GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SNH DENGAN PERAWATAN HOME CARE DI
LENTERA HOME CARE PATI
Diky Setiyawan1,Widiyaningsih2, Dwi Kustriyanti3 123 STIKes Karya Husada Semarang, Jl. Kompol R. Soekanto No.46 Semarang Email: Dickysetyawan@gmail.com +62 823-2806-0554 ABSTRAK Stroke non hemoragik (SNH) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Penyumbatan ini disebabkan oleh penebalan pada dinding pembuluh darah (atheroschlerosis) dan bekuan darah bercampur lemak menempel pada dinding pembuluh darah (thrombus) Dampak stroke diantaranya kelumpuhan, gangguan indra rasa, gangguan dalam beraktivitas, perubahan mental seperti gangguan daya pikir, kesadaran, konsentrasi, gangguan dalam berkomunikasi, dan gangguan emosional yaitu menjadi gelisah, cemas, takut dan marah atas kekurangannya. Manifestasi klinis yang dapat muncul dari aspek fisik, psikologis dan sosial memerlukan penanganan secara cepat dan tepat pada fase rehabilitasi yang berdampak pada kualitas hidup.[8] Pasien stroke yang memiliki keterbatasan fisik, kognitif dan sosial dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup METODE: Jenis penelitian deskriptif kuantitatif, menggunakan pendekatan survey, jumplah populasi sebanyak 25 sampel. sampel dalam penelitian ini yaitu 25 pasien Sampling yang di gunakan pada penelitian ini adalah total sampling Maret 2019 – Juli 2019. mengumpulkan data berupa kuisioner, Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) HASIL : di ketahui bahwa responden penderita stroke non hemoragik dengan kategori tidak ada kecemasan sebanyak 8 responden 32.0%, kecemasan ringan sebanyak 5 responden 20.0%, kecemasan sedang sebanyak 3 responden 12.0%, kecemasan berat 8 responden 32.0% dan kecemasan berat sekali sebanyal 1 responden 4.0%. KESIMPULAN : Responden penderita stroke non hemoragik dengan kategori tidak ada kecemasan sebanyak 8 responden 32.0%, kecemasan ringan sebanyak 5 responden 20.0%, kecemasan sedang sebanyak 3 responden 12.0%, kecemasan berat 8 responden 32.0% dan kecemasan berat sekali sebanyak 1 responden 4.0%. Kata Kunci : Stroke Non Hemoragik, Home Care, Cemas ABSTRAK Non-hemorrhagic stroke (SNH) is a blockage of blood vessels that causes blood flow to the brain partially or completely stopped. This blockage is caused by thickening in the walls of the arteries (atheroschlerosis) and blood clots mixed with fat attached to the walls of the arteries (thrombus). in communication, and emotional disturbance that is to be restless, anxious, afraid and angry over their shortcomings. Clinical manifestations that can arise from physical, psychological and social aspects require prompt and appropriate treatment in the rehabilitation phase that impacts quality of life. [8] Stroke patients who have physical, cognitive and social limitations can cause a decrease in quality of life METHOD: This type quantitative descriptive study, using a survey approach, the population of 25 samples. The sample in this study was 25 patients. Sampling used in this study was total sampling in March 2019 - July 2019. Collecting data in the form of a questionnaire, Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) RESULTS: it was found that respondents with non-hemorrhagic stroke by category there is no anxiety as much as 8 respondents 32.0%, mild anxiety as much as 5 respondents 20.0%, moderate anxiety as much as 12.0% respondents, severe anxiety 8 respondents 32.0% and very severe anxiety as much as 1 respondent 4.0%. CONCLUSION: Respondents with non-hemorrhagic stroke with no category of anxiety were 8 respondents 32.0%, mild anxiety were 5 respondents 20.0%, moderate anxiety were 3 respondents 12.0%, severe anxiety 8 respondents were 32.0% and very severe anxiety were 1 respondent 4.0%. Keywords: Non-hemorrhagic stroke, home care, anxiety LATAR BELAKANG Papua (2,3%), sedangkan di Provinsi Jawa Stroke non hemoragik (SNH) yaitu Tengah sebesar (7,7%). Prevalensi stroke tersumbatnya pembuluh darah yang antara laki-laki dengan perempuan hampir menyebabkan aliran darah ke otak sama.[6] sebagian atau keseluruhan terhenti. Dampak stroke diantaranya Penyumbatan ini disebabkan oleh kelumpuhan, gangguan indra rasa, penebalan pada dinding pembuluh darah gangguan dalam beraktivitas, perubahan (atheroschlerosis) dan bekuan darah mental seperti gangguan daya pikir, bercampur lemak menempel pada dinding kesadaran, konsentrasi, gangguan dalam pembuluh darah (thrombus).[2] Gejala berkomunikasi, dan gangguan emosional Stroke Non Hemoragik antara lain: vertigo, yaitu menjadi gelisah, cemas, takut dan muntah-muntah atau nyeri kepala, marah atas kekurangannya.[7] gangguan pengelihatan Hasil penelitian yang dilakukan oleh (hemianopia/monokuler) atau Diplopia, Kusumawati femi, 2018 yang berjudul kelumpuhan wajah atau anggota badan, ‘’Hubungan Antara Karakteristik, Tingkat Disartia, Ataksia (tungkai atau anggota Kecemasan, dan Ketergantungan’’ badan), Afasia (bicara tidak lancar).(2) didapatkan terdapat hubungan Faktor resiko stroke adalah riwayat karakteristik usia dan tingkat kecemasan penyakit hipertensi yang dapat dengan penerimaan diri pasien menyebabkan aterosklerosis dan keterbatasan gerak akibat stroke dengan penyempitan diameter pembuluh darah Penerimaan Diri Pasien Keterbatasan sehingga menggangu aliran darah ke Gerak Akibat Stroke di RSUD Koja Jakarta jaringan otak.[3] Utara. Setiap tahunnya terdapat 795.000 Cemas (ansietas) adalah suatu orang terkena serangan stroke, 76,73% keadaan yang membuat seeorang tidak merupakan stroke yang terjadi untuk nyaman dan terbagi dalam beberapa pertama kalinya dan 23,27% adalah stroke tingkatan.[8] Cemas berkaitan dengan ulangan. Pada tahun 2015, 1 dari 19 perasaan yang tidak pasti dan tidak kematian di Amerika Serikat disebabkan berdaya. Individu yang merasa cemas oleh stroke. Angka kejadian stroke di dunia akan merasa tidak nyaman atau takut atau akan terusmeningkat, diperkirakan pada mungkin memiliki firasat akan ditimpa tahun 2030 akan ada tambahan 3,4 milyar malapetaka padahal ia tidak mengerti orang dengan usia ≥18 tahun akan mengapa emosi yang mengancam terkena stroke.[4] tersebut terjadi.[8] Prevalensi penyakit stroke di Manifestasi klinis yang dapat muncul Indonesia meningkat seiring bertambahnya dari aspek fisik, psikologis dan sosial umur. Kasus stroke tertinggi yang memerlukan penanganan secara cepat terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia dan tepat pada fase rehabilitasi yang 75 tahun keatas (43,1%)dan terendah berdampak pada kualitas hidup.[8] Pasien pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu stroke yang memiliki keterbatasan fisik, sebesar 0,2%. Prevalensi stroke kognitif dan sosial dapat menyebabkan berdasarkan jenis kelamin lebih banyak menurunnya kualitas hidup.[8] laki-laki(7,1%) dibandingkan dengan Home care adalah komponen dari perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat pelayanan kesehatan yang komprehensif tinggal, prevalensi stroke diperkotaan lebih dimana pelayanan kesehatan disediakan tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah untuk individu dan keluarga di tempat pedesaan (5,7%).[5] Prevalensi kasus tinggal mereka dengan tujuan stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis mempromosikan, mempertahankan atau tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mill dan memaksimalkan level kemandirian serta 12,1 per mill yang terdiagnosis memiliki meminimalkan efek ketidakmampuan dan gejala stroke. Prevalensi kasus stroke kesakitan termasuk di dalamnya penyakit tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi terminal.[9] Utara (10,8%) dan terendah di Provinsi Berdasarkan studi pendahuluan yang kecemasan sebanyak 8 responden 32.0%, dilakukan peneliti di lentera home care pati kecemasan ringan sebanyak 5 responden pada tanggal 11 maret 2019 didapatkan 20.0%, kecemasan sedang sebanyak 3 jumplah pasien home care dengan responden 12.0%, kecemasan berat 8 diagnosa stroke non hemoragik sebanyak responden 32.0% dan kecemasan berat sekali 25 orang, berdasarkan hasil observasi dan sebanyal 1 responden 4.0%. wawancara kepada 6 pasien home care PEMBAHASAN dengan penyakit SNH, 66,6 % mengatakan cemas, gelisah dan selalu Hasil penelitian diketahui bahwa berfirasat buruk sedangkan 33,3 % responden penderita stroke non hemoragik mengatakan cemas, takut dan tidak dapat dengan kategori tidak ada kecemasan beristirahat dengan tenang karena takut sebanyak 8 responden 32.0% dapat di tidak bisa sembuh dan melakukan aktivitas artikan bahwa tidak adanya perasaan dengan normal lagi. khawatir yang di rasakan akibat penyakit Berdasarkan fenomena dan data stroke non hemoragik, responden diatas, penulis tertarik untuk melakukan menunjukan respon kekuatan otot penelitian tentang “gambaran tingkat melemah, gangguan keseimbangan, tidak kecemasan pada pasien SNH dengan ada respon sensorik pada tubuh yang perawatan home care”. mengalami stroke, dan tekanan darah METODE meningkat tetapi perilaku acuh akan stroke Jenis penelitian ini adalah penelitian yang di deritanya kecemasan ringan deskriptif kuantitatif, menggunakan sebanyak 5 responden 20.0% dapat di pendekatan survey, jumplah populasi artikan bahwa responden nampak waspada sebanyak 25 sampel. sampel dalam dan meningkatkan lahan persepsinya penelitian ini yaitu 25 pasien Sampling terhadap penyakit stroke non hemoragik, di yang di gunakan pada penelitian ini adalah tandai dengan saat di lakukan penelitian total sampling Maret 2019 – Juli 2019. responden nampak tidak dapat duduk mengumpulkan data berupa kuisioner, tenang, konsentrasi pada masalah, tremor Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) halus tangan, gejala ringan pada lambung, HASIL muka berkerut dan bibir bergetar, Tabel 4.1 Frekuensi kecemasan penderita responden menunjukan respon kekuatan stroke non hemoragik otot melemah, gangguan keseimbangan, dengan perawatan home tidak ada respon sensorik pada tubuh yang care di Lentera Home Care mengalami stroke, dan tekanan darah Pati meningkat. Responden masih menunjukan rasa peduli akan stroke yang di alami nya seperti berobat dan control tiap bulan. N Kategori F (%) Kecemasan sedang sebanyak 3 responden Tidak ada 8 32.0 12.0% yang artinya responden lebih kecemasan memfokuskan pada hal yang penting saat Kecemasa 5 20.0 itu dan mengesampingkan hal lain. n ringan Sehingga seseorang mengalami perhatian Kecemasa seefektif, namun dapat melakukan sesuatu 3 12.0 25 n sedang yang lebih terarah.[22] Kecemasa Saat dilakukan penelitia responden 8 32.0 n berat nampak cemas di sertai dengan respon Kecemasa perilaku dan emosi gerakan tersentak- n berat 1 4.0 sentak (meremas tangan), bicara banyak sekali dan lebih cepat, susah tidur, responden Total 25 100 % menunjukan respon kekuatan otot melemah, gangguan keseimbangan, tidak di ketahui bahwa responden penderita stroke ada respon sensorik pada tubuh yang non hemoragik dengan kategori tidak ada mengalami stroke, dan tekanan darah meningkat, perasaan tidak aman, kecemasan sebanyak 8 responden 32.0%, kecemasan berat 8 responden 32.0% kecemasan ringan sebanyak 5 responden responden cenderung memikirkan hal yang 20.0%, kecemasan sedang sebanyak 3 kecil yang menggambarkan hal yang lain. responden 12.0%, kecemasan berat 8 Saat dilakukan penelitian responden responden 32.0% dan kecemasan berat nampak cemas, responden menunjukan sekali sebanyak 1 responden 4.0%. respon kekuatan otot melemah, gangguan Saran keseimbangan, tidak ada respon sensorik Penelitian ini mampu di jadikan bahan pada tubuh yang mengalami stroke, dan masukan dan tambahan kepustakaan dalam tekanan darah meningkat di sertai tidak rangka tingkat kecemasan pada pasien mampu berfikir berat lagi seperti stroke non hemoragik dengan perawatan memikirkan nafkah keluarga dan home care. membutuhkan banyak pengarahan atau Penelitian ini dapat menjadi bahan tuntunan. Kecemasan berat sekali pengembangan wawasan keilmuan dan sebanyak 1 responden 4.0% cenderung untuk meneliti lebih dalam gambaran tingkat menarik diri dari kontak dengan individu kecemasan pada pasien stroke non lain[22]. Saat dilakukan penelitian di dapatkan hemoragik.Penelitian ini dapat referensi bagi responden berada di dalam kamar dan tidak masyarakat dalam gambaran kecemasan mau berbicara dengan saudara selain pada pasien stroke non hemoragik dengan keluarga serumah, namun pasien dapat perawatan home care.Penelitian ini mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan. menjadi referensi bagi pasien home care Sebagian besar keluarga terkait masalah psikologis post stroke memberikan dukungan social keluarga yang non hemoragik. cukup kepada pasien stroke, berdasarkan pemilihan coping individu dalam menyelesaikan masalah responden lebih DAFTAR PUSTAKA banyak memilih strategi coping Problem focused yaitu coping stres yang dengan 1. Pajri, Risa.(2016). Gambaran Faktor-faktor mekanisme penyesuian diri terhadap Penyebab terjadinya stroke. Jurnal program tekanan atau kesulitan yang di hadapi studi ilmu keperawatan universitas riau. Vol dengan cara mencari dukungan social, 8.http://www. journals.ums.ac.id.( 25 menghambat tingkah laku destruktif dan november 2018 ). penggunaan akal yaitu melakukan kegiatan 2. Alan, S.(2014).Heart Disease And Stroke kegiatan yang lebih produktif. Statistic. AHA JurnalsVol 5.http://ww. Kesimpulan ahajurnals.org. ( 25november 2018 ). Responden penderita stroke non 3. Riskesdas, (2013. RisetKesehatanDasar. hemoragik dengan kategori tidak ada Jakarta: BadanLitbangkes. 4. Indrawati, & ambarwati, w. n. (2009). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Perilaku Dalam Meningkatkan Kapasitas Fungsional Pasien Pasca Stroke Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura. berita ilmu keperawatan ISSN 1979-2697 , 63-68. 5. Tatalita, a. j., & kundre, r. dkk (2018). Hubungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (Adl) Pada Pasien Pasca Stroke Dipoli Klinik Neurologi Rsu Gmim Pancaran Kasih Manado . e- journal keperawatan , 1-8. 6. Yuanita, R, & sutriningsih, a. (2015). Mekanisme Koping Keluarga Menurunkan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Stroke. jurnal care , 19-25.\ 7. Junaidi. 2016. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI 8. WHO. 2014. Disability, Noncommunicable Disease And Healt Information. http://www.who.int/bulletin/volumes/94/3/15-156869/en/. 9. Muttaqin. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan . Jakarta : Salemba 10. Pudiastuti. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika
12. Gofir. A. 2011. Manajemen Stroke. Yogyakarta : Pustaka Cendikia Press 13. Wiwit. 2012. Stroke Dan Penanganannya : Memahami, Mencegah, Dan Mengobati. Yogyakarta : Katahati 14. American Health Association. (2010). Health disease & stroke statistic – 2010 update Dallas. Texas : American Heart Association. 15. Departemen Kesehatan RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Riskesdas Indonesia Tahun 2013 :Depkes Jakarta. 16. Pinzon, R., Asanti, L., Sugianto., & Widyo, K. (2010). Awas stroke, pengertian, gejala, tindakan perawatan, dan pencegahan. Yogyakarta : Andi. 17. Baradero. (2009). Klien gangguan Stroke. Jaekarta: EGC 18. Yurida Oliviani. 2017. Pengaruh ROM aktif-assistif terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke.https.//www.google.co.id/url? q=http://ojs.dinamikakesehatan.stikessarimulia.ac.id/index.php/dksm/article/download/249/192&sa=U &ved=2ahUKEwiT2uzDMpaAhuF9mMKHaKrBZ4QFjAAegQIChAB&usg=AovVaw1Wu794P6uYSgm0 u1Af_ae9. Diakses tanggal 21 November 2018 19. Rasyid. 2010. Manajemen Stroke Secara Komperhensif. Jakarta : Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Indonesia. 20. Mulyani, S. 2017. Ketahanan Hidup Setahun Pasien Stroke Di RS Cipto Mangukusumo Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2 No 3. 21. Videbeck, S.L. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : ECG 22. Hawari, Dadang. 2011. Manjemen Stres Cemas Dan Depresi. Jakarta : FKUI. 23. Triwibowo, C. 2012. HOME CARE Konsep Kesehatan Masa Kini. Yogyakarta : Nuha Medika 24. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&B. Bndung : Alfabeta