Anda di halaman 1dari 16

NASKAH PUBLIKASI

PENERAPAN TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM PADA


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NYAMAN NYERI
PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMURE
DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA

Diajukan Oleh :
Nama : Estu Siwi Nur Astuti
NIM : P07120115011

PRODI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2018
NASKAH PUBLIKASI

PENERAPAN TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM PADA


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NYAMAN NYERI
PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMURE
DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA

Naskah Publikasi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Ahli Madya Keperawatan

Diajukan Oleh :
Nama : Estu Siwi Nur Astuti
NIM : P07120115011

PRODI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2018
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENERAPAN TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM PADA


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NYAMAN NYERI
PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMURE
DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
ESTU SIWI NUR ASTUTI
NIM. P07120115011

Naskah Publikasi ini telah disetujui oleh pembimbing


Pada tanggal :

Menyetujui,

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Ns. Harmillah, S.Pd.,M.Kep.,Sp.MB Ns. Sugeng, S.Kep.,M.Sc


NIP. 196807031990032002 NIP. 196908151993031002

Yogyakarta,
Ketua Jurusan Keperawatan,

Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom.


NIP. 197207161994031005
PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DENGAN
GANGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NYAMAN NYERI
PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUURE
DI RSUD SLEMAN

Estu Siwi Nur Astuti1, Harmilah2, Sugeng Jitowiyono3.


Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Jl. Tatabumi No. 3 Banyuraden Gamping, Sleman
Email : estusiwi77@gmail.com

INTI SARI
Latar Belakang : Teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan nyeri pada
pasien pasca operasi, hal ini terjadi karena relatif kecilnya peran otot-otot skeletal
dalam nyeri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan teknik
relaksasi nafas dalam secara efektif.
Tujuan Studi Kasus : Mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
terhadap ganguan pemenuhan kebutuhan nyaman nyeri pada pasien post operasi
fraktur femure di RSUD Sleman
Metode Studi Kasus : Penelitian ini mengunakan metode observasi dan
intervensi dengan mengunakan dua kasus sama yang diberikan tindakan sama.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei 2018. Pengambilan sample dilakukan
dengan cara pengambilan sample secara langsung, sample sejumlah dua
responden yang terdiri dari pasien post operasi fraktur femure di bangsal
Alamanda 1 RSUD Sleman. Tahap pelaksanaannya termasuk dalam asuhan
keperawatan post operasi fraktur.
Hasil Studi Kasus : Hasil penelitian menunjukan bahwa teknik relaksasi yang
dilakukan pada responden dengan post operasi fraktur femure dapat mengurangi
nyeri dan memberi kenyamanan
Kesimpulan : Teknik relaksasi nafas dalam dapat diterapkan terhadap
pengurangan intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur femure.
Kata Kunci : nafas dalam, fraktur, nyeri, teknik relaksasi, post operasi
ABSTRAK

Background : Breath relaxing techniques are able to reduce pain in post


operative patients in the patients need to perform deep breathing relaxating
techniques.
Objective : To know the effect of deep breath relaxing techiques on reducing
pain in post operative fracture femure at Sleman Hospital
Research Method : This study used the method of observation and intervention
using the same of two cases given the same action. This research was conducted
in May 2018. sampling was doneby taking the samples directly. A sample of two
responden consisting of post operative patient fracture of femur in Alamanda
ward 1 RSUD Sleman. The implementation phase is included in post nursing care
of femur post operation.s
Result : The results showed that deep breath relaxation technique can be done on
the respondent with post operative of femur fracture.
Conclusion : The deep breathing relaxation technique can be applied to the
reduction of pain intensity in post operative patiens of femur fracture.
Keywords : Deep breath, fracture, femur, relaxation technique, post operation

PENDAHULUAN mengalami peningkatan dibandingkan


Cedera merupakan kerusakan pada hasil tahun 2007. Di Indonesia
fisik tubuh manusia yang diakibatkan terjadi kasus fraktur yang disebabkan
oleh kekuatan yang tidak dapat oleh cidera antara lain jatuh,
ditoleransi dan tidak dapat diduga kecelakaan lalu lintas dan trauma
sebelumnya World Health benda tajam atau tumpul. Departemen
Organization (WHO 2011). Kesehatan Republik Indonesia
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan (Depkes RI, 2011) menyatakan bahwa
Kecenderungan prevalensi cedera di Indonesia kasus kejadian fraktur
menunjukkan sedikit kenaikan dari ekstremitas merupakan yang paling
7,5% (RKD 2007) menjadi 8,2% sering terjadi dengan pervalensi 46,2%
(RKD 2013) angka kejadian cidera (Gasshani, 2016 ). Berdasarkan studi
pendahuluan di RSUD Sleman selama dalam dapat menstimulasi tubuh untuk
bulan januari sampai dengan mei 2018 mengeluarkan opoid endogen yaitu
terdapat 48 kasus fraktur femur. endorphin dan enfekalin yang
Fraktur atau patah tulang memiliki sifat seperti morfin dengan
adalah ganguan dari kontinuitas yang efek analgesik (Smeltzer & Bare,
normal dari suatu tulang. Fraktur 2013).
ekstremitas merupakan fraktur yang Rasubala, G (2017) dalam
terjadi pada tulang yang membentuk penelitiannya pengaruh teknik
lokasi ekstremitas atas dan bawah. relaksasi terhadap skala nyeri pasien
Fraktur dapat menimbulkan post operasi, setelah diberikan terapi
pembengkakan, hilangnya fungsi relaksasi sebagian besar skala nyeri
normal, deformitas, kemerahan, mengalami perubahan yang signifikan
krepitasi, dan rasa nyeri. Salah satu dengan menurunnya skala nyeri.
manifestasi klinis dari pengkajian fisik Penelitian Ghassani, Z (2016) tentang
akan ditemukan rasa nyeri. Fraktur pengaruh pengaruh pemberian teknik
dapat menyebabkan nyeri terus – relaksasi nafas dalam terhadap skala
menerus, karena terlepasnya nyeri pada pasien post operasi fraktur
kontinuitas tulang yang mengenai ekstremitas terdapat perbedaan skala
syaraf disekitarnya. Frasa nyeri ini nyeri pada kelompok intervensi
dapat timbul hampir pada setiap area sebelum dan setelah perlakuan.
fraktur (Black, 2014). Metode Diharapkan keluarga dapat menjadi
nonfarmakologi bukan merupakan sumber dukungan dan menjadi
pengganti untuk obat-obatan, tindakan support system yang dapat
tersebut diperlukan untuk mengingatkan pasien untuk melakukan
mempersingkat episode nyeri yang teknik nafas dalam ketika nyeri
berlangsung hanya beberapa detik atau muncul.
menit. Kelebihan dari teknik relaksasi Mengingat betapa pentingnya
dibandingkan teknik lainnya adalah penerapan penatalaksanaan tindakan
lebih mudah dilakukan dan tidak ada non farmakologi dalam perubahan
efek samping apapun (Solehati & intensitas nyeri pada pasien post
Kokasih, 2015). Teknik relaksasi nafas operasi fraktur dan dari hasil
penelitian yang sudah dilakukan pada Pada diagnosa Nyeri akut
berbagai penyakit terdapat perubahan berhubungan dengan agen cidera fisik
intensitas nyeri maka penulis tertarik (prosedur pembedahan : patah tulang)
untuk mengadakan penelitian dilakukan penerapan teknik relaksasi
observasi dengan judul “Penerapan nafas dalam yang digunakan sebagai
Teknik Relaksasi Nafas Dalam fokus dalam penelitian. Serta peran
Dengan Ganguan Pemenuhan dari keluarga yang mendampingi
Kebutuhan Nyaman Nyeri Pasien Post Subjek penelitian yaitu engan kriteria
Operasi Fraktur Femur di RSUD sebagai berikut: Dua orang pasien
Sleman” fraktur femur yang sama, Pemberian
obat analgesik yang sama, Tingkatan
METODE nyeri ringan sampai sedang, Perawat
Peneliti melakukan studi kasus pelaksana dibangsal yang mengajarkan
dengan metode deskriptif anaitik teknik nafas dalam, Keluarga pasien
kasus. Dengan sample 2 pasien yang yang mendampingi (suami, istri,
mengalami post operasi fraktur femur. anak), Dalam keadaan composmentis
Dengan kriteria inklusi dan eksklusi. dan tidak ada kelainan mental, Laki
Penelitian dimulai dengan studi laki maupun perempuan, Dapat
pendahuluan di RSUD Sleman berkomunikasi dengan baik, Bersedia
ditemukan 48 kasus fraktur femur menjadi responden
selama bulan januari - mei 2018. Instrumen penelitian
kemudian dilakukan pengkajian pada yang digunakan SOP teknik
sample yang ada dibangsal. Setelah 2 nafas dalam, Lembar observasi
pasien memenuhi kriteria diajukan teknik relaksasi nafas dalam ,
inform consent sebagai persetujuan. Lemabar observasi respon
Penelitian ini dilakukan dengan pasien teknik relaksasi nafas
penerapan asuhan keperawatan pasca dalam, Lembar evaluasi rasa
operasi fraktur femur. Dari pengajian, nyeri, Pengkajian asuhan
analisa data, diagnosa keperawata, keperawatan Lembar observasi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi respon keluarg.
asuhan keperawatan. Penerapan teknik
relaksasi nafas dalam menggambarkan terdapat dua
dilakukan sebayak 3 seri setiap pasien dengan post operasi
hari. Dalam satu sesi fraktur yang beriberikan
responden melakuakn teknik tindakan teknik relaksasai
relaksasai nafas dalam nafas dalam. Identitas pasien
sebanyak 5 kali - 15 kali pertama yaitu bernama Tn.“I”
dengan 5 kali latihan 5 menit usia 19 tahun dengan keluhan
istirahat. Penerapan ini nyeri skala 5 disekitar kaki
dilakuakn 3-4 jam setelah kiri, sakit terasa berdenyut
pemberian obat analgesik. Dan denyut dan mengalami patah
dilakukan menghirup oksiden tulang di kaki bagian paha.
dari hidung, kemudian ditahan Sedangkan untuk pasien kedua
hinggan 7 detik atau 7 hitungan Ny. “W” usia 50 tahun dengan
kemudian dikeluarkan lewat keluhan nyeri skala 5 sekitar
mulut sambl dirasakan kaki paha dengan perasaan
diseluruh tubuh. Studi kasus ini panas dan tertusuk - tusuk serta
berbasis Rumah Sakit (hospital mengalami kelemahan pada
base) yang dilaksanakan di kaki. Kedua pasien telah
Rumah Sakit Umum Daerah dilakukan operasi pemasangan
Sleman Yogyakarta. Waktu plate pada kaki kiri (femure)
yang dipergunakan penulis ini dan sudah dirawat inap
dimulai pada 16 Mei 2018. dibangsal Alamanda 1 RSUD
Sleman dengan diagnosa medis
Hasil post operasi fraktur femure dan
Studi kasus didapatkan dikeduanya mengeluh adanya
dua pasien yaitu Tn “I” dan Ny rasa nyeri pasca operasi.
“W”. Pengkajian dimulai pada Ditemukan dua
hari selasa 16 Mei 2018 pukul diagnosa yang sama yaitu nyeri
07.30 WIB di bangsal akut berhubungan dengan agen
Alamanda 1 RSUD Sleman. cidera fisik (prosedur bedah :
Hasil pengkajian patah tulang) Nanda
International Inc. Diagnosa keperawatan diagnosa nyeri
Keperawatan (2015) dan akut, hambatan mobilisasi dan
hambatan hambatan mobititas defisit perawatan diri
fisik berhubungan dengan tirah dilakukan selama tiga kali dua
baring, nyeri, terapi restriktif puluh empat jam. Dengan
(imobilisasi) sesuai dengan kriteria hasil yang sesuai.
teori diagnoasa keperawatan Tindakan pemberian teknik
yang muncul pada pasien post nafasa dalam pada penelitian
operasi fraktur yang ini dilakukan pada dua
dikemukakan oleh Nanda NIC diagnosa yaitu nyeri akut dan
NOC (2015). Sedangkan untuk hambatan mobilisasi.
kasus 2 didapatkan diagnosa Perencaan diagnosa
tambahan berupa defisist nyeri akut berhubungan dengan
perawatan diri: mandi agen cidera fisik (prosedur
berhubungan dengan ganguan bedah : patah tulang) pada
muskuloskeletal, dan nyeri. perencanaan unuk mengurangi
Diagnosa ini diambil rasa nyeri dilaksanakan selama
berdasarkan Standar Diagnosis 3 kali 24 jam. Dengan tujuan
Keperawatan Indonesia (2017). untuk mengurangi rasa nyeri
Pada perencanaan dari 5 menjadi 1 atau tidak
keperawatan ini diambil dari terasa nyeri. Responden
beberapa terori yang diharapkan menunjukan tanda
mendukung yaitu berupa rileks dan santai dan dapat
intervensi keperawatan bepartisipasi dalam kegiatan
derdasarkan Doenges, M.E untuk mengurangi rasa nyeri
(2012), intervensi keperawaran dan melakukan aktivitas
pada ganguan aman nyaman minimal. Intervensi dalam
nyeri menurut Nanda NIC pengurangan rasa nyeri dimulai
NOC (2015) dan menurut berdasarkan perencanaan
Walkinson (2014). tindakan mandiri keperawatan
Perencanaan pada masalah berupa pemberian teknik
relaksasi nafasa dalam diberikan pada waktu yang
selanjutnya adalah pemberian sama, skala nyeri yang
pendidikan ksehatan pada menyertai berupa skala nyeri
pasien berupa edukasi tentang sedang yaitu skala 5, keadaan
penakit fraktur, proses kesadaran kedua pasien
pengobatan pasca operasi, composmentis dan didampingi
nyeri, dan teknik pengurangan oleh keluarga serta tidak
nyeri serta peran keluarga. disertai komplikasi. Tingkat
Implementasi dilakukan pendidikan yaitu SD.
selama 3 hari, dan penerapan Sedangkan perbedaan
teknik relaksasi nafas dalam yang diperoleh saat melakukan
dilakukan selama 3 sesi setiap pengkajian yang terdapat pada
hari. Evaluasi proses nyeri kedua responden kasus.
dilakuakan setiap selesai 1 sesi Perbedaan ini terlihat jelas
latihan nafas dalam. pada Faktor usia, jenis
Sedangkan evaluasi hasil kelamin, penggalaman obname
dilaksanakan pada hari ke 4 sebelumnya, keluarga yang
dengan hasil kasus pertama mendampingi selama dirumah
menyatakan nyeri berkurang sakit dan kemampuan
dari 5 menjadi satu sedangkan berkomunikasi responden.
kasus 2 dari skala 5 menjadi Berikut ini adalah
skala 1. faktor faktor yang
mempengaruhi hasil dari
pemberian teknik relaksasi
Pembahasan
nafas dalam pada kasus 1 dan
Dalam kasus ini 2
kasus 2 sebagai berikut. Usia;
pasien dipilih berdasarkan
berdasarkan kasus 1 memiliki
kesamaan posisi fraktur yang
usia 19 tahun sedangkan
terletak di estremitas, post
responden pada kasus ke 2
operasi hari pertama, mampu
memiliki usia 50 tahun.
berkomunikasi, mengunakan
Perbedaan ini mempengaruhi
obat analgesik yang sama dan
dalam bagaimana responden pada kasus 1 dengan laki laki
mampu mendiskripsikan rasa kemapuan mengendalikan rasa
sakit nyeri dan kempuan sakit lebih baik dan lebih
mengikuti instruksi saat terkontrol. Hal ini dikarenakan
diberikannya intervensi teknik background keluarga dan
relaksasi nafas dalam. Dalam bagaimana resonden
Potter & Perry, 2010 dibesarkan dan Alasan
menjelaskan Usia, merupakan psikologis yang menyebabkan
salah satu variable yang terjadinya perbedaan.
berpengaruh terhadap sensasi Riwayat Pengalaman
nyeri seseorang, khususnya Rawat Inap Sebelumnya.
pada bayi dan dewasa akhir Pengalaman terhadap riwayat
karena usia mereka lebih opname sebelumnya
sensitive terhadap penerimaaan mempengaruhi tentang
rasa sakit. Pada lansia presepsi adaptasi responden terhadap
nyeri berkurang akibat pengalaman tindakan
perubahan patologis yang kesehatan yang diberikan oleh
berhubungan dengan beberapa tenaga kesehatan pada
penyakit. responden. Pada responden
Jenis Kelamin kasus 1 sudah pernah dirawat
Responden pada kasus 1 dan 2 dirumah sakit sebelumnya dan
memiliki jenis kelamin yang sudah pernah dioperasi
berbeda yaitu laki laki dan sebelumnya, Sedangkan pada
perempuan. Pada kasus dapat responden ke 2 yang baru
membuktikan bahwa pertama kali mengalami
perempuan lebih sensitive operasi dan belum pernah
terhadap rasa sakit dan dirawat dirumah sakit
mengekspresikan rasa sakit sebelumnya menunjukanan
nyeri yang dialami dengan rasa cemas dan ragu ragu saat
berteriak dan mengerang. diberkan teknik relaksasi nafas
Sedangkan pada responden dalam.
Selanjutnya adalah nyeri terasa lebih sakit saat
komunikasi. Kemampuan malam hari dibandingkan saat
responden dalam pagi maupun siang/sore hari.
berkomunikasi termasuk dalam Hal tersebut dapat dikaitkan
kemampuan berbicara dan dengan saat malam hari
merespon pertanyaan dari suasana lebih sepi dan senyam
tenaga perawat. Kemampuan sehingga responden dapat lebih
komunikasi pada kasus 1 baik sensitive terhadap rasa sakit
dan tidak terdapat ganguan yang dialami. Sedangkan
dalam berbicara, menjawab apabila pada pagi maupun
dan kemapuan memahami apa siang banyak keluarga yang
yang dijelaskan oleh tenaga berkunjung dan suasanan lebih
kesehatan. Sedangkan dalam ramai, keadaan ini menjadi
responden dengan hambatan distrasi oleh responden untuk
berkomunikasi harus memikirkan hal lainya tidak
dibimbing dengan perlahan terfokus pada rasa nyeri
lahan dan diulangi beberapa Pada pasien Tn I
kali sampai responden penerapan teknik relaksasi
memahami apa yang nafas dalam menunjuka hasil
dijelaskan. Setiap pemberian yang efektif ditandai dengan
instruksi penerapan teknik skala nyeri yang awalnya skala
relaksasasi nafas dalam. 5 menjadi skala 1 dan klien
Perawat mengulangi langkah- menjukan ekspresi tampak
langkah yang harus dilakukan lebih rileks dan tenang. Hal ini
setiap kali akan memberikan dikarenakan Tn I bersemangat
penerapan teknik relaksasi dalam proses penyembuhan
nafas dalam. dan aktif dalam proses
Waktu malam hari. Hal pengobatan. Keluarga Tn I ikut
ini diunjukan pada saat berparisipasi dalam
pengkajian rasa nyeri yang memberikan dukungan
dialami oleh responden. Rasa semangat dan motivasi untuk
pasien serta keluarga selalu nafasa dalam
mendampingi respondan dan Hasil penelitaian
bersama responden melakukan terhadap teknik relaksasi nafas
penerapan teknik relakssasi dalam ini menunjukan
nafas dalam. penurunan skala nyeri yang
Pada Ny W penerapan dialami oleh kasus 1 aitu skala
teknik relaksasi nafas dalam 5 menjadi 1 dan kasus 2 skala
belum efektif karena nyeri 5 menjadi 2. Hasil ini mampu
pasien yang awalnya skala 5 menunjukanan bahwa teknik
menjadi skala 2, saar relaksasi mampu menunrunkan
melakukan penerapan teknik skala nyeri yang dialami klien
relasasi nafas dalam kien setelah proses operasi. Sesuai
membutuhkan bantuan dalam dengan jurnal penelitian yang
melakukan tindakan, dilakukan oleh Suhartini,
menunjukan demonstrasi dan (2013) teknik relaksasi nafas
juga melakukannya dalam mampu menurunkan
bersaamaan dengn pasien. nyeri pada pasien pasca
Selain itu Ny W kurang operasi, hal ini terjadi karena
bersemangat daam melakukan relatif kecilnya peran otot-otot
teknik relaksasi nafas dalam skeletal dalam nyeri pasca
dan hanya malakkan jika operasi atau kebutuhan pasien
disuruh olekh perawat. Selain untuk melakukan teknik
itu peran dari keluarga belum relaksasi nafas dalam secara
menunjukan dorongan pada efektif.
klien, keluarga reasponden
takut dan cemas terhadap KESIMPULAN
tindakan yang dilakukan Data yang didapatkan
tenaga kesehatan, keluaga pada pasien Tn”I” dan Ny “W”
responden tidak mendampingi mengalami post operasi fraktur
pasien dalam melakuka femur sinistra yang dilakukan
penerapan teknik relaksasi implant plate. Dilakukan
asuhan keperawatan yaitu teknik relaksasi nafas dalam.
Nyeri akut berhubungan Sedang kan respon dari
dengan agen cidera fisik keluarga responden kasus
(prosedur bedah : patah kedua yang hanya tinggal
tulang). Penerapan teknik dengan suaminya yang sudah
relaksaasi nafas dalam pada berumur lebih tua, suami
pasien Tn “I” dan Ny “W” responden kurang aktif dalam
dilakuakn selama 3 x sehari proses perawatan dan terlihat
yaitu 5-15 kali nafas dalam dan lebih takut takut saat dilakukan
ditahan selama 7 detik. Dengan tindakan keperawatan.
skala awal nyeri 5, pada
evaluasi skala nyeri Tn “I” SARAN
yaitu 1 dan skala nyeri Ny “W” Berdasarkan
yaitu 2. Hasil respon kedua kesimpulan diatas maka
pasien berbeda dikarenkan penulis mengajukan saran
faktor psikologis, usia, jenis sebagai berikut: Pemberian
kelamin, riwayat rawat inap, latihan nafas dalam tidaklah
keluarga yang mendampingi, hanya diberikan ketika pasien
kemampuan komunikasi. Peran pertama kali masuk bangsal
keluarga dalam penurunan rasa baiknya diajarkan tiap
nyeri pasca operasi pada pasien bersamaan dengan pemberian
post operasi fraktur femure obat. Manajemen bangsal
terlihat dari respon keluarga Alamanda 1 dan rumah sakit
kasus1 dengan ibu dan adik membuat kajian atau penelitan
adik yang senantiasa dalam pemberian teknik
mengingatkan reponden untuk relaksasi nafas dalam guna
sering melakukan teknis nafas acuan pembuatan standar
dalam dan membantu plaksanaan. Dibuatkannya
responden menenangkan dikala leaflet maupun media
malam nyeri terasa sakit informasi mengenai teknik
dengan bersamaan melakukan relaksasi untuk mengurangi
rasa nyeri pasca operasi. Bagi Diakses dari
peneliti, peneliti dapat https://www.repository.um.ac.id
mengembangkan penerapan pada tanggal 10 Januari 2018.
teknik relaksasi nafas dalam
4. Riset Kesehatan Dasar. (2013).
pada pasien post operasi
Profil kesehatan Indonesia 2014.
fraktur dengan melibatkan
Diakses dari
peran aktif dari perawat,
https://www.depkes.go.id pada
pasien, dan keluarga.
tanggal 06 Januari 2018.

REFERENSI 5. NANDA. (2015). Diagnosis


Keperawatan Definisi &
1. Smeltzer, S.C. (2013).
Klasifikasi edisi 10. Jakarta:
Keperawatan Medikal Bedah
EGC.
Brunner and Suddarth. Edisi 12.
Jakarta: Kedokteran EGC 6. Doenges, M. (2012). Rancangan
Asuhan Keperawatan Pedoman
2. Zerlinda, Ghassani. (2016).
Untuk Perencanaan Dan
Pengaruh Pemberian
Pendokumentasian Perawatan
aromaterapi lavender dan teknik
Pasien. Jakarta: EGC
relaksasi nafas dalam terhadap
skala nyeri pada pasien post 7. Black, J. M., & Hwaks, J. H (2014).

operasi fraktur ekstremitas di Keperawatan Medikal Bedah:

RS PKU Muhammadiyah Manajemen klinis untuk Hasil

Gamping. Diakses dari yang Diharapka. Edisi 8.

https://www.repository.umy.ac.i Jakarta: Salemba Medika

d pada tanggal 06 Januari 2018. 8. Andarmoyo, S. (2013). Konsep Dan

3. Rasubala, G. (2017). Pengaruh Proses Keperawatan Nyeri.

Teknik Relaksasi Denson Yogyakarta: Ar-Ruzz

Terhadap Skala Nyeri Pasien 9. PPNI. (2017). Standar Diagnosa


Post Operasi Di RSUP Prof. Keperawatan Indonesia edisi 1.
Dr.R.D Kandou Dan RS TK.III Jakarta: Dewan Pimpinan Pusat
R.W. Mongsidi Teling Manado. PPNI.
10. Rampengan, Stania. (2014).
Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Dan Teknik
Distraksi Terhadap Perubahan
Intensitas Nyeri Pada Pasien
Poat Operasi Di Ruang Irina
Atas RSUP Prof. Dr. R.D
Kandou Manado. Diakses dari
https://www.ejurnal.unsrat.ac.id
pada tanggal 06 Januari 2018.

11. Wilkinson, Judith M & Ahern.


(2013). Buku saku diagnose
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta:
EGC

12. Rosdahl, C. B., & Kowalski, M.T.


(2014). Buku Ajar Keperawatan
Dasar. Edisi 10. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai