Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Promosi Kesehatan untuk Keluarga


1.1.1 Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan
individu, kelompok, dan masyarakat agar memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui
peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan
serta mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan
dari, oleh, dan untuk masyarakatsesuai dengan factor
budaya setempat. Yang ingin dicapai melalui pendekatan
ini adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
ketrampilan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat telah
ditetapkan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan.Untuk melaksanakan pembangunan kesehatan
tersebut diperlukan pendekatan Promosi Kesehatan.Untuk
mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat ditetapkan visi
Nasional Promosi Kesehatan yaitu “Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat”.Dalam implementasinya Promosi Kesehatan
didukung oleh tiga strategi yaitu pemberdayaan
masyarakat, bina suasana dan advokasi.
1.1.2. Model Promosi Kesehatan
Catatan:

1.1.2.1. Managemen Strategi:


Manajemen Strategi adalah pengelolaan
penggunaan optimal dari sumber daya yang
tersedia untuk melaksanakan misi organisasi dan
proses penyelarasan kemampuan internal
organisasi dengan kebutuhan eksternal dari
lingkungannya. Dalam konteks Promosi
Kesehatan di Indonesia, adalah tentang
pemilihan strategi yang tepat agar Dep Kes &
Kes Sos dapat merealisasikan VISI IS 2010 yang
berorientasi pada hasil, adil, berbasis,
masyarakat dan efisien. Pengembangan
infrastruktur untuk Promosi Kesehatan adalah
Strategi pilihan agar pencapaian perbaikan
kesehatan penduduk dalam era desentralisasi
dan masa depan dapat dicapai, untuk itu
dukungan dan kesepakatan dari manager senior
adalah sangat penting dalam proses
pengembangan.
1.1.2.2. Manajemen Bisnis
Manajemen Bisnis adalah pengelolahan
penerapan strategi organisasi yang efektif dan
efisien yang dilaksanakan oleh manajer
menengah. Dalam hal ini, peran dan fungsi dari
menejer menengah adalah untuk menyediakan
lingkungan yang kondusif bagi staf agar dapat
mencapai tujuan organisasi yang sudah
ditetapkan. Dalam konteks Promosi Kesehatan di
Indonesia, pengembangan infrastruktur adalah
strategi pilihan dari organisasi. Bagi manager
menengah, mengembangkan infrastruktur untuk
Promosi Kesehatan adalah tugasnya. Mereka
harus mampu menciptakan lingkungan yang
memfasilitasi tenaga kerja pada garis depan
untuk membangun dan mengoperasikan
infrastruktur tersebut.
Pengembangan masyarakat, organisasi dan
kapasitas tenaga kerja adalah lingkup tugas yang
sangat pentimg yang akan membantu dalam
membangun dan mengoperasikan infrastruktur
untuk Promosi Kesehatan dan hal ini harus
menjadi tindakan prioritas bagi mamnager
menengah.
1.1.2.3. Manajemen Proyek:
Dalam konteks Promosi Kesehatan,
Menejemen Proyek adalah pengelolahan
kegiatan yang meliputi perencanaan penerapan
dan evaluasi dari proyek Promosi Kesehatan.
Setiap pelaksaan Promosi Kesehatan harus
mampu mengembangkan sebuah program yang
direncakan dengan baik, punya sumber dana
yang cukup, diterapkan sesuai dengan rencana
dan hasilnya di evaluasi dengan menggunakan
metode yang tepat dan akurat, dan bermanfaat
bagi pemberdayaan masyarakat.
1.1.3.Langkah Penerapan Model Promosi
1.1.3.3. Pahami dulu definisi operasional setiap istilah
1.1.3.4. Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan
hambatan pada setiap tingkatan manajemen.
1.1.3.5. Identifikasi program prioritas dan strategi prioritas
yang berorientasi pada pencapaian visi dan misi
Indonesia sehat 2010 serta hasil dan manfaat yang
diperoleh.
1.1.3.6. Jabarkan program dalam bentuk program aksi
1.1.3.7. Bangun kemitraan antar semua pihak yang terkait
dengan kegiatan promosi kesehatan, jaga
kelestraiannya melalui pertemuan-pertemuan
koordinasi, pembetukan koalisi atau Badan promosi
Kesehatan
1.1.3.8. Dapatkan komitmen dari pimpinan dan seluruh
staf untuk menerapkan model dengan konsisten dan
konsekuen.
1.1.3.9. Lakukan advokasi pada pihak0pihak pemegang
keputusan.
1.1.3.10. Siapkan tenaga Promosi Kesehatan yang
professional melalui pendidikan, pelatihan,
kunjungan kerja dan lain-lain.
1.1.3.11. Tetapkan indicator kinerja yang jelas dalam
jangka pendek dan jangka panjang.
1.1.3.12. Lakukan pemantauan dari penilain dari setiap
tahap pelaksaan dan siapkan umpan balik
pencapaian.
1.2 Terapi-Terapi Khusus untuk Keluarga (Terapi
Komplementer/Modalitas)
1.2.1. Terapi Komplementer
Terapi komplementer dan alternatif awalnya adalah
satu kesatuaan yaitu antara komplementer dan alternatif
ini sama hanya orang menyebtnya berbeda. Namun seiring
berkembangan ilmu pengobatan maka terapi
komplementer mulai dibedakan meskipun esensinya adalah
sama.
Definisi Complementary Alternative Medicine (CAM)
atau terapi komplementer alternatif adalah suatu bentuk
penyembuhan yang bersumber pada berbagai sistem,
modalitas dan praktek kesehatan, yang didukung oleh teori
dan kepercayaan. Termasuk di dalamnya latihan atau
usaha untuk menyembuhkan diri sendiri.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007 Tentang
Penyelanggaraan Pengobatan Komplementer Alternatif Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, definisi pengobatan
Komplementer tradisional-alternatif adalah pengobatan non
konvensional yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv,
preventive, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan
evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan
biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran
konvensional.

1.2.1.1. Macam-macam Terapi Komplementer


Macam dan jenis terapi alternatif dan
komplementer sangatlah banyak. Setiap negara,
budaya dan keyakinan agama tertentu mempunyai
jenis terapi tertentu, sebagai contoh di india ada
yang namanya terepi ayuverda, di indonesia ada
jamu dan pijat, di cina ada akupunktur dan
sebagainya. Dengan banyaknya macam terapi
alternatif dan komplementer maka di amerika mulai
didirikan sebuah organisasi yang mengatur terapi
komplementer dan alternatif namanya adalah
NCCAM. National Center for Complementary/
Alternative Medicine (NCCAM). Organisasi ini
membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem
pelayanan komplementer dan alternatif dalam lima
kategori.
1. Mind-Body Therapy yaitu memberikan intervensi
dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi
kapasitas berfikir yang mempengaruhi gejala fisik
dan fungsi tubuh misalnya perumpamaan
(imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling,
biofeedback, humor, tai chi, dan terapi seni.
2. System Alternatif Medis yaitu sistem pelayanan
kesehatan yang mengembangkan pendekatan
pelayanan biomedis berbeda dari Barat misalnya
pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia,
pengobatan asli Amerika, cundarismo,
homeopathy, naturopaty.
3. Terapi Biologis, yaitu natural dan praktik biologis
dan hasil-hasilnya misalnya herbal, makanan.
4. Terapi Manipulatif Sistem Tubuh. Terapi ini
didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh
misalnya pengobatan kiropraksi, macam-macam
pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta
hidroterapi.
5. Terapi Energi yaitu terapi yang fokusnya berasal
dari energi dalam tubuh (biofields) atau
mendatangkan energi dari luar tubuh misalnya
terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan,
reiki, external qi gong, magnet. Klasifikasi kategori
kelima ini biasanya dijadikan satu kategori berupa
kombinasi antara biofield dan bioelektromagnetik
(Snyder & Lindquis, 2002).

1.2.2. Terapi Modalitas


Terapi modalitas yaitu suatu terapi yang dilakukan
dengan cara melakukan berbagai pendekatan penanganan
pada klien dengan gangguan jiwa. Terapi modalitas adalah
terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat
mendasarkan potensi yang dimiliki klien (modal-modality)
sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Dapat juga
didefinisikan terapi modalitas adalah suatu pendekatan
penanganan klien dengan gangguan yang bervariasi yang
bertujuan untuk mengubah prilaku klien dengan gangguan
jiwa dengan prilaku maladaptifnya menjadi prilaku yang
adaptif.

1.2.1.1. Macam-Macam Terapi Modalitas

1. Terapi individual / Perorangan

Terapi individual adalah terapi dengan


pendekatan hubungan individual antara
seorang terapis dengan seorang klien.
Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang
disengaja dengan tujuan terapi dan dilakukan
dengan tahapan sistematis (terstruktur)
sehingga melalui hubungan ini terjadi
perubahan tingkah laku klien sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.
Melihat individu sebagai suatu tempat yang
patologis dan dilakukanny pengumpulkan data
yang di peroleh dari individu tadi, pada terapi
perorangan pengungkapan pikiran dan
perasaan tentang kehidupannya sekarang, dan
orang–orang didalamnya penting untuk dikaji.
Termasuk riwayat perkembangan konfliknya
dengan orang tua dan saudara–
saudaranya.Bila akan dirujuk ke dalam terapi
keluarga maka terapis akan mengekporasi
interaksi individu dalam konteks hidup yang
berarti bagi dirinya dan oranglain. Dalam
wawancara keluarga terapist mengamati
hubungan individu dengan anggota keluarga
lainnya dan dukungan yang diberikan oleh
anggota keluarga.
a. Terapi bermain
Terapi bermain diterapkan kerena ada
anggapan dasar bahwa anak-anak akan
dapat berkomunikasi dengan baik melalui
permainan dari pada dengan ekspresi
verbal. Bermain dengan perawat dapat
mengkaji tingkat perkembangan, status
emosional anak, hipotesa diagnostiknya,
serta melakukan intervensi untuk mengatasi
masalah anak tersebut. Prinsip terapi
bermain meliputi membina hubungan yang
hangat dengan anak, merefleksikan
perasaan anak yang terpancar melalui
permainan, mempercayai bahwa anak
dapat menyelesaikan mesalahnya, dan
kemudian menginterpretasikan perilaku
anak tersebut.
Terapi bermain di indikasikan untuk anak
yang mengalami depresi, ansietas atau
sebagai korban penganiayaan (abuse).
Terapi bermain juga dianjurkan untuk
dewasa yang mengalami stress pasca
trauma, gangguan identitas disosiatif dank
lien yang mengalami penganiayaan.
b. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang
diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit).
Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya.
Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini
adalah keluarga yang mengalami disfungsi;
tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang
dituntut oleh anggotanya. Ada beberapa
teori yang mendasari terapi keluarga,
antara lain:
1) Psychodynamik Family Therapy.
Contoh:Seseorang yang mempunyai
harga diri rendah akan menampilkan
suatu " False Self " yang ditampilkan
pada saat yang sama diajuga takut
kecewa dan sulit mempercayai orang
lain termasuk pasangan hidupnya. Hal ini
menyebabkan kesulitan yang serius
dalam perkawinannya.
Tujuan dari terapi keluarga yang
berorientasi psikodinamika yaitu untuk
menolong anggota keluarga mencapai
suatu pengertian tentang dirinya dan
caranya beraksi satu sama lain di dalam
keluarga. Disini anggota keluarga
didorong kearah asosiasi bebas dengan
membiarkan pikiran mereka berjalan
bebas tanpa sensor alam sadar dan
memverbalisasilan pikirannya. Terapist
hendaknya dab tudak secara aktif
melakukan intervensi juga hindari
memberi saran dan memanipulasi
keluarga.
2) Behavioural Family Therapy
Terapi perilaku dalam keluarga
diawali dengan mempelajari pola
perilaku keluarganya untuk menentukan
keadaan yang menimbulkan masalah
perilaku itu. Berdasarkan analisis ini,
terapist membuat rencana untuk
merubah keadaan tersebut dengan cara
intervensi langsung dalam keluarga.
Tujuan utamanya adalah
meningkatkan perilaku yang positif yang
diinginkan dan menghilangkan perilaku
negatif. Hal ini dilakukan dengan
mengatur keluarga sehingga perilaku
yang diinginkan diperkuat dengan
memberi " Reward ".
3) Group Therapy Approaches
Terapi kelompok dapat diterapkan
didalam keluarga. Tujuannya adalah
menolong anggota keluarga
mendapatkan insight melalui proses
interaksi didalam kelompok. Peranan
terapis adalah sebagai fasilitator.
Terapi keluarga menggunakan teori
komunikasi dengan proses komunikasi
yang terjadi didalam keluarga dan
dijelaskan sebagai berikut :
a) Komunikasi dan kognisi
Terapi dari kelompok ini
menaruh perhatian untuk menolong
keluarga dan menjelaskan arti
komunikasi yang terjadi diantara
mereka. Terapist menyuruh anggota
keluarga meneliti apa yang dimaksud
oleh anggota keluarga yang lain saat
menyatakan sesuatu.
Terapis juga memperhatikan
stuasi dari proses komunikasi yang
terjadi pada keluarga dengan tujuan
memperjelas kesalah pengertian, juga
diperhatikan bahwa non verbal yang
digunakan.
b) Komunikasi dan kekuatan
Haley mengatakan bahwa bila
seseorang mengkomunikasikan pesan
pada orang lain berati dia sedang
membuat siasat untuk menentukan
hubungan.
Contoh : orang tua bertanggung
jawab terhadap anak anak dan dia
punya hak untuk membatasi perilaku
anak jika anak sudah besar, dia punya
hak sendiri untuk mengambil
keputusan. Cara ini sering ditemukan
pada terapi struktural dimana tujuan
proses, terapi untuk merubah posisi
dari batasan diatara sub sistem yang
berbeda dalam keluarga.
c) Komunikasi dan Perasaan.
Virginia safir adalah orang yang
banyak memberi penekanan
komunikasi dari perasaan. Dikatakan
bahwa pasangan perkawinan yang
mempunyai kebutuhan emosional
diharapkan ditentukan dalam
perkawinan jika kita menemukan
kebutuhan emosional hari setiap
orang maka komunikasi perasaan ini
sangat penting artinya : Tujuan dari
terapi adalah memperbaiki bila
terdapat ketidakpuasan.
d) Structural Family Therapy.
Dikembangkan oleh Salvador
Minuchin. Perlu dinilai 6 aspek dari
fungsi keluarga. Struktur keluarga
yang terdiri dari susunan yang
mengatur transaksi diatara anggota
keluarga. Fleksibilitas dari fungsi
keluarga dan kemampuannya
1.3 Terapi Keluarga Berdasarkan EBN (Evidence Based in
Nursing)
