Kel.2 RBD
Kel.2 RBD
A. PENDAHULUAN
Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari. Di Inggris adalebih
dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun. Di Amerika Serikat dilaporkan
25.000tindakan bunuh diri setiap tahun dan merupakan penyebab kematian kesebelas.
Rasiokejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu. Pada
usiaremaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua. (Susanto, 2010)
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa1
juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 15-34 tahun, selain
karenafaktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri
daripadawanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif
untuk bunuhdiri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung
yang tinggi,sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau
racun, namunsekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita
lebih seringmemilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang
lain.
B. TUJUAN
1
BAB II
A. KONSEP DASAR
a. Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destrultif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhirinya dengan carabunuh diri
mempunyairiwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, danskozofrenia.
2. Sifat kepribadian.
3. Lingkungan psikososial
4. Riwayat keluarga
2
5. Faktor biokimia
Data menunjukan bahwa pada klien dengan respon bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terjadi terdapat di dalam otak seperti
serotinin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zattersebut dapat dilihat
melalui ekaman gelombang otak Elektro Encephalo Grab (EEG).
6. Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres berlebihan yang
dialami oleh individu.pencetusan sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melaluimedia mengenai orang yang melakukan bunuh idir
ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosi labil, hal tersebut
menjadi sangat rentan.
2. Rentang respon
A. Respon Protektif-diri dan Perilaku Bunuh Diri Perilaku destruktif-diri yaitu setiap
aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarahkepada kematian. Aktivitas ini
dapat diklasifikasikan sebagai langsung atau tidak langsung.Perilaku destruktif-
diri langsung mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri. Niatnya
adalahkematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan.
Lama perilaku berjangka pendek, (Stuart,2006, hal 226).
1. Merokok
2. Mengebut
3. Berjudi
4. Tindakan kriminal
5. Penyalagunaan zat
3. Mekanisme koping
4
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh
dirimungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasimasalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme
adaptif padadiri seseorang
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
tepat(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan
diri. misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
seorangkaryawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan
diriakibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.
4. Psikofarmaka
Penanganan pasien percobaan bunuh diri dapat dilakukan dengan terapi medikamentosa.
Studi meta analisis menemukan bahwa penggunaan antidepresan pada pasien depresi
5
dapat menurunkan ide bunuh diri pada pasien berusia 25 tahun ke atas. Penggunaan
antidepresan pada pasien usia 24 tahun atau lebih muda dapat menurunkan gejala depresi.
Namun, efek penurunan ide bunuh diri tidak konsisten dalam penelitian. Penggunaan
antidepresan pada usia ini dikaitkan dengan perubahan risiko bunuh diri yakni munculnya
onset baru, perburukan ide, dan usaha bunuh diri. Pada tahun 2004, FDA mengeluarkan
peringatan tentang kemungkinan peningkatan risiko bunuh diri terkait penggunaan
antidepresan pada usia kurang dari 24 tahun.[9] Golongan obat yang banyak digunakan
adalah inhibitor reuptake serotonin selektif seperti fluoxetine.
Terapi psikofarmaka lain yang banyak digunakan adalah golongan mood stabilizer seperti
litium. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan litium menurunkan kejadian bunuh
diri. Hasil penelitian ini didukung oleh studi meta analisis. Pada studi RCT dengan subjek
pasien depresi unipolar dan bipolar ditemukan bahwa penggunaan litium menurunkan
risiko bunuh diri dibandingkan plasebo. Mekanisme pasti bagaimana litium dapat
menurunkan risiko bunuh diri belum diketahui pasti. Dihipotesiskan hal ini berkaitan
dengan menurunkan episode perubahan mood atau dengan menurunkan impulsivitas dan
perilaku agresif.
Golongan obat yang banyak digunakan pada kegawatdaruratan adalah ketamin, golongan
glutamanergik, yang biasa digunakan sebagai sedatif. Pada studi ditemukan bahwa
penggunaan ketamine dosis rendah menunjukkan efek antidepresan setelah pemberian
pada pasien depresi mayor dan gangguan bipolar. Ketamin dapat digunakan sebagai dosis
tunggal atau berulang dapat mengurangi ide bunuh diri. Efek yang tidak diinginkan dari
penggunaan ketamin adalah potensi penyalahgunaan, respons terapi yang sementara dan
efek samping pada sistem kardiovaskular dan psikotomimetik. Golongan clozapine,
antipsikosis atipikal, menurunkan risiko bunuh diri pada pasien skizofrenia atau
skizoafektif.
1) Pengkajian
6
Data yang diperlukan dikumpulkan saat pengkajian Riwayat masa lalu
2) Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami
4. Riwayat pengobatan.
6. Catat ciri-ciri respons psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu dengan
gangguan mood
7. Kaji perbedaan faktor risiko diri dan letalitas prilaku membunuh diri:
Tujuan klien dikeluarkan agar tidak dari stres, solusi masalah yang sulit
Rencana perlu diri termasuk klien memiliki rencana yang teratur dan cara
melaksanakan rencana tersebut
Keadaan jiwa klien (misalnya ada masalah pikiran, tingkat gelisah, keparahan
gangguan mood
Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik
maupun medik), tangguh yang baru dibahas dan dipermasalahkan terkait
7
Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien, atau
keluarga tentang masalah, perbarui dan perbaiki solusi mood, tanda-tanda
kekambuhan dan tindakan perawatan diri
Menentukan berapa banyak dana yang diperlukan pada para pasien untuk dapat
membantu dan mengagas akan bunuh diri
Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam melakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan
mental klien yang mengalami resiko bunuh diri:
8
3) Mempertahankan ketenangan suara yang tidak mengancam dan mendorong komunikasi
terbuka
4) Menentukan keluhan klien utama dengan menggunakan kata kata yang dimengerti klien
Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan pembahasan pengobatannya
Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien yang memiliki resiko apabila menunjukkan
perilaku sebagai berikut
Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri
Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang bertubi-tubi
dan secara bersamaan
Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol, obat, racun
9
Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial
Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu memahami petunjuk dalam
melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga untuk mendapatkan data yang akurat. Hal -
hal yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah
1) Tentukan tujuan secara jelas: Dalam melakukan wawancara, perawat tidak melakukan
diskusi secara acak, namun demikian perawat perlu melakukannya wawancara yang
fokus pada investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan dengan bunuh diri
2) Perhatikan signal tanda yang tidak disampaikan namun mampu diobservasi dari
komunikasi non verbal. Hal ini perawat tetap memperhatikan indikasi terhadap
kecemasan dan distress yang berat serta topic dan ekspresi dari diri klien yang di hindari
atau diabaikan.
3) Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien, karena hal ini
akan mempengaruhi penilaian professional
4) Jangan terlalu tergesa gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu membangun
hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dan klien
6) Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan membuat kabur
penilaian professional
2. Masalah Keperawatan
Perencanaan
4. Intervensi
Perawat harus menyadari responsnya terhadap suicide supaya bersikap obyektif Proteksi
(mencegah menyakiti diri) Mengatakan kepada klien bahwa tim kesehatan akan mencegah klien
untuk mencoba bunuh diri
11
a. Verba
h. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri
j. Kadang kadang klien merasa baik, dan berhenti tapi karena kambuh lagi Pada
klien yang anoreksia, awasi klien pada saat makan, agar banyak yang dimakan
a) Modifikasi Prilaku
4. Eksplorasi perasaan
b) Dibuat berstruktur dan batasan yang jelas Misal Dalam 2 hari ini tidak ada usaha merusak
diri
13
c) Kalau perlu terapi keluarga
7. Pendidikan mental
4. IMPLEMENTASI
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat
melakukan tindakan berikut
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang)
4. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri
14
a) Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau
mencoba bunuh diri
b) b. Tindakan:
a. Tujuan
b.Tindakan keperawatan
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta
bantuan dari keluarga atau teman
15
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b. Tindakan keperawatan:
2. Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang penah
muncul pada pasien
16
1. Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang
mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
5. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien melakukan
percobaan bunuh diri, antara lain
7. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
10. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima benar yaitu
benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara penggunakannya benar waktu
penggunaannya
17
5. Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana keperawatan yang
telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini
(here and now). Perawat juga meniali diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah
aman bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan
6. Evaluasi
BAB IV
A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhirikehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan
hasratnya untukmati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman
verbal yangakan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri.
18
Terjadinya bunuhdiri dapat diakibatkan oleh depresi maupun gangguan sensori seperti
halusinasi.Penatalaksanaan dilakukan dari segi medis dan keperawatan. Penatalaksanaan
medisyang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan terapi farmakologi sedangkan
penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berfokus pada klien dan keluarga
klien.Selain penatalaksanaan, resiko bunuh diri dapat dicegah melalui upaya pencegahan,
baik upaya pencegahan dari diri sendiri tetapi juga upaya pencegahan yang berasal
darilingkungan klien.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Siti nurjannah, 2013, manajemen kasus spesialis keperawatan jiwa pada klien resiko bunuh diri, jakarta,
Lia, hamidah. 2013. Hubungan antara kesepian bunuh diri dengan ide bunuh diri pada remaja dengan
orang tua bercerai. Surabaya.
Fatimah, 2013. Pengaruh pendekatan spiritual terhadap kehidupan bunuh diri pada remaja putri di sman 1
patuk gunung kidul,jogjakarta
19
20