DAN KESELAMATAN
RSIA PALA RAYA TEGAL
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan
bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja
dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3
di RS. Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya
lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya,
radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi
para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering
terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit
infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu
sprains, strains : 52%; contussion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures:
10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions:
1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US Department of
Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).
Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi pada
perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia, diantara 813
perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera
musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung menghabiskan biaya
kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun. Khusus di Indonesia, data
penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS belum tergambar dengan jelas, namun
diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para petugas di RS, sehubungan dengan bahaya-
bahaya yang ada di RS.
Selain itu, Gun (1983) memberikan catatan bahwa terdapat beberapa kasus penyakit
kronis yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan (wanita),
penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% (wanita) serta
nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae. Ditambahkan juga bahwa terdapat
beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau
pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan
lain, seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak,
gangguan pada saat kehamilan,penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu dikelola
dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan
sebuah pedoman K3 di RS, baik bagi pengelola maupun karyawan RS.
Tujuan Khusus :
1. Terlaksananya program kerja K3 RS
2. Meningkatkan kesehatan lingkungan kerja RS
3. Meningkatkan kesehatan karyawan RS
4. Terselenggaranya deteksi dini dan pencegahan kebakaran dan bencana
5. Meningkatkan SDM yang mendukung keselamatan dan kesehatan kerja
Manfaat :
1. Bagi Rumah Sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS
c. Meningkatkan citra RS.
2. Bagi karyawan RS :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
3. Bagi pasien dan pengunjung :
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung
Sasaran :
a. Pengelola RS
b. Karyawan RS
c. Pasien dan pengunjung RS
d. Masyarakat sekitar
D. Landasan Operasional
Pengertian
Kesehatan Kerja Menurut WHO / ILO (1995)
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan;
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan
penyesuaian pekerjaan kepada manusia
dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Manajemen K3 RS
Suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di RS .
Upaya K3 di RS
Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen
K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.
Bahaya Potensial di RS
Bahaya Potensial di RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat
kerja.Yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur); faktor kimia (antiseptik,
gas anestasi) ; faktor ergonomi (cara kerja yang salah); faktor fisika (suhu, cahaya, bising,
listrik, getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama
karyawan/atasan).
Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di RS, diantaranya adalah mikrobiologik,
fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko hukum/keamanan.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di RS, umumnya berkaitan dengan faktor biologic (kuman
patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil
namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestasi pada hati; faktor ergonomi
(cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); factor fisik dalam dosis kecil yang terus
menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem
pemroduksi darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat
darurat dan bangsal penyakit jiwa).
Respon Kegawatdaruratan di RS
Kegawatdaruratan merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau
luka serius bagi pekerja, pengunjung ataupun masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha,
mengganggu operasi, menyebabkan kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam finansial
dan citra RS. RS mutlak memerlukan Sistem Tanggap Darurat sebagai bagian dari
Manajemen
K3 RS.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
10. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
11. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja
12. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Wajib Laporan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja
13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 186/Men/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/ 2001 tentang Pedoman
Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang Pedoman
Pengamanan Dampak Radiasi
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar
Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Ruangan RumahSakit
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang Penggunaan
Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 432/Menkes/Per/IV/2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
RSIA PALA RAYA TEGAL, berkedudukan di Jl. Pala Raya No.11 A Kel. Mejasem
Barat, Kec.Kramat, Kab.Tegal, Jawa Tengah. RSIA PALA RAYA TEGAL adalah PT.Delima
Mitra Husada, yang telah mendapat pengesahan dari Dinas Kesehatan Tegal. Rumah sakit ini
memiliki luas tanah 3.319,5 m2 dan luas bangunan 4.323,13 m2. Rumah sakit memiliki
kapasitas 65 tempat tidur.
