Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
TINGKAT 2C
25
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Mata
Kuliah Dokumentasi Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Halusinasi Pendengaran Dengan Fokus Terapi Psikoreligius : Dzikir Di
Rsud Banyumas” dengan baik. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit
hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman, kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan adanya makalah ini, diharapkan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan, referensi pembuatan
makalah, dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
gangguan jiwa. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami
Penulis
DAFTAR ISI
C. Tujuan .................................................................................................... 4
1. Definisi ............................................................................................. 6
2. Etiologi ............................................................................................. 7
7. Penatalaksanaan ............................................................................... 11
1. Pengkajian ........................................................................................ 13
4. Evaluasi ............................................................................................ 18
A. Kesimpulan ............................................................................................ 52
B. Saran ....................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kehampaan, seolah tidak ada lagi yang mampu memahami perasaan yang
2013 bahwa prevalensi gangguan jiwa di Indonesia sebesar 1,7 per mil dan
kasus gangguan jiwa di Jawa Tengah sebanyak 34.571 orang. Salah satu
contoh gangguan jiwa yaitu skizofrenia. Gejala yang sering muncul dari
halusinasi”.
kelima jenis halusinasi tersebut, halusinasi yang paling umum dan sering
mendengar bisikan atau suara yang tidak nyata berupa sesuatu yang
stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya (Yosep dan Sutini,
2015).
peran sebagi peneliti. Dalam penelitian yang akan dilakukan, penulis akan
dengan fokus studi terapi dzikir. Terapi dzikir merupakan salah satu jenis
terapi psikoreligius yang dapat digunakan untuk mengontrol atau
dari dzikir antara lain : dapat mensucikan hati dan jiwa, dzikir dapat
menyehatkan tubuh, dzikir dapat mencegah manusia dari bahaya nafsu dan
buruk.
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Saat kita dekat dengan Allah maka
hati menjadi tenang, pikiran menjadi lebih positif dan terhindar dari
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan umum :
2. Tujuan Khusus :
PEMBAHASAN
A. Konsep Halusinasi
1. Definisi
tanpa adanya rangsangan dari luar, ganguan sensori ini meliputi panca
oleh klien. Stimulus atau rangsangan palsu tersebut berupa suara tidak
nyata. Bisikan atau suara yang dialami klien dapat berupa fantasi atau
sesuatu yang menyenangkan maupun suatu acaman bagi klien. Jika klien
tidak mampu mengontrol bisikan atau suara palsu yang didengar, maka
a. Dimensi Fisik
b. Dimensi Emosinoal
c. Dimensi Intelektual
perhatian klien.
d. Dimensi Sosial
e. Dimensi Spiritual
a. Tahap Comforting
nonpsikotik.
b. Tahap Condeming
psikotik ringan.
c. Tahap Controlling
d. Tahap Conquering
klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi
pendengaran adalah :
a. Data Subjektif
berbahaya
b. Data Objektif
4) Menutup telinga
6. Pohon Masalah
Pendengaran
7. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi
b. Terapi nonframakologi
berupa Tahlil (La Ilaha illa Allah artinya Tiada Tuhan Selain
ketenangan hati.
agar klien lupa atau terhindar dari bisikan atau suara palsu yang
1. Pengkajian
halusinasi pendengaran.
a. Biodata
(skizofrenia). Penanggung jawab dari Ny. R adalah suami klien bernama Tn. S yang
b. Alasan masuk
Klien pertama Tn. S masuk dengan adanya perubahan perilaku sejak 04 April
2019. Perubahan perilaku ini ditandai dengan sering melamun, tidak bisa tidur, dan
Pada klien kedua yaitu Ny. R masuk RSUD Banyumas karena adanya keluhan
mulut berair liur, gelisah, sulit tidur, merasa takut. Ny. R pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu dan kambuhan lebih dari 5 kali yang terakhir tahun 2018.
c. Pengkajian fisik
Pada Tn. S diperoleh hasil pemeriksaan fisik keadaan umum : baik. Tanda tanda
tinggi badan 170 cm dan berat badan 50 kg. Klien tidak memiliki keluhan fisik.
