Anda di halaman 1dari 10

Nama : Hariono Yamal

Nim : G701 18 163


Kelas :A

Daftar Perundang-Undangan (UU/Permen/Perpres)


1. Permenkes Tentang Narkotika

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika disahkan pada


tanggal 12 Oktober 2009 di Jakarta oleh Presiden Doktor Haji Susilo Bambang
Yudhoyono. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika diundangkan
Menkumham Andi Mattalatta pada tanggal 12 Oktober 2009 di Jakarta.

Agar setiap orang mengetahuinya, Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009


tentang Narkotika ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 143. Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika ditempatkan pada Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5062.

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika ini membentuk


sebuah badan nasional, yaitu BNN, Badan Narkotika Nasional, sebagaimana Undang-
Undang lainnya dalam rezim saat itu.

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika memiliki tujuan untuk:

a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau


pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan
d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah Guna dan
pecandu Narkotika.

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika

Mencabut

Pasal 153 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan


bahwa setelah UU 35/2009 tentang Narkotika berlaku maka:

a. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3671)
b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3698); dan
c. Lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) yang telah
dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I menurut Undang-Undang ini, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pertimbangan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika adalah:

a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur
yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kualitas sumber daya manusia Indonesia
sebagai salah satu modal pembangunan nasional perlu dipelihara dan ditingkatkan
secara terus-menerus, termasuk derajat kesehatannya;
b. bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia Indonesia dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan di
bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan, antara lain dengan mengusahakan
ketersediaan Narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat serta
melakukan pencegahan dan pemberantasan bahaya penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
c. bahwa Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di
sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila
disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan
saksama;
d. bahwa mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan,
dan/atau menggunakan Narkotika tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan
saksama serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan merupakan tindak
pidana Narkotika karena sangat merugikan dan merupakan bahaya yang sangat besar
bagi kehidupan manusia, masyarakat, bangsa, dan negara serta ketahanan nasional
Indonesia;
e. bahwa tindak pidana Narkotika telah bersifat transnasional yang dilakukan dengan
menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih, didukung oleh jaringan
organisasi yang luas, dan sudah banyak menimbulkan korban, terutama di kalangan
generasi muda bangsa yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara sehingga Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi yang berkembang untuk
menanggulangi dan memberantas tindak pidana tersebut;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu membentuk Undang-Undang tentang Narkotika;
Soal tanya jawab :

1. Mengapa undang-undang nomor Nomor 22 Tahun 1997 harus di revisi?


Karena tindak pidana Narkotika telah bersifat transnasional yang dilakukan
dengan menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih, didukung oleh
jaringan organisasi yang luas, dan sudah banyak menimbulkan korban, terutama di
kalangan generasi muda bangsa yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara sehingga Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi yang
berkembang untuk menanggulangi dan memberantas tindak pidana tersebut

2. Apa tujuan dari pembentukan Undang-undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika?


a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika;
c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan
d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah Guna
dan pecandu Narkotika.

3. Pada tahun berapa Undang-undang No 25 tahun 2009 tentang Narkotika disahkan?


Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika disahkan pada
tanggal 12 Oktober 2009 di Jakarta oleh Presiden Doktor Haji Susilo Bambang
Yudhoyono.
2. Undang-undang tentang Psikotropika

a). Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika

Undang undang nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, yaitu:


“Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.”

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
2. Pabrik obat adalah perusahaan berbadan hukum yang memiliki izin dari Menteri
untuk melakukan kegiatan produksi serta penyaluran obat dan bahan obat, termasuk
psikotropika.
3. Produksi adalah kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat,
menghasilkan,
4. mengemas, dan/atau mengubah bentuk psikotropika.
5. Kemasan psikotropika adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau
membungkus psikotropika, baik yang bersentuhan langsung maupun tidak.
6. Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau
penyerahan psikotropika, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan
maupun pemindahtanganan.
7. Perdagangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka
pembelian dan/atau penjualan, termasuk penawaran untuk menjual psikotropika, dan
kegiatan lain berkenaan dengan pemindahtanganan psikotropika dengan memperoleh
imbalan.
8. Pedagang besar farmasi adalah perusahaan berbadan hukum yang memiliki izin dari
Menteri untuk melakukan kegiatan penyaluran sediaan farmasi, termasuk psikotropika
dan alat kesehatan.
9. Pengangkutan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka
memindahkan psikotropika dari satu tempat ke tempat lain, dengan cara, moda, atau
sarana angkutan apa pun, dalam rangka produksi dan peredaran.
10. Dokumen pengangkutan adalah surat jalan dan/atau faktur yang memuat keterangan
tentang identitas pengirim, dan penerima, bentuk, jenis, dan jumlah psikotropika yang
diangkut.
11. Transito adalah pengangkutan psikotropika di wilayah Republik Indonesia dengan
atau tanpa berganti sarana angkutan antara dua negara lintas.
12. Penyerahan adalah setiap kegiatan memberikan psikotropika, baik antar-penyerah
maupun kepada pengguna dalam rangka pelayanan kesehatan.
13. Lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan adalah lembaga yang secara khusus
atau yang salah satu fungsinya melakukan kegiatan penelitian dan/atau menggunakan
psikotropika dalam penelitian, pengembangan, pendidikan, atau pengajaran dan telah
mendapat persetujuan dari Menteri dalam rangka kepentingan ilmu pengetahuan.
14. Korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan/atau kekayaan, baik
merupakan badan hukum maupun bukan.
15. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

b). Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Undang-undang narkotika No. 35 Tahun 2009 merupakan pengganti dari


undang-undang narkotika sebelumnya yaitu Undang-undang No. 22 Tahun 1997.
Namun undang-undang tentang psikotropika hingga saat ini masih tetap diatur dalam
Undang undang nomor 5 tahun 1997, dan belum ada gantinya.

Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang


Narkotika, yaitu: “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan
ke dalam golongan golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.”
Soal tanya jawab:

1. Apa yang dimaksud dengan Psikotropika Menurut Undang undang nomor 5 tahun 1997?

Menurut Undang undang nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, yaitu:


“Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.”

2. Sebutkan bunyi pasal 1 dalam Undang-undang No 5 tentang peredaran?

Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau


penyerahan psikotropika, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun
pemindahtanganan.

3. Jelaskan perbedaan dari nartkotika dan psikotropika!

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan golongan
3. Permekes Tentang Kosmetika

a). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 1176/MENKES/PER/VIII/2010
TENTANG
NOTIFIKASI KOSMETIKA

Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian
luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik.
2. Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPKB adalah
seluruh aspek kegiatan pembuatan kosmetika yang bertujuan untuk menjamin agar
produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
sesuai dengan tujuan penggunaannya.
3. Dokumen Informasi Produk, yang selanjutnya disingkat DIP adalah data mengenai
mutu, keamanan, dan kemanfaatan kosmetika.
4. Peredaran adalah pengadaan, pengangkutan, pemberian, penyerahan, penjualan dan
penyediaan di tempat serta penyimpanan untuk penjualan.
5. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
6. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pengawasan obat dan makanan.

Pasal 2
Setiap kosmetika yang beredar wajib memenuhi standar dan/atau persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB II
NOTIFIKASI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 3
(1)Setiap kosmetika hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar dari Menteri.
(2)Izin edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa notifikasi.
(3)Dikecualikan dari ketentuan notifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bagi
kosmetika yang digunakan untuk penelitian dan sampel kosmetika untuk pameran dalam
jumlah terbatas dan tidak diperjualbelikan.

Pasal 4
(1)Notifikasi dilakukan sebelum kosmetika beredar oleh pemohon kepada Kepala Badan.
(2)Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a.industri kosmetika yang berada di wilayah Indonesia yang telah memiliki izin produksi;
b.importir kosmetika yang mempunyai Angka Pengenal Impor (API) dan surat penunjukkan
keagenan dari produsen negara asal; dan/atau
c.usaha perorangan/badan usaha yang melakukan kontrak produksi dengan industri kosmetika
yang telah memiliki izin produksi.

Pasal 5
(1)Kosmetika yang dinotifikasi harus dibuat dengan menerapkan CPKB dan memenuhi
persyaratan teknis.
(2)Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan keamanan,
bahan, penandaan, dan klaim.
(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman CPKB dan persyaratan teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Badan
 .

Bagian Kedua
Tata Cara Pengajuan Notifikasi

Pasal 6
(1)Pemohon yang akan mengajukan permohonan notifikasi kosmetika harus mendaftarkan
diri kepada Kepala Badan.
(2)Pendaftaran sebagai pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan 1
(satu) kali, sepanjang tidak terjadi perubahan data pemohon.
(3)Pemohon yang telah terdaftar dapat mengajukan permohonan notifikasi dengan mengisi
formulir (template) secara elektronik pada website Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Pasal 7
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan notifikasi ditetapkan oleh Kepala Badan
 .

Pasal 8
Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak pengajuan permohonan
notifikasi diterima oleh Kepala Badan tidak ada surat penolakan, terhadap kosmetika yang
dinotifikasi dianggap disetujui dan dapat beredar di wilayah Indonesia.

Pasal 9
Permohonan yang dianggap disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dalam jangka
waktu 6 (enam) bulan, kosmetika yang telah dinotifikasi wajib diproduksi atau diimpor dan
diedarkan.

Pasal 10
Kepala Badan dapat menolak permohonan notifikasi dalam hal:
a.pemohon tidak memenuhi persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5; dan
b.tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kosmetika.

Pasal 11
(1)Notifikasi berlaku dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.
(2)Setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir, pemohon harus
memperbaharui notifikasi.
(3)Ketentuan memperbaharui notifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengikuti tata
cara pengajuan notifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.
Pasal 12
Kepala Badan wajib menginformasikan kosmetika yang telah dinotifikasi kepada masyarakat.

Pasal 13
(1) Terhadap permohonan notifikasi dikenai biaya sebagai penerimaan negara
bukan pajak
(2) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) belum
(4) berlaku, notifikasi dikenai biaya yang sama dengan biaya yang ditetapkan
untuk permohonan izin edar.
(5) Dalam hal permohonan notifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditolak, maka biaya yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali.

Bagian Ketiga
Pembatalan

Pasal 14
Notifikasi menjadi batal atau dapat dibatalkan, apabila;
a. izin produksi kosmetika, izin usaha industri, atau tanda daftar industri sudah tidak berlaku,
atau Angka Pengenal Importir (API) sudah tidak berlaku;
b.berdasarkan evaluasi, kosmetika yang telah beredar tidak memenuhi persyaratan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5;
c.atas permintaan pemohon notifikasi;
d.perjanjian kerjasama antara pemohon dengan perusahaan pemberi lisensi/industri penerima
kontrak produksi, atau surat penunjukkan keagenan dari produsen negara asal sudah berakhir
dan tidak diperbaharui;
e.kosmetika yang telah beredar tidak sesuai dengan data dan/atau dokumen yang disampaikan
pada saat permohonan notifikasi; atau
f.pemohon notifikasi tidak memproduksi, atau mengimpor dan mengedarkan kosmetika
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
Soal tanya jawab :

1. Apa yang dimaksud dengan kosmetik menurut PERATURAN MENTERI


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1176/MENKES/PER/VIII/2010 ?
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan
organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

2. Sebutkan bunyi pasal 2 dalam PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1176/MENKES/PER/VIII/2010
TENTANG NOTIFIKASI KOSMETIKA!
Setiap kosmetika yang beredar wajib memenuhi standar dan/atau
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3. Sebutkan bunyi pasal 3 dalam PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1176/MENKES/PER/VIII/2010
TENTANG NOTIFIKASI KOSMETIKA!

Pasal 3
a. (1)Setiap kosmetika hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar
dari Menteri.
b. (2)Izin edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa notifikasi.
c. (3)Dikecualikan dari ketentuan notifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) bagi kosmetika yang digunakan untuk penelitian dan sampel
kosmetika untuk pameran dalam jumlah terbatas dan tidak
diperjualbelikan.

Anda mungkin juga menyukai