Untuk menyelenggarakan kegiatan RSIA PALA RAYA TEGAL, Direktur PT. Delima
Mitra Husada mengangkat Pengurus RSIA PALA RAYA TEGAL. Dalam penyelenggaraan
dan pengembangan RSIA PALA RAYA TEGAL Pengurus dapat bekerjasama dengan pihak
lain atas nama PT.Delima Mitra Husada yang diatur dalam surat kesepakatan tersendiri. RSIA
PALA RAYA TEGAL adalah rumah sakit dengan klasifikasi Rumah Sakit Khusus Kelas C,
diselenggarakan berdasarkan izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia nomor :
440/17/001/III/2017.
RSIA Pala Raya menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan 24 jam,
fasilitas penunjang medis dan fasilitas lainnya, dengan rincian sebagai berikut:
1. Pelayanan Rawat Jalan
a. Poliklinik Umum
b. Poliklinik Anak
c. Poliklinik Kandungan dan Kebidanan
d. Poliklinik Bedah Umum
e. Poliklinik Penyakit Dalam
f. Poliklinik THT
g. Klinik Fisioterapi
h. Klinik konsultasi Gizi
2. Pelayanan Rawat Inap
a. Ruang Cempaka (Kelas 3) : 12 tempat tidur
b. Ruang Kenanga (Kelas 2) : 12 tempat tidur
c. Ruang Melati (Kelas 1) : 10 tempat tidur
d. Ruang Mawar (Kelas Utama) : 6 tempat tidur
e. Ruang Bougenville (VIP B) : 6 tempat tidur
f. Ruang Anggrek (VIP A) : 6 tempat tidur
g. Ruang Amanda (VVIP) : 1 tempat tidur
h. Perinatologi : 8 tempat tidur
i. HCU : 2 tempat tidur
j. Isolasi : 2 tempat tidur
3. Pelayanan 24 jam
a. UGD
b. Apotek
c. Kamar Bersalin
d. Ambulance
e. Kamar Operasi
4. Fasilitas Penunjang Medis
a. Laboratorium
b. Radiologi
c. Farmasi
d. Fisioterapi
e. Gizi
f. Rekam Medik
g. IPSRS
h. Sanitasi
5. Fasilitas lainnya
a. Loundry
b. Ambulance
c. Pemulasaran jenazah
BAB III
VISI, MISI, MOTTO RUMAH SAKIT
A. VISI
Visi RSIA Pala Raya adalah “Menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak yang terpercaya”.
B. MISI
1. Mengutamakan keselamatan dan kepuasan pasien
2. Selalu berupaya meningkatkan mutu pelayanan
3. Melaksanakan tarif rumah sakit yang efisien
4. Menciptakan suasana kerja yang nyaman, komunikatif, dan terintegrasi dengan
baik
C. MOTTO
1. Melayani dengan ketulusan hati
2. Kesembuhan, kesehatan dan keselamatan datang dari Allah SWT.
BAB IV
Direktur Utama
Ketua Komite K3
Sekretaris Komite K3
Ketua Sub Komite K3 Ketua Sub Komite.Kesling Ketua Sub Komite Kebakaran Ketua Sub Komite. Bancana
Tanggung Jawab : Secara struktural bertanggungjawab kepada Direktur Utama RSIA Pala
Raya
Persyaratan : A. Formal
Berijazah minimal D III Kesehatan Lingkungan
B. Informal
Pengalaman mengelola Kesehatan Lingkungan minimal satu tahun
Tanggung Jawab : Secara struktural bertanggung jawab kepada Ketua Komite K3 RS.
Pengertian : Suatu Tim yang dibentuk Direksi untuk pengawasan, edukasi dan
pertolongan keselamatan kepada pengunjung / keluarga pasien,
masyarakat dan karyawan. Khususnya yang berada di lingkungan
RSIA Pala Raya
Persyaratan : A. Formal
Staf medis dan non medis yang dianggap cakap dam mampu
melaksanakan tugas tersebut.
B. Informal
Memahami isi
a. UU No. 1 Tahun 1971 Tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 36 / 2009 Tentang Kesehatan
c. UU No. 44 / 2009 Tentang Rumah Sakit
Hak & Wewenang : 1. Berhak menggunakan sarana dan prasarana Rumah Sakit untuk
menunjang pelaksanaan tugasnya.
2. Memberikan usulan dan saran kepada Direksi sehubungan dengan
pelaksanaan di lapangan.
3. Mendapatkan imbalan jasa sesuai dengan kemampuan RSIA Pala
Raya
Pengertian : Suatu Tim yang dibentuk Direksi untuk pengawasan, edukasi dan
pertolongan keselamatan kepada pengunjung / keluarga pasien,
masyarakat dan karyawan. Khususnya yang berada di lingkungan
RSIA Pala Raya
Persyaratan : A. Formal
Staf medis dan non medis yang dianggap cakap dam mampu
melaksanakan tugas tersebut
B. Informal
Memahami isi
a. UU No. 1 Tahun 1971 Tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 36 / 2009 Tentang Kesehatan
c. UU No. 44 / 2009 Tentang Rumah Sakit
Hak & Wewenang : 1. Berhak menggunakan sarana dan prasarana Rumah Sakit untuk
menunjang pelaksanaan tugasnya
2. Memberikan usulan dan saran kepada Direksi sehubungan dengan
pelaksanaan di lapangan
3. Mendapatkan imbalan jasa sesuai dengan kemampuan RSIA Pala
Raya
Pengertian : Seorang yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RS.
Graha HusadaBandar Lampung untuk membantu Ketua Sub Komite K3
RSIA Pala Rayadalam hal mengumpulkan, mengelola
dan pelaporan data semua kegiatan K3RS sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku.
Tanggung Jawab : Secara struktural bertanggungjawab kepada Ketua Sub Komite K3 RS.
Unit DIKLAT
KOMITE
Unit SATPAM K3RS IPSRS
PPI
Mekanisme kerja
- Ketua Komite K3 RS memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan unit pelaksana K3
RS.
- Sekretaris Komite K3 RS memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas
kesekretariatan dan melaksanakan keputusan Ketua Komite K3 RS.
- Anggota Komite K3 RS mengikuti rapat Komite K3 RS dan melakukan pembahasan
atas persoalan yang diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan Ketua Komite K3 RS.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Komite K3 RS mengumpulkan data
dan informasi mengenai pelaksanaan K3 di RS. Sumber data antara lain dari bagian personalia
meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit dan
perawatan RS, khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan. Dan sumber yang lain bisa
dari tempat pengobatan RS sendiri antara lain jumlah kunjungan, P3K dan tindakan medik
karena kecelakaan, rujukan ke RS bila perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan dan lama
berobat. Dari bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat kecelakaan dan biaya perbaikan.
Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan lingkungan kerja RS,
terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya potensial baik yang berasal dari kondisi
berbahaya maupun tindakan berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan pelaksanaan
K3 dan analisisnya. Data dan informasi dibahas dalam organisasi/unit pelaksana K3 RS, untuk
menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif maupun tindakan preventif.
Hasil rumusan disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada direktur utama RS.
Rekomendasi berisi saran tindak lanjut dari Komite K3 RS serta alternatif-alternatif pilihan
serta perkiraan hasil/konsekuensi setiap pilihan.
Komite K3 RS dan unit K3 membantu melakukan upaya promosi di lingkungan RS baik
pada petugas, pasien maupun pengunjung, yaitu mengenai segala upaya pencegahan KAK dan
PAK di RS. Juga bisa diadakan lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau unit kerja yang ada di
lingkungan kerja RS, dan yang terbaik atau terbagus pelaksanaan dan penerapan K3 nya
mendapat reward dari direktur utama RS.
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL KOMITE K3RS
3. Tenaga dokter umum /dokter gigi minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan K3 /
Hiperkes yang berakreditasi mengenai K3RS
5. Tenaga Diploma III /S1 Kesehatan minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan K3
Kebakaran dasar yang terakreditasi mengenai K3RS.