Sedangkan pada Ny. R didapatkan hasil keadaan umum: baik. Tanda-tanda vital
kali/menit, tinggi badan 160 cm dan berat badan 70 kg. Klien memiliki keluhan fisik
d. Pengkajian psikososial
1) Genogram
Klien 1 Tn. S
: Klien Tn. S
: Menikah
: Garis keturunan
: Meninggal
Klien 2 Ny. R
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien Ny. R
: Menikah
: Garis keturunan
: Meninggal
Penjelasan :
Klien Tn. S tinggal satu rumah dengan ibunya, saudara kandung, saudara
ipar, serta keponakan. Klien dan keluarga menggunakan bahasa jawa dalam
keluarganya. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti Tn. S.
sehari-hari yang digunakan dalam keluarga yaitu bahasa Jawa. Di dalam keluarga
tidak ada yang memiliki gangguan jiwa seperti Ny. R. Dalam pengambilan
2) Konsep diri
mempunyai anggota tubuh yang lengkap dan utuh, klien mensyukuri atas
pemberian dari Alloh SWT. Tn. S tidak mengalami kelainan fisik. Identitas diri,
diperoleh data bahwa klien berjenis kelamin laki-laki, sudah menikah, dan tidak
bekerja sejak dirawat di rumah sakit. Peran diri Tn. S menjalankan perannya
sebagai anak namun belum bisa membantu memenuhi kebutuhan kedua orang
tuanya karena sakit. Pengkajian ideal diri, diperoleh data bahwa Tn. S segera
bertemu istrinya dalam keadaan sehat. Pada harga diri, Tn. S merasa sedih dengan
bersyukur atas segala bentuk nikmat yang diberikan Allah SWT. Identitas diri,
diperoleh data bahwa klien seorang perempuan, sudah menikah dan menjadi
seorang istri. Peran diri, Ny. R menjalankan perannya sebagai istri dan ibu rumah
tangga. Ideal diri, Ny. R ingin cepat sembuh agar bisa kumpul bersama suami dan
merepotkan keluarga karena sudah lebih dari 5 kali di rawat di bangsal jiwa.
Tn. S pada pengkajian hubungan sosial diperoleh hasil bahwa orang yang
paling dekat dengannya adalah ibunya. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau
Sedangkan pada Ny. R, diperoleh hasil bahwa orang yang paling dekat
dimasyarakat dan selama sakit jarang keluar dari rumah. Klien Ny. R lebih
4) Pola spiritual
selama dirumah mengerjakan sholat 5 waktu. Selama di Rumah Sakit Jiwa dia
e. Status mental
1) Penampilan Umum
Klien Tn. S menggunakan seragam klien rumah sakit yang bersih, rambut
rapi, baju klien diganti setiap habis mandi, dan menggunakan pakaian yang
sesuai.
2) Pembicaraan
Pada pengkajian terhadap Tn. S didapatkan data dia berbicara jelas dengan
nada pelan. Pembicaraan Tn. S dapat dimengerti dan dia mampu memulai
pembicaraan terlebih dahulu. Sedangkan pada klien Ny. R berbicara kurang jelas
dengan nada pelan. Pembicaraan Ny. R dapat dimengerti dan klien tidak mampu
3) Aktivitas Motorik
Klien Tn. S ketika dikamar lebih banyak tidur. Tn. S mau melakukan
kegiatan seperti membersihkan tempat tidur. Klien Ny. R lebih banyak tidur dan
4) Alasan Perasaan
Klien Tn. S mengatakan ketakutan, khawatir dan gelisah jika mendengar
bisikan-bisikan itu muncul. Tn. S juga ingin cepat pulang karena sudah bosan di
RSUD Banyumas.
datang. Ny. R juga mengatakan ingin cepat pulang karena sudah kangen dengan
5) Afek
Tn. S dan Ny. R mempunyai afek labil, ada perubahan ekspresi wajah saat
klien kurang kooperatif, kontak mata kurang. Klien dapat menjelaskan apa
7) Persepsi sensori
bisikan anak kecil. Respon klien saat mendengar suara-suara itu klien berulang-
ulang memanggil-manggil anak kecil. Suara itu timbul saat klien melamun dan
9) Isi pikir
Tn. S berpikir untuk cepat sembuh dan bertemu istrinya. Sedangkan Ny.
R saat ini berpikir ingin segera kumpul bersama keluarga dan cucunya. Tn. S dan
11) Memori
Tn. S mampu mengingat semua kejadian, kapan masuk rumah sakit, dan
mengingat kapan masuk rumah sakit. Tn.S tidak mempunyai gangguan daya ingat
baik jangka panjang maupun jangka pendek. Ny. R mengalami gangguan dalam
Tn. S dan Ny. R mampu berhitung dengan baik dan dapat menjawab
Tn. S dan Ny. R mampu menilai mana yang baik dan yang buruk. Kedua
Tn. S dapat makan dan minum sendiri sesuai waktu tanpa disuruh atau diingatkan.
Tn. S dapat merapikan piring kotor yang telah dipakainya. Sedangkan Ny. R makan
dan minum dibantu oleh suaminya. Tn. S dapat BAK dan BAB secara wajar dan
mandiri di kamar mandi. Ny. R BAK dan BAB dibantu oleh suaminya.
Dalam kebersihan diri Tn. S tidak perlu diingatkan, bila sudah tiba waktunya
untuk mandi akan mandi tanpa diingatkan. Ny. R selama di rumah sakit hanya di seka
dan dibantu oleh suaminya. Tn. S dan Ny. R dalam pemenuhan kebutuhan istirahat
Ketika kembali kerumah diharapkan Tn. S dan Ny. R dibantu dan dipantau dalam
minum obat. Tn. S dan Ny. R kurang mengerti manfaat obat bagi kesembuhan
penyakitnya. Dalam pemeliharaan kesehatan, Tn. S dan Ny. R setelah keluar dari RSJ
akan kontrol rutin dan minum obat secara teratur. Kegiatan di dalam rumah, Tn. S
dan Ny. R membersihkan dan merapikan tempat tidur, serta kegiatan yang diarahkan
g. Mekanisme koping
Klien Tn. S mengatakan jika ada masalah diceritakan pada ibunya, tetapi lebih
sering diam dan dipendam sendiri. Sedangkan pada Ny. R mengatakan lebih sering
diam jika tidak ada yang perlu dibicarakan, dan jarang berkomunikasi dengan orang
lain.
h. Aspek medis
Pada Tn. S diagnosa medisnya adalah skizofrenia. Selama di RSUD Banyumas
ini, klien mendapat terapi Clozapine 25 mg 3x1, Clobazam 10 mg 3x1 yaitu jam
06.00, 14.00, 22.00. Pada Ny. R diagnosa medisnya adalah skizofrenia. Selama di
RSUD Banyumas ini, klien mendapatkan terapi Clozapine 25 mg 3x1 yaitu jam
2. Pohon Masalah
bisikan yang kurang jelas isinya. Respon Tn. S saat mendengar merasa ketakutan dan
berlari kabur dari rumah, suara timbul pada saat melamun dan kecapean. Suara
muncul 2-4 kali. Saat suara itu muncul Tn. S sudah berusaha melawan untuk
mengusir suara tersebut namun tidak kunjung pergi. Data obyektifnya Tn. S terlihat
anak kecil. Suara itu muncul saat dia sedang melamun dan ketika malam hari dengan
frekuensi 2-3 kali. Respon Ny. R saat mendengar suara yaitu memanggil-manggil
anak kecil yang ada di dekatnya secara berulang-ulang. Data obyektifnya Ny. R
terlihat sering menyendiri, banyak tidur, kurang berinteraksi dengan klien lainnya.
pendengaran.
3. Masalah keperawatan
Berdasarkan hasil analisa data, maka masalah keperawatan yang muncul pada Tn.
4. Rencana keperawatan
Sesuai dengan kasus yang dialami Tn. S dan Ny. R, penulis menemukan masalah
keperawatan 3 hari pertemuan, diharapkan klien Tn. S dan Ny. R klien mempercayai
kepada perawat, klien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan
merupakan masalah yang harus diatasi, serta klien dapat mengontrol halusinasi.
Tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran terdiri dari 4 strategi pelaksanaan yaitu pada strategi pelaksanaan 1 klien
adalah bina hubungan saling percaya, bantu klien mengenal halusinasi berupa isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, dan respon. Jelaskan cara mengontrol
cara bercakap-cakap bersama orang lain. Strategi pelaksanaan 3 klien adalah latih klien
klien adalah bantu klien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar, yaitu benar
nama klien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat disertai penjelasan mengenai kegunaan obat dan akibat berhenti minum
obat.
klien membaca dzikir agar hati lebih tenang. Terapi dzikir diberikan pada Tn. S dan Ny.
5. Tindakan keperawatan
Implementasi pada Tn. S dan Ny. R dilakukan selama 3 hari, dimulai dari tanggal
18 April sampai tanggal 20 April 2019. Pada tanggal 18 April 2019 tepatnya pukul 10.00
WIB dilakukan implementasi pada Tn. S untuk mengontrol halusinasi yaitu membina
hubungan saling percaya, membantu klien mengenal halsuinasinya berupa isi, frekuesi,
waktu terjadi, situasi yang membuat halusinasi muncul, perasaan saat halusinasi muncul,
respon klien terhadap halusinasinya dan menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik.
Penulis membuat kontrak waktu dengan Tn. S selama 15 menit, memperkenalkan
diri mengemukakan maksud dan tujuan penulis pada pertemuan pertama. Penulis
menanyakan kapan halusinasi muncul, berapa kali halusinasi muncul, situasi yang
bagaimana halusinasi itu muncul, isi halusinasi klien, perasaan klien saat halusinasi
muncul dan apa yang dilakukan klien saat halusinasinya muncul, mengajarkan klien
kepada klien lalu mempraktikan bersama dan menganjurkan klien melakukannya secara
mandiri.
Tn. S mengatakan bahwa saat halusinasi muncul saat klien melamun. Halusinasi
Tn. S muncul 2-4 kali sehari. Tn. S merasa ketakutan setiap kali halusinasinya muncul.
Tn. S mengatakan isi halusinasinya tidak jelas. Respon klien yaitu berlari kabur dari
rumah. Penulis mengajarkan teknik yang pertama untuk halusinasi yaitu dengan cara
menghardik. Respon klien setelah diajarkan teknik yang pertama yaitu klien memahami
bagaimana cara menghardik dan klien dapat melakukan cara menghardik halusinasi
pendengaran dengan menutup telinga dan berkata “kamu suara palsu, saya tidak percaya
kamu”.
Pukul 11.00 WIB penulis melakuan implementasi pada Ny. R untuk mengontrol
halusinasi yaitu membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal halusinasi
yaitu isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon, menjelaskan
menghardik.
mengemukakan tujuan penulis pada pertemuan pertama. Penulis mengajak klien duduk
didalam ruangan sambil duduk berhadapan, menjaga kontak mata dengan klien. Klien
menyebutkan namanya namun klien tidak mampu mempertahankan kontak mata. Penulis
menanyakan kapan halusinasi muncul, berapa kali halusinasi muncul, situasi yang
bagaimana halusinasi itu muncul, isi halusinasi klien, perasaan klien saat halusinasi
muncul dan apa yang dilakukan klien saat halusinasinya muncul, mengajarkan klien
Ny. R mengatakan bahwa mendengar suara-suara anak kecil. Respon klien saat
mendengar suara-suara itu klien berulang-ulang memanggil-manggil anak kecil. Suara itu
timbul saat klien melamun dan pada malam hari. Suara muncul 2-3 kali. Penulis
mengajarkan teknik yang pertama untuk mengontrol halusinasi yaitu dengan cara
menghardik. Respon klien yaitu dapat memahami bagaimana cara menghardik dan
melakukan cara menghardik halusinasi pendengaran dengan menutup telinga dan berkata
Pukul 12.00 Tn. S diberikan terapi individu yaitu berupa terapi dzikir. Tn. S
berada di sebuah ruangan dengan keadaan tenang. Sebelum memulai terapi dzikir,
penulis terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan serta menanyakan perasaan klien.
