BAB II
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada dua cara, yaitu :
pengumpulan data, tahap analisis data, tahap pembahasan dan tahap penulisan
Tahap Pendahuluan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan proposal dan studi pustaka. Dimana
geologi lembar Malili dan proses serta faktor yang berhubungan dengan
lateritisasi nikel. Pustaka terpilih yang cukup relevan dalam penelitian ini
adalah :
6
data awal berupa data geologi regional daerah penelitian, data hasil pengamatan
petrografi yang telah ada, data logging yang telah ada sebelumnya dan data hasil
analisis kimia.
Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah peta dasar, foto udara, data
kandungan unsur kimia batuan dasar, data coring dan conto batuan dasar. Data
tersebut akan diproses yang kemudian dianalisa dan diinterpretasi untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Tahap analisis data melewati beberapa tahap untuk dapat
Pada tahap ini dimana dilakukan analisis data berupa data, yaitu :
7
lateritnya ( zona limonit, zona saprolit, dan zona bedrock ) yang akan digunakan
Analisa Kimia
dari batuan peridotit. Kandungan ini dihasilkan dari material hasil pemboran yang
dalam bentuk persentase kadar tiap unsur. Hasil analisa X – Ray berupa data kadar
SiO2, MgO, Fe, Ni, Al, Ca, Cr, Co, Mn. Dalam penelitian ini, data pemboran yang
dianalisis kimia sebanyak 26 holes dari daerah “HILL” Sorowako. Data analisa
Dari data tersebut diolah dengan software Interdex dan Arc View 3.2 yang
akan menghasilkan peta penyebaran kandungan unsur kimia. Peta ini digunakan
untuk arahan penambangan dan sebagai salah satu parameter dalam pengambilan
dan hubungannya kemudian disajikan dalam bentuk peta maupun diagram setelah
didapatkan kesimpulan dari tujuan penelitian ini. Tahap ini dilakukan di Mine
Geology Exploration (MGX) PT. INCO Tbk dan Jurusan Teknik Geologi,
Pembahasan
Pada tahap ini kemudian berdasarkan hasil data yang telah diolah dan
unsur dan senyawa kimia yang ada dengan zona-zona pada nikel laterit.
Penulisan Skripsi
Setelah semua data yang dibutuhkan telah ada dan telah diolah kemudian
TAHAP PENDAHULUAN Penyusunan Proposal dan Studi Literatur
dianalisis maka dibuatlah suatu laporan dalam bentuk skripsi.
Analisis Geologi
TAHAP ANALISIS DATA AWAL
Analisis Petrografi
Analisis Logging
Analisis Kimia
Pengamatan morfologi
TAHAP PENGAMBILAN &
PENGUMPULAN DATA Pengambilan conto batuan
Pengamatan litologi
Pengambilan foto
Pengamatan Struktur
Foto udara
PEMBAHASAN
PENULISAN SKRIPSI
9
BAB III
GEOLOGI REGIONAL
10
Pasifik yang bergerak ke barat, dan lempeng Eurasia di sebelah utara Pulau
Sulawesi yang bergerak kea rah selatan ( Herman dan Hasan Saidi, 2000).
