STANDAR AUDITING
KELOMPOK 13 :
D. Hubungan Standar Auditing Dengan Standar Lainnya
1. GAAS Dan Pernyataan Standar Audit (PSA)
Kesepuluh standar audit yang berlaku umum (GAAS) masih terlalu umum
untuk memberikan pedoman yang berarti, sehingga auditor menggunakan
PSA, yang diterbitkan DSPAP sebagai pedoman yang lebih khusus. PSA
menginterpretasikan kesepulih standar audit yang berlaku umum dan
merupakan referensi paling terotorisasi yang tersedia bagi auditor. Pernyataan
tersebut memiliki status GAAS dan sering kali disebut sebagai standar audit
atau GAAS, meskipun bukan bagian dari kesepuluh standar audit yang
berlaku umum. Standar audit yang berlaku umum dan PSA dianggap sebagai
literature terotorisasi, dan setiap anggota yang melakukan audit atas laporan
keuangan historis diharuskan mengikuti standar– standar ini menurut kode
etik IAPI. DSPAP mengeluarkan pernyataan baru bila timbul permasalahan
audit yang cukup penting hingga layak mendapat interpretasi resmi.
2. GAAS dan Standar Kinerja
Walaupun GAAS dan PSA merupakan pedoman audit yang terotorisasi
bagi anggota profesi, keduanya memberikan lebih sedikit arahan kepada audit
ketimbang yang dapat diasumsikan. Hampir tidak ada prosedur audit
spesifikasi yang disyaratkan oleh standar – standar itu, dan tidak ada
persyaratan khusus bagi keputusan auditor, seperti menentukan ukuran
sampel, memilih item sampel dari populasi untuk diuji, atau mengevaluasi
hasil. Banyak praktisi yang percaya bahwa standar – standar tersebut harus
memberikan pedoman yang didefinisikan secara lebih jelas untuk menentukan
jumlah bukti yang harus dikumpulkan. Spesifikasi semacam itu akan
menghilangkan beberapa keputusan audit yang sulit dan menyediakan garis
pertahanan bagi KAP yang dituduh melakukan audit yang tidak memadai.
Akan tetapi, persyaratan yang sangat spesifik dapat mengubah audit menjadi
pengumpulan bukti yang mekanitis tanpa pertimbangan professional. Dari
sudut pandang profesi dan pemakai jasa audit, bahayanya mungkin jauh lebih
besar jika pedoman terotorisasi didefinisikan terlalu spesifik ketimbang terlalu
luas. GAAS dan PSA dipandang oleh para praktisi sebagai standar minimum
kinerja dan bukan sebagai standar maksimum atau yang ideal. Pada saat yang
sama, keberadaan standar audit tidak berarti bahwa auditor harus selalu
mengikutinya dengan membabi buta. Jika auditor percaya bahwa persyaratan
standar tidak praktis atau tidak mungkin dilakukan, amak auditor dibenarkan
untuk mengikuti standar alternative. Demikian pula, jika masalahnya tidak
bernilai signifikan, juga tidak perlu mengikuti standar. Akan tetapi, beban
untuk menunjukkan alasan yang membenarkan penyimpanan dari standar itu
berada di pundak auditor. Apabila menginginkan pedoman yang lebih
spesifik, auditor harus melihat sumber – sumber yang kurang terotorisasi,
termasuk buku teks, jurnal, dan publikasi teknis. Bahan – bahan yang
dipublikasikan oleh IAPI, seperti pedoman audit industry, menyediakan
bantuan untuk menyelesaikan masalah tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/7031022/Standar_Audit
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-standar-audit-laporan-keuangan-dokumen-yang-dibutuhkan/