8. Tenaga Diploma III / S1 Teknik Kimia minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan
K3 Limbah B3 yang terakreditasi mengenai K3RS.
9. Tenaga Diploma III / S1 teknik Komputer minimal 1orang, yang mendapat pelatihan
K3 yang terakreditasi mengenai K3RS.
10.Tenaga Diploma III / S1 Teknik Listrik minimal 1 orang, yang mendapat pelatihan K3
Listrik yang terakreditasi mengenai K3RS
Perhitungan tenaga kerja berdasarkan Beban Kerja, ( Workload Indicator Staff Need )
Sumber data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja meliputi :
a. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu :
1. Waktu kerja yang tersedia
2. Standar beban kerja
3. Standar kelonggaran masing-masing katergori tenaga.
b. Kuantitas kegiatan Pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahun
Disusun berdasarkan berbagai data kegiatan pelayanan yang telah
dilaksanakan di tiap unit kerja di rumah sakit selama kurun waktu satu tahun.
Kuantitas kegiatan pokok
Kebutuhan Tenaga = + Standar Kelonggaran
Standar beban kerja
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI
KEGIATAN ORIENTASI
A. KEGIATAN ORIENTASI SECARA UMUM
Kegiatan orientasi adalah kegiatan orientasi bagi Calon karyawan (peserta magang), yang
akan bekerja di RSIA Pala Raya
Kegiatan orientasi terbagi :
1. Orientasi khusus di Bagian Personalia/Sumber Daya Manusia (HRD)
2. Orientasi umum yaitu bersama-sama calon karyawan (peserta magang) di bagian lain
di Rumah Sakit Graha HusadaLampung
No Penanggung
Materi Waktu Metoda Jawab
1 Visi, misi unit kerja Hari ke -1 Ceramah Ketua
2. Struktur Organisasi unit Hari ke -1 Ceramah Ketua
3. Pengenalan lingkungan Hari ke -2 Ceramah Koordinator
kerja & rekan kerja Sekretariat
4. Pengenalan UTW, SPO Hari ke -2 Ceramah Koordinator
dan sistem kerja unit Sekretariat
5. Melatih pekerjaaan sesuai Hari ke – 3 Praktik langsung Kepala
UTW dan SPO seksie
6. Pengenalan lingkungan Hari ke – 3 Praktik langsung Kepala
kerja di unit-unit RS seksie
BAB X
PERTEMUAN / RAPAT
KETERANGAN :
Pertemuan Insidental dapat melibatkan petugas dalam lingkup unit RS, kepala Bagian,
Kepala Seksie dan staf petugas unit kerja terkait diluar Komite K3RS.
PELAPORAN
Dalam melaksanakan kegiatannya, Komite K3Rs mencatat / merekam kegiatan rumah
sakit dan melakukan pelaporan dalam bentuk laporan - laporan sebagai berikut :
A. Pelaporan Ekternal
1. Laporan Bulanan Komite K3 RS eksternal kepada Dinas Kesehatan, sesuai dengan
formulir pelaporan yang ada pada standar K3RS menurut Menteri Kesehatan.
2. Laporan Semester (6 bulan) Komite K3 RS eksternal kepada Dinas Kesehatan, sesuai
dengan formulir pelaporan yang ada pada standar K3RS menurut Menteri Kesehatan.
B. Pelaporan Internal
1. Laporan Triwulan Komite K3 RS Internal kepada Direktur Utama, meliputi semua
program dan kegiatan yang di lakukan oleh komite K3RS pada setiap bulannya dan
dilaporkan setiap tiga bulan.
2. Laporan Tahunan Komite K3 RS Internal kepada Direktur Utama, meliputi semua
program dan kegiatan yang di lakukan oleh komite K3RS pada setiap bulannya dan
direkaputilasi selama satu tahun.
Direktur Utama