tektonik, yaitu : (1) Busur volkanik Tersier Sulawesi bagian barat, (2) Busur
berasosiasi dengan lapisan sedimen pelagic pada bagian tengah Pulau Sulawesi,
(4) Sabuk Ofiolit Kapur Sulawesi bagian Timur dan (5) Fragmen benua mikro
timur. Menurut Hamilton (1979), batuan dan struktur dari bagian timur dan
tenggara Sulawesi terdiri dari busur asimetrik dari ofiolit, melange, sedimen
imbrikasi, dan batuan metamorf hasil dari subduksi. Golightly (1979) dalam
oleh dua zona melange, yang terangkat sebelum dan sesudah Miosen. Melange
yang terangkat sebelum Miosen terletak pada bagian selatan dan barat tersusun
dari batuan sekis yang berorentasi ke arah tenggara dengan disertai beberapa
terangkat sesudah berumur Miosen menutupi bagian tengah dan timur laut
pengangkatan ini disebabkan oleh sesar turun dari kerak lautan sekitar kepulauan
Banggai. Di bagian selatan zona melange ini terdapat kompleks batuan ultrabasa
luas sekitar 11.000 km, diselingi oleh blok-blok sesar dari batugamping laut dalam
yang berumur Kapur dan diselingi rijang. Di kompleks batuan ultramafik ini,
residu nikel laterit yang penyebarannya cukup luas.Peta Geologi Sulawesi Bagian
didasari pada laporan hasil pemetaan geologi lembar Malili Sulawesi yang
disusun oleh Simandjuntak, (1991). Morfologi daerah ini terbagi atas daerah
dibentuk oleh batuan granit dan malihan. Sedang bagian tenggara ditempati
Pegunungan Verbeck dengan ketinggian 800 - 1.346 meter di atas permukaan laut
dengan ketinggian 200 - 700 meter dan merupakan perbukitan agak landai
ini dibentuk oleh batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir. Dengan puncak
dan dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolina dan
aluvial seperti Pantai Utara Palopo dan Pantai Malili sebelah timur. Pola aliran
sungai sebagian besar berupa pola rektangular dan pola dendritik. Sungai - sungai
besar yang mengalir di daerah ini antara lain Sungai Larona dan Sungai Malili
yang mengalir dari timur ke barat serta Sungai Kalaena yang mengalir dari utara
Teluk Bone.
Timur dan Mandala Geologi Sulawesi Barat dengan batas Sesar Palu-Koro yang
membujur hampir utara - selatan. Mandala Geologi Sulawesi Timur dapat dibagi
ke dalam lajur batuan malihan dan lajur ofiolit Sulawesi Timur yang terdiri dari
websterit, wehrlit dan serpentinit, setempat batuan mafik termasuk gabro dan
massa dasar lempung merah bersisik. Batuan tektonika ini tersingkap baik di
daerah Wasuponda serta di daerah Ensa, Koro Mueli, dan Patumbea, diduga
pelagis.
serpentinit, wehrlit, gabro dan diabas, basal, dan diorit ( Simandjuntak, 1991).
Sekuen ini tersingkap dengan baik di bagian utara , sedangkan di bagian tengah
dan selatan, komplek ofiolit ini umumnya tidak lengkap lagi dan telah
terombakkan / terdeformasi.
batuan ultrabasa yang terdapat di sekitar danau Matano terdiri dari dunit,
sedangkan bagian bawah dicirikan oleh rijang radiolaria dengan sisipan kalsilutit
yang semakin banyak ke bagian atas. Diperkirakan satuan ini berumur Kapur
danau yang terdiri atas lempung, pasir, kerikil, dan sebagian berupa konglomerat
yang terdapat di daerah sekitar Danau Matano, Danau Towuti dan Danau
Berdasarkan struktur, himpunan batuan, biostratigrafi dan umur, daerah ini dapat
dibagi menjadi 2 kelompok batuan yang sangat berbeda, yakni : Allochtoun yang
terdiri dari Ofiolit dan malihan, sedangkan Autochtoun terdiri dari : Batuan
gunungapi dan plutonik Tersier dari pinggiran Sunda land, serta kelompok Molasa
Sulawesi.
dan kekar. Secara umum sesar yang terdapat di daerah ini berupa sesar naik, sesar
geser, dan sesar turun, yang diperkirakan sudah mulai terbentuk sejak
Mesozoikum. Beberapa sesar utama tampaknya aktif kembali. Sesar Matano dan
Sesar Palu Koro merupakan sesar utama berarah baratlaut - tenggara dan
menunjukkan gerak mengiri. Diduga kedua sesar itu masih aktif sampai dengan
sekarang, keduanya bersatu di bagian baratlaut. Diduga pula kedua sesar tersebut
merupakan suatu sistem sesar transform. Sesar lain yang lebih kecil berupa
tingkat pertama dan atau kedua yang terbentuk bersamaan atau setelah sesar
utama tersebut.
Pada Kala Oligosen, Sesar Sorong yang menerus ke Sesar Matano dan
Palu Koro mulai aktif. Akibatnya mikro kontinen Banggai Sula bergerak ke arah
barat dan terpisah dari benua Australia. Lipatan yang terdapat di daