Anda di halaman 1dari 81

PART 2

PIPE STRESS INTRODUCTION


2.1 Tujuan Flexibility Analysis

2.2 Basic Stress Theory & Failure Mode

2.3 Code Stress & Code Allowable Stress

2.4 Critical Lines & Piping Stress Level


SAFE DESIGN

“Code Compliance”

Flexibility Analysis
Contoh Piping code :

mengandung batasan & aturan stress analysis, setting standard,


konstruksi dan operasi sistem perpipaan

ASME B31.3 – Process piping


Tujuan Flexibility analysis

Menjaga tegangan pada pipa & fitting Æ dalam range yang diijinkan “Code”

Menjaga “Equipment Nozzle loadings” (compressor, pompa, HEx,


Air cooler, vessel dsb) Æ tidak melebihi kekuatan nozzle

Mengetahui beban pada restraints Æ support / structural design


mengevaluasi kebocoran (leakage) Æ sambungan flange to flange atau flange
to equipment nozzle

menghitung perpindahan pipa Æ mengantisipasi kemungkinan interferensi


antar pipa / pipa dengan struktur

membantu design perpipaan Æ optimal design


mencari solusi untuk masalah dinamis seperti getaran mekanis dari peralatan, fluid
hammer, transient flow, dan sebagainya

mengevaluasi efek beban dinamis random seperti beban angin, gempa,


gelombang laut pada sistem
2.1 Tujuan Flexibility Analysis

2.2 Basic Stress Theory & Failure Mode

2.3 Code Stress & Code Allowable Stress

2.4 Critical Lines & Piping Stress Level


F
Stress σ=
A

Stress = load / luas penampang


Kurva stress-strain : uji tarik
Principal Stress (tegangan utama) pada elemen pipa
Longitudinal stress
1) Axial force (FAX) akibat structural loads pada sistem pipa (PSV forces, slug forces):

FAX
FAX
σL =
Am

σL = longitudinal stress
d0 = diameter luar
Am = luas penampang pipa
di = diameter dalam
= π(do2 – di2)/4
dm = diameter rata-rata
= π dm t

2) Akibat internal pressure:

P = design pressure
Pd i2 Pd i2 Pd 0
Ai = luas penampang dalam PA
σL = i = 2 = ≈
= π di2/4 Am (d 0 − d i2 ) 4d mt 4t
Longitudinal stress (con’t)
3). Bending moment due to Gravity load

Tegangan maksimumÆdinding luar

M B R0 M B
MB = momen bendingjjj
σ LB max = =
c = jarak p.o.i ke sumbu netral I Z
I = momen inersia
penampang
= π(do4 – di4)/64
Z = section modulus

Fax Pd o M b
SL = + +
Am 4t Z
Circumferential stress (hoop stress)
- Penyederhanaan Æ Thin walled cylinder

- hoop stress cendereng ‘membelah pipa’

- Rumus dasar tebal pipa!

Pd o
SH = (d i × L) P = Force

2t

Radial stress
- Tegangan yang bekerja dalam arah radial pipa
- Besarnya bervariasi dari permukaan dalam ke permukaan luar
- Radian stress realtif kecil Æ diabaikan

⎛ 2 ri 2 ro2 ⎞
P⎜⎜ ri − 2 ⎟⎟
SR = ⎝ 2 2 ⎠
r
(ro − ri )
SR = − P
“Jika dua atau lebih dari tiga tegangan normal di atas bekerja pd suatu titik, maka muncul
Tegangan Geser”

1) Akibat gaya geser

Dengan Q = faktor bentuk tegangan geser (1.33 for solid cylinder)


V = gaya geser

Tegangan ini max di N.A pipa dan nol pd permukaan luar Æ ignored

2) Akibat momen torsi

MT
τ=
MT

2Z
MT = momen torsi
Z = section modulus
Max pd permukaan luar = bending moment & besarnya signifikan
Rangkuman tegangan pipa
Tegangan Kombinasi

Tegangan geser maximum (TRESCA)

Melalui mohr’s circle:


Mohr’s Circle
Shear stress

τ max
τ

S2 S1
Normal stress
SH SL

(S L + S H ) (S L − S H )
2 2

S2
Teori dasar kegagalan
Dari Teori kegagalan tresca:

SA
τ max ≥
2

2τ max = [S L − S H ]2 + 4τ 2 Expansion case

Fatigue Æ hoop diabaikan, maka

Sb + 4St ≤ S A
2 2
Sb = SL (teg. Longitudinal) hanya karena moment lendut Mb

St = tegangan geser akibat torsi

SA = allowable stress untuk expansion case (fatigue) = S.F. x Syield

Sb =
(ii M i ) + (io M o )
2 2

Z ii , io = in-plane dan out-plane stress intensification factor (SIF)


Loading categories

Primary Loads
– Sustained (SUS) : selalu menyertai selama pipa beroperasi
• Weight = berat pipa, valve, insulasi, fluida, ice, snow, dsb.
• Pressure = tekanan operasi
– Occasional (OCC) : “kadang-kadang” terjadi dalam operasi
• Earthquake
• Wind
• Fluid Transient (Water Hammer, Slug Flow & Relief Valve Discharge)

Expansion Loads (EXP)


– Disebabkan oleh piping displacement
• Thermal Expansion
• Thermal Anchor Movements
• Building, Equipment & Soil Settlement
Stress categories

Primary stress
Adalah Principal stress (bending stress, hoop stress,shear) yang disebabkan beban luar (berat pipa,
berat valve, beban angin, seismic, dsb.)

Sifat: non-self limiting = selama beban ada/bekerja stress tidak akan hilang

Failure mode: catastrophic

Secondary stress

Adalah Principal stress (bending stress, hoop stress,shear) yang disebabkan oleh thermal load
(expansion / contraction)
Sifat: self-limiting = stress bertambah Æ terjadinya “local yielding” Æ reducing the stresses

Jika hal ini terjadi berulang Æ plant starts up ..shuts down..starts up..shuts down… Æ fatigue!
2.1 Tujuan Flexibility Analysis

2.2 Basic Stress Theory & Failure Mode

2.3 Code Stress & Code Allowable Stress

2.4 Critical Lines & Piping Stress Level


CODE STRESS & CODE ALLOWABLE STRESS

ASME B31.1 “Power Piping”

• Stress Due to Sustained Loads (SL)

• Stress Due to Occasional Loads (SO)

• Stress Due to Thermal Expansion (SE)


ASME B31.3 “Process Piping”

• Stress Due to Sustained Loads (SL)


Fax Pd o M b
SL = + + ≤ Sh
Am 4t Z

• Stress Due to Occasional Loads (SO)


Fax Pd o M b
+ + ≤ 1.33S h
Am 4t Z

• Stress Due to Thermal Expansion (SE)

SE =
(ii M i )2 + (io M o )2 + 4( M T ) 2 ≤ SA
Z
S A = f (1.25S c + 0.25S h )
= f (1.25[ S c + S h ] − S L ) Untuk Sh > SL
“Basic Allowable Stress”

Adalah tegangan yang diijinkan sesuai ASME B31.3

Pada kondisi OPERASI atau “Hot” condition Æ Sh


Pada kondisi INSTALASI atau “Cold” condition Æ Sc

Terdapat hubungan:
2 1
Sh = S y or Sh = SU
3 3

* Untuk Temperatur rendah dan Tergantung jenis material


Contoh perbandingan yield strength (Sy), ultimate strength (Su) dan basic
allowabe stress (Sh) untuk material yang biasa dipakai pada sistem perpipaan:

Basic Allowable Stress


MATERIAL YIELD Strength Ultimate strength Sh (ksi), Temp. (F)

(ksi) (ksi) 100F 200 300 400 500

A 106 B (CS) 35 60 20 20 20 20 18.9

A 312 TP 321 Gr. B (SS) 30 75 20 20 20 20 19.3


API 5L Gr. B (CS) 35 60 20 20 20 20 18.9

CS = carbon steel
SS = Stainless steel
2.1 Tujuan Flexibility Analysis

2.2 Basic Stress Theory & Failure Mode

2.3 Code Stress & Code Allowable Stress

2.4 Critical Lines & Piping Stress Level

2.5 CAESAR II Application


Pipa apa saja yang harus dianalisa ..?

Critical Lines are:

• General Piping
– Piping around columns, vessels and heat exchangers
– High temperature and high pressure piping
– Piping requiring steam purge

• Piping Around Rotary Equipments


• Piping Around Air-Fin Coolers
• Piping Around Flat-Bottomed Cylindrical Tanks
• Piping with oblique connections
PIPING STRESS LEVEL
PIPING STRESS LEVEL – Specific Case
2.1 Tujuan Flexibility Analysis

2.2 Basic Stress Theory & Failure Mode

2.3 Code Stress & Code Allowable Stress

2.4 Critical Lines & Piping Stress Level

2.5 CAESAR II Application


APLIKASI CAESAR II

• Untuk merancang sistem perpipaan yang baru


• Penentuan jenis dan struktur tumpuan
• Evaluasi, trouble shooting, re-design instalasi pipa yang sudah ada
• Failure analysis pada sistem perpipaan
• Analisis getaran instalasi perpipaan
CAESAR II
• Software pipe stress analysis Æ Engineering tools” Æ Design &
analis sistem perpipaan

• Hasil analisis pada sistem perpipaan :


- gaya dalam
- momen
- reaksi tumpuan
- tegangan

• Perbandingan dengan Codes & Standards


CAESAR Basic Operation

Modelling Input geometri, beban komponen, temperatur,


material, fluida, tumpuan dll.

Checking for errors or inconsitencies dari input


Check Run

Mendefinisikan load case (OPERATING,


Load Case SUSTAIN, OCCASIONAL, EXPANSION, dsb.)

Iteration process
Analyze

Gaya dalam, momen, stress, displacement,


Out put
recommended support, dll

Graphical display Report Numerical display


Prinsip Dasar Elemen Pipa Pada Komputer

Metoda flexibility: gaya & moment (?)

FEM
Metoda kekakuan: displacement & rotasi (?) Æ gaya &
moment

CAESAR menggunakan metoda kekakuan


Asumsi yang digunakan CAESAR:
- Elemen: pipa sebagai beam element 1D (garis) yang tepat berada pada centerline pipa.
• Elemen garis dihubungkan dengan 2 titik nodal
• tiap nodal punya 6 degree of freedom (DX, DY, DZ, RX, RY, RZ)
• pada elemen garis: parameter kekakuan (material & cross section) Æ Constant along the pipe!

- local buckling diabaikan

- cross section undeformed = cross section setelah deformed

- F/M bekerja pada sumbu netral pipa dan pipa dlm keadaan tidak berdeformasi

- Cross section pipa tidak ter-ovalisasi akibat bending moment (kecuali ‘bend’ element)

- deformasi rotasi sangat kecil

Beberapa macam element


Sekilas tentang FEM

[F]={K}[U]
F = Load (data)
K = stiffness matrix
U = displacement (dicari)

Contoh: sebuah truss (1D) ditarik:


L U2

AREA

undeformed P1
σ σ P2

L-U1

AREA

deformed
P1
σ σ P2

U1 L-U1+U2
Strain-displacement

L − L0 U 2 − U1 ⎡ 1 1 ⎤⎛ U1 ⎞
ε= = = ⎢− , ⎥⎜⎜ ⎟⎟ ε = [B] {U}
L0 L ⎣ L L ⎦⎝U 2 ⎠
⎡ 1 1⎤
[B] =
⎢⎣− L , L ⎥⎦ = element strain-displacement matrix

Strain-Stress

σ = εE atau σ = [ B ]{U }E
E = element elasticity matrix

Load-Stress

P1 + Aσ = 0 atau P2 − Aσ = 0

⎛ P1 ⎞ ⎡ 1 − 1⎤⎛ U1 ⎞ EA
( P ) = AE[ B ]{U } ⎜⎜ ⎟⎟ = ⎢ ⎥ ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ P2 ⎠ ⎣− 1 1 ⎦⎝U 2 ⎠ L
Let’s start using CAESAR II …
1 Main menu:

New File
2 Job name:

3 Unit files:
4 Create Unit
files:
5 Convert input to new units
6 Configuration menu …
7 Special execution parameter
TRY: Simple Modeling
ISOMETRIC DRAWING
Y
160 140
80

Z X 150 90
130

200
0
10 120
00

00 100
70
0 70 50 00
10

10
00
60

1500
50
10 40
00
30
110
30

20 0
30 70
00
Pipa 10” sch. 140
Pipe material: A106 gr. B operating temp: 150 deg C
00
10 Corrosion allowance: 3mm operating pressure: 80 bar
Flange rating: 900# Fluid density: 0.000085 kg/cu.cm (gas)
Berat flange: 500 N
Berat ball valve: 4000N
1 Click input spreadsheet …
2 Input piping dimension & fluid properties, mulai from node 10 to node 20 …
3 Double click ‘bend’ …

* Radius Bend (default) : 1.5 x diameter nominal pipa (long radius)

Near point

10 20 22
10 21

Far point
20

30 30
4 Choose pipe material and input fluid density …
5 Continue From node 20 To 30 …
Y
160 140
80

Z X 150 90
130

200
0
10 120
00

00 100
70
0 70 50 00
10

10
00
60

1500
50
10 40
00
30
110
30

20 0
30 70
00

00
10
Pipa 10” sch. 40 operating temp: 150 deg C
Berat flange: 500 N operating pressure: 80 bar
Berat ball valve: 4000N Fluid density: 10 kg/cu.cm
Pipe material: A106 gr. B class/rating: 900#
Corrosion allowance: 3mm
Arah –Z = -1000
6 Continue From node 30 s/d 60 …
Y
160 140
80

Z X 150 90
130

200
0
10 120
00

00 100
70
0 70 50 00
10

10
00
60

1500
50
10 40
00
30
110
30

20 0
30 70
00

00
10
Pipa 10” sch. 40 operating temp: 150 deg C
Berat flange: 500 N operating pressure: 80 bar
Berat ball valve: 4000N Fluid density: 10 kg/cu.cm
Pipe material: A106 gr. B class/rating: 900#
Corrosion allowance: 3mm
From 30 To 40

flange

From 40 To 50

Ball valve

From 50 To 60

flange
Berat valve & flange dari database CAESAR:
7 Continue From node 60 To 70 …
Y
160 140
80

Z X 150 90
130

200
0
10 120
00

00 100
70
0 70 50 00
10

10
00
60

1500
50
10 40
00
30
110
30

20 0
30 70
00

00
10
Pipa 10” sch. 40 operating temp: 150 deg C
Berat flange: 500 N operating pressure: 80 bar
Berat ball valve: 4000N Fluid density: 10 kg/cu.cm
Pipe material: A106 gr. B class/rating: 900#
Corrosion allowance: 3mm
Tee di node 70, double click ‘SIFs & Tees’ …

CAESAR menghitung SIF


otomatis as per ASME B31.3
appendix D

Branch connection table


8 Continue From node 70 To 80, 80 To 90 … s/d 100 to 110 dengan cara yg sama

Y
160 140
80

Z X 150 90
130

200
0
10 120
00

00 100
70
0 70 50 00
10

10
00
60

1500
50
10 40
00
30
110
30

20 0
30 70
00

00
10
Pipa 10” sch. 40 operating temp: 150 deg C
Berat flange: 500 N operating pressure: 80 bar
Berat ball valve: 4000N Fluid density: 10 kg/cu.cm
Pipe material: A106 gr. B class/rating: 900#
Corrosion allowance: 3mm
9 Membuat cabang ke-2, dari node 70 s/d 160

Y
160 140
80

Z X 150 90
130

200
0
10 120
00

00 100
70
0 70 50 00
10

10
00
60

1500
50
10 40
00
30
110
30

20 0
30 70
00

00
10
Pipa 10” sch. 40 operating temp: 150 deg C
Berat flange: 500 N operating pressure: 80 bar
Berat ball valve: 4000N Fluid density: 10 kg/cu.cm
Pipe material: A106 gr. B class/rating: 900#
Corrosion allowance: 3mm
Start from
node 70 to
120

Setelah itu dilanjutkan seperti pemodelan sebelumnya, hingga selesai di


node160

Untuk melihat model yg sudah jadi, click


Zoom in/out
pan Pipe section view
orbit
3D view select by single click
RESTRAINT INPUT
100
0
Y
160 140
80
85
Z X 150 90
130

75 200
0
10 120
00

70
70 100 00
0
10
00
10 50
00
60 00

1500
50 25
10 40

110
30
15 00 65
25

20
00
20 0
70

00
10 Pipa 10” sch. 40 operating temp: 150 deg C
Berat flange: 500 N operating pressure: 80 bar
Berat ball valve: 4000N Fluid density: 0.000085 kg/cu.cm
Pipe material: A106 gr. B class/rating: 900#
Corrosion allowance: 3mm
Break the line to create support …
Restraint at node 15, 65, 75 Æ resting only Æ +Y
Friction factor: 0.3

Restraint at node 10, 110, 160 Æconnected to tank nozzle Æ anchor (ANC)

Restraint at node 85 Æ resting + guide : +Y, GUIDE


Friction factor: 0.3
Check Run

• Analisis statik tidak dapat dilakukan jika ERROR CHECKING belum


selesai dilakukan.

• Setelah Pengecekan ERROR selesai dilakukan data analisis yang


dibutuhkan dibuat.

• CAESAR II tidak akan melakukan analisis jika data input telah diubah dan
belum selesai di lakukan pengecekan error.

¾Pengecekan error hanya dapat dilakukan


dari Input Spreadsheet, dan diawali dengan
melakukan perintah Start Run or Batch Run
dari toolbar, menu or pilihan menu Quit yang
muncul setelah menutup spreadsheet.
Piping Error Checker Show only fatal error
return to input
Piping Error Checker (con’t)
Example: Dialog Warning
Window Warnings akan muncul ketika ada permasalahan dengan model dimana dapat
diselesaikan dengan menggunakan beberapa asumsi. Namun Analisis masih dapat
dilanjutkan atau Model dapat di edit lagi.
Example: Dialog Fatal Error

Error akan muncul ketika ada permasalahan dengan model, akibatnya


analisis tidak dapat dilanjutkan. Sebagai contoh jika data panjang pipa
tidak dimasukkan atau nilainya salah (minus), dsb.
Load Case (Static)

¾ Langkah pertama dalam analisis setelah dilakukan pengecekan


error model sistem perpipaan yang dibuat adalah pendefinisian
static load cases. Hal ini dilakukan dengan memilih Analysis-
Static dari Main Menu CAESAR II (Model terlebih dahulu harus
bebas dari ERROR)

¾ Windows akan menampilkan semua daftar kasus pembeban (Load


Case) yang telah di definisikan dari INPUT, jenis pembebanan yang
tersedia (operating, expansion, sustain, dan jenis pembebanan yang
diberikan untuk analisis). CAESAR II akan menampilkan daftar kasus
pembebanan yang direkomendasikan
Load Case (Static) cont..
Load Case (Static) cont..

Î Edit-Insert — menambahkan load case

Î Edit-Delete — menghapus load case yang ada

Î File Analysis — memulai analisis sesuai load case

Î Recommend — menganalisis dengan load case yang


direkomendasikan oleh CAESAR II

Î Load Cycles — untuk load case yang telah didefinisikan


dengan jenis pembebanan fatique.
Tampilan Analisis Statik untuk Beban Angin
Parameter beban hidrodinamik (wave)
Load case hingga 4 buah : WAV1, WAV2, WAV3, and WAV4
Static Analysis Execution

¾ Layar ini untuk memonitor Analisis


Statik
¾ Pada bagian sebelah kiri terdapat
informasi jumlah Persamaan yang
dipecahkan, jumlah load case yang
dianalisis, jumlah iterasi
Static Output Processor
Sustain case

For next case


Expansion case
END OF PART 2

Anda mungkin juga menyukai