DISUSUN OLEH :
1120019005
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
EPIDURAL HEMATOMA
A. Definisi
Beberapa pengertian mengenai epidural hematoma (EDH) sebagai berikut :
1. Epidural hematoma adalah salah satu akibat yang ditimbulkan dari sebuah
trauma kepala (Greenberg et al , 2011).
2. Epidural hematoma sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency
dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri
yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan (Anderson, 2005).
3. EDH adalah hematoma di ruang potensial antara tabula interna tulang
kalvarium dan durameter (David et al, 2009).
B. Etiologi
Epidural hematom terjadi karena laserasi atau robekkan pembuluh
darah yang ada diantara durameter dan tulang tengkorak akibat benturan yang
menyebabkan fraktur tengkorak seperti kecelakaan kendaraan dan trauma
(Japardi, 2004).
Perdarahan biasanya bersumber dari robeknya arteri meningica media
(paling sering), vena diploica (karena fraktur kalvaria), vena emmisaria, dan
sinus venosus duralis (Bajamal, 2004).
C. Patofisiologi
Epidural hematom secara khas timbul sebagai akibat dari sebuah luka
atau trauma atau fraktur pada kepala yang menyebabkan laserasi pada
pembuluh darah arteri, khususnya arteri meningea media dimana arteri ini
berada diantara durameter dan tengkorak daerah temporal.Rusaknya arteri
menyebabkan perdarahan yang memenuhi epidural. Apabila perdarahan terus
mendesak durameter, maka darah akan memotong atau menjauhkan daerah
durameter dengan tengkorak, hal ini akan memperluas hematoma. Perluasan
hematom akan menekan hemisfer otak dibawahnya yaitu lobus temporal ke
dalam dan ke bawah. Seiring terbentuknya hematom maka akan memberikan
efek yang cukup berat yakni isi otak akan mengalami herniasi. Herniasi
menyebabkan penekanan saraf yang ada di bawahnya seperti medulla
oblongata yang menyebabkan terjadinya penurunan hingga hilangnya
kesadaran.Pada bagian ini terdapat nervus okulomotor yang menekan saraf
sehingga menyebabkan peningkatan TIK, akibatnya terjadi penekanan saraf
yang ada diotak (David et al, 2009).
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada orang yang menderita
epidural hematoma diantaranya adalah mengalami penurunan kesadaran
sampai koma secara mendadak dalam kurun waktu beberapa jam hingga 1-2
hari, adanya suatu keadaan ”lucid interval” yaitu diantara waktu terjadinya
trauma kepala dan waktu terjadinya koma terdapat waktu dimana kesadaran
penderita adalah baik, tekanan darah yang semakin tinggi, nadi semakin
bertambah lambat, sakit kepala yang hebat, hemiparesis, dilatasi pupil yang
ipsilateral, keluarnya darah yang bercampur CSS dari hidung (rinorea) dan
telinga (othorea), susah bicara, mual, pernafasan dangkal dan cepat kemudian
irregular, suhu meningkat, funduskopi dapat memperlihatkan papil edema
(setelah 6 jam kejadian), dan foto rontgen menunjukkan garis fraktur yang
jalannya melintang dengan jalan arteri meningea media atau salah satu
cabangnya (Greenberg et al 2011).
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tito.R.T 2011, pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan pada
kasus epidural hematom yaitu sebagai berikut :
1. CT Scan : Untuk mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran
ventrikuler pergeseran otak. CT Scan merupakan pilihan primer dalam hal
mengevaluasi trauma kepala. Sebuah epidural hematom memiliki batas
yang kasar dan penampakan yang bikonveksi pada CT Scan dan MRI.
Tampakkan biasanya merupakan lesi bikonveksi dengan destinasi tinggi
yang homogeny, tetapi mungkin juga tampak sebagai intensitas yang
heterogen akibat dari pencampuran antara darah yang menggumpal dan
tidak menggumpal.
2. MRI : Memberikan foto berbagai kelainan parenkim otak dengan lebih
jelas karena mampu melakukan pencitraan dari berbagai posisi apalagi
dalam pencitraan hematom dan cedera batang otak.
3. Angiografi Serebral : Untuk menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
seperti pergeseran jaringan otak karena edema dan trauma.
4. EEG : Untuk memperlihatkan gelombang patologis.
5. Sinar X : Untuk mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur),
pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan/edema), dan
adanya fragmen tulang.
6. BAER (brain auditory evoked respons) : Untuk menentukan fungsi korteks
dan batang otak.
7. PET (positron emission topography) : Untuk menunjukkan metabolism
otak.
8. Pungsi Lumbal : Untuk menduga kemungkinan perdarahan subarachnoid.
9. AGD : Untuk melihat masalah ventilasi/oksigenasi yang meningkatkan
TIK.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan epidural hematoma terdiri dari :
1. Terapi Operatif
Terapi operatif bisa menjadi penanganan darurat yaitu dengan melakukan
kraniotomi. Terapi ini dilakukan jika hasil CT Scan menunjukkan volume
perdarahan/hematom sudah lebih dari 1cm atau dengan pergeseran garis
tengah (midline shift) lebih dari 5mm. Operasi yang dilakukan adalah
evakuasi hematom untuk menghentikan sumber perdarahan sedangkan
tulang kepala dikembalikan. Jika saat operasi tidak didapatkan adanya
edema serebri sebaliknya tulang tidak dikembalikan (Tito.R.T, 2011)
2. Terapi Medikamentosa
Terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Mengelevasikan kepala pasien 300setelah memastikan tidak ada cedera
spinal atau posisikan trendelenburg terbalik untuk mengurangi TIK.
b. Berikan dexametason (pemberian awal dengan dosis 10mg kemudian
dilanjutkan dengan dosis 4mg setiap 6 jam).
c. Berikan manitol 20% untuk mengatasi edema serebri.
d. Berikan barbiturate untuk mengatasi TIK yang meninggi.
G. Komplikasi
Epidural hematoma dapat memberikan komplikasi :
1. Edema serebri, merupakan keadaan gejala patologis, radiologis dimana
keadaan ini mempunyai peranan yang sangat bermakna pada kejadian
pergeseran otak (brain shift) dan peningkatan tekanan intracranial.
2. Kompresi batang otak.
(Tito.R.T, 2011).
H. Pathway
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Gangguan
Mobilitas
Fisik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Riwayat Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama pasien, umur : kebanyakan terjadi pada usia
muda, jenis kelamin kebanyakan laki-laki, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, suku bangsa.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada umumnya klien mengalami penurunan kesadaran baik
biasanya mengeluh sakit atau nyeri kepala, pusing, mual muntah.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Kaji penyebab trauma : biasanya karena kecelakaan lalu lintas
atau sebab lain tanyakan kapan dimana apa penyebab serta
bagaimana proses terjadinya trauma.
b) Apakah saat trauma pingsan, disertai muntah perdarahan atau
tidak.
c) Riwayat amnesia setelah cedera kepala menunjukkan derajat
kerusakan otak.
d) Primery survey
Airway apakah ada sumbatan jalan nafas seperti darah,
secret, lidah dan benda asing lainnya, suara nafas
normal/tidak, apakah ada kesulitan bernafas.
Breathing : pola nafas teratur, observasi keadaan umum
dengan metode : Look : lihat pergerakan dada pasien,
teratur, cepat, dalam atau tidak. Listen : dengarkan aliran
udara yang keluar dari hidung pasien. Feel : rasakan aliran
udara yang keluar dari hidung pasien.
Sirkulasi : akral hangat atau dingin, sianosis atau tidak, nadi
teraba apakah ada.
e) Secondary survey
Disability apakah terjadi penurunan kesadaran, nilai GCS,
pupil isokor, nilai kekuatan otot, kemampuan ROM.
Eksposure ada atau tidaknya trauma kepala ada atau
tidaknya luka lecet di tangan atau di kaki.
Fareinhead ada atau tidaknya trauma di daerah kepala, ada
atau tidaknya peningkatan suhu yang mendadak, demam.
3) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Apakah klien pernah mengalami cedera kepala atau penyaki
tpersyarafan maupun system lain yang dapat memperburuk
keadaan klien. Riwayat trauma yang lalu hipertensi, jantung dan
sebagainya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada salah satu anggota keluarga yang mengalami penyakit
hipertensi jantung dan sebagainya, seperti dampak biaya perawatan
dan pengobatan yang besar.
5) Riwayat Psikososial
Bagaimana mekanisme klien terhadap penyakit dan perubahan
perannya, pola persepsi dan konsep diri sebagai rasa tidak berdaya,
tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif, kondisi
ekonomi klien.
B. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
1. Keadaan Umum
Pada keadaan cedera otak umumnya mengalami penurunan kesadaran
(cedera otak ringan GCS 13-15, cedera otak sedang GCS 9-12, cedera otak
berat GCS <8) dan terjadi perubahan pada tanda-tanda vital.
2. B1 (Breathing)
Sistem pernafasan bergantung pada gradasi dari perubahan jaringan
serebral akibat trauma kepala. Akan didapatkan hasil :
I :Didapatkan klien batuk. Peningkatan produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan.
P : Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan dapatkan
apabila melibatkan trauma pada rongga thoraks.
P : Adanya suara redup sampai pekak pada keadaan melibatkan trauma
pada thoraks.
A : Bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, ronchi pada klien
dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang
menurun sering didapatkan pada klien cedera kepala dengan penurunan
tingkat kesadaran koma.
3. B2 (Blood)
Pada sistem kardiovaskular didapatkan syok hipovolemik yang sering
terjadi pada klien cedera otak sedang sampai cedera otak berat.Dapat
ditemukan tekanan darah normal atau berubah, bradikardi, takikardi, dan
aritmia.
4. B3 (Brain)
Cedera otak menyebabkan berbagai defisit neurologi terutama disebabkan
pengaruh peningkatan tekanan intracranial akibat adanya perdarahan baik
bersifat intraserebral hematoma, subdural hematoma, dan epidural
hematoma.Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS.
5. B4 (Bladder)
Kaji keadaan urin meliputi waran, jumlah, dan karakteristik.Penurunan
jumlah urine dan peningkatan retensi urine dapat terjadi akibat
menurunnya perfusi ginjal.Setelah cedera kepala, klien mungkin
mengalami inkontinensia urine karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakkan kontrol motorik dan postural.
6. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual, muntah pada fase akut.Mual sampai muntah dihubungkan dengan
adanya peningkatan produksi asam lambung.Pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltic usus.
7. B6 (Bone)
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan pada seluruh
ekstermitas.Kaji warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (cidera
kepala).
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan cedera kepala.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik : trauma.
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan kognitif.
D. Intevensi
c) 3 (sedang) 2. Terapeutik
a) 1 (memburuk) 3. Edukasi
a) 1 (menurun) a) Kolaborasi
e) 5 (meningkat)
6 Gangguan mobilitas Tujuan : Dukungan Mobilisasi :
fisik berhubungan Mobilitas fisik meningkat 1. Observasi
dengan gangguan
a) Identifikasi adanya
kognitif.
nyeri atau keluhan
Kriteria hasil : fisik lainnya.
1. Pergerakkan ekstermitas b) Monitor kondisi umum
a) 1 (menurun) selama mobilisasi.
b) 2 (cukup menurun)
c) 3 (sedang)
d) 4 (cukup meningkat)
e) 5 (meningkat)
TRIGGER CASE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIAGNOSA
EPIDURAL HEMATOMA
KASUS
Pasien laki-laki Tn.A usia 20 tahun datang ke IGD RSI Surabaya dalam keadaan
tidak sadar setelah ± 20menit mengalami kecelakaan motor tabrak lari.
Kecelakaan terjadi saat pulang dari tempat kerja. Helm korban sampai terlepas
karena menurut saksi tali helm tidak terpasang, sehingga kepala kiri korban
terbentur trotoar jalan. 10menit pasca masuk IGD pasien sempat sadar, amnesia,
tidak dapat mengingat dengan jelas bagaimana kecelakaannya terjadi.Pasien
mengeluh nyeri kepala seperti di tekan.Pasien muntah sebanyak 3 kali saat di
IGD.Muntah bersifat proyektil, muntah berwarna merah kecoklatan. Dari
pemeriksaan fisik GCS E3V4M5, pupil bulat isokor dan reflek cahaya yang
normal, frekuensi nafas 14 kali/menit, tekanan darah 105/60 mmHg, nadi 64
kali/menit, suhu 36,40C, dan tampak cefal hematoma pada daerah frontal kiri.
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
A. IDENTITAS
Pasien Penanggung Jawab
Nama : Tn. A Nama : Ny . P
Umur : 20 tahun Umur : 49 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Sma Pendidikan : Smp
Pekerjaan : Pegawai swasta Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Lajang Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Surabaya Alamat : Surabaya
Diagnosa Medis : EDH Frontal Hubungan saudara : Ibu
Sinistra
No. RM : 03.XX.XX
Tanggal Masuk : 15 April 2020
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri kepala seperti di tekan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami kecelakaan dan datang ke IGD RSI Surabaya.Pasien
mengalami penurunan kesadaran selama ± 20menit.Setelah 10menit di IGD
pasien sempat sadar, pasien tidak mengingat kejadian kecelakaan
tersebut.Pasien mengeluh nyeri kepala seperti ditekan.Pasien muntah sebanyak
3 kali muntah bersifat proyektil, muntah berwarna merah kecoklatan.Pasien
merasa lemas.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti DM, hipertensi,
jantung, dan asma.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit seperti DM, hipertensi,
jantung, dan asma.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Keadaan pasien lemas. GCS 345. Tingkat kesedaran apatis. Pasien terpasang
kateter. Pasien terpasang NGT. Pasien terpasang infus RL 20tpm.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 105/60 mmHg
Denyut Nadi :64 kali/menit
Suhu : 36,4 °C
Respiratory Rate :18 kali/menit
SpO2 : 98%
Hematologi
Kimia Klinik
2. Pemeriksaan Radiologi
a) Rontgen Cervical AP/Lateral/Oblique
Kesan : Aligment lurus. Spondilosis cervikalis.Tak tampak kompresi
maupun listesis.Tak tampak penyempitan diskus maupun foramen
intervetrebalis.
b) Pemeriksaan Head CT SCAN
Kesan : Gambaran epidural hemorrhage (vol52,9cm3) pada region fronto-
temporal parietal kiri. Tampak tanda-tanda peningkatan intracranial.Faktor
komplit bentuk linier pada os temporal kiri.Deviasi septum nasal ke kiri.
E. TERAPI MEDIK
a) Infus RL 20tpm
b) Piracetam 2x3gram (untuk mengatasi perdarahan sendi)
c) Metilprednisolon 4x125mg (untuk mengatasi penyebab peradangan)
d) Citicolin 2x500mg (untuk mengobati kondisi-kondisi seperti luka kepala,
serebrovaskuler)
e) Ranitidine 2x1amp ((untuk menurunkan sekresi asam lambung berlebih)
f) Ceftriaxone 2x1gram (antibiotik yang berguna untuk pengobatan
sejumlah infeksi bakteri)
g) Ketorolac 2x30mg (untuk meredakan nyeri dan peradangan)
h) Mecobalamine 1x1amp (vit B12 untuk mengobati neuropati perifer dan
beberapa jenis anemia)
i) Asam Traneksamat 2x1gram (untuk mengurangi atau menghentikan
perdarahan)
2. Analisa Data
NO Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS : Tingkat kesadaran EDH Perfusi Serebral
E3V4M5 ↓ Tidak Efektif
DO : Peningkatan tekanan (D0017)
1. Penurunan intrakranial
kesadaran, GCS ↓
345 (apatis) Risiko perfusi serebral
2. Pada pemeriksaan tidak efektif
CT Scan kepala
didapatkan adanya
faktur region
fronto-temporal
parietal kiri
3. TD : 105/60
N : 64x/menit
S : 36,40C
RR : 18x/menit
SpO2 : 98%
4. Pasien tampak
lemas
2. DS : Trauma kepala Nyeri Akut
1. Klien mengatakan ↓ (D.0077)
nyeri tekan pada Pembekuan darah di
kepala otak
DO : ↓
1. P : Trauma kepala Nyeri
Q : Nyeri seperti di
tekan
R : Nyeri terjadi
karena ada EDH
pada daerah frontal
kanan
S : Skala nyeri 8
T : Nyeri dirasakan
terus-menerus
2. TD : 105/50
mmHg
Nadi : 64
kali/menit
Suhu : 36,40C
RR : 14 kali/menit
3. Pasien tampak
meringis
3. DS : Klien mengeluh EDH Intoleransi
lelah. ↓ Aktivitas
DO : Tirah baring (D.0056)
1. Pasien tampak ↓
lemas. Kelemahan
2. Pasien tampak ↓
bedrest Intoleransi aktivitas
3. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
tekanan intracranial.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik : trauma.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
4. Intervensi Keperawatan