 IA2 :Diukur invasi stroma > 3,0 mm dan ≤ 5.0 mm dengan penyebaran
horisontal ≤ 7,0 mm
8. T1b IB : klinis terlihat lesi terbatas pada serviks atau lesi mikroskopik lebih
besar dari T1a / IA2
9. T1b1 IB1 : lesi klinis terlihat ≤ 4.0 cm dalam dimensi terbesar
10. T1b2 IB2 :klinis terlihat lesi > 4.0 cm dalam dimensi terbesar
11. T2 II : serviks karsinoma Menginvasi luar rahim tetapi tidak untuk dinding
panggul atau menurunkan ketiga vagina
12. T2a IIA : tanpa invasi parametrium
13. T2a1 IIA1 : lesi klinis terlihat ≤ 4.0 cm dalam dimensi terbesar
14. T2a2 IIA2 : klinis terlihat lesi > 4.0 cm dalam dimensi terbesar
15. T2b IIB : Tumor dengan invasi parametrium
16. T3 III : Tumor meluas ke dinding panggul dan / atau melibatkan sepertiga
bagian bawah vagina dan / atau menyebabkan hidronefrosis atau nonfungsional
ginjal
17. T3a IIIA : Tumor melibatkan sepertiga bagian bawah vagina , tidak ada ekstensi
untuk dinding panggul
18. T3b IIIB : Tumor meluas ke dinding panggul dan / atau menyebabkan
hidronefrosis atau nonfungsional ginjal
19. T4 IV : Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan / atau
melampaui panggul yang benar ( edema bulosa tidak cukup untuk
mengklasifikasikan tumor sebagai T4 )
20. T4a IVA :Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum ( edema bulosa
tidak cukup untuk mengklasifikasikan tumor sebagai T4 )
21. T4b IVB : Tumor melampaui panggul benar
2.3. ETILOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol, antara lain:

a. Umur
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap
masih terlalu muda.
b. Jumlah kehamilan dan partus
`Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
d. Infeksi virus.
Infeksi HPV (Human papiloma virus)yang beresiko tinggi menyebabkan kanker
leher rahim yang ditularkan melalui hubungan seksual (sexually transmitted disease).
Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun, sampai tiga puluhan,
walaupun kankernya sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya. Infeksi virus
HPV yang berisiko tinggi menjadi kanker adalah tipe 16, 18, 45, 56 dimana HPV tipe
16 dan 18 ditemukan pada sekitar 70% kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat
mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi
(high-grade intraepithelial lesion/ LISDT) yang merupakan lesi. (yatim,faisal,2010)

2.4. PATOFISIOLOGI

Cerviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan
endoserviks kanalisis serviks yang dibuat sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Pada
wanita muda SCJ ini berada diluar OUE, sedang pada wanita berumur >35 th, SCJ berada
didalam kanalis servikalis pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi
tanda-tanda dan keluhan ada pemeriksaan dengan speculum, tampak parsio yang erosive
(metaplasia skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh sebagai
berikut:

a) Eksofitik, mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
b) Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
c) Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dan
melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH
vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2
SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat
pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. (Rahmawan, 2009).

Daerah di antara kedua SSK (Sel skuamosa karsinoma) ini disebut daerah
transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel
secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi
ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal
dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human
papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut
dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami
kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah
gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana
basalis masih utuh.(Rahmawan, 2009).

Kanker insitu pada servik adalah keadaan dimana sel neoplastik terjadi pada
seluruh lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia servik
intraephitelia (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat II
sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker servik pendarahan
merupakan satu-satunya gejala yang nyata, tetapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap
lanjut. Sedang kan tahap awal tidak. (pince, sylvia A, 2010).
Usia, Jumlah kehamilah partus jumlah
perkawinan, infeksi HPV

Mitosis sel eksoservik &


endoserviks

Hiperterm
Metaplasia skuamosa i

Demam
Perubahan struktur sel
& fungsi sel-sel normal
termoregulasi

Aktivasi regenerasi pelepasan med.kimiawi


sel meningkat
( prostaglandin )

Sel - sel merangsang hipotalamus


ganas/karsinoma

Invasi Patogen
Kanker

Dilakukan non Menembus sel epitel Dapat menekan Vaskularisasi


pembedahan, kemoterapi jaringan sekitar jaringan

Struma serviks
Mual Muntah Iskemia jaringan Peradangan
endo & ekso

Meluas ke
Penurunan berat badan Nekrosis jaringan
jaringan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Pembuluh limfa & Menekan ujung Keputihan, bau
vena saraf simpatik busuk , gatal

Dinding pembuluh Respon nyeri Kurangnya


terdesak pengetahuan tentang
gejala dan penyakit
Nyeri
Perdarahan kronik
spontan Defisiensi
Pengetahuan

Kekurangan Volume Cairan Timbul rasa khawatir

Cemas Ansietas

sumber :

1. Sylvia A. Prince, 2007.

2. Rahmawan, 2009

2.5. MANIFSTASI KLINIS


a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosisjaringan.
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium praklinik (karsinoma insitu dan
mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering tidak
dijumpai gejala. Awalnya, keluar cairan mukus yang encer, keputihan seperti krem
tidak gatal,kemudian menjadi merah muda lalu kecoklatan dan sangat berbau bahkan
sampai dapat tercium oleh seisi rumah penderita. Bau ini timbul karena ada jaringan
nekrosis (Aziz M.F.,Saifuddin A.B., 2010).
b. Ada perdarahan tidak normal.
Awal stadium invasif, keluhan yang timbul adalah perdarahan di luar siklus haid,
yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama makin banyak atau perdarahan terjadi
di antara 2 masa haid.Perdarahan terjadi akibat terbukanya pembuluh darah disertai
dengan pengeluaran sekret berbau busuk,bila perdarahan berlanjut lama dan semakin
sering akan menyebabkan penderita menjadi sangat anemis dan dan dapat terjadi
shock, dijumpai pada penderita kanker serviks stadium lanjut (Aziz M.F. dan
Saifuddin A.B.2010).
c. Perdarahan yang dialami segera setelah berhubungan ( 75% - 80% ).
Keluhan ini sering dijumpai pada awal stadium invasif, biasanya timbul
perdarahan setelah berhubungan. Hal ini terjadi akibat trauma pada permukaan
serviks yang telah mengalami lesi (Rasjidi Imam, 2010).
d. Nyeri dibagian daerah panggul
Rasa nyeri ini dirasakan di bawah perut bagian bawah sekitar panggul yang
biasanya unilateral yang terasa menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri
bersifat progresif sering dimulai dengan “Low Back Pain” di daerah lumbal, menjalar
ke pelvis dan tungkai bawah, gangguan miksi dan berat badan semakin lama semakin
menurun khususnya pada penderita stadium lanjut.bila kanker sudah berada pada
stadium 3, maka akan mengalami pembengkakan dibagian tubuh seperti, betis, paha,
tangan dan sebagiannya ( RamaDiananda, 2009 )

2.6. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung pada
stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu: histerektomi, radiasi
dan kemoterapi.
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan
stadium kanker serviks :
a. Stadium 0: konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut dengan basis
pada partio, untuk tujuan diagnostik/terapeutik).
b. Stadium IA: simple histerektomi (histerektomi total).
c. Stadium IB dan IIA: histerektomi dan chemoterapi
d. Stadium IV: Radiasi paliatif
2.7. PENCEGAHAN
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum
menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi
karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Atas
dasar itulah, di beberapa negara pemeriksaan sitologi vagina merupakan pemeriksaan
rutin yang dilakukan kepada para ibu hamil, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi
bila ditemukan hasil yang mencurigakan.

Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan janin dapat
dipertahankan dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa mencapai hampir 100%. Malahan
sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn dari New York
University Medical Centre , dr. Steven R. Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini.
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk
skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear adalah
suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou pada tahun
1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini
mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau
menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-
wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini.
50% kasus baru kanker serviks terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak pernah
melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita mau melakukan pemeriksaan
ini, maka penyakit ini suatu hari bisa saja diatasi.

2.8. KOMPLIKASI
a. Pendarahan
Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan, mengakibatkan pendarahan. Perdarahan
dapat terjadi pada vagina, rektum (bagian belakang), atau mungkin mengeluarkan
darah ketika buang air kecil.
b. Gagal ginjal
Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang keluar
dari tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ureter. Dalam beberapa kasus
kanker serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan jaringan abnormal)
dapat menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Sehingga urin
tertampung dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat menyebabkan
ginjal menjadi bengkak dan rusak.
c. Pembekuan Fistula
Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun menyedihkan
yang terjadi di sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks stadium lanjut. Fistula
adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh. Dalam
kebanyakan kasus yang melibatkan kanker serviks, fistula berkembang antara
kandung kemih dan vagina. Dan kadang-kadang fistula berkembang antara vagina
dan dubur.

2.9. PROGNOSIS
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap
pengobatan, 95 % mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang
menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi
karena lewat deteksi dini, perkembangan kanker seviks dapat diobati dengan radioterapi.
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis dalam angka kejadian kanker
serviks, antara lain :
a. Usia penderita
b. Keadaan umum
c. Tingkat klinis keganasan
d. Ciri - ciri histologik sel kanker
e. Kemampuan tim kesehatan untuk menangani
f. Sarana pengobatan yang tersedia
sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1
Stadium Penyebaran kanker serviks % Harapan Hidup 5
Tahun
0 Karsinoma insitu 100
I Terbatas pada uterus 85
II Menyerang luar uterus tetapi meluas 60
ke dinding pelvis
III Meluas ke dinding pelvis dan atau 33
sepertiga bawah vagina atau
hidronefrosis
IV Menyerang mukosa kandung kemih 7
atau rektum atau meluas keluar pelvis
sebenarnya

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
 Identitas klien
 Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri intraservikal disertai dengan
keputihan meyerupai air, berbau, bahkan perdarahan.
1) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan
seperti: perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
2) Riwayat penyakit dahulu
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat
ooperasi kandungan, serta adanya tumor.Riwayat keluarga yang menderita
kanker.
3) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
4) Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.Kanker
serviks sering dijumpai padakelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan
erat dengan kualitas dan kuantitasmakanan atau gizi yang dapat mempengaruhi
imunitas tubuh, serta tingkat  personal hygiene terutama kebersihan dari
saluran urogenital.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Kronik b/d Menekan ujung saraf simpatik
2. Kekurangan Volume Cairan b/d pendarahan spontan
3. Ansietas b/d respon nyeri

4. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh


5. Hipertermi
6. Defisiensi Pengetahuan
.Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional


o
1 Domain 12 : Kenyamanan NOC : Manajemen nyeri
Kelas 1: KenyamananFisik - Tingkat Kenyamanan Administrasi analgetik : 1. Intensitas, karakter,
Nyeri Kronik - Pengendalian nyeri Mandiri waktu terjadinya, durasi
Definisi : - Tingkat nyeri 1. Kaji pengalaman klien faktor yang memperberat
Pengalaman sensorik dan Tujuan : setelah dilakukan ketika berhadapan dengan dan yang mengurangi
emosional yang tidak tindakan keperawatan nyeri untuk pertama kali, jika nyeri harus dikaji dan di
menyenangkan yang muncul selama …x 24 jam klien memungkinkan lakukan dokumentasikan pada
akibat kerusakan jaringan mampu : intervensi untuk menurunkan saat  setelah evaluasi
yang actual atau potensial - Menurunkan level nyeri nyeri awal
atau digambarkan dalamhal - Mengontrol nyeri 2. Anjurkan klien untuk 2. Perhatian mungkin
kerusakan sedemikian rupa menggambarkan pengalamam memberikan efek
- Meningkatkan rasa
(International Association for yang telah lalu mengenai nyeri terhadap perasaan klien
nyaman
the Study of Pain) ; awitan dan metode yang digunakan untuk melaporkan tentang
Dengan klien mampu :
yang tiba – tiba atau lambat untuk menangani nyerinya, nyeri dan penggunaan
 Mengukur nyerinya
dari intensitas ringan hingga termasuk pengalaman tentang analgetik
dengan
berat dengan akhir yang efek samping, tipe koping 3. Intensitas dari nyeri dan
menggunakan
dapat diantisipasi atau respon, dan bagaimana ia ketidak nyamanan harus
skala nyeri,
diprediksi dan berlangsung mengekspresikan nyeri dikaji dan
menetapkan tujuan
>6 bulan. untuk penurunan 3. Mendeskripsikan tentang didokumentasikan setelah
nyeri yang efek yang merugikan dari prosedur yang
Batasan Karakteristik : diharapkan dan nyeri yang tidak tertahankan menyebabkan nyeri
- Hambatan membuat rencana 4. Anjurkan klien untuk dengan beberapa hal baru
kemampuan kegiatan untuk melaporkan tentang lokasi, tentang nyeri dan interval
meneruskan aktivitas mengelola intensitas dan kualitas dari dari nyeri
sebelumnya nyerinya nyeri ketika sedang 4. Untuk menolong
- Perubahan pola tidur mengalami nyeri merencanakan perawatan
 Mendiskripsikan
- skala keluhan ( mis., Kolaborasi nyeri, penggunakan obat-
tentang rencana
penggunaan skala 5. Kolaborasikan dengan tim obatan yang lalu
pengelolaan nyeri
nyeri ) pelayan kesehatan, 5. Keluarga dapat
baik farmakologis
- letih pasien, dan anggota membedakan bagaimana
maupun non
- sikap melindungi area keluarga dalam memilih menentukan nacrotis
farmakologis
nyeri dan menentukan tipe 6. mempercepat dapat
termasuk
- keluhan nyeri nacrotis yang sesuai membantu proses
mengenali
6. Rekomendasikan penyembuhan klien
- iritabilitas
keuntungan dan penggunaan aspirin dan
- gelisah
kerugian nonsteroid antiinflamasi HE
pengelolaan nyeri obat dalam pemberian 7. Agar keluarga dapat
Faktor Yang Berhubungan
menggunakan obat nakrotis mengetahui hal
- Ketunadayaan fisik
dan non obat HE tentang memonitor
kronis
Mendemontrasikan 7. Mengajarkan kepada nyeri dan bisa di
- ketunadayaan kemampuan untuk pasien dan keluarga aplikasikan di rumah
psikososial kronis tenang, beristirahat dalam memonitor 8. keluarga dapat
 Menerima keadaan intensitas nyeri, kualitas mengetahui cara
yang sedang dan durasi memonitor respirasi

dialami dan 8. Mengajarkan kepada dan TD agar bisa

mampu beraktifitas pasien dan keluarga diaplikasikan di

dengan minimal dalam memonitor status rumah


respirasi dan tekanan
terjadinya nyeri
darah

2 Kekurangan volume cairan NOC : NIC : Manajemen


Definisi: Peningkatan retensi - Keseimbangan elektrolit Manajemen Cairan/Elektrolit Cairan/Elektrolit
cairan istonik dan asam basa 1.Kaji penyebab gangguan 1. Sebagai dasar dalam
Batasan karakteristik: - Keseimbangan cairan keseimbangan cairan dan menentukan tindakan
 Penurunan tekanan darah - Hidrasi elektrolit yang tepat untuk klien
Tujuan:setelah dilakukan 2.Berikan klien banyak minum dalam memenuhi
 Peningkatan suhu tubuh tindakan selama…..x 24 jam 3.Monitor tanda-tanda dehidrasi kebutuhan cairan dan
 Penurunan berat badan masalah kekurangan volume 4.Observasi tanda-tanda vital elektrolit.
tiba-tiba cairan teratasi. 2. Asupan cairan dan
 Kelemahan Kriteria hasil : Terapi Intravena (IV) elektrolit yang cukup

Faktor yang berhubungan: - Menunjukkan 5.Kolaborasi dengan tim medis akan membantu

 Kehilangan volume keseimbangan elektrolit dalam pemberian cairan infus mempercepat proses

cairan aktif dan asam basa metabolisme tubuh


Menunjukkan keseimbangan 3. Mengetahui tingkat dan
cairan. dengan kekurangan
cairan elektrolit tubuh
mempermudah dalam
memberi pengobatan
4. Tanda-tanda vital
merupakan parameter
peningkatan respon
fisiologis dari
kekurangan cairan dan
elektrolit

Terapi Intravena (IV)


Tindakan yang terdapat
dalam pemberian infus dapat
membantu mempercepat
kebutuhan cairan dan
elektrolit

3 Ansietas (00146) NOC: NIC Penurunan Ansietas


Definisi : Perasaan tidak  Pengendalian diri Penurunan Ansietas 1.ketakutan dapat terjadi
nyaman atau kekhawatiran terhadap ansietas 1. Evaluasi tingkat ansietas, karena nyeri hebat, penting
yang samar disertai respons  Koping catat verbal dan non verbal pada prosedur diagnostik dan
otonom pasien. pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan 2.dapat meringankan ansietas
Batasan karakteristik :
asuhan keperawatan selama 2. Jelaskan dan persiapkan terutama ketika pemeriksaan
 Gelisah
… x 24 jam, diharapkan untuk tindakan prosedur tersebut melibatkan
 Insomnia sebelum dilakukan pembedahan.
kecemasab klien berkurang
 Mengekspresikan 3.membatasi kelemahan,
dengan kriteria hasil:
kekhawatiran karena 3. Jadwalkan istirahat adekuat menghemat energi dan
 Melaporkan ansietas
perubahan dalam pola dan periode menghentikan meningkatkan kemampuan
menurun sampai tingkat
hidup tidur. koping.
teratasi
 Tampak waspada 4.Mengurangi kecemasan
 Tampak rileks
4. Anjurkan keluarga untuk klien
Faktor Yang Berhubungan :
menemani disamping klien Peningkatan Koping
 Perubahan dalam status
Peningkatan Koping
kesehatan 5. Bantu pasien beradaptasi 5.Dengan beradaptasi
 stress dengan perepsi disekitar pasien bisa
stressor,perubahan,atau merasakan sedikit rileks
ancaman yang mengambat sebelum melakukan operasi
pemenuhan tuntutat dan peran agar pasien tidak terlalu
hidup cemas saat diruangan operasi
nanti.

4. Domain 2 : Nutrisi NOC: Mandiri: Mandiri:


Kelas 1 : Makan  Nutritional Status 1. Auskultasi bising usus 1. Bising usus hiperaktif
Ketidak Seimbangan  Nutritional Status : food 2. Catat dan laporkan adanya mencerminkan
Nutrisi Kurang Dari and fluid intake anoreksia, kelemahan umum peningkatan motilitas
Kebutuhan Tubuh (00002)  Nutritional Status : nyeri, nyeri abdomen, lambung yang
Definisi: Asupan nutrisi tidak nutrient intake munculnya mual dan muntah menurunkan atau
cukup untuk memenuhi  Weight control 3. Pantau masukan makanan mengubah fungsi
kebutuhan metabolic. Tujuan: Setelah dilakukan setiap hari dan timbang BB absorbsi
Batasan Karakteristik: tindakan keperawatan selama setiap hari serta laporkan 2. Peningkatan aktivitas
 Kram abdomen ...x24 jam masalah adanya penurunan. adrenergik dapat
 Nyeri abdomen ketidakseimbangan nutrisi 4. Dorong pasien untuk makan menyebabkan gangguan

 Menghindari makan kurang dari kebutuhan tubuh dan meningkatkan jumlah sekresi insulin/terjadi

 Berat badan 20% atau teratasi makan dan juga makanan resisten yang

lebih di bawah berat Kriteria Hasil: kecil, dengan menggunakan mengakibatkan


badan ideal  Adanya peningkatan BB makanan tingginkalori yang hiperglikemia.
 Kerapuhan kapiler sesuai dengan tujuan mudah dicerna 3. Penurunan BB terus
 Kehilangan rambut  BB ideal sesuai dengan 5. Hindari pemberian makanan menerus dalam keadaan
berlebihan TB yang dapat meningkatkan masukan kalori yang
 Bising usus hiperaktif  Mampu mengidentifikasi peristaltik usus (misalnya teh, cukup merupakan

 Kurang makan kebutuhan nutrisi kopi, dan makanan berserat indikasi kegagalan
 Tidak ada tanda-tanda lainnya) terhadap terapi antitiroid
 Kurang informasi
malnutrisi Kolaborasi: 4. Membantu menjaga
 Kurang minat pada
 Menunjukkan 6. Konsultasikan dengan ahli gizi pemasukan kalori cukup
makanan
peningkatan fungsi untuk memberikan diet tinggi tinggi untuk
 Penurunan berat badan
pengecapan dari kalori, protein, karbohidrat, menambahkan kalori
dengan asupan makanan
menelan dan vitamin tetap tinggi pada
adekuat
 Tidak terjadi penurunan 7. Berikan obat sesuai indikasi: penggunaan kalori yang
 Kesalahan konsepsi
BB yang berarti glukosa, vitamin B kompleks disebabkan oleh adanya
 Kesalahan informasi
HE hiper metabolik
 Membrane mukosa pucat
8. Berikan informasi tentang 5. Peningkatan motilitas
 Ketidakmampuan
kebutuhan nutrisi saluran cerna dapat
memakan makanan
mengakibatkan diare dan
 Tonus otot menurun
gangguan absorbsi nutrisi
 Mengeluh gangguan yang diperlukan
sensasi rasa Kolaborasi:
 Mengeluh asupan 6. Menjamin pemasukan
makanan kurang dari zat-zat makanan yang
RDA (recommended daily adekuat
allowance) 7. Diberikan untuk
Faktor yang berhubungan: memenuhi kalori yang
 Faktor biologis diperlukan dan
 Faktor ekonomi mencegah atau

 Ketidakmampuan untuk mengobati hipoglikemia

mengabsorpsi nutrien HE

Ketidakmampuan untuk 8. untuk mempertahankan

mencerna makanan nutrisi di dalam tubuh


BAB IV

PENUTUP

1.1. KESIMPULAN

Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal

pada leher rahim. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya

kanker serviks antara lain sebagai berikut:

- Hubungan Seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda.

- Berganti-ganti pasangan seksual.

- Defisiensi zat gizi

- Sering melahirkan.

- Trauma

- Kronis pada Servik seperti persalinan, infeksi dan iritasi menahun

Adapun gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:

Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.

Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.

Pendarahan sesudah mati haid (menopause).

Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur

darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil. Akan tetapi kanker serviks juga

dapat dicegah dan diobati. Upaya pencegahan pada kanker serviks antara lain sebagai

berikut:

- Kanker serviks dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan kewanitaan


- Penggunaan kondom saat berhubungan seks

- Menghindari merokok

- Menghindari pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik tertentu

- Pemberian vaksin (antigen)

- Pemeriksaan PAP SMEAR adalah cara untuk mendeteksi dini kanker

serviks.

Upaya pengobatan pada kanker serviks antara lain sebagai berikut:

- Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.

- Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya

uterus beserta leher rahimnya.

- Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang

dapat dilakukan secara internal maupun eksternal

1.2. SARAN

Untuk melakukan skrining kanker serviks, jangan sampai menunggu adanya

keluhan.

Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan PAP SMEAR/IVA.

Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter. Apabila perlu

pengobatan, jangan ditunda. Karena pada tahap ini tingkat kesembuhannya

hampir 100%.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media
Ausculapius

Price, Sylvia. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC

Adiyono W, Amarwati S, Nurkukuh, Suhartono 2007. Hubungan hasil pap Smear


Dengan hasil pemeriksaan kolposkopi pada skrining lesi serviks, Jakarta

Samadi, 2011, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika,Jakarta

Aziz Alimul H. 2010, pengantar kebutuhan dasar manusia, Jakarta

Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai