Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SKIZOFRENIA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikopatologi yang dibina oleh

Nur Aziz Afandi, S.Psi., M.Psi.

Nama Kelompok :

1. AHMAD FATULLAH (180541100050)

2. ROSA ANJAR (180541100071 )

3. MIFTAKHUL FARID (180541100087)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2019
BAB I PENDAHULUAN

Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan
utama di negara maju, negara modern, dan negara Industri. Keempat masalah kesehatan
utama tersebut adalah peyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan (Mahar
mardjono, 1992). Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti
ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat
pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak Efisien (Kusumanto Setyonegoro,
1980)

Secara umum gangguan jiwa dibagi dalam dua golongan besar yaitu Psikosis dan Non-
Psikosis. Golongan Psikosa ditandai dengan dua gejala utama yaitu tidak adanya pemahaman
diri (Insight) dan ketidakmampuan menilai realitas (reality testing ability, RTA). sedangkan
golongan non-Psikosis masih baik dan mampu menilai realitas. Dalam hal ini pembahasan
makalah ini mengambil tema Skizofrenia.

Skizofrenia berasal dari dua kata “skizo” yang artinya retak atau pecah (split), dan
“frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan jiwa
Skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian
(splitting of personality). Dalam hal ini Skizofrenia merupakan gangguan yang cukup serius
bagi individu itu sendiri. Karena seseorang pengidap Skizofrenia dia susah dalam sosial,
realitas. Dan ketidakberfungsian Kognisi. Maka dari itu Skizofrenia harus ditangani secara
serius dengan mendampingi bersama keluarga dan sosial untuk membantu mereka agar
sembuh.

Serta kemajuan di bidang obat-obatan anti skizofrenia (psikofarmaka) telah menjadikan


penderita Skizofrenia dapat dipulihkan sehingga dapat berfungsi kembali secara optimal
dalam kehidupannya sehari-hari penderita skizofrenia tidak perlu lagi disingkirkan dari
keluarga dan masyarakat apalagi dipasung.
SKIZOFRENIA PARANOID

Skizofrenia paranoid merupakan salah satu tipe skizofrenia dengan ciri khas adanya delusi dan
halusinasi audiotorik. Pasien dengan skizofrenia paranoid, kemampuan dalam berpikir dan bertindak
dalam kehidupan sehari-hari mungkin masih lebih baik dibandingkan dengan tipe skizofrenia lainnya.
Permasalahan pada memori, konsentrasi atau emosi yang tumpul terkadang tidak sering nampak,
namun skizofrenia paranoid tetap menjadi masalah yang serius, dengan komplikasi jangka panjang
yang serius, termasuk diantaranya percobaan bunuh diri. Dengan terapi yang efektif, gejala yang
muncul dapat dikontrol sehingga pasien dapat hidup lebih sehat dan bahagia.

GEJALA-GEJALA KEPRIBADIAN PARANOID

Seseorang dengan kepribadian paranoid menunjukkan gejal-gejala sebagai berikut:

a. Kecurigaan dan ketidakpercayaan yang pervasif dan tidak beralasan terhadap orang
lain, seperti yang ditunjukkan berikut ini:
1. Merasa akan ditipu atau dirugakan, beprasangka buruk dan sukar untuk bisa
percaya terhadap maksud baik dari orang lain.
2. Sikap berjaga-jaga atau menutupi-nutupi, melakukan pengamanan fisik dan
tempat tinggalnya.
b. Hipersentivitas, keadaan terlalu sensitive sehingga mengalami gangguan berpikir.
Seperti yang ditunjukkan berikut ini:
1. Kecenderungan untuk mudah merasa dihina atau diremehkan dan cepat
mengambil sikap menyerang (offensive).
2. Membesar-besarkan kesylitan yang kecil, tidak proporsional dan mendramatisasi
seolah-seolah sedang menghadapi lesulitan atau ancaman yang serius.
c. Keterbatasan kehidupan alam perasaan (afektif). Sebagai berikut:
1. Penampilan yang fingin dan tanpa emosi, ekspresi wajah kosong, “tidak hidup”
bagaimanakan “topeng”
2. Merasa bangga bahwa dirinya selalu obyektif, rasional dan tidak mudah secara
emosional, subyektivitas tinggi

SKIZOFRENIA RESIDUAL

Skizofrenia residual adalah  tipe yang paling ringan dari lima jenis skizofrenia
lainnya. Individu yang didiagnosis dengan skizofrenia residual berada  pada transisi
dari gangguan tersebut. Tipe ini merupakan kategori yang digunakan bagi pasien
yang dianggap sudah terlepas dari skizofrenia tetapi masih memperlihatkan beberapa
gejala gangguan skizofrenia. Orang dengan tipe residual skizofrenia paling sedikit
memiliki satu episode akut dari simptom positif yang akut dari skizofrenia, tetapi 
simptom tersebut tidak sering muncul pada saat ini meskipun pada tipe ini masih
menampakkan simptom negatif. Gejala positif tersebut  termasuk halusinasi, delusi,
perilaku katatonik, perilaku parah teratur, atau bicara tidak teratur.
Jenis skizofrenia residual  juga dapat dicirikan memiliki fase "peningkatan" dan
"penurunan". Selama fase peningkatan , gejala-gejala skizofrenia secara intensitas
meningkat keseluruhan kemudian setelah itu terjadi fase penurunan, selama fase
penurunan, gejala-gejala tersebut secara menurun perlahan-lahan  dan benar-benar
hilang. Namun, sebagian besar individu masih harus menemukan cara untuk
mengatasi prevalensi gejala negative

SKIZOFRENIA SIMPLEKS

Skizofrenia simpleks seringkali timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama
pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan
proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali
terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali.2 Meskipun perkembangannya
perlahan, namun progresif dan tidak lazim. Keanehan perilaku, ketidakmampuan
memenuhi tuntutan masyarakat, dan penurunan kinerja secara menyeluruh merupakan
gejala yang sangat nampak. Pasien kemudian dapat berkembang lebih lanjut menjadi
gelandangan, pendiam, malas, dan tanpa tujuan. 3 Tidak seperti gangguan skizofrenia
lainnya (hebefrenik, paranoid, atau katatonik), kasus skizofrenia simpleks termasuk
yang sulit ditemukan dan ditentukan diagnosisnya. Diagnostic and Statistical Manual
(DSM) I dan II masih menyertakan simpleks sebagai salah satu tipe skizofrenia.4,5
Edisi DSM berikutnya menyatakan skizofrenia simpleks sebagai bagian dari
gangguan kepribadian skizotipal.6 Pada DSM IV dan IV-TR, skizofrenia simpleks
tercantum dalam apendiks B, yang merupakan kategori diagnosis khusus dengan
nama simple deteriorative disorder.7,8 Edisi terbaru dari DSM, yaitu DSM V,
diagnosis untuk skizofrenia simpleks telah dihilangkan. Berbeda dengan DSM,
diagnosis untuk skizofrenia simpleks masih disertakan dalam Pedoman Penggolongan
Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ) III dan International and Classification Diseases
(ICD)10.3,
CONTOH KASUS SKIZOFFRENIA PARANOID

A BEAUTIFUL MIND

John Nash tampak kikuk di antara teman-teman barunya meski masuk ke Princeton
dengan beasiswa prestisius. Ia juga menolak mengikuti kelas karena ingin
menemukan ide orisinil tanpa terganggu rutinitas perkuliahan.

Satu-satunya teman John adalah Charles Herman yang tak lain teman sekamarnya
sendiri. Meski sering terlihat membawa alkohol, pria berambut merah ini berhasil
mengambil hati John yang pendiam dan menjadikan mereka sahabat karib.

Hingga suatu ketika kepala fakultas memanggilnya. John ditegur karena selalu absen
sehingga menyulitkan fakultas untuk menentukan arah studi John selanjutnya. Ia juga
dianggap belum fokus dengan studinya. Dari situ John merasa mendapatkan tekanan
yang luar biasa untuk menemukan teori baru yang diinginkannya.

Charles bahkan menemukan John dua hari di perpustakaan membuat algoritma dari
berbagai hal, termasuk pola terbang burung di taman kampus. Kebiasaan unik John
adalah ia suka membuat coretan algoritma di kaca jendela, tak terkecuali kaca jendela
perpustakaan Princeton.

John pun panik karena dari sekian banyak algoritma yang coba dibuatnya, tak ada
yang betul-betul memuaskan. Saking panik dan tertekannya, John sampai tak sengaja
membenturkan kepalanya ke kaca dan berdarah-darah. "I can't fail (aku tak boleh
gagal)," katanya kepada Charles.

Namun Charles tak ingin John terluka, dan untuk menyadarkan sahabatnya, pria
tinggi itu mendorong meja John hingga keluar jendela dan hancur berhamburan,
berikut kertas-kertas John. John dan Charles tertawa, mencairkan suasana.

Kali ini, Kamis (3/11/2016), Cinemathoscope akan mengupas kisah hidup


matematikawan terkenal dari Princeton University, John Nash yang berjuang hidup
normal sebagai pasien skizofrenia paranoid. Sosok John sendiri diperankan dengan
sangat apik oleh aktor asal Australia, Russell Crowe. 

Menemukan Ekuilibrium Fenomenal dan Muncul Gejala Awal

Keesokan harinya, John masih asyik mengutak-atik teorinya di bar tempat anak-anak Princeton
bercengkrama. Ia duduk di antara Martin, Sol dan Bender. Tak berapa lama, datanglah beberapa
mahasiswi, dengan satu mahasiswi blonde yang menjadi incaran mereka berempat.

Untuk mendapatkan si blonde, Martin mengutip ungkapan ahli ekonomi Adam Smith bahwa tiap orang
harus berjuang untuk dirinya sendiri (every man for himself). Namun setelah berpikir sebentar, John
langsung menyahut dan mengatakan teori Adam perlu direvisi.

Menurut John, bila mereka berempat berebut wanita yang sama, maka tak ada satu pun dari mereka
yang mendapatkannya. Untuk itu strategi perlu diubah, jadi pendekatan terbaik adalah dengan
mendekati teman-temannya, sehingga masing-masing mendapatkan satu wanita, tak harus si blonde.
Keempatnya terdiam mendengar penjelasan John, sedangkan John langsung bergegas kembali ke
kamar untuk membuat algoritma baru. Dengan teori itu, John pun diperkenankan masuk Wheeler Labs
di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan bekerja sebagai peneliti di sana, bersama dua
rekannya, Sol dan Bender. Selain bekerja di lab, John juga diminta mengajar. Ini tentu bukan hal yang
menarik bagi John yang notabene tak pernah masuk ke kelas semasa kuliah.

Tak berapa lama, John didekati seorang agen rahasia dari militer bernama William Pacher. Ia bahkan
diajak ke gudang milik laboratorium yang selama ini dikiranya hanya gudang biasa. Ternyata di dalam
gudang itu terdapat lab rahasia untuk memecahkan kode dari musuh. Kode-kode itu tersebar di koran
dan majalah.

John juga dipasangi semacam implan di bawah kulit lengannya sebagai kunci untuk bisa mengakses
drop spot atau titik di mana ia harus menyerahkan laporan terkait kode yang berhasil ia pecahkan.
Jadilah hari-hari John diwarnai dengan aktivitas menganalisis koran dan majalah, lalu mengklipingnya
kemudian mengirimkan laporan berisi kode yang berhasil terpecahkan ke titik yang telah ditentukan.

Bahkan di suatu malam, ketika John mengantarkan laporannya, William menghampirinya dan
memintanya masuk ke dalam mobil karena mereka sedang diikuti. Sempat terjadi baku tembak.
Untunglah William berhasil melumpuhkan mereka. Namun John menjadi trauma, bahkan dengan
suara-suara keras seperti pintu mobil yang dibanting pelan sekalipun.

Setidaknya di tengah hiruk-pikuk kehidupan John, pria ini bertemu dengan sang istri, Alicia yang
awalnya adalah mahasiswinya di MIT. Ia bahkan menikahi perempuan cantik ini tak lama setelah
mereka dekat. Setelah menikah, John menjadi paranoid, bahkan ketika lampu rumahnya menyala.

Puncaknya, saat ia memberikan kuliah umum di Harvard University, John tidak mampu memberikan
kuliah secara komprehensif. Ia seperti linglung dan penjelasannya berlompatan. Ditambah lagi di
tengah kuliah, ia didatangi dua orang yang dikiranya adalah mata-mata Rusia, karena memang selama
ini John beranggapan bahwa orang-orang baru yang mendekatinya adalah mata-mata Rusia.

Ada apa sebenarnya dengan John?

Didiagnosis Skizofrenia Paranoid

John melarikan diri namun berhasil tertangkap. Salah satu dari beberapa orang yang
mengejarnya mengaku sebagai Dr Rosen dari McArthur Psychiatric Hospital. John
berhasil tertangkap dan dibawa ke rumah sakit. Alicia pun dipanggil. Hal pertama
yang ditanyakan Dr Rosen kepada Alicia adalah tentang keberadaan Charles.

"Apakah kalian pernah makan malam bersama? Apakah ia datang ke pernikahanmu?,"


tanya Dr Rosen. Namun Alicia beralasan, Charles tak pernah bertemu dengannya
karena sibuk mengajar di luar kota. Bahkan ketika Alicia bersikeras Charles adalah
teman sekamar John di Princeton, Dr Rosen mengungkapkan bahwa suaminya tinggal
seorang diri saat kuliah.

Alicia kemudian diberitahu bahwa John terserang skizofrenia paranoid, diduga sejak
kuliah master di Princeton. Ia pun memastikannya dengan mengunjungi ruang kerja
John di Wheeler Labs, yang ternyata dipenuhi kliping dan tumpukan majalah. Ia juga
mendatangi rumah yang selama ini menjadi 'drop spot' John, yang ternyata hanyalah
rumah kosong. Wanita ini bahkan menemukan tumpukan amplop berisi laporan
rahasia dari John yang tak pernah dibuka.

Ketika Alicia mengkonfrontasi hal ini kepada John, suaminya tak terima. Namun
begitu kembali ke kamar, lengan John ditemukan berdarah-darah karena ia berupaya
mencari implan yang menjadi identitas rahasianya selama ini. Ini membuktikan
bahwa apa yang selama ini dilakukan dan dihadapi John seringkali merupakan delusi
semata, termasuk eksistensi Charless dan keponakannya, Marcee serta William.

Menariknya, penonton juga seolah-olah merasakan kehadiran ketiga sosok tak nyata
yang ada di pikiran John. Bahkan ketika faktanya ketiga orang ini tidak benar-benar
ada, penonton mungkin juga dibuat terkejut karena mereka terlihat sangat nyata. Bisa
jadi setelah diagnosis John keluar, banyak yang bertanya-tanya mana lagi orang yang
tidak nyata di hidup John dan mana yang nyata.

Dalam berbagai situs yang memaparkan tentang skizofrenia, sebagian besar


mengatakan gangguan mental ini tergolong serius dan parah (severe). Salah satunya
Mayo Clinic. Di situs ini dikatakan pasien skizofrenia tak bisa membedakan mana
realitas dan mana yang bukan.

Hal ini juga diutarakan Dr Rosen kepada Alicia. Katanya, mimpi terburuk dari
seorang pasien skizofrenia bukan hanya mereka tidak tahu mana yang nyata dan mana
yang tidak, tetapi juga hal-hal yang mereka pikir ada ternyata tidak pernah ada.

Halusinasi dan delusi merupakan gejala utama dari skizofrenia. Halusinasi merujuk
pada kemampuan untuk melihat dan mendengar sesuatu yang tidak ada, sedangkan
delusi adalah meyakini sesuatu yang tidak riil atau nyata. Meski betulan genius, ia
beberapa kali terlihat bicara melompat-lompat.

Gejala lain yang terlihat jelas dalam keseharian John adalah kurangnya kemampuan
untuk berfungsi secara normal, seperti kurang menjaga kebersihan, kurang
memperlihatkan emosi (tidak membuat kontak mata, ekspresi wajah tidak berubah
atau berbicara dengan nada monoton), ditambah lagi dengan tidak tertarik melakukan
rutinitas harian dan tertutup secara sosial.

Gejalanya bisa bervariasi, baik jenis maupun tingkat keparahannya dari waktu ke
waktu. Tetapi beberapa gejala akan terus ada. John mengaku, ia tetap diikuti oleh
sosok tak nyata yaitu Charles, Marcee dan William, bahkan sampai ia menua.

Dalam suatu kesempatan, ia pernah ditanya apakah ketiganya masih ada. John pun
menjawab bahwa mereka selalu ada di sekitarnya, hanya saja ia berhenti berbicara
kepada mereka agar bisa hidup normal demi keluarganya.

John sebenarnya patuh meminum obat, tetapi perubahan pada dirinya membuatnya
enggan berobat lagi. Ikuti kelanjutannya.

Perjuangan John Bertahan di Tengah Kekambuhan

Skizofrenia sebenarnya tergolong kronis dan membutuhkan pengobatan seumur


hidup. Ia pun mulai menjalani terapi, termasuk pengobatan oral. Hidup John, Alicia
dan putra mereka yang telah lahir menjadi lebih tenang, dan mereka sengaja
berpindah tempat tinggal di dekat Princeton karena John sangat mengagumi
kampusnya.

Namun lama-kelamaan ia merasa bersalah karena semenjak meminum obat itu,


otaknya tak lagi bekerja. Saat itu putranya telah lahir, akan tetapi John tak bisa
membantu Alicia mengurusnya, dan satu hal yang membuatnya semakin tak enak hati
adalah ia tak lagi bisa merespons istrinya karena efek samping pengobatan.

Ia pun diam-diam berhenti minum obat. Namun ini berdampak buruk ketika suatu
malam ia mendengar ada sesosok orang yang melempar kerikil ke jendelanya, seolah-
olah memanggil. John keluar rumah dan berlari mengejarnya hingga ke sebuah
pondok yang terbengkalai di belakang rumahnya, dan di sana ia dikepung oleh
beberapa tentara serta William. Delusi dan halusinasi John pun muncul kembali.
Untungnya Alicia menemukan pondok itu secepatnya sehingga menyadari suaminya
kambuh lagi.

Bahkan ketika John akan memandikan putranya, ia nyaris saja menenggelamkan si


bayi karena mengira Charles sedang menungguinya. William juga tiba-tiba masuk ke
rumahnya dan menyuruhnya menghabisi Alicia. Alicia yang kebingungan langsung
menelepon Dr Rosen dan bergegas pergi. Namun John segera sadar dan mencegah
Alicia dengan bersikeras mengatakan Marcee (sesosok bocah kira-kira berumur 10
tahun) tidaklah nyata karena ia tidak tumbuh besar.

Setelah berdiskusi, Dr Rosen berencana memberikan pengobatan baru dengan dosis


yang lebih tinggi kepada John, akan tetapi pria ini menolak. Ia beralasan bisa melatih
pikirannya agar bisa hidup normal. "Justru masalahnya ada di pikiranmu," tegas Dr
Rosen.

Tetapi berkat dukungan Alicia, John akhirnya bisa membaik. Alicia juga
menyarankan agar John kembali ke kampus dan bersosialisasi untuk membantunya
hidup normal lagi.
Dua bulan kemudian John memberanikan diri kembali ke Princeton. Untunglah
kepala fakultas matematika saat itu sudah diduduki oleh rival sekaligus teman kuliah
John, yaitu Martin. Martin menerimanya, meski tidak mengajar. Ia hanya
menghabiskan waktu di perpustakaan untuk menemukan teori-teori baru. Di kampus
John juga tetap menjadi penyendiri, bahkan jadi bahan olokan.

Hingga kemudian di tahun 1978, seorang mahasiswa mendekatinya begitu tahu John
berhasil menyelesaikan sebuah hipotesis. Si mahasiswa mengaku mempelajari
ekuilibrium yang dikembangkan John lalu memperlihatkan teori yang dikerjakannya.

Tak berapa lama, Alicia yang menunggu John di luar perpustakaan dipanggil oleh
Martin untuk diperlihatkan sesuatu. Betapa bahagia Alicia dan Martin ketika melihat
John akhirnya dikerumuni beberapa mahasiswa yang mengajaknya berdiskusi, dan
sejak saat itu ia diperbolehkan mengajar, bahkan menjadi salah satu profesor idola di
Princeton. Bahkan di tahun 1994, John terpilih untuk menerima hadiah Nobel di
bidang ekonomi berkat ekuilibrium yang diciptakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai