PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
A. Mengetahui definisi ca.serviks
B. Mengetahui etiologi ca.serviks
C. Mengetahui patofisiologi ca.serviks
D. Mengetahui tanda dan gejala ca.serviks
E. Mengetahui Komplikasi ca.serviks
F. Mengetahui pemeriksaan ca.serviks
G. Mengetahui Penatalaksanaan ca.serviks
H. Mengetahui asuhan keperawatan ca.serviks
1.4. MANFAAT
Makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan ca.cervik ini bisa bermanfaat bagi
penulis secara pribadi dan juga bermanfaat bagi pembaca secara luas sebagai
pembelajaran
BAB II
KONSEP MEDIK
2.1. DEFINISI
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik yaitu keganasan yang
terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang
menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2009).
Karsinoma serviks uteri (Ca serviks) adalah tumor ganas pada leher rahim,
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita.Kanker serviks adalah penyakit
akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan
jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (Lynda, 2010)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahimatau serviks
yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempelpada puncak vagina.
( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa
columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia. 2010)
Kanker servik merupakan kanker pembunuh nomor satu pada wanita di dunia
ketiga. Epidemiologi menunjukkan bahwa kanker ini merupakan penyakit menular
seksual (Suharto 2009).
2.2. KLASIFIKASI
Klasifikasi dari Temuan TNM FIGO Bedah – patologis
- Tahapan Kategori
1. TX : tumor primer tidak dapat dinilai
2. T0 : ada bukti tumor primer
3. Tis : Karsinoma in situ ( karsinoma preinvasive )
4. Karsinoma T1 I : serviks terbatas pada serviks ( perluasan mengabaikan untuk
korpus )
5. T1a IA : Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop ; invasi stroma
dengan kedalaman maksimum 5.0 mm diukur dari dasar epitel dan penyebaran
horizontal 7,0 mm atau kurang ; Keterlibatan ruang vaskuler , vena atau limfatik ,
tidak mempengaruhi klasifikasi
6. T1a1 IA1 : Diukur invasi stroma ≤ 3,0 mm secara mendalam dan ≤ 7,0 mm di
spread horisontal
7. T1a2 IA2 :Diukur invasi stroma > 3,0 mm dan ≤ 5.0 mm dengan penyebaran
horisontal ≤ 7,0 mm
8. T1b IB : klinis terlihat lesi terbatas pada serviks atau lesi mikroskopik lebih
besar dari T1a / IA2
9. T1b1 IB1 : lesi klinis terlihat ≤ 4.0 cm dalam dimensi terbesar
10. T1b2 IB2 :klinis terlihat lesi > 4.0 cm dalam dimensi terbesar
11. T2 II : serviks karsinoma Menginvasi luar rahim tetapi tidak untuk dinding
panggul atau menurunkan ketiga vagina
12. T2a IIA : tanpa invasi parametrium
13. T2a1 IIA1 : lesi klinis terlihat ≤ 4.0 cm dalam dimensi terbesar
14. T2a2 IIA2 : klinis terlihat lesi > 4.0 cm dalam dimensi terbesar
15. T2b IIB : Tumor dengan invasi parametrium
16. T3 III : Tumor meluas ke dinding panggul dan / atau melibatkan sepertiga
bagian bawah vagina dan / atau menyebabkan hidronefrosis atau nonfungsional
ginjal
17. T3a IIIA : Tumor melibatkan sepertiga bagian bawah vagina , tidak ada ekstensi
untuk dinding panggul
18. T3b IIIB : Tumor meluas ke dinding panggul dan / atau menyebabkan
hidronefrosis atau nonfungsional ginjal
19. T4 IV : Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan / atau
melampaui panggul yang benar ( edema bulosa tidak cukup untuk
mengklasifikasikan tumor sebagai T4 )
20. T4a IVA :Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum ( edema bulosa
tidak cukup untuk mengklasifikasikan tumor sebagai T4 )
21. T4b IVB : Tumor melampaui panggul benar
2.3. ETILOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol, antara lain:
a. Umur
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap
masih terlalu muda.
b. Jumlah kehamilan dan partus
`Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
d. Infeksi virus.
Infeksi HPV (Human papiloma virus)yang beresiko tinggi menyebabkan kanker
leher rahim yang ditularkan melalui hubungan seksual (sexually transmitted disease).
Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun, sampai tiga puluhan,
walaupun kankernya sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya. Infeksi virus
HPV yang berisiko tinggi menjadi kanker adalah tipe 16, 18, 45, 56 dimana HPV tipe
16 dan 18 ditemukan pada sekitar 70% kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat
mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi
(high-grade intraepithelial lesion/ LISDT) yang merupakan lesi. (yatim,faisal,2010)
2.4. PATOFISIOLOGI
Cerviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan
endoserviks kanalisis serviks yang dibuat sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Pada
wanita muda SCJ ini berada diluar OUE, sedang pada wanita berumur >35 th, SCJ berada
didalam kanalis servikalis pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi
tanda-tanda dan keluhan ada pemeriksaan dengan speculum, tampak parsio yang erosive
(metaplasia skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh sebagai
berikut:
a) Eksofitik, mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
b) Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
c) Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dan
melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH
vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2
SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat
pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK (Sel skuamosa karsinoma) ini disebut daerah
transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel
secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi
ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal
dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human
papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut
dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami
kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah
gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana
basalis masih utuh.(Rahmawan, 2009).
Kanker insitu pada servik adalah keadaan dimana sel neoplastik terjadi pada
seluruh lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia servik
intraephitelia (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat II
sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker servik pendarahan
merupakan satu-satunya gejala yang nyata, tetapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap
lanjut. Sedang kan tahap awal tidak. (pince, sylvia A, 2010).
Usia, Jumlah kehamilah partus jumlah
perkawinan, infeksi HPV
Hiperterm
Metaplasia skuamosa i
Demam
Perubahan struktur sel
& fungsi sel-sel normal
termoregulasi
Invasi Patogen
Kanker
Struma serviks
Mual Muntah Iskemia jaringan Peradangan
endo & ekso
Meluas ke
Penurunan berat badan Nekrosis jaringan
jaringan
Cemas Ansietas
sumber :
2. Rahmawan, 2009
2.6. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung pada
stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu: histerektomi, radiasi
dan kemoterapi.
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan
stadium kanker serviks :
a. Stadium 0: konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut dengan basis
pada partio, untuk tujuan diagnostik/terapeutik).
b. Stadium IA: simple histerektomi (histerektomi total).
c. Stadium IB dan IIA: histerektomi dan chemoterapi
d. Stadium IV: Radiasi paliatif
2.7. PENCEGAHAN
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum
menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi
karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Atas
dasar itulah, di beberapa negara pemeriksaan sitologi vagina merupakan pemeriksaan
rutin yang dilakukan kepada para ibu hamil, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi
bila ditemukan hasil yang mencurigakan.
Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan janin dapat
dipertahankan dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa mencapai hampir 100%. Malahan
sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn dari New York
University Medical Centre , dr. Steven R. Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini.
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk
skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear adalah
suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou pada tahun
1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini
mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau
menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-
wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini.
50% kasus baru kanker serviks terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak pernah
melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita mau melakukan pemeriksaan
ini, maka penyakit ini suatu hari bisa saja diatasi.
2.8. KOMPLIKASI
a. Pendarahan
Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan, mengakibatkan pendarahan. Perdarahan
dapat terjadi pada vagina, rektum (bagian belakang), atau mungkin mengeluarkan
darah ketika buang air kecil.
b. Gagal ginjal
Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang keluar
dari tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ureter. Dalam beberapa kasus
kanker serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan jaringan abnormal)
dapat menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Sehingga urin
tertampung dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat menyebabkan
ginjal menjadi bengkak dan rusak.
c. Pembekuan Fistula
Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun menyedihkan
yang terjadi di sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks stadium lanjut. Fistula
adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh. Dalam
kebanyakan kasus yang melibatkan kanker serviks, fistula berkembang antara
kandung kemih dan vagina. Dan kadang-kadang fistula berkembang antara vagina
dan dubur.
2.9. PROGNOSIS
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap
pengobatan, 95 % mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang
menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi
karena lewat deteksi dini, perkembangan kanker seviks dapat diobati dengan radioterapi.
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis dalam angka kejadian kanker
serviks, antara lain :
a. Usia penderita
b. Keadaan umum
c. Tingkat klinis keganasan
d. Ciri - ciri histologik sel kanker
e. Kemampuan tim kesehatan untuk menangani
f. Sarana pengobatan yang tersedia
sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1
Stadium Penyebaran kanker serviks % Harapan Hidup 5
Tahun
0 Karsinoma insitu 100
I Terbatas pada uterus 85
II Menyerang luar uterus tetapi meluas 60
ke dinding pelvis
III Meluas ke dinding pelvis dan atau 33
sepertiga bawah vagina atau
hidronefrosis
IV Menyerang mukosa kandung kemih 7
atau rektum atau meluas keluar pelvis
sebenarnya
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas klien
Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri intraservikal disertai dengan
keputihan meyerupai air, berbau, bahkan perdarahan.
1) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan
seperti: perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
2) Riwayat penyakit dahulu
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat
ooperasi kandungan, serta adanya tumor.Riwayat keluarga yang menderita
kanker.
3) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
4) Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.Kanker
serviks sering dijumpai padakelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan
erat dengan kualitas dan kuantitasmakanan atau gizi yang dapat mempengaruhi
imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari
saluran urogenital.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Kronik b/d Menekan ujung saraf simpatik
2. Kekurangan Volume Cairan b/d pendarahan spontan
3. Ansietas b/d respon nyeri
Faktor yang berhubungan: - Menunjukkan 5.Kolaborasi dengan tim medis akan membantu
Kehilangan volume keseimbangan elektrolit dalam pemberian cairan infus mempercepat proses
Menghindari makan kurang dari kebutuhan tubuh dan meningkatkan jumlah sekresi insulin/terjadi
Berat badan 20% atau teratasi makan dan juga makanan resisten yang
Kurang makan kebutuhan nutrisi kopi, dan makanan berserat indikasi kegagalan
Tidak ada tanda-tanda lainnya) terhadap terapi antitiroid
Kurang informasi
malnutrisi Kolaborasi: 4. Membantu menjaga
Kurang minat pada
Menunjukkan 6. Konsultasikan dengan ahli gizi pemasukan kalori cukup
makanan
peningkatan fungsi untuk memberikan diet tinggi tinggi untuk
Penurunan berat badan
pengecapan dari kalori, protein, karbohidrat, menambahkan kalori
dengan asupan makanan
menelan dan vitamin tetap tinggi pada
adekuat
Tidak terjadi penurunan 7. Berikan obat sesuai indikasi: penggunaan kalori yang
Kesalahan konsepsi
BB yang berarti glukosa, vitamin B kompleks disebabkan oleh adanya
Kesalahan informasi
HE hiper metabolik
Membrane mukosa pucat
8. Berikan informasi tentang 5. Peningkatan motilitas
Ketidakmampuan
kebutuhan nutrisi saluran cerna dapat
memakan makanan
mengakibatkan diare dan
Tonus otot menurun
gangguan absorbsi nutrisi
Mengeluh gangguan yang diperlukan
sensasi rasa Kolaborasi:
Mengeluh asupan 6. Menjamin pemasukan
makanan kurang dari zat-zat makanan yang
RDA (recommended daily adekuat
allowance) 7. Diberikan untuk
Faktor yang berhubungan: memenuhi kalori yang
Faktor biologis diperlukan dan
Faktor ekonomi mencegah atau
mengabsorpsi nutrien HE
PENUTUP
1.1. KESIMPULAN
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal
pada leher rahim. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
- Hubungan Seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda.
- Sering melahirkan.
- Trauma
Adapun gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:
Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur
darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil. Akan tetapi kanker serviks juga
dapat dicegah dan diobati. Upaya pencegahan pada kanker serviks antara lain sebagai
berikut:
- Menghindari merokok
serviks.
1.2. SARAN
keluhan.
Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter. Apabila perlu
hampir 100%.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media
Ausculapius
Price, Sylvia. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC
Samadi, 2011, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika,Jakarta