Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI PERBANKAN & LPD

Dosen : Putu Putri Prawitasari.,SE.,Ak.,MSi

AKUNTANSI SUMBER DANA (SUB 2.6-2.10)

Disusun oleh : Kelompok 2

Komang Ambar Kinarsih (17)

Ni Komang Wirianti (27)

Ni Putu Anggik Putri Widayanti (33)

Ni Putu Noviyanti (39)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019
2.6 SURAT BERHARGA YANG DITERBITKAN
Surat berharga yang diterbitkan merupakan surat-surat berharga yang
diterbitkan oleh bank untuk dijual kepada pihak lain. Tujuan diterbitkannya surat
berharga ini bagi bank dan dijual kepada pihak lain adalah untuk memperoleh
dana pihak ketiga.
1. Jenis-jenis Surat Berharga yang Diterbitkan
Jenis-jenis surat berharga yang diterbitkan oleh bank pada umumnya
berupa promes, SBPU (Surat Berharga Pasar Uang), dan Obligasi serta surat
berharga lain yang lazim diperdagangankan dalam pasar modal dan pasar
uang. Penjualan surat-surat berharga ini dimaksudkan untuk meningkatkan
likuiditas bank dengan memperoleh dana dari pihak ketiga. Surat Berharga
Pasar Uang (SBPU) yang diperdagangkan :
1) Surat sanggup ( surat aksep atau promes) yang berupa :
a) Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka
penerimaan kredit dari bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank
(LKBB) untuk membiayai kegiatan tertentu.
b) Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman
antar bank.
2) Surat wesel, dapat berupa :
a) Surat wesel yang ditarik oleh suatu bank dan si aksep oleh pihak
lain dalam rangka transaksi tertentu penarik atau pihak tertarik
adalah nasabah bank atau LKBB.
b) Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank atau LKBB dan diaksep
oleh bank atau LKBB dalam rangka pemberian kredit untuk untuk
membiayai kegiatan tertentu.
Khusus untuk perdagangan SBPU dengan Bank Indonesia, SBPU harus
berjangka waktu pendek dengan minimal 30 hari dan bernilai nominal
minimu Rp25.000.000 yang selanjutnya berkelipatan Rp5.000.000 dengan
maksimum Rp10.000.000.000. SBPU yang diterbitkan tidak dalam rangka
kredit yang sebagian atau seluruh dananya berasal dari BLBI, penjualannya
dilakukann dengan cara lelang dengan sistem diskonto.
Perdagangan SBPU harus memperhatikan hak dan kewajiba penjual atau
pembeli. Oleh karena itu ketika perdagangan dimulai harus ditegaskan
perdagangan itu menggunakan cara outright atau repurchases agreement
(repo). Transaksi outright adalah transaksi jual beli SBPU atas dasar sisa
jatuh waktu SBPU yang bersangkutan. Repurchases agreement adalah
transaksi perdagangan SBPU yang mensyaratkan penjual membeli kembali
SBPU sesua dengan jangka waktu yang diperjanjikan. Penyelesaian
transaksi diperhitungkan dengan nilai tunai SBPU sebagai berikut :

Nilai Nominal x 360


Nilai Tunai =
360 + (Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)

2. Akuntansi Surat Berharga yang Diterbitkan


Akuntansi untuk Penerbitan SBPU dapat dibedakan antara penerbitan,
penjualan dan pelunasan SBPU. Rekening SBPU yang diterbitkan
merupakan rekning hutang atau dana bank yang selalu bersaldo kredit
sepanjang surat berharga masih outstanding.
Sebagai contoh : Seorang nasabah Bank Omega membuat surat
pngakuan hutangatas pinjaman yang telah diterima sebesar Rp 80 juta
beserta bunga Rp 20 jutaatau secara keseluruhan sebesar Rp 100 juta dengan
suku bunga 14% setahun jangka waktu 6 bulan, kemudian pada hari yang
sama dijual oleh Bank Omega ke BI dan dibebankan diskonto 13.5%
setahun.
1) Penerbitan

Surat berharga Rp 100.000.000


Debitur Rp  
80.000.000
Pendapatan Bunga Debitur yang diterima dimuka Rp  
2) Penjualan : SBPU dijual ke BI diskonto 13.5%/tahun

BI – Giro Rp   93.250.000


Diskonto SBPU yan belum diamortisasi Rp     6.750.000
Surat berharga – SBPU Rp 100.000.000

Diskonto SBPU tersebut akan dialokasikan setiap bulannya kedalam


rekening biaya dengan jurnal sbb:

Biaya diskonto SBPU                                             Rp 1.125.000


Diskonto SBPU Yang belum diamortisasi            Rp 1.125.000

3) Pelunasan
Pada saat jatuh tempo setelah amortisasi diskonto bulan terakhir dan
SBPU dilunasi oleh Bank Omega dan oleh nasabah yang menerbitkan
surat pengakuan hutang tersebut , oleh Bank Omega dicatat sbb:
Surat berharga –SBPU Rp 100.000.000
Kas/Giro Nasabah Rp 100.000.000
Surat berharga  Rp 100.000.000
BI-Giro Rp 100.000.000

2.7 PINJAMAN YANG DITERIMA


Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yang diterima dari bank
atau pihak lain termasuk Bank Indonesia, lembaga keuangan bukan bank,
lembaga keuangan luar negeri dan masyarakat umum baik dalam valuta rupiah
ataupun valuta asing, dan harus dilunasi bila jatuh tempo.
1. Jenis-jenis Pinjaman yang Diterima
Jenis pinjaman yang diterima umumnya berupa :
1) Pinjaman dari bank lain, yaitu pinjaman yang diperoleh dari bank lain.
2) Pinjaman dari luar negeri atau sering disebut two step loan, yaitu
pinjaman diterima yang diperoleh melalui pemerintah RI (Departemen
Keuangan) dari lembaga keuangan internasional.
3) Pinjaman obligasi, adalah bukti hutang kepada investor (bondholder)
uang dijamin oleh lembaga penjamin efek, serta mengandung janji
pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman
dilakukan pada tanggal jatuh tempo sekurang-kurangnya tiga tahun
sejak tanggal emisi.
4) Bantuan Likuiditas bank Indonesia (BLBI), yaitu pinjaman yang
diterima dari Bank Indonnesia apabila bank mengalami krisis
likuiditas.
5) Pinjaman yang diterima dalam rangka pembiayaan bersama
(sindikasi) satu atau beberapa proyek.
2. Akuntansi Pinjaman yang Diterima
1) Akuntansi Pinjaman yang Diterima
a. Pinjaman yang diterima disajikan di neraca sebesar saldo
pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan.
b. Pinjaman diterima dengan diskonto, maka diskonto tersebut diakui
sebagai bunga dibayar dimuka dan diamortisasi selama jangka
waktu pinjaman.
c. Bunga yang telah jatuh tempo, namun belum dibayar, disajikan
sebagai bunga yang masih harus dibayar dalam pos kewajiban
segera.
d. Fasilitas pinjaman yang belum ditarik dicatat dalam tagihan
komitmen.
e. Bunga akrual atas pinjaman diterima diakui sebagai bunga yang
masih harus dibayar.
2) Akuntansi Pinjaman Bank Lain
Pinjaman dari bank lain adalah pinjaman yang diterima dari bank
lain, yang tidak dikenakan pajak atas pendapatan bunga bagi pihak
kreditor. Pinjaman bank lain merupakan sumber dana yang dihimpun
oleh bank dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Pinjaman ini
memberikan keleluasaan bagi bank untuk mengatur pengembalian
nya, karena jangka waktunya lama.
Contoh :
a) Pada tanggal 10 April 2006 Bank Bima telah menandatangani
akad kredit dengan Bank Putra sebagai kreditor. Jumlah kredit
Rp 1.000.000.000,- jangkawaktu 1 tahun dan bunga 12% per
tahun.
b) Pada tanggal 16 April 2006, dilakukan pencairan kredit
sebesarRp 700.000.000,-melalui rekening giro pada Bank
Indonesia.
c) Tanggal 1 Mei 2006, pencairan kredit yang kedua sebesar Rp
300.000.000,-langsung di debit dari rekening Giro Bank Bima di
Bank Putra.

Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit


10/04/0 Pinjaman diterima yang belum ditarik 1.000.000.000
6 - Pinjaman diterima yang belum
16/04/06 ditarik 700.000.000
Giro pada BI 700.000.000
- Pinjaman diterima 700.000.000
- Pinjaman diterima yang belum
01/05/06 ditarik 300.000.000
Giro Bank lain 300.000.000
- Pinjaman diterima 300.000.000

3) Akuntansi Pinjaman Two Step Loan


a. Pinjaman diberikan oleh lender sendiri atau dalam bentuk
konsorsium kepada pemerintah RI.
b. Pinjaman ditujukan kepada proyek-proyek yang bertujuan
mengembangkan industri kecil dan menengah yang menunjang
perekonomian.
c. Pinjaman dapat berupa devisa, barang modal, atau jasa/tenaga ahli.
d. Pemerintah meneruskan pinjaman kepada Participating Financial
Institution (PFI) yaitu bank-bank dan LKBB dalam bentuk rupiah
sehingga risiko selisih kurs yang terjadi menjadi tanggung jawab
pemerintah.
e. Suku bunga TSL ditentukan oleh pemerintah.
f. TSL berjangka waktu 15-20 tahun sehingga dapat diakui equity.
g. Perbandingan pembiayaan proyek antara dana TSL dengan dana
dari PFI berkisar 80% : 20% dari jumlah kredit.
h. Untuk tagihan TSL yang tidak ditarik (tidak dipergunakan), PFI
wajib membayar kepada pemerintah sejumlah biaya yang dibayar
kepada lender oleh pemerintah sesuai perjanjian termasuk
commitmen charge sejumlah persentase tertentu berkisar 0,75% per
tahun.

Jurnal yang diperlukan :


a. Saat persetujuan
D : RAR Pinjaman yang diterima dan belum digunakan
b. Saat realisasi
K : RAR Pinjaman yang diterima dan belum digunakan
D : Giro-BI
K : Pinjaman yang diterima-TSL
c. Saat penyesuaian bunga
D : Biaya Bunga
K : Biaya Bunga Harus Dibayar
d. Saat pembayaran bunga setelah penyesuaian
D : Biaya Bunga Harus Dibayar
K : Giro-BI
e. Bila bunga dibayar langsung
D : Biaya Bunga
K : Giro-BI
f. Saat pelunasan pinjaman
D : Pinjaman yang diterima
K : Giro- BI
4) Akuntansi Pinjaman Obligasi
Obligasi merupakan instrumen untuk menciptakan hutang. Sumber
dana berasal dari obligasi yang merupakan alternatif bank yang
menerbitkan obligasi harus membayar bunga kepada pembeli obligasi.
Pembayaran bunga dapat dilakukan setiap periode tertentu secara
tetap. Kewajiban ini akan diikuti pelunasan obligasi pada saat jatuh
tempo.
Dalam penerbitan obligasi, bank harus mendapat izin dari otoritas
Pasar Modal. Disamping itu penerbit obligasi harus memenuhi
perlindungan negatif dan perlindungan positif. Pencatatan pinjaman
obligasi dilakukan ketika terjadi transaksi penjualan obligasi dan
ketika terjadi pelunasan bunga atau pokok obligasi.
Contoh : Tanggal 2 Januari 2015 Bank Artamara menjual obligasi
jangka panjang kepada PT Kadir Jaya sebanyak 1000 lembar, nominal
per lembar Rp1.000.000, jangka waktu 5 tahun. Bunga nominal 18%
per tahun dibayarkan di belakang setiap tanggal 31 Desember. Tingkat
diskonto sebesar 16%.
Perhitungan :

Nilai tunai bunga = 1.000.000 x 18% x 3,433 x 1000 lbr = 619.740.000


Nilai tunai pokok obligasi = 1.000.000 x 0,519 x 1000 lbr = 519.000.000
Harga obligasi = 1.138.740.000
Pinjaman Obligasi = 1.000.000 x 1000 lbr = 1.000.000.000

Jurnal :

02/01/2015
Kas/Giro PT. Kadir Jaya Rp 1.138.740.000
Agio Obligasi Rp 138.740.000
Pinjaman Obligasi Rp1.000.000.000

31/12/2015
Biaya Bunga Rp 180.000.000
Kas Rp 180.000.000
Amortisasi
Agio Obligasi Rp 27.748.000
Biaya Bunga Rp27.748.000
.8. KEWAJIBAN LAIN-LAIN
Kewajiban lain-lain di dalam sistem kerja suatu bank bisa disebut sebagai
pos untuk menampung kewajiban-kewajiban bank yang tidak dapat
digolongkan kedalam salah satu pos dana dan juga tidak mencukupi untuk
disajikan di dalam pos tersendiri. Jenis-jenis Kewajiban Lain-Lain antara lain :
1. Pendapatan yang diterima dimuka
Pendapatan lain yang diterima dimuka antara lain pendapatan sewa
jangka panjang yang diterima dimuka, uang kontrak pemberian jangka
panjang, dan lain-lain.
Sebagai contoh : Bank Muamalat menempatkan dananya pada Bank
BCA dalam bentuk sertifikat berjangka yang bunganya diterima dimuka
sebesar Rp 200.000.000,00 suku bunga 14,4% pada dengan jangka waktu 6
bulan.

D : Bank BCA – Sertifikat Berjangka Rp 200.000.000,00


K : Bunga Sertifikat Berjangka
yang Diterima Dimuka  Rp   14.400.000,00
K : Bank Indonesia Rp
185.600.000,00
Setiap bulannya Bank Muamalat mencatat alokasi pendapatan bunga
yang diterima dimuka tersebut.

D : Bunga Sertifikat Berjangka YDD Rp 2.400.000,00


K : Pendapatan Bunga Sertifikat Berjangka Rp 2.400.000,00

2. Selisih Hutang Pajak


Sebagai contoh : Bank Muamalat membebankan hutang pajak terlalu besar
Rp 8.000.000,00

D : Hutang Pajak Penghasilan Rp 8.000.000,00


K : Biaya Pajak Penghasilan Rp
8.000.000,00
3. Biaya yang masih harus dibayar
Biaya yang masih harus dibayar adalah pos-pos kewajiban lainnya yang
tidak dapat dikelompokkan kedalam sumber dana biaya yang masih harus
dibayar, contoh : biaya bunga simpanan berjangka yang dihitung setiap
tanggal jatuh waktu.
.9. MODAL PINJAMAN
Modal pinjaman adalah pinjaman yang didukung dengan menggunakan
instrumen yang disebut capital notes, loan stock atau warkat lain yang
dipersamakan dengan itu, dan mempunyai sifat modal sendiri.
1. Ciri-ciri modal pinjaman
Berikut ciri-ciri modal pinjaman:
- Tidak dijamin oleh bank penerbit (issuer) dan sifatnya dipersamakan
dengan modal (subordinated) yang telah dibayar penuh
- Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiaitif pemilik (pemegang capital
notes) tanpa persetujuan Bank Indonesia
- Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah
kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang
termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi
- Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi
atau labanya tidak mencukupi untuk membayar bunga tersebut
2. Akuntansi modal pinjaman
Transaksi modal pinjaman dengan penerbitan warkat (loan stock atau
capital notes) harus dicatat oleh bank menurut nilai nominalnya. Apabila
dalam mengupayakan penerbitan modal pinjaman ini terdapat biaya-biaya,
tersebut tidak perlu diperlakukan sebagai beban dalam periode berjalan
dimana modal pinjaman tersebut diterbitkan.
1) Penerbitan
Sebagai contoh : Bank A menerbitkan capital notes sebanyak 100
lembar, masing-masing bernilai @Rp4.000.000 atau sebesar
Rp400.000.000 untuk mendapatkan modal pinjaman. Suku bunga sebesar
12% setahun. Dengan jangka waktu 4 tahun. Modal pinjaman ini
diterima untuk keuntungan rekening giro Bank A pada Bank B. Biaya-
biaya untuk pengurusan penerbitan modal ini telah dikeluarkan sebesar
Rp20.000.000 tunai. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini sebagai
berikut:
D: Bank lain - giro  Rp. 400.000.000
D: Biaya penerbitan modal 

2) pinjaman dibayar dimuka  Rp. 20.000.000 Am


K: Modal pinjaman  Rp. 400.000.000 orti
K: Kas  Rp. 20.000.000 sasi

Biaya
Amortisasi biaya penerbitan ini dilakukan selama 4 tahun, yaitu
Rp20.000.000 dibagi 4 tahun yaitu sebesar Rp. 5.000.000 per tahun. Ayat
jurnal untuk mencatat amortisasi ini sebagai berikut:

D: Biaya penerbitan modal pinjaman  Rp. 5.000.000


K: Biaya penerbitan modal pinjaman 
dibayar dimuka  Rp. 5.000.000
3) Perhitungan Bunga
Beban bunga tahunan sebesar 12% dari pokok pinjaman sebesar
Rp.400.000.000 akan dibukukan ke dalam perhitungan laba rugi. Beban
bunga ini harus dibayar oleh Bank A selama Bank A memperoleh laba.
Dalam hal Bank A tidak memperoleh laba atau labanya tidak mencukupi
untuk membayar bunga tersebut, maka pembayaran bunga dapat
ditangguhkan. Biaya bunga dibayar tunai, ayat jurnal yang harus dibuat
oleh Bank A bila Bank A mendapatkan laba adalah sebagai berikut:
(Rp 400.000.000 x 12% = Rp 48.000.000)

D: Biaya bunga modal pinjaman  Rp. 48.000.000


K: Kas  Rp. 48.000.000

Bila Bank A tidak mampu untuk membayar bunga modal pinjaman ini
yang disebabkan karena laba tidak mencukupi atau terdapat saldo rugi,
maka ayat jurnal penangguhan bunga ini dapat dilakukan sebagai berikut:
D: Biaya bunga modal pinjaman  Rp. 48.000.00
K:Bunga modal pinjaman yang ditangguhkan  Rp. 48.000.000
4) Pelunasan
Jika Bank A hendak melunasi seluruh modal pinjaman, maka terlebih
dahulu seluruh penangguhan biaya bunga harus dilunasi baru kemudian
pokok pinjaman. Sebagai contoh: Apabila Bank A hendak melunasi
seluruh hutang modal pinjamannya sebesar Rp.400.000.000 atas beban
rekening giro pada Bank Indonesia, akan dibukukan dengan ayat jurnal
sebagai berikut:

D: Modal pinjaman  Rp. 400.000.000


K: Bank Indonesia - giro  Rp. 400.000.000

2.10. MODAL BANK


Modal bank merupakan hak pemilik bank kepada bank yang bersangkutan.
Modal bank ini juga merupakan hutang bank kepada para pemiliknya, oleh
karena itu disajikan sebagai salah satu komponen passive disebelah kanan
neraca. Modal bank merupakan modal awal pada saat pendirian yang jumlahnya
telah ditetapkan dalam suatu ketentuan atau pendirian.
1. Komponen modal bank
Ada beberapa komponen modal bank dalam neraca antara lain : modal
saham yang ditempatkan dan disetor, modal sumbangan, laba ditahan
dengan tujuan, laba ditahan tanpa tujuan, penilaian kembali aktiva tetap, dan
modal sumbangan (modal donasi) Penyetoran modal dari para pemilik
perusahaan tidak harus melalui tunai. Setoran modal dapat juga berupa
penyerahan barang-barang modal, dan jenis penyetoran lainnya.
2. Akuntansi untuk modal
Akuntansi untuk transaksi modal meliputi penyetoran modal, penyisihan
laba usaha setelah pajak untuk tujuan tertentu atau cadangan, penambahan
modal dari pihak lainnya.

1) Saat penyetoran dana modal


Sebagai contoh: Apabila pada saat mendirikan bank omega, dilakukan
setoran sebagai modal saham dari pemiliknya dalam bentuk :
 Uang tunai langsung pada rekening giro Bank Indonesia sebesar Rp.
40.000.000.000
 Gedung kantor di Jakarta senilai Rp. 18.000.000.000.
 Inventaris kantor senilai Rp. 300.000.000.
 Kendaraan Rp. 100.000.000.

Oleh Bank Omega – Jakarta akan dibukukan seluruhnya sebagai


penyetoran modal bank sebesar Rp. 58,4 milyar dengan ayat jurnal
sebagai berikut :

D : Bank Indonesia – Giro Rp 40.000.000.000.


D : Aktiva Tetap – Gedung Rp. 18.000.000.000
D : Aktiva Tetap – Inventaris Kantor Rp. 300.000.000
D : Aktiva Tetap – Kendaraan Rp. 100.000.000
K : Modal Saham Rp. 58.400.000.000

2) Penyisihan Laba Usaha Bank


Setiap akhir periode, setelah mengetahui hasil bersih hasil usaha laba
atau laba bersih bank, Bank Omega akan menyisihkan sejumlah labanya
untuk keperluan tujuan khusus. Penyisihan ini bukan berarti menyisihkan
sebagian uang tunai untuk membayar atau memenuhi kewajiaban tertentu
dikemudian hari. Penyisihan ini hanyalah cara untuk mengalokasikan
laba untuk tidak dibagikan kepada para pemegang saham atau karyawan
saham atau karyawan dalam bentuk dividen maupun bonus.
Sebagai contoh, apabila pada akhir tahun bank omega mendapatkan
laba sebesar Rp24.000.000.000 dan diputuskan oleh direksi untuk
mencadangkan sebagai berikut.
 Pembagian Laba = Rp. 5.000.000.000
 Pembayaran hutang jangka panjang = Rp. 2000.0000.000

Oleh Bank Omega dibukukan :+

D : Ikhtisar Laba Rugi – Laba Tahun Berjalan Rp. 24.000.000.000


K : Laba Ditahan PenyisihanPembagian Laba Rp. 5.000.000.000
K : Laba Ditahan – Pembayaran Hutang Jangka Panjang Rp. 2.000.000.000
K : Laba Ditahan – Tanpa Tujuan Rp. 17.000.000.000
Rekening Laba Ditahan untuk tujuan, pembagian laba dan
pembayaran hutang jangka panjang, dalam istilah akuntansinya dikenal
denganappropriated retained earnings, sedangkan laba ditahan tanpa
tujuan dikenal dengan unappropriated retained earnings.
3) Penambahan dan Pengurangan Lainnya
Komponen modal juga dapat bertambah karena penjualan saham yang
dapat dijual diatas harga nominalnya, sehingga tercipta adanya agio
saham(premium). Bila harga jual dibawah nilai nominalnya akan
terdapat disagio saham (discount). Premium diatas saham akan
menambah komponen modal, sedangkan discount atas saham akan
mengurangi modal.
Sebagai contoh: Apabila nilai nominal saham bank omega sebesar Rp.
1.000.000. dan dijual sebanyak 200 lembar dengan kurs sebesar 102
persen tunai maka oleh Bank Omega akan dibukukan dengan ayat jurnal
sebagai berikut :

D : Kas Rp 204.000.000
K : Modal Saham Rp
200.000.000
K : Agio Saham Rp. 4.000.000
Selain agio dan disagio saham, komponen lain yang akan menambah
komponen modal adalah komponen yang diterima dari sumbangan, atau
dikenal modal sumbangan (donated capital).Biasanya modal sumbangan
diterima dalam bentuk natura atau barang yang dinilai menurut harga
atau nilai pasar dari aktiva tersebut pada saat diterima. Sebesar nilai
pasar yang ditaksir ini akan dicatat sebagai aktiva pada neraca dan
sebagai modal sumbangan pada kelompok modal.
Sebagai contoh : Apabila Bank Omega menerima hibah dalam bentuk
seperangkat computer IBM sistim 4341 dari sebuah perusahaan besar di
Jakarta, nilai pasarnya ditaksir sebesar Rp. 400.000.000. Oleh Bank
Omega akan dibukukan sebagai berikut :

D : Aktiva Tetap – Komputer Rp. 400.000.000


K : Modal Sumbangan Rp 400.000.000
Dengan diterimanya modal sumbangan, komponen modal akan
semakin bertambah dan dengan demikian akan memperbesar rrasio
kecukupan modal atau CAR.
3. Klasifikasi modal bank
Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai
Standard Bank For International Settlements, yaitu:
1) Modal Inti (Tier 1)
Modal ini terdiri dari modal disetor, modal sumbangan,
cadangancadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang
diperoleh setelah diperhitungkan pajak. Modal inti merupakan modal
yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal dari cadangan
yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Porsi terbesar modal
inti terletak pada modal saham yang disetor. Sedangkan selebihnya
sangat tergantung laba yang diperoleh dan kebiajakan RUPS.
Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga nominal. Selisih
harga saham di atas nilai nominal dicatat sebagai agio saham. Selisihnya
harga saham di bawah nilai nominal dicatat sebagai disagio saham. Agio
saham akan diamortisasi setiap akhir periode dan disagio saham akan
diakumulasi setiap akhir periode.
Harga saham atau nilai modal disetor (pald in capital) merupakan
total yang dibayar oleh pemegang saham kepada bank emiten untuk
ditukarkan dengan saham preferen atau saham biasa. Nilai modal disetor
merupakan penjumlahan nilai nominal ditambah dengan agio saham atau
nilai nominal dikurangi disagio saham. Sedangkan nilai nominal
merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar
saham. Nilai nominal ditentukan berkaitan dengan kepentingan hukum,
misalnya untuk proteksi terhadap kreditur. Dalam hal bank emiten
menerbitkan saham biasa dan saham preferen, maka penyajian dalam
neraca saham preferen harus dilakukan.
Contoh:
 Tanggal 2 Januari 2012 telah diterima setoran awal dana dari Bapak
Surya Darma untu modal bank berupa uang tunai Rp. 500.000.000,
aktiva tetap berupa tanah senilai Rp. 600.000.000, kendaraan baru dan
belum disusut senilai Rp. 200.000.000, inventaris kantor senilai Rp.
200.000.000. Setoran saat ini dicatat dalam bentuk saham biasa untuk
150.000 lembar dengan nilai nominal Rp. 10.000 per lembar, kurs
103%.

 Tanggal 10 Januari 2012 dijual saham biasa 10.000 lembar dengan


nominal Rp. 5000, kurs 97%. Pembayaran diterima tunai.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


2/1/2012 Dr. Kas 545.000.000
Dr. AT.Tanah 600.000.000
Dr. AT. Kendaraan 200.000.000
Dr. AT. Inventaris Kantor 200.000.000
Cr. Modal Disetor-Saham Biasa 1.500.000.000
Cr. Agio Saham 45.000.000

Dr. Kas 48.500.000


Cr. Disagio Saham 1.500.000
Cr. Modal Disetor-Saham Biasa 50.000.000

Perlakuan akuntansi untuk pemesanan saham adalah emiten akan


mendebit piutang pemesan saham dan mengkredit modal saham
yang dipesan. Dalam hal pemesanan tidak melunasi sisa pembayaran
saham, maka emiten dapat mengembalikan jumlah pembayaran
sebelumnya, atau dijadikan hak milik emiten (bila ada perjanjian)
dan dimasukkan sebagai komponen tambahan modal dengan
perkiraan tambahan modal-pembatalan pemesanan saham. Cara lain
untuk mengatasai ini adalah dengan mengeluarkan saham yang
jumlahnya sama dengan jumlah pembayaran yang telah diterima.
Alternatif-alternatif ini dilakukan berdasarkan perjanjian yang telah
disepakati antara emiten dengan calon pemodal.
Contoh transaksi pemesanan saham:
 Tanggal 15 Juni 2012 Bank Mitra Buana menerima pesanan
saham 100.000 lembar saham biasa dari PT Mirana dengan kurs
102. Harga nomminal per lembar Rp. 10.000. uang muka pesanan
saham diterima 60% tunai.
 Tanggal 30 Juni 2012 pesanan saham tersebut dilunasi secara
tunai.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


15/6-2012 Dr. Kas 612.000.000
Dr. Piutang –PT Mirana 408.000.000
Cr. Modal Saham Dipesan 1.000.000.000
Cr. Agio Saham 20.000.000

30/6-2012 Dr. Kas 408.000.000


Dr. Modal Saham Dipesan 1.000.000.000
Cr. Piutang PT Mirana 408.000.000
Cr. Modal Disetor-Saham Biasa 1.000.000.000

2) Modal Pelengkap (Tier 2)


Modal pelengkap terdiri dari atas cadangan-cadangan yang dibentuk
tidak berasal dari laba, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi.
Secara rinci modal pelengkap dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk


dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat
persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.

b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk


dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud
untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat
dati tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva
produktifnya.

c. Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrumen atau


warkat yang memiliki sifat-sifat seperti modal dan mempunyai
ciriciri tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, tidak dapat
ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI,
mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal
jumlah kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-
cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum
dilikuidasi, dan pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila
bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk
membayar bunga tersebut.
d. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman memenuhi syarat-syarat
ada perjanjian tertulis, mendapat persetujuan BI dan tidak
dikamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh
dengan minimal jangka waktu 5 tahun, pelunasan sebelum jatuh
tempo harus mendapatkan persetujuan BI serta hak tagih berada
pada urutan paling akhir dalam hal bank likuidasi.

3) Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3)

a. Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan (tier 3)


untuk tujuan perhitungan Kebutuhan Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio (CAR) secara
individual dan/atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak.

b. Modal pelengkap tambahan (tier 3) dalam perhitungan KPMM


hanya dapat digunakan untuk memperhitungkan risiko pasar.

c. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap


tambahan (tier 3) adalah pinjaman subordinasi jangka pendek
yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang


bersangkutan dan telah disetor penuh;

b) Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 (dua)


tahun;

c) Tidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan


dalam perjanjian pinjaman kecuali dengan persetujuan BI.
d) Terdapat klausula yang mengikat (lock-in clause) yang
menyatakan bahwa tidak dapat dilakukan pembayaran pokok
atau bunga, termasuk pembayaran pada saat jatuh tempo,
apabila pembayaran dimaksud dapat menyebabkan KPMM
secara individual atau secara konsolidasi dengan perusahaan
atau tidak memenuhi ketentuan yang berlaku;

e) Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal


pelunasannya; dan

f) Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.


d. Modal pelengkap tambahan (tier 3) untuk memperhitungkan
risiko pasar hanya dapat digunakan dengan memenuhi kriteria:

a) Tidak melebihi 250% (dua ratus lima puluh per seratus)


dari bagian modal inti yang dialokasikan untuk
memperhitungkan risiko pasar;

b) Jumlah modal pelengkap (Tier 2) dan modal pelengkap


tambahan (tier 3) paling tinggi sebesar 100% (seratus per
seratus) dari modal ini.

e. Modal pelengkap (tier 2) yang tidak digunakan dapat


ditambahkan untuk modal pelengkap tambahan (tier 3) dengan
memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.
f. Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang
berlaku dan melebihi 50% (lima puluh per seratus) modal inti,
dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap tambahan
(tier 3) dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimanan
dimaksud pada poin 4 ini.

DAFTAR PUSTAKA
Taswan, 2008 . Akuntansi Perbankan : Transaksi dalam Valuta Rupiah (Edisi 3).
Yogyakarta : Penerbit UPP STIM YKPN

https://ariearjuna.wordpress.com/akuntansi-sumber-dana/9-kewajiban-lain-lain/

https://modulakuntansionline.blogspot.com/2014/09/modal-pinjaman

Anda mungkin juga menyukai