Tn. S memahami maksud dan tujuan serta mengungkapkan perasaannya dan mengatakan
jika saat ini masih takut jika suara itu muncul lagi. Penulis membimbing Tn. S untuk
membaca dzikir yang telah disediakan. Setelah selesai membaca dzikir, penulis kembali
dzikir, akan tetapi klien mengatakan bahwa dirinya merasa ngantuk karena baru saja
minum obat. Pada pukul 13.30 penulis menghampiri Ny. R kembali untuk memberikan
terapi dzikir. Penulis membimbing Ny. R untuk membaca dzikir yang telah disediakan.
setelah membaca dzikir. Ny. R mengatakan setelah membaca dzikir, pikiran sedikit
tenang dan tidak gelisah. Pukul 14.00 penulis menghampiri Tn. S dan Ny. R untuk
mengevaluasi SP 1 klien dan SP terapi dzikir. Tn. S dan Ny. R masih bisa melakukan
Pada tanggal 19 April 2019 pukul 08.00 WIB penulis melakuan implementasi ke
2 pada Tn. S untuk mengontrol halusinasi yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.
Penulis kontrak waktu dengan Tn. S selama 15 menit, mengemukakan tujuan pertemuan
ke 2 dengan Tn. S. Penulis mengevaluasi latihan menghardik yang dilakukan oleh klien.
Pada pukul 09.00 WIB penulis melakuan implementasi ke 2 pada Ny. R untuk
mengontrol halusinasi yaitu bercakap-cakap. Penulis kontrak waktu dengan klien selama
latihan menghardik yang dilakukan oleh klien. Setelah dilakukan evaluasi menghardik,
dan kedua klien berada di sebuah ruangan dengan keadaan tenang. Sebelum memulai
terapi dzikir, penulis terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan serta menanyakan
perasaannya. Tn. S memahami maksud dan tujuan serta mengungkapkan perasaannya dan
mengatakan jika saat ini Tn. S masih takut jika suara itu muncul lagi. Setelah slesai
membaca dzikir, penulis kembali menanyakan bagaimana perasaan setelah berdzikir. Tn.
Kemudian pukul 13.20 Ny. R diberikan terapi dzikir. Sebelum memulai terapi
dzikir, penulis terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan serta menanyakan
dan mengatakan jika saat ini Ny. R masih takut dan khawatir jika suara itu muncul lagi.
Setelah slesai membaca dzikir, penulis kembali menanyakan bagaimana perasaan setelah
berdzikir. Ny. R mengatakan setelah berdzikir hati tenang dan tidak gelisah. Pukul 13.30
penulis menghampiri Tn. S dan Ny. R dan mengevaluasi SP 2 klien dan SP terapi dzikir.
Tn. S dan Ny. R masih bisa melakukan bercakap-cakap dengan orang lain dan kedua
klien tenang.
Pada hari ke 3 tanggal 20 April 2019 pukul 08.00 WIB, penulis melakukan
implementasi ke 3 pada Tn. S yaitu melatih cara mengontrol aktivitas terjadwal dengan
melakukan kegiatan yang digemari. Menanyakan pada klien tentang hobi atau kegiatan
apa yang gemar dilakukan Tn. S. Saat ditanya kegiatan apa yang paling digemari yaitu
olahraga. Pukul 08.30 Tn. S melaksanakan senam rutin bersama klien yang lain.
Pada pukul 09.00 WIB, penulis melakukan implementasi ke 3 pada Ny. R yaitu
melatih cara mengontrol aktivitas terjadwal dengan melakukan kegiatan yang digemari.
Menanyakan pada klien tentang hobi atau kegiatan apa yang gemar dilakukan Ny. R. Saat
ditanya kegiatan apa yang paling digemari yaitu bersih-bersih. Ny. R mempraktikan
Pukul 11.40 WIB, penulis melakukan implementasi yang ke 4 pada Tn. S yaitu
membantu klien mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur. Penulis
membuat kontrak waktu dengan klien selama 15 menit, mengemukakan tujuan dan
pertemuan ke 4 dengan klien. Penulis membantu klien minum obat secara teratur dengan
prinsip lima benar, yaitu benar nama klien, benar nama obat, benar cara minum obat,
benar waktu minum obat, dan benar dosis obat disertai penjelasan mengenai kegunaan
obat dan akibat berhenti minum obat. Klien memahami penjelasan penulis dan
melakukannya.
Pada pukul 12.05 WIB, penulis melakukan implementasi yang ke 4 pada Ny. R
yaitu membantu klien mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur.
Penulis kontrak waktu dengan klien selama 15 menit, mengemukakan tujuan dan
pertemuan ke 4 dengan klien. Penulis membantu klien minum obat secara teratur dengan
prinsip lima benar, yaitu benar nama klien, benar nama obat, benar cara minum obat,
benar waktu minum obat, dan benar dosis obat disertai penjelasan mengenai kegunaan
obat dan akibat berhenti minum obat. Klien memahami penjelasan penulis dan akan
melakukannya.
Penulis memberikan terapi dzikir pukul 13.00 pada Tn. S dan pada Ny. R pukul
13.30. Sebelum memulai terapi dzikir, penulis terlebih dahulu menjelaskan maksud dan
tujuan serta menanyakan perasaannya. Tn. S dan Ny. R memahami maksud dan tujuan
serta mengungkapkan perasaannya dan mengatakan jika saat ini sudah tidak pernah
mendengar suara-suara lagi. Bacaan dzikir dibaca secara dengan fasih dan dibimbing oleh
klien dan SP terapi dzikir. Tn. S dan Ny. R memahami tentang prinsip minum obat 5
benar. Sdr. A dan Sdr. A bisa melakukan melakukan aktivitas yang terjadwal. Tn. S mau
melaksanakan sholat 5 waktu yang sebelumnya hanya dzuhur, ashar, dan magrib,
sedangkan Ny. R akan melaksanakan sholat, kedua klien tenang. Tn. S sudah tidak
6. Evaluasi
Penulis mengevaluasi tindakan selama 3 hari yang dilakukan kepada Tn. S dan
Ny. R pada tanggal 20 April 2019. Klien Tn. S dan Ny. R dapat mengenal halusinasinya
meliputi isi, frekuensi, waktu pencetus, perasaan, dan respon. Klien Tn. S dan Ny. R
bercakap-cakap dengan orang lain, menyusun jadwal aktivitas harian, dan minum obat
secara teratur.
Penulis juga mengevaluasi pemberian terapi dzikir Tn. S dan Ny. R. Tn. S
mengatakan setelah membaca dzikir, pikiran tenang dan ingin lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan. Ny. R mengatakan setelah membaca dzikir hati tenang dan akan
menjalankan ibadah.
A. Pembahasan
1. Pengkajian
Klien Tn. S dan Ny. R mengalami keluhan yang sama yaitu sering mendengar
suara-suara tanpa adanya rangsang dari luar. Suara yang dialami Tn. S berupa suara yang
tidak jelas tapi menakutkan. Sedangkan suara yang dialami Ny. R berupa suara anak
kecil. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa halusinasi merupakan persepsi atau
tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsang dari luar (Stuart & Laria dalam
Sutejo, 2013). Bisikan atau suara yang dialami klien dapat berupa fantasi atau sesuatu
Faktor predsiposisi pada Tn. S yaitu faktor psikologi, klien Tn. S baru pertama
kali dirawat di RSUD Banyumas karena gangguan jiwa. Klien tinggal bersama ibu,
saudara, serta keponakan. Klien tidak pernah mengalami aniaya maupun kekerasan.
Sedangkan Ny. R termasuk faktor biokimia, yaitu klien pernah mengalami gangguan jiwa
dimasa lalu dan kambuhan lebih dari 5 kali yang terakhir tahun 2018. Hal tersebut sesuai
dengan yang disampaikan oleh Fitria (2012) dan Keliat & Pasaribu (2016) bahwa faktor
halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi, yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial,
dan dimensi spiritual. Sesuai dengan data yang dipreoleh bahwa faktor presipitasi pada
Tn. S yaitu merasa tertekan karena hutangnya dan mengalami depresi berat. Tn. S
termasuk ke dalam dimensi emosional. Pada Ny. R faktor presipitasinya yaitu karena
klien kangen pada cucunya yang berada di luar kota dan klien mengalami kesulitan tidur
selama 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Ny. R termasuk dalam dimensi sosial.
Pengkajian pada Tn. S dapat berjalan dengan baik karena klien kooperatif.
Sedangkan pada Ny. R kurang berjalan dengan baik karena klien lebih banyak diam.
Untuk mengatasi hal tersebut, penulis melakukan komunikasi terapeutik dengan teknik
pertanyaan terbuka dan sering mengunjungi klien Ny. R untuk membina hubungan saling
percaya. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Videbeck (2008) bahwa
cara pencapaian solusi yang memuaskan dan dapat diterima oleh klien.
Sesuai dengan hasil analisa data pada klien Tn. S dan Ny. R, maka diagnosa
adalah klien mendengar suara-suara yang tidak berhubungan dengan stimulasi nyata yang
2. Perencanaan
maupun mengurangi masalah yang dialami oleh klien. Tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan diberikan kepada klien dan keluarga. Dermawan dan Rusdi (2013)
Tujuan dari tindakan SP klien yaitu klien mengenali halusinasi yang dialaminya,
optimal. Sedangkan tujuan dari SP keluarga yaitu keluarga dapat terlibat dalam
perawatan klien baik dirumah maupun di rumah sakit, dan keluarga pun dapat menjadi
menggunakan proses fisiologis (Zikria, 2012 dalam Damayanti, Jumaini dan Sri Utami,
2014). Terapi yang diberikan pada klien yaitu terapi dzikir. Sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Dermawan (2013), diperoleh data bahwa 8 responden yang dilakukan
terapi psikoreligius dzikir selama 2 minggu secara teratur diperoleh hasil : dari 8
Penulis memberikan terapi dzikir pada Tn. S dan Ny. R. Tindakan terapi dzikir
dilakukan setelah klien melaksanakan sholat. Ma’afi dalam Widyaningrum, D.P (2017)
mengatakan bahwa waktu mustajab yaitu setiap setelah solat fardhu, waktu diantara
adzan dan iqomah, ketika sujud, hari juma’at, waktu sepertiga malam, ketika turun hujan.
Terapi dzikir dilakukan dengan durasi 10-15 menit selama 3 hari di ruangan yang tenang
3. Tindakan Keperawatan
dapat berjalan lancar sesuai yang diharapkan penulis. Sesuai pengamatan penulis, selama
3 hari dilakukan asuhan keperawatan, kedua klien dapat mengikuti dan mengaplikasikan
keperawatan, keluarga klien tidak berkunjung. Hal ini sebagai hambatan lain yang
ditemukan oleh penulis yaitu dalam memberikan SP keluarga terhadap keluarga Tn. S.
Pemecahan masalah ini yaitu penulis membuat pendelegasian kepada perawat untuk
menemui keluarga untuk memberikan SP keluarga, keluarga Ny. R mengatakan sudah tau
dan sudah pernah diberikan SP keluarga sebelumnya. Dalam pemecahan masalah ini
penulis memberikan modul terapi dzikir agar keluarga bisa membantu Ny. R dalam
Terapi nonfarmakologi yang berikan kepada Tn. S dan Ny. R yaitu terapi dzikir.
Hambatan dalam pemberian pada klien Ny. R yaitu mengantuk saat akan melakukan
terapi dzikir karena efek obat. Dalam pemecahan masalah ini yaitu terapi dilakukan
setelah efek dari obat klien berkurang yaitu setelah klien tidur siang.
4. Evaluasi
keperawatan yang sudah perawat lakukan untuk klien halusinasi adalah klien
mempercayai kepada perawat, klien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada
objeknya dan merupakan masalah yang harus diatasi, serta klien dapat mengontrol
halusinasi.
Secara keseluruhan, tidak ada kesenjangan antara teori dengan hasil evaluasi yang
didapat dari kedua klien. Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
selama 3 hari yaitu Tn. S dan Ny. R merasa lebih tenang, tingkat halusinasinya
berkurang, dan sudah tidak mendengar bisikan-bisikan. Respon obyektifnya yaitu Tn. S
dan Ny. R dapat mempraktekkan teknik mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
sering bercakap-cakap dengan rang lain, melakukan aktivitas secara terjadwal, dan
Perbedaan tingkat keberhasilan antara kedua klien yaitu Tn. S sudah tidak
tapi frekuensinya berkurang, yang awalnya 2-3 kali menjadi 1 kali dalam sehari.
Perbedaan tersebut karena pada Tn. S lebih lancar dalam membaca bacaan dzikir dan
lebih bersemangat untuk segera sembuh kembali. Tetapi pada Ny. R kurang bersemangat
untuk kesembuhannya karena sering mengalami kekambuhan dan Ny. R dalam membaca
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan dan tujuan khusus penulisan laporan kasus Asuhan
Keperawatan Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran pada pasien Tn. S dan Ny.
1. Hasil pengkajian yang dilakukan kepada Tn. S dan Ny. R diperoleh data bahwa pasien
dikarenakan klien memiliki riwayat gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan yang
menimbulkan kekambuhan pada saat ini yaitu klien ingin bertemu dengan cucunya yang
2. Berdasarkan analisa data dari masalah yang dialami oleh klien Tn. S dan Ny. R maka
diagnosa utama yang penulis rumuskan yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.
3. Perencanaan tindakan keperawatan pada Tn. S dan Ny. R yaitu menggunakan Strategi
berinteraksi dengan orang lain. SP 3 yaitu melatih klien melaksanakan aktivitas yang
terjadwal telah disusun ruangan berdasarkan jadwal kegiatan harian. Dan SP 4 yaitu
melatih klien menggunakan obat secara teratur. Selain Strategi Pelaksanaan, intervensi
lain yang diberikan pada Tn.S dan Ny. R yaitu terapi dzikir.
4. Tindakan keperawatan yang penulis berikan yaitu melakukan pengelolaan kasus dengan
strategi pelaksanaan (SP) tentang cara mengontrol halusinasi serta terapi dzikir. Pada saat
pemberian terapi dzikir hari pertama klien Ny. R merasa ngantuk, sehingga pemberian
terapi dzikir dihari berikutnya diberikan setelah efek dari obat yang klien minum
berkurang.
5. Evaluasi hasil asuhan keperawatan, bahwa tindakan Strategi Pelaksanaan dan terapi
dzikir yang diberikan pada Tn. S dan Ny. R dapat diaplikasikan dengan baik. Perubahan
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari dengan strategi pelaksanaan dan
terapi dzikir membantu Tn. S menjadi rajin dalam menjalankan sholat 5 waktu, hati
menjadi tenang, dan ingin mendekatkan diri pada Tuhan. Sedangkan pada Ny. R
membantu klien menjadi tenang dan tidak gelisah. Perbedaan tingkat keberhasilannya
yaitu Tn. S sudah tidak mendengar bisikan-bisikan lagi, sedangkan pada Ny. R masih
mendengar bisikan-bisikan tapi frekuensinya berkurang, awalnya 2-3 kali menjadi 1 kali
dalam sehari. Perbedaan tersebut karena pada Tn. S lebih lancar dalam membaca bacaan
dzikir dan lebih bersemangat untuk segera sembuh kembali. Dan pada Ny. R kurang
bersemangat untuk kesembuhannya serta dalam membeca dzikir kurang lancar dan harus
selalu diingatkan.
B. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut, maka penulis memberikan saran dengan agar kualitas
pemberian asuhan keperawatan lebih baik lagi khususnya pada klien dengan halusinasi
pendengaran :
1. Bagi pasien, apabila halusinasi muncul kembali maka bisa melakukan teknik mengontrol
menjenguk anggota keluarganya yang sedang dirawat di rumah sakit sehingga dapat
3. Bagi pihak rumah sakit, diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas pemberian asuhan
keperawatan secara prfesional agar tindakan yang diberikan tepat dan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
4. Bagi penulis, diharapkan lebih memahami dan menguasai konsep asuhan keperawatan