Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


EPIDURAL HEMATOMA

DISUSUN OLEH :

PUTRI EVA ROSITA

1120019005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

EPIDURAL HEMATOMA

A. Definisi
Beberapa pengertian mengenai epidural hematoma (EDH) sebagai berikut :
1. Epidural hematoma adalah salah satu akibat yang ditimbulkan dari sebuah
trauma kepala (Greenberg et al , 2011).
2. Epidural hematoma sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency
dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri
yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan (Anderson, 2005).
3. EDH adalah hematoma di ruang potensial antara tabula interna tulang
kalvarium dan durameter (David et al, 2009).

B. Etiologi
Epidural hematom terjadi karena laserasi atau robekkan pembuluh
darah yang ada diantara durameter dan tulang tengkorak akibat benturan yang
menyebabkan fraktur tengkorak seperti kecelakaan kendaraan dan trauma
(Japardi, 2004).
Perdarahan biasanya bersumber dari robeknya arteri meningica media
(paling sering), vena diploica (karena fraktur kalvaria), vena emmisaria, dan
sinus venosus duralis (Bajamal, 2004).

C. Patofisiologi
Epidural hematom secara khas timbul sebagai akibat dari sebuah luka
atau trauma atau fraktur pada kepala yang menyebabkan laserasi pada
pembuluh darah arteri, khususnya arteri meningea media dimana arteri ini
berada diantara durameter dan tengkorak daerah temporal.Rusaknya arteri
menyebabkan perdarahan yang memenuhi epidural. Apabila perdarahan terus
mendesak durameter, maka darah akan memotong atau menjauhkan daerah
durameter dengan tengkorak, hal ini akan memperluas hematoma. Perluasan
hematom akan menekan hemisfer otak dibawahnya yaitu lobus temporal ke
dalam dan ke bawah. Seiring terbentuknya hematom maka akan memberikan
efek yang cukup berat yakni isi otak akan mengalami herniasi. Herniasi
menyebabkan penekanan saraf yang ada di bawahnya seperti medulla
oblongata yang menyebabkan terjadinya penurunan hingga hilangnya
kesadaran.Pada bagian ini terdapat nervus okulomotor yang menekan saraf
sehingga menyebabkan peningkatan TIK, akibatnya terjadi penekanan saraf
yang ada diotak (David et al, 2009).

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada orang yang menderita
epidural hematoma diantaranya adalah mengalami penurunan kesadaran
sampai koma secara mendadak dalam kurun waktu beberapa jam hingga 1-2
hari, adanya suatu keadaan ”lucid interval” yaitu diantara waktu terjadinya
trauma kepala dan waktu terjadinya koma terdapat waktu dimana kesadaran
penderita adalah baik, tekanan darah yang semakin tinggi, nadi semakin
bertambah lambat, sakit kepala yang hebat, hemiparesis, dilatasi pupil yang
ipsilateral, keluarnya darah yang bercampur CSS dari hidung (rinorea) dan
telinga (othorea), susah bicara, mual, pernafasan dangkal dan cepat kemudian
irregular, suhu meningkat, funduskopi dapat memperlihatkan papil edema
(setelah 6 jam kejadian), dan foto rontgen menunjukkan garis fraktur yang
jalannya melintang dengan jalan arteri meningea media atau salah satu
cabangnya (Greenberg et al 2011).

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tito.R.T 2011, pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan pada
kasus epidural hematom yaitu sebagai berikut :
1. CT Scan : Untuk mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran
ventrikuler pergeseran otak. CT Scan merupakan pilihan primer dalam hal
mengevaluasi trauma kepala. Sebuah epidural hematom memiliki batas
yang kasar dan penampakan yang bikonveksi pada CT Scan dan MRI.
Tampakkan biasanya merupakan lesi bikonveksi dengan destinasi tinggi
yang homogeny, tetapi mungkin juga tampak sebagai intensitas yang
heterogen akibat dari pencampuran antara darah yang menggumpal dan
tidak menggumpal.
2. MRI : Memberikan foto berbagai kelainan parenkim otak dengan lebih
jelas karena mampu melakukan pencitraan dari berbagai posisi apalagi
dalam pencitraan hematom dan cedera batang otak.
3. Angiografi Serebral : Untuk menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
seperti pergeseran jaringan otak karena edema dan trauma.
4. EEG : Untuk memperlihatkan gelombang patologis.
5. Sinar X : Untuk mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur),
pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan/edema), dan
adanya fragmen tulang.
6. BAER (brain auditory evoked respons) : Untuk menentukan fungsi korteks
dan batang otak.
7. PET (positron emission topography) : Untuk menunjukkan metabolism
otak.
8. Pungsi Lumbal : Untuk menduga kemungkinan perdarahan subarachnoid.
9. AGD : Untuk melihat masalah ventilasi/oksigenasi yang meningkatkan
TIK.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan epidural hematoma terdiri dari :
1. Terapi Operatif
Terapi operatif bisa menjadi penanganan darurat yaitu dengan melakukan
kraniotomi. Terapi ini dilakukan jika hasil CT Scan menunjukkan volume
perdarahan/hematom sudah lebih dari 1cm atau dengan pergeseran garis
tengah (midline shift) lebih dari 5mm. Operasi yang dilakukan adalah
evakuasi hematom untuk menghentikan sumber perdarahan sedangkan
tulang kepala dikembalikan. Jika saat operasi tidak didapatkan adanya
edema serebri sebaliknya tulang tidak dikembalikan (Tito.R.T, 2011)
2. Terapi Medikamentosa
Terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Mengelevasikan kepala pasien 300setelah memastikan tidak ada cedera
spinal atau posisikan trendelenburg terbalik untuk mengurangi TIK.
b. Berikan dexametason (pemberian awal dengan dosis 10mg kemudian
dilanjutkan dengan dosis 4mg setiap 6 jam).
c. Berikan manitol 20% untuk mengatasi edema serebri.
d. Berikan barbiturate untuk mengatasi TIK yang meninggi.

G. Komplikasi
Epidural hematoma dapat memberikan komplikasi :
1. Edema serebri, merupakan keadaan gejala patologis, radiologis dimana
keadaan ini mempunyai peranan yang sangat bermakna pada kejadian
pergeseran otak (brain shift) dan peningkatan tekanan intracranial.
2. Kompresi batang otak.
(Tito.R.T, 2011).
H. Pathway

Luka, trauma/fraktur kepala

Rusaknya pembuluh darah arteri meningeal

Darah memenuhi epidural

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Perdarahan, Darah keluar Hematoma Kesadaran Perdarahan Hematoma


hematoma, dari vaskuler dan TIK
kerusakan
jaringan Edema otak Penurunan Edema otak
Syok Nafsu makan sirkulasi
hipovolemik menurun, volume darah
Peningkatan mual, Peningkatan
Penekanan ke ginjal
TIK muntah, volume
saraf sistem
Hipoksia intracranial
pernafasan disfagia
jaringan
Nyeri Akut Penurunan
Defisit produksi urine
Penekanan
Hiperventilasi Iskemik Nutrisi batang otak
Oliguria
Pola Nafas Risiko Perfusi
Tidak Efektif Serebral Tidak Penurunan
Efektif Gangguan kesadaran dan
Eliminasi motorik
Urine

Gangguan
Mobilitas
Fisik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Riwayat Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama pasien, umur : kebanyakan terjadi pada usia
muda, jenis kelamin kebanyakan laki-laki, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, suku bangsa.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada umumnya klien mengalami penurunan kesadaran baik
biasanya mengeluh sakit atau nyeri kepala, pusing, mual muntah.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Kaji penyebab trauma : biasanya karena kecelakaan lalu lintas
atau sebab lain tanyakan kapan dimana apa penyebab serta
bagaimana proses terjadinya trauma.
b) Apakah saat trauma pingsan, disertai muntah perdarahan atau
tidak.
c)  Riwayat amnesia setelah cedera kepala menunjukkan derajat
kerusakan otak.
d) Primery survey
 Airway apakah ada sumbatan jalan nafas seperti darah,
secret, lidah dan benda asing lainnya, suara nafas
normal/tidak, apakah ada kesulitan bernafas.
  Breathing : pola nafas teratur, observasi keadaan umum
dengan metode : Look : lihat pergerakan dada pasien,
teratur, cepat, dalam atau tidak. Listen : dengarkan aliran
udara yang keluar dari hidung pasien. Feel : rasakan aliran
udara yang keluar dari hidung pasien.
 Sirkulasi : akral hangat atau dingin, sianosis atau tidak, nadi
teraba apakah ada.
e) Secondary survey
 Disability apakah terjadi penurunan kesadaran, nilai GCS,
pupil isokor, nilai kekuatan otot, kemampuan ROM.
 Eksposure ada atau tidaknya trauma kepala ada atau
tidaknya luka lecet di tangan atau di kaki.
 Fareinhead ada atau tidaknya trauma di daerah kepala, ada
atau tidaknya peningkatan suhu yang mendadak, demam.
3) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Apakah klien pernah mengalami cedera kepala atau penyaki
tpersyarafan maupun system lain yang dapat memperburuk
keadaan klien. Riwayat trauma yang lalu hipertensi, jantung dan
sebagainya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada salah satu anggota keluarga yang mengalami penyakit
hipertensi jantung dan sebagainya, seperti dampak biaya perawatan
dan pengobatan yang besar.
5) Riwayat Psikososial
Bagaimana mekanisme klien terhadap penyakit dan perubahan
perannya, pola persepsi dan konsep diri sebagai rasa tidak berdaya,
tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif, kondisi
ekonomi klien.

B. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
1. Keadaan Umum
Pada keadaan cedera otak umumnya mengalami penurunan kesadaran
(cedera otak ringan GCS 13-15, cedera otak sedang GCS 9-12, cedera otak
berat GCS <8) dan terjadi perubahan pada tanda-tanda vital.
2. B1 (Breathing)
Sistem pernafasan bergantung pada gradasi dari perubahan jaringan
serebral akibat trauma kepala. Akan didapatkan hasil :
I :Didapatkan klien batuk. Peningkatan produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan.
P : Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan dapatkan
apabila melibatkan trauma pada rongga thoraks.
P : Adanya suara redup sampai pekak pada keadaan melibatkan trauma
pada thoraks.
A : Bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, ronchi pada klien
dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang
menurun sering didapatkan pada klien cedera kepala dengan penurunan
tingkat kesadaran koma.
3. B2 (Blood)
Pada sistem kardiovaskular didapatkan syok hipovolemik yang sering
terjadi pada klien cedera otak sedang sampai cedera otak berat.Dapat
ditemukan tekanan darah normal atau berubah, bradikardi, takikardi, dan
aritmia.
4. B3 (Brain)
Cedera otak menyebabkan berbagai defisit neurologi terutama disebabkan
pengaruh peningkatan tekanan intracranial akibat adanya perdarahan baik
bersifat intraserebral hematoma, subdural hematoma, dan epidural
hematoma.Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS.
5. B4 (Bladder)
Kaji keadaan urin meliputi waran, jumlah, dan karakteristik.Penurunan
jumlah urine dan peningkatan retensi urine dapat terjadi akibat
menurunnya perfusi ginjal.Setelah cedera kepala, klien mungkin
mengalami inkontinensia urine karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakkan kontrol motorik dan postural.
6. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual, muntah pada fase akut.Mual sampai muntah dihubungkan dengan
adanya peningkatan produksi asam lambung.Pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltic usus.
7. B6 (Bone)
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan pada seluruh
ekstermitas.Kaji warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (cidera
kepala).
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan cedera kepala.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik : trauma.
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan kognitif.
D. Intevensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Pola napas tidak Tujuan: Pemantauan Respirasi :
efektif berhubungan Pola napas membaik 1. Observasi
dengan gangguan a) Monitor frekuensi,
Kriteria Hasil: irama, kedalaman dan
neurologis (cidera
1. Frekuensi napas upaya napas.
kepala). b) Monitor pola napas.
a) 1 (memburuk)
b) 2 (cukup memburuk) 2. Terapeutik
c) 3 (sedang) a) Atur interval
d) 4 (cukup menurun) pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien.
e) 5 (menurun)
3. Edukasi
2. Kedalaman napas
a) Jelaskan tujuan dan
a) 1 (memburuk)
prosedur pemantauan.
b) 2 (cukup memburuk)
c) 3 (sedang)
d) 4 (cukup menurun)
e) 5 (menurun)
3. Penggunaan otot bantu
napas
a) 1 (meningkat)
b) 2 (cukup meningkat)
c) 3 (sedang)
d) 4 (cukup menurun)
e) 5 (menurun)
2 Risiko perfusi Tujuan: Pemantauan Tekanan
serebral tidak efektif Perfusi serebral meningkat Intrakranial :
1. Observasi
berhubungan dengan Kriteria Hasil :
a) Identifikasi penyebab
cedera kepala. 1. Tingkat kesadaran peningkatan TIK.
a) 1 (menurun) b) Monitor penurunan
b) 2 (cukup menurun) tingkat kesadaran.
c) 3 (sedang) c) Monitor tekanan
d) 4 (cukup perfusi serebral.
meningkat) 2. Terapeutik
e) 5 (meningkat) a) Pertahankan posisi
2. Kognitif kepala dan leher.
a) 1 (menurun) 3. Edukasi
b) 2 (cukup menurun) a) Jelaskan tujuan dan
c) 3 (sedang) prosedur pemantauan.
d) 4 (cukup
meningkat)
e) 5 (meningkat)
3. Tekanan intracranial
a) 1 (meningkat)
b) 2 (cukup
meningkat)
c) 3 (sedang)
d) 4 (cukup menurun)
e) 5 (menurun)
4. Sakit kepala
a) 1 (meningkat)
b) 2 (cukup
meningkat)
c) 3 (sedang)
d) 4 (cukup menurun)
e) 5 (menurun)
3 Nyeri akut Tujuan: Manajemen Nyeri :
berhubungan dengan Tingkat nyeri menurun 1. Observasi
agen pencedera fisik
a) Identifikasi lokasi,
: trauma. Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas, dan
a) 1 (meningkat) intensitas nyeri.
b) 2 (cukup meningkat) b) Identifikasi skala
c) 3 (sedang) nyeri.
d) 4 (cukup menurun) 2. Terapeutik
e) 5 (menurun) a) Fasilitasi istirahat dan
2. Meringis tidur.
a) 1 (meningkat) 3. Edukasi
b) 2 (cukup meningkat) a) Jelaskan penyebab,
c) 3 (sedang) periode, dan pemicu
d) 4 (cukup menurun) nyeri.
e) 5 (menurun) 4. Kolaborasi
3. Frekuensi nadi a) Kolaborasi pemberian
a) 1 (memburuk) analgetik, jika perlu.
b) 2 (cukup
memburuk)
c) 3 (sedang)
d) 4 (cukup membaik)
e) 5 (membaik)
4. Tekanan darah
a) 1 (memburuk)
b) 2 (cukup memburuk)
c) 3 (sedang)
d) 4 (cukup membaik)
e) 5 (membaik)

4 Defisit nutrisi Tujuan: Manajemen Nutrisi :


berhubungan dengan Status nutrisi membaik 1. Observasi
ketidakmampuan a) Identifikasi status
mencerna makanan. Kriteria hasil: nutrisi.
b) Identifikasi perlunya
1. Kekuatan otot
penggunaan selang
mengunyah
nasogastrik.
a) 1 (menurun)
2. Terapeutik
b) 2 (cukup menurun)
a) Berikan makanan
c) 3 (sedang)
tinggi serat untuk
d) 4 (cukup meningkat)
mencegah konstipasi.
e) 5 (meningkat) b) Berikan makanan
2. Kekuatan otot menelan tinggi kalori dan
a) 1 (menurun) tinggi protein.
b) 2 (cukup menurun) 3. Edukasi

c) 3 (sedang) a) Anjurkan posisi


duduk, jika mampu.
d) 4 (cukup meningkat)
4. Kolaborasi
e) 5 (meningkat)
a) Kolaborasi pemberan
3. Nafsu makan
medikasi sebelum
a) 1 (memburuk)
makan (mis. Pereda
b) 2 (cukup memburuk)
nyeri, antlemetik),
c) 3 (sedang) jika perlu.
d) 4 (cukup membaik)
e) 5 (membaik) b) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori da jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika
perlu.
5 Gangguan eliminasi Tujuan: Manajemen Eliminasi
urine berhubungan Eliminasi urine membaik Urine :
dengan 1. Observasi
ketidakmampuan Kriteria hasil: a) Identifikasi faktor
mengkomunikasikan 1. Frekuensi BAK yang menyebabkan
kebutuhan eliminasi a) 1 (memburuk) retensi atau

b) 2 (cukup memburuk) inkontinensia urine.

c) 3 (sedang) 2. Terapeutik

d) 4 (cukup membaik) b) Catat waktu-waktu

e) 5 (membaik) dan haluaran

2. Karakteristik urine berkemih.

a) 1 (memburuk) 3. Edukasi

b) 2 (cukup memburuk) a) Ajarkan mengenali

c) 3 (sedang) tanda berkemih dan

d) 4 (cukup membaik) waktu yang tepat

e) 5 (membaik) untuk berkemih.

3. Sensasi kandung kemih 4. Kolaborasi

a) 1 (menurun) a) Kolaborasi

b) 2 (cukup menurun) pemberian obat

c) 3 (sedang) supositoria uretra,

d) 4 (cukup meningkat) jika perlu.

e) 5 (meningkat)
6 Gangguan mobilitas Tujuan : Dukungan Mobilisasi :
fisik berhubungan Mobilitas fisik meningkat 1. Observasi
dengan gangguan
a) Identifikasi adanya
kognitif.
nyeri atau keluhan
Kriteria hasil : fisik lainnya.
1. Pergerakkan ekstermitas b) Monitor kondisi umum
a) 1 (menurun) selama mobilisasi.

b) 2 (cukup menurun) 2. Terapeutik

c) 3 (sedang) a) Fasilitasi aktivitas


mobilisasi dengan alat
d) 4 (cukup meningkat)
bantu (mis. Pagar
e) 5 (meningkat)
tempat tidur).
2. Kekuatan otot
3. Edukasi
a) 1 (menurun)
a) Ajarkan mobilisasi
b) 2 (cukup menurun)
sederhana yang harus
c) 3 (sedang)
dilakukan (mis.
d) 4 (cukup meningkat) Duduk di tempat tidur,
e) 5 (meningkat) duduk di sisi tempat
3. Rentang gerak (ROM) tidur, pindah dari
a) 1 (menurun) tempat tidur ke kursi.

b) 2 (cukup menurun)
c) 3 (sedang)
d) 4 (cukup meningkat)
e) 5 (meningkat)
TRIGGER CASE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIAGNOSA
EPIDURAL HEMATOMA

KASUS
Pasien laki-laki Tn.A usia 20 tahun datang ke IGD RSI Surabaya dalam keadaan
tidak sadar setelah ± 20menit mengalami kecelakaan motor tabrak lari.
Kecelakaan terjadi saat pulang dari tempat kerja. Helm korban sampai terlepas
karena menurut saksi tali helm tidak terpasang, sehingga kepala kiri korban
terbentur trotoar jalan. 10menit pasca masuk IGD pasien sempat sadar, amnesia,
tidak dapat mengingat dengan jelas bagaimana kecelakaannya terjadi.Pasien
mengeluh nyeri kepala seperti di tekan.Pasien muntah sebanyak 3 kali saat di
IGD.Muntah bersifat proyektil, muntah berwarna merah kecoklatan. Dari
pemeriksaan fisik GCS E3V4M5, pupil bulat isokor dan reflek cahaya yang
normal, frekuensi nafas 14 kali/menit, tekanan darah 105/60 mmHg, nadi 64
kali/menit, suhu 36,40C, dan tampak cefal hematoma pada daerah frontal kiri.
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Nama Mahasiswa : Putri Eva Rosita RS : RSAL Dr.Ramelan


NIM : 1120019005 Ruangan : HCU
Tanggal : 15 APRIL 2020 Jam : 10.00
Pengkajian

A. IDENTITAS
Pasien Penanggung Jawab
Nama : Tn. A Nama : Ny . P
Umur : 20 tahun Umur : 49 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Sma Pendidikan : Smp
Pekerjaan : Pegawai swasta Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Lajang Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Surabaya Alamat : Surabaya
Diagnosa Medis : EDH Frontal Hubungan saudara : Ibu
Sinistra
No. RM : 03.XX.XX
Tanggal Masuk : 15 April 2020

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri kepala seperti di tekan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami kecelakaan dan datang ke IGD RSI Surabaya.Pasien
mengalami penurunan kesadaran selama ± 20menit.Setelah 10menit di IGD
pasien sempat sadar, pasien tidak mengingat kejadian kecelakaan
tersebut.Pasien mengeluh nyeri kepala seperti ditekan.Pasien muntah sebanyak
3 kali muntah bersifat proyektil, muntah berwarna merah kecoklatan.Pasien
merasa lemas.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti DM, hipertensi,
jantung, dan asma.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit seperti DM, hipertensi,
jantung, dan asma.
C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum
Keadaan pasien lemas. GCS 345. Tingkat kesedaran apatis. Pasien terpasang
kateter. Pasien terpasang NGT. Pasien terpasang infus RL 20tpm.

2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 105/60 mmHg
Denyut Nadi :64 kali/menit
Suhu : 36,4 °C
Respiratory Rate :18 kali/menit
SpO2 : 98%

Pergerakan dada  Simetris         


 Tidak simetris
Pemakaian otot bantu  Tidak ada
napas Ada, jenis:
Suara nafas Vesikuler Wheezing Ronchi
Lokasi:
Batuk  Produktif Tidak produktif
Sputum  Ada, jelaskan:
 Tidak ada
Breathing Alat bantu napas Tidak ada
(B1)  Ada
 Masker sederhana
 Nasal
 Sungkup balon
 BVM
 Junction rees 
 Ventilator
 Nasofaring
 Orofaring
Lain – lain
Bleeding Suara jantung S1 S2 tunggal
(B2)  S3
 S4
 Gallop
 Murmur
Irama jantung  Reguler
 Aritmia
 Atrial flutter
 Atrial fibrilasi
 VT with pulse
 Ventrikel fibrilasi
 Asystol/PEA
CRT ≤ 2 detik
> 2 detik
JVP Normal
Meningkat
CVP Ada, nilai =
Tidak ada
Akral Hangat, kering, merah
Dingin, lembab, pucat
Edema Ada, lokasi:
Tidak ada
Lain-Lain
Tingkat kesadaran Kualitatif
Composmentis
 Apatis
Delirium
Somnolen
Sopor
Koma
Kuantitatif (GCS)
E : 3V : 4 M : 5
Skala AVPU
Alert
 Voice
 Pain
Unconscious
Reaksi pupil  Isokor
Brain  Anisokor
(B3)
Cyanosis Ya Tidak
Hipoksia Ya Tidak
Reflek fisiologis Ada : Reflek biceps (+/+), reflek tricep (+/+),
reflek brachioradialis (+/+), reflek patella (+/+),
reflek tendon Achilles (+/+)
 Tidak ada
Tidak ada
Reflek patologis Brudzinki
 Babinski
 Tidak ada kelainan
Meningeal sign AdaTidak ada
Parestesia Tidak
Ada, lokasi :
Gangguan nervous I - XII Sebutkan :
Lain – lain
Minum Terpasang NGT
Sonde ensure 5x100
Urine Jumlah : ± 700cc
Warna : kuning jernih
IWL 15XBB/24jam = 15x60 = 900/24jam
Bladder
(B4) Keseimbangan cairan Input : minum : 500ml, infus RL 1000/24jam
Output : 1200cc
Balance cairan : - 200cc
Kateter Ada, jenis : indwelling kateter Hari ke : 3
Tidak ada :
Kesulitan BAK YaTidak
Lain-lain
Mukosa bibir KeringLembab
Lidah KotorBersih
Keadaan gigi Lengkap
Gigi palsu
Nyeri telan YaTidak
Abdomen Distensi
Tidak distensi
Peristaltik usus Normal
Menurun
Meningkat
Bowel
Nilai :
(B5)
Mual YaTidak
Muntah Tidak Ya, jumlah/frekuensi:3kali
Hematemesis  Tidak Ya, jumlah/frekuensi: 3 kali
Melena YaTidak
Terpasang NGT YaTidak
Diare  Tidak Ya, jumlah/frekuensi:
Konstipasi Ya, sejak:
Tidak
Ascites YaTidak
Lain-lain
Turgor Baik Buruk
Perdarahan kulit AdaTidak ada
Icterus YaTidak

Bone Pergerakan sendi BebasTerbatas


(B6) Fraktur AdaTidak ada
Jenis:
Lokasi:
Luka AdaTidak ada
Lain-lain
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

Hematologi

Hemoglobin 14.0g/dl 11.7 – 15.5 g/dl


Leukosit 15.3 ribu 3.8 – 11.0 ribu
Eritrosit 4.61 3.8 – 5.4 juta
Hematokrit 43.0% 35 – 47 %
Trombosit 270 ribu 150 – 400 ribu
MCV 90.5 82 – 98 fL
MCH 30.4 27 – 52 pg
MCHC 33.6 32 – 37 g/dl
RDW 12.3 10 – 18 %
MPV 7,3 7 – 11 mikro m3
Limfosit 0.5 1.1 – 4.5
Monosit 0.0 0.2 – 1.0
Eosinofil 0.1
0.04 – 0.8
Basofil 0.0
0 – 0.2

Kimia Klinik

PDW 11,1 mg/dl 10 – 18 %


SGOT 34 U/L 0 – 50 U/L
SGPT 20 IU/L 0 – 50 IU/L
Ureum 18.8 mg/dl 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.95 mg/dl 0.62 – 1.1 mg/dl

2. Pemeriksaan Radiologi
a) Rontgen Cervical AP/Lateral/Oblique
Kesan : Aligment lurus. Spondilosis cervikalis.Tak tampak kompresi
maupun listesis.Tak tampak penyempitan diskus maupun foramen
intervetrebalis.
b) Pemeriksaan Head CT SCAN
Kesan : Gambaran epidural hemorrhage (vol52,9cm3) pada region fronto-
temporal parietal kiri. Tampak tanda-tanda peningkatan intracranial.Faktor
komplit bentuk linier pada os temporal kiri.Deviasi septum nasal ke kiri.

E. TERAPI MEDIK

a) Infus RL 20tpm
b) Piracetam 2x3gram (untuk mengatasi perdarahan sendi)
c) Metilprednisolon 4x125mg (untuk mengatasi penyebab peradangan)
d) Citicolin 2x500mg (untuk mengobati kondisi-kondisi seperti luka kepala,
serebrovaskuler)
e) Ranitidine 2x1amp ((untuk menurunkan sekresi asam lambung berlebih)
f) Ceftriaxone 2x1gram (antibiotik yang berguna untuk pengobatan
sejumlah infeksi bakteri)
g) Ketorolac 2x30mg (untuk meredakan nyeri dan peradangan)
h) Mecobalamine 1x1amp (vit B12 untuk mengobati neuropati perifer dan
beberapa jenis anemia)
i) Asam Traneksamat 2x1gram (untuk mengurangi atau menghentikan
perdarahan)

2. Analisa Data
NO Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS : Tingkat kesadaran EDH Perfusi Serebral
E3V4M5 ↓ Tidak Efektif
DO : Peningkatan tekanan (D0017)
1. Penurunan intrakranial
kesadaran, GCS ↓
345 (apatis) Risiko perfusi serebral
2. Pada pemeriksaan tidak efektif
CT Scan kepala
didapatkan adanya
faktur region
fronto-temporal
parietal kiri
3. TD : 105/60
N : 64x/menit
S : 36,40C
RR : 18x/menit
SpO2 : 98%
4. Pasien tampak
lemas
2. DS : Trauma kepala Nyeri Akut
1. Klien mengatakan ↓ (D.0077)
nyeri tekan pada Pembekuan darah di
kepala otak
DO : ↓
1. P : Trauma kepala Nyeri
Q : Nyeri seperti di
tekan
R : Nyeri terjadi
karena ada EDH
pada daerah frontal
kanan
S : Skala nyeri 8
T : Nyeri dirasakan
terus-menerus
2. TD : 105/50
mmHg
Nadi : 64
kali/menit
Suhu : 36,40C
RR : 14 kali/menit
3. Pasien tampak
meringis
3. DS : Klien mengeluh EDH Intoleransi
lelah. ↓ Aktivitas
DO : Tirah baring (D.0056)
1. Pasien tampak ↓
lemas. Kelemahan
2. Pasien tampak ↓
bedrest Intoleransi aktivitas

3. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
tekanan intracranial.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik : trauma.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.

4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


.
1. Risiko perfusi Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Tekanan
serebral tidak keperawatan selama Intrakranial :
1. Observasi
efektif 3x24jam, diharapkan perfusi
a) Identifikasi
berhubungan serebral meningkat, dengan penyebab
dengan KH : peningkatan TIK.
b) Monitor
peningkatan 1. Tingkat kesadaran (dari
penurunan
tekanan skala 1 menurun tingkat
intracranial menjadi skala 5 kesadaran.
c) Monitor tekanan
meningkat)
perfusi serebral.
2. Tekanan intrakranial 2. Terapeutik
(dari skala 1 meningkat a) Pertahankan
menjadi skala 5 posisi kepala dan
leher.
menurun) 3. Edukasi
a) Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan.
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri :
berhubungan keperawatan selama 1. Observasi
dengan agen 3x24jam diharapkan tingkat a) Identifikasi lokasi,
karakteristik,
pencedera fisik : nyeri dapat menurun,
durasi, frekuensi,
trauma. dengan KH : kualitas, dan
1. Keluhan nyeri (dari intensitas nyeri.
skala 1 meningkat b) Identifikasi skala
nyeri.
menjadi skala 5
2. Terapeutik
menurun) a) Fasilitasi istirahat
2. Meringis (dari skal 1 dan tidur.
meningkat menjadi 3. Edukasi
skala 4 cukup menurun) a) Jelaskan
penyebab,
3. Pola napas (dari skala 1 periode, dan
memburuk menjadi pemicu nyeri.
skala 5 membaik) 4. Kolaborasi
a) Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu.
3, Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Terapi Aktivitas :
aktivitas keperawatan selama 1. Observasi
berhubungan 3x24jam diharapkan a) Identifikasi defisit
dengan tirah toleransi aktivitas dapat tingkat aktivitas.
baring. meningkat, dengan KH : 2. Terapeutik
1. Keluhan lelah (dari a) Fasiliasi aktivitas
skala 1 meningkat fisik rutin (mis.
menjadi skala 5 Ambulasi,
menurun) mobilisasi, dan
2. Perasaan lemah (dari perawatan diri)
skala 1 meningkat sesuai kebutuhan.
menjadi skala 5 3. Edukasi
menurun) a) Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang di
pilih.

5. Implementasi dan Evaluasi


No. Dx Tgl Impelentasi Evaluasi TTD
D.0017 15 1. Mengidentifikasi penyebab S : Kesadaran apatis, GCS Ns.
April peningkatan TIK 345 Putri
2020 R/ Px kooperatif O:
2. Memonitor penurunan
 Penurunan kesadaran,
tingkat kesadaran.
GCS 345 (samnolen)
3. Memonitor tekanan perfusi
 Vital sign :
serebral.
R/ Px kooperatif TD : 105/60 mmHg

4. Vital sign : N : 64 x/menit


 Tekanan Darah : 105/60 RR : 18 x/menit
mmHg Suhu : 36,40C
 Nadi : 64 x/menit  Pasien tampak lemas
 RR 18 x/ menit  Terpasang infus RL
 Suhu : 36,4℃ 20tpm
 CRT < 2 detik  Terpasang NGT
 Kesadaran apatis, GCS
 Terpasang kateter
345
A : Masalah belum teratasi
 Spo2 : 98 %
P : Intervensi dilanjutkan
R/ Px kooperatif
 Observasi (a,b)
5. Mempertahankan posisi
kepala dan leher.  Terapeutik
R/ Px kooperatif
6. Memasang infus RL
20tpm
R/ Px kooperatif
7. Memberikan injeksi :
 Citicolin 500mg (IV)
 Ranitidine 1amp (IV)
 Ceftriaxone 1gram
drip PZ 100cc
 Asam traneksamat
1gram (IV)
R/ Px kooperatif
D.0017 16 1. Mengidentifikasi S : Kesadaran apatis, GCS Ns.
April penyebab peningkatan 345 Putri
2020 TIK O:
R/ Peningkatan TIK  Penurunan kesadaran,
menurun GCS 345 (apatis)
2. Memonitor penurunan  Vital sign :
tingkat kesadaran. TD : 110/80 mmHg
3. Memonitor tekanan N : 70 x/menit
perfusi serebral. RR : 18 x/menit
R/ Tekanan perfusi serebral Suhu : 36,60C
berkurang.  Pasien tampak lemas
4. Vital sign :  Terpasang infus RL
 Tekanan Darah : 20tpm
110/80 mmHg  Terpasang NGT
 Nadi : 70 x/menit  Terpasang kateter
 RR 18 x/ menit A : Masalah teratasi
 Suhu : 36,6℃ sebagian
 CRT < 2 detik P : Intervensi dilanjutkan
 Kesadaran apatis, GCS  Observasi (a,b)
345  Terapeutik
 Spo2 : 98 %
R/ Px kooperatif
5. Mempertahankan posisi
kepala dan leher.
R/ Px kooperatif
6. Memasang infus RL
20tpm
R/ Px kooperatif
7. Memberikan injeksi :
 Citicolin 500mg
(IV)
 Ceftriaxone 1gram
drip PZ 100cc
 Asam traneksamat
1gram (IV)
R/ Px kooperatif
D.0017 17 1. Mengidentifikasi S : Kesadaran apatis, GCS
April
penyebab peningkatan 345
2020
TIK O:
R/ Peningkatan TIK  Penurunan kesadaran,
menurun. GCS 345 (apatis)
2. Memonitor tekanan  Vital sign :
perfusi serebral. TD : 110/90 mmHg
R/ Tekanan perfusi serebral N : 76 x/menit
berkurang. RR : 18 x/menit
3. Vital sign : Suhu : 36,30C
 Tekanan Darah :  Terpasang infus RL
110/90 mmHg 20tpm
 Nadi : 76 x/menit  Terpasang NGT
 RR 18 x/ menit  Terpasang kateter
 Suhu : 36,3℃ A : Masalah teratasi
 CRT < 2 detik sebagian
 Kesadaran apatis, GCS P : Intervensi dilanjutkan
345  Observasi (a,b)
 Spo2 : 98 %  Terapeutik
R/ Px kooperatif
4. Mempertahankan posisi
kepala dan leher.
R/ Px kooperatif
5. Memasang infus RL
20tpm
R/ Px kooperatif
6. Memberikan injeksi :
 Citicolin 500mg (IV)
 Ceftriaxone 1gram
drip PZ 100cc
 Asam traneksamat
1gram (IV)
D.0077 15 S : Px mengatakan nyeri S : Px mengeluhkan Ns.
April kepala. merasakan nyeri di kepala. Putri
2020 O: O:
1. Mengidentifikasi  Vital sign :
lokasi, karakteristik, TD : 105/60 mmHg
durasi, frekuensi, Nadi : 64 x/menit
kualitas, dan intensitas RR : 18 x/menit
nyeri. Suhu : 36,40C
R/ Px kooperatif SpO2 : 98%
2. Mengidentifikasi skala  P : Trauma kepala
nyeri. Q : Nyeri seperti
R/ Px mengatakan skala ditekan
nyeri 8 R : Nyeri terjadi karena
3. Vital sign : ada EDH pada daerah
TD : 105/60 mmHg frontal kanan
N : 64 x/menit S : Skala nyeri 8
RR : 18 x/menit T : Nyeri dirasakan
Suhu : 36,4 C0
terus menerus
R/ Px kooperatif  Pasien tampak
4. Memfasilitasi istirahat meringis
dan tidur. A : Masalah belum teratasi
R/ Px mengikuti anjuran P : Intervensi dilanjutkan
perawat.  Observasi (a,b)
5. Memberi injeksi  Terapeutik
ketorolac 30mg (IV).
 Kolaborasi
R/ Px kooperatif
D.0077 16 1. Mengidentifikasi S : Px mengeluhkan Ns.
April lokasi, karakteristik, merasakan nyeri di kepala. Putri
2020 durasi, frekuensi, O :
kualitas, dan intensitas  Vital sign :
nyeri. TD : 110/80 mmHg
R/ Px kooperatif Nadi : 70 x/menit
2. Mengidentifikasi skala RR : 18 x/menit
nyeri. Suhu : 36,60C
R/ Px mengatakan skala SpO2 : 98%
nyeri 8  P : Trauma kepala
3. Vital sign : Q : Nyeri seperti
TD : 110/80 mmHg ditekan
N : 70 x/menit R : Nyeri terjadi karena
RR : 18 x/menit ada EDH pada daerah
Suhu : 36,60C frontal kanan
R/ Px kooperatif S : Skala nyeri 8
4. Memfasilitasi istirahat T : Nyeri dirasakan
dan tidur. terus menerus
R/ Px mengikuti anjuran  Pasien tampak
perawat. meringis
5. Memberi injeksi A : Masalah belum teratasi
ketorolac 30mg (IV). P : Intervensi dilanjutkan
R/ Px kooperatif  Observasi (a,b)
 Terapeutik
 Kolaborasi
D.0077 17 1. Mengidentifikasi S : Px mengeluhkan
April lokasi, karakteristik, merasakan nyeri di kepala
2020 durasi, frekuensi, cukup berkurang.
kualitas, dan intensitas O :
nyeri.  Vital sign :
R/ Px kooperatif TD : 110/90 mmHg
2. Mengidentifikasi skala Nadi : 76 x/menit
nyeri.
R/ Px mengatakan skala RR : 18 x/menit
nyeri 8 Suhu : 36,30C
3. Vital sign : SpO2 : 98%
TD : 110/90 mmHg  P : Trauma kepala
N : 76 x/menit Q : Nyeri seperti
RR : 18 x/menit ditekan
Suhu : 36,30C R : Nyeri terjadi karena
R/ Px kooperatif ada EDH pada daerah
4. Memfasilitasi istirahat frontal kanan
dan tidur. S : Skala nyeri 7
R/ Px mengikuti anjuran T : Nyeri dirasakan
perawat. hilang timbul.
5. Memberi injeksi  Pasien tampak meringis
ketorolac 30mg (IV). A : Masalah teratasi
R/ Px kooperatif sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
 Observasi (a,b)
 Terapeutik
 Kolaborasi
D.0056 15 1. Mengidentifikasi S : Px mengatakan badanya
April defisit tingkat aktivitas lemah dan lemas.
2020 R/ Px kooperatif O:
2. Memfasilitasi aktivitas  Vital sign :
fisik rutin TD : 105/60 mmHg
R/ Px kooperatif N : 64x/menit
3. Mengajarkan cara S : 36,40C
melakukan aktivitas RR : 18x/menit
yang dipilih SpO2 : 98%
 Px tampak lemah
 Px tampak bedrest
O : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 Observasi
 Terapeutik
 Edukasi
D.0056 Tgl 16 1. Mengidentifikasi S : Px mengatakan masih
April defisit tingkat aktivitas lemah dan lemas.
2020 O:
R/ Px kooperatif
 Vital sign :
2. Memfasilitasi aktivitas
TD : 110/80 mmHg
fisik rutin
N : 70x/menit
R/ Px kooperatif S : 36,60C
3. Mengajarkan cara RR : 18x/menit
melakukan aktivitas SpO2 : 98%
yang dipilih  Px tampak lemah
R/ Px kooperatif  Px tampak bedrest
O : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 Observasi
 Terapeutik
 Edukasi
D.0056 Tgl 17 1. Mengidentifikasi S : Px mengatakan lemah
April
defisit tingkat aktivitas dan lemas berkurang.
2020
O:
R/ Px kooperatif
 Vital sign :
2. Memfasilitasi aktivitas
TD : 110/890 mmHg
fisik rutin
N : 76x/menit
R/ Px kooperatif S : 36,30C
3. Mengajarkan cara RR : 18x/menit
melakukan aktivitas SpO2 : 98%
yang dipilih  Px tampak
R/ Px kooperatif beraktivitas ringan
seperti mika miki
 Px tampak bedrest.
O : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 Observasi
 Terapeutik
 Edukasi
DAFTAR PUSTAKA

Tito.R.T. 2011.Subdural hematoma and epidural hematoma.Edisi ke


3.Jakarta: EGC.
Bajamal.A.H. (2004). Epidural Hematom (EDH = Epidural Hematoma).
Heardman.(2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Greenberg, D. A., Michael J. A., dan Roger P. S. (2011). Intracranial
Hemorrhage, Clinical Neurology, 5th edition. United States of
America: Lange Medical Books, McGraw-Hill.
David, A. 2009.Nursing Intervention Clasification. Mosby. USA.

Anda mungkin juga menyukai