EPIDURAL HEMATOMA
RUANG ICU RS MARGONO SOEKARDJO
Oleh:
DANIAR DWI AYUNANI
GB211077
2. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan penyusunan laporan pendahuluan diharapkan
mahasiswa dapat mengelola pasien dengan eidural hematom.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan penyusunan laporan pendahuluan diharapkan
mahasiswa dapat :
a. Mengetahui konsep epidural hematom.
b. Melakukan pengkajian pada pasien dengan epidural hematom.
c. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan epidural
hematom.
d. Melakukan intervensi keperawatan dalam upaya penanganan
epidural hematom.
e. Melakukan evaluasi kemampuan pasien selama dalam
perawatan dengan epidural hematom.
f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan.
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Epidural Hematom
Beberapa pengertian mengenai epidural hematoma (EDH) sebagai
berikut:
a. Epidural hematom adalah salah satu akibat yang ditimbulkan dari
sebuah trauma kepala (Greenberg et al, 2002).
b. Epidural hematom adalah hematom/perdarahan yang terletak antara
durameter dan tubula interna/lapisan bawah tengkorak, dan sering
terjadi pada lobus temporal dan paretal (Smeltzer&Bare, 2001).
c. Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat
emergency dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang
memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan
perdarahan (Anderson, 2005).
2. Etiologi
Epidural hematom terjadi karena laserasi atau robekan
pembuluh darah yang ada diantara durameter dan tulang tengkorak
akibat benturan yang menyebabkan fraktur tengkorak seperti
kecelakaan kendaraan dan trauma (Japardi, 2004). Perdarahan biasanya
bersumber dari robeknya arteri meningica media (paling sering), vena
diploica (karena fraktur kalvaria), vena emmisaria, dan sinus venosus
duralis (Bajamal, 1999).
4. Patofisiologi
Epidural hematom secara khas timbul sebagai akibat dari
sebuah luka atau trauma atau fraktur pada kepala yang menyebabkan
laserasi pada pembuluh darah arteri, khususnya arteri meningea media
dimana arteri ini berada diantara durameter dan tengkorak daerah
temporal. Rusaknya arteri menyebabkan perdarahan yang memenuhi
epidural. Apabila perdarahan terus mendesak durameter, maka darah
akan memotong atau menjauhkan daerah durameter dengan tengkorak,
hal ini akan memperluas hematoma. Perluasan hematom akan menekan
hemisfer otak dibawahanya yaitu lobus temporal ke dalam dan ke
bawah. Seiring terbentuknya hematom maka akan memberikan efek
yang cukup berat yakni isi otak akan mengalami herniasi. Herniasi
menyebabkan penekanan saraf yang ada dibawahnya seperti medulla
oblongata yang menyebabkan terjadinya penurunan hingga hilangnya
kesadaran. Pada bagian ini terdapat nervus okulomotor yang menekan
saraf sehingga menyebabkan peningkatan TIK, akibatnya terjadi
penekanan saraf yang ada diotak (Japardi, 2004 dan Mcphee et al,
2006).
5. Pathway
Darah memenuhi
Darah keluar dari Darah memenuhi epidural
epidural
vaskuler
Hematoma
Syok hipovolemik
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doengoes (2004), pemeriksaan penunjang yang biasa
dilakukan pada kasus epidural hematom yaitu sebagai berikut:
1. CT Scan : untuk mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan
ukuran ventrikuler pergeseran otak. CT Scan merupakan pilihan
primer dalam hal mengevaluasi trauma kepala. Sebuah epidural
hematom memiliki batas yang kasar dan penampakan yang
bikonveks pada CT Scan dan MRI. Tampakan biasanya merupakan
lesi bikonveks dengan densitas tinggi yang homogen, tetapi
mingkin juga tampok sebagai ndensitas yang heterogen akibat dari
pencampuran antara darah yang menggumpal dan tidak
menggumpal.
2. MRI : memberikan foto berbagai kelainan parenkim otak dengan
lebih jelas karena mampu melakukan pencitraan dari berbagai
posisi apalagi dalam pencitraan hematom dan cedera batang otak.
3. Angiografi serebral : untuk menunjukan kelainan sirkulasi serebral
seperti pergeseran jaringan otak karena edema dan trauma.
4. EEG : untuk memperlihatkan gelombang patologis.
5. Sinar X : untuk mendeteksi adanya perubahan struktur tulang
(fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena
perdarahan/edema), dan adanya fragmen tulang.
6. BAER (brain auditory evoked respons) : untuk menentukan fungsi
korteks dan batang otak.
7. PET (positron emmision topography): untuk menunjukan
metabolisme otak.
8. Pungsi lumbal : untuk menduga kemungkinan perdarahan
subarachnoid.
9. AGD : untuk melihat masalah ventilasi/oksigenasi yang
meningkatkan TIK.
Nyeri Akut Perubahan tekanan darah Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri dengan format 1. Berguna dalam
b.d agen Perubahan frekuensi jantung keperawatan 3x24 jam diharapkan PQRST. pengawasan keefektifan
injuri fisik Perubahan frekuensi pasien dapat mengontrol nyeri dengan 2. kontrol lingkungan yang dapat terapi yang diberikamn.
pernafasan 2. Lingkungan yang tidak
kriteria hasil: berkontribusi terhadap nyeri
Mengekspresikan perilaku nyaman dapat
1. Frekuensi nyeri berkurang seperti suhu, suara, dan
(mis.: gelisah, merengek, 2. TTV normal cahaya. meningkatkan nyeri
menangis, waspada, 3. Menggunakan non analgetik 3. Ajarkan pasien teknik non bertambah parah.
iritabilitas, mendesah). 4. Menggunakan analgetik farmakologis seperti nafas 3. Relaksasi membantu
Fokus menyempit (mis.: mengurangi nyeri
dalam.
gangguang persepsi nyeri, Keterangan: dengan menutup gate
hambatan proses pikir, 4. Kolaborasikan pemberian receptor.
penurunan interaksi dengan 1= konsisten farmakologik untuk 4. Analgetik cepat
orang dan lingkungan). 2= sering mengurangi nyeri. menurunkan nyeri.
Dilatasi pupil. 3= kadang-kadang
4= jarang
5= tidak pernah
Hambatan Penurunan waktu reaksi. Setelah dilakukan tindakan 1. Ubah posisi klien setiap 2 1. Meningkatkan
mobilitas fisik Kesulitan membolak-balikan keperawatan 3x24 jam diharapkan jam sekali. sirkulasi
b.d kelemahan posisi. pasien tidak mengalami gangguan 2. Bantu klien melakukan 2. Mempertahankan
neuromuskula Keterbatasan rentang
mobilitas fisik dengan kriteria sebagai rentang gerak. fungsi sendi,
r pergerakan sendi.
berikut: 3. Berikan masase. mobilisasi dan
1. Dapat melakukan mobilisasi 4. Periksa kemampuan dan menurunkan vena
sendiri keadaan secara fungsional yang statis.
2. Tidak tergantung pada kerusakan yang 3. Meningkatkan
3. Tidak terjadi dekubitus terjadi. sirkulasi dan
elastisitas kulit.
4. Identifikasi
Keterangan : kemungkinan
1 : Tidak pernah dilakukan kerusakan secara
2 : jarang dilakukan fungsional dan
3 : Kadang-kadang dilakukan mempengaruhi pilihan
4 : sering dilakukan intervensi yang
5 : selalu dilakukan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih
Bahasa : Agung waluyo. Jakarta. EGC.
McPhee, S. J., dan William F.G. (2006). Vascular Territories and Clinical
Features in Ischemic Stroke, Pathophysiology of Disease An Introduction
to Clinical Medicine, 5th edition. United States of America: Lange
Medical Books, McGraw-Hill,.