Terdapat banyak sekali terapi yang dapat diberikan pada
keluarga tetapi hanya ada beberapa yang sudah dilakukan
penelitian untuk menguji tingkat keefektifannya, berikut adalah
sebagian jurnal yang membahas tentang terapi-terapi yang
disebutkan di atas :
1.3.1 Telaah jurnal
Judul : Efektifitas Pemberian Terapi SEFT (Spiritual Emotional
Freedom Technique) Terhadap Kadar Kolesterol dalam Darah
pada Penderita Kolesterol.
Peneliti : Moh Ahsanul Muthiin, Dkk.
Pembahasan :
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara
mandiri dalam konteks nonfarmakologis seperti penerapan
tehnik SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). Tujuan
penelitian ini adalah menganalisa efektifitas pemberian
terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)
terhadap kadar kolesterol dalam darah pada penderita
kolesterol. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah Quasy Eksperimental dengan pendekatan Pretest-
Posttest Control Grup Desain.Lokasi penelitian dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas Gayaman Kabupaten Mojokerto.
Pengambilan data dilakukan dengan cara pengukur kadar
kolesterol dalam darah dengan menggunakan alat test
kolesterol darah NESCO GCU. Datakadar kolesterol darah
pada responden dikumpulkan sebanyak 2 kali yaitu sebelum
dilakukan terapi SEFT dan sesudah dilakukan terapi SEFT.
Dari hasil uji T berpasangan (paired sample T test), untuk
responden kelompok eksperimen didapatkan nilai rerata
sebesar 1,29, standar deviasi sebesar 2,69 dan nilai
signifikasi untuk kelompok eksperimen sebesar 0,012.
Sedangkan untuk kelompok kontrol didapatkan nilai rerata
sebesar 0,61, standar deviasi sebesar 1,54 dan nilai
signifikasi sebesar 0,035. Adanya perbedaan rerata nilai
mean, standar deviasi dan korelasi yang didapatkan dari
pengukuran kadar kolesterol dalam 2 kelompok
menunjukkan bahwa terapi SEFT efektif digunakan untuk
menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Pemanfaatan
terapi SEFT sebagai pendamping terapi farmakologis pada
penderita kolesterol terbukti menunjukkan hasil yang
positif.Perlu adanya pengembangan kemampuan yang
dimiliki oleh tenaga kesehatan yang selama ini hanya paham
dengan terapi farmakologis diharapkan juga harus mengerti
dan menguasai teknik terapi non farmakologis untuk
pendamping terapi farmakologis.Perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan diharapkan mampu memberikan
asuhan keperawatan secara mandiri dalam konteks
nonfarmakologis yang merupakan intervensi wajib yang
harus dilakukan pada setiap terapi farmakologis yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang
dimiliki oleh klien / masyarakat.
1.3.2 Telaah Jurnal
Judul : Terapi Pijat (Massage) Terhadap Tingkat Insomnia
pada Lansia di Unit Rehabilisasi Sosial Pucang Gading
Semarang.
Peneliti : M. Tanzil Aziz.
Pembahasan :
Salah satu kebutuhan dasar tersebut adalah tidur dan
istirahat. Tetapi, sekitar 60% lansia mengalami
insomnia.Salah satu upaya untuk mengatasi insomnia adalah
dengan terapi pijat (massage).Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi pijat (massage) terhadap
tingkat insomnia pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
Pucang Gading Semarang.Teknik pengambilan data
menggunakan rancangan eksperimen semu (Quasi
Eksperiment), yaitu dengan menggunakan Non Equivalent
Control Group Design.Populasi dalam penelitian ini adalah
sejumlah 115 lansia. Teknik sampling menggunakan
purposive sampling dengan jumlah sampel yaitu 34
responden, 17 responden kelompok perlakuan dan 17
responden kelompok kontrol.Pengumpulan data data
menggunakan kuesioner Kelompok Study Psikiatri Biologi
Jakarta-Insomnia Rating Scale(KSPBJ-IRS). Analisis data
dengan menggunakan T tes. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mean pada post perlakuan 4,29, sedangkan pada
post kelompok kontrol 6,00. Dengan menggunakan T tes
independen post perlakuan didapatkan hasil p-Value = 0,030
bila dibandingkan dengan α (0,05) berarti ada pengaruh
terapi terapi pijat (massage) terhadap tingkat insomnia pada
lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan lansia dapat
melaksanakan terapi pijat (massage) secara rutin dan
menjaga pola hidup sehat.
1.3.3 Telaah Jurnal
Judul : Pengaruh Terapi Musik Terhadap Skala Nyeri pada
Pasien Fraktur di Irina A RSUD Prof. DR. R.D Kandou Manado.
Peneliti : Rivaldy Djamal, Dkk.
Pembahasan :
Fraktur yang terjadi dapat menimbulkan gejala yang
umum yaitu nyeri atau rasa sakit, Nyeri merupakan perasaan
yang tidak nyaman dan bersifat subjektif dimana hanya
penderita yang dapat merasakannya. Perawat harus mencari
pendekatan yang paling efektif dalam upaya mengontrol
nyeri.Salah satu ketakutan terbesar pasien fraktur adalah
nyeri, untuk itu perawat perlu memberikan informasi kepada
pasien dan keluarga pasien tentang terapi non farmakologi
yang bisa membantu pasien dalam menghilangkan atau
mengurangi nyeri antaranya terapi musik.Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap
penurunan skala nyeri pasien fraktur.Desain penelitian yang
digunakan quasi experiment dengan pendekatan desain
pretest-posttest with control grup. Sampel yang diambil yaitu
seluruh total sampel yang ada berjumlah 50 pasien.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Hasil Penelitian berdasarkan uji T terdapat
pengaruh terapi musik terhadap skala nyeri pasien fraktur di
Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado (P value= 0,000;
ɑ= 0,05). Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh terapi musik terhadap skala nyeri pada
pasien fraktur di Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
1.3.4 Telaah Jurnal
Judul : Pengaruh Terapi Akupuntur pada Pasien Hipertensi di
Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat Makassar.
Peneliti : Hasnah dan Dian Ekawati.

Pembahasan :
Hipertensi adalah penyakit yang disebut sebagai the
silent killer, Penyakit ini penyumbang kematian akibat
penyakit tidak menular (PTM) yang meningkat pada tahun
2013 dari 41,7% menjadi 60% dan menyebabkan penyakit
lain contohnya adalah serangan jantung, stroke gangguan
ginjal, dan juga kebutaan, saat ini terdapat 600 juta
penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta diantaranya
meninggal setiap tahunnya, 7 dari setiap 10 penderita
tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat.
Salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan
untuk mengobati hipertensi adalah Akupunktur. Metode:
Metode penelitian berupaPre-Experimental One Group
Pretest-Posttest. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1
Februari - 1 Maret 2016.Analisa data menggunakan uji
statistic Paired T- test.Pengumpulan sampel menggunakan
metode Accidental Sampling dan diperoleh 10 responden.
Hasil: Hasil uji Paired T- test data tekanan darah sistol diastol
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan menunjukkan p
value =0.000, hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan
terapi akupunktur dalam menurunkan tekanan darah sistol
dan diastol pada pasien hipertensi. Terapi akupunktur dapat
mengharmonisasikan aliran qi dan darah sehingga akan
merelaksasikan spasme dan menurunkan tekanan darah.
1.3.5 Telaah Jurnal
Judul : Akupresur Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot dan
Rentang Gerak Ekstremitas Atas pada Pasien Stroke.
Peneliti : Muhamad Adam, Dkk.
Pembahasan :
Penurunan fungsi ekstremitas atas merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada pasien pasca stroke
yang mengalami hemiplegia sebagai akibat dari kelemahan
dan keterbatasan rentang gerak sendi pada bahu. Akupresur
bermanfaat dalam memperbaiki fungsi ektremitas atas
dengan melancarkan pergerakan aliran qi(energi vital) di
dalam tubuh namun belum banyak penelitian yang mengkaji
pengaruh akupresur untuk meningkatkan kekuatan otot dan
rentang gerak ekstremitas atas pada pasien pasca stroke.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
akupresur terhadap kekuatan otot dan tentang gerak
ekstremitas atas pada pasien stroke pasca rawat inap.
Penelitian ini menggunakan quasi-experimental design
dengan pendekatan pre-post test design pada 34 responden
(n kontrol= n intervensi = 17). Kelompok intervensi diberi
akupresur setiap hari 10 menit selama tujuh hari. Hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna
pada kekuatan otot dan rentang gerak ekstremitas atas
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p= 0,001
dan p=0,000; α= 0,05). Akupresur merupakan intervensi
yang efektif untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang
gerak pada pasien pasca stroke yang mengalami
hemiparesis.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Muhammad., Elly, Nurachmah., & Agung, Waluyo. (2014).


Akupresur untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang
gerak ekstremitas atas pada pasien stroke.Jurnal Keperawatan
Nasional, Vol 17 No. 3.81-87.

Aziz, M. Tanzil. (2014). Pengaruh terapi pijat (massage) terhadap


tingkat insomnia pada lansia di unit rehabilitasi sosial pucang
gading Semarang.Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran.1-16.

Djamal, Rivaldy. Sefty, Rompas., & Jeavery, Bawotong. 2015.


Pengaruh terapi music terhadap skala nyeri pada pasien
fraktur di Irina A RSUP PROF. DR. R.D. Kandou Manado. E-
Journal Keperawatan (EKP).Vol 3 No. 2.1-6.

Friedman, Marilyn M. 2014. Buku Ajar Keperawatan Keluarga.


Jakarta: EGC

Hasanah.,& Dian, Ekawati. (2016). Pengaruh Terapi Akupuntur


pada Pasien Hipertensi Di Balai Kesehatan Tradisional
Makassar. Journal Of Islamic Nursing. Vol 1 No. 1.41-46.

Muthin, Moh Ahsanul, dkk. 2015. Efektifitas pemberian terapi SEFT


(SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE) terhadap kadar
kolesterol dalam darah pada penderita kolesterol. Jurnal
Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto.80-
85.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi kesehatan & ilmu perilaku.


Jakarta: RinekCipta

Padila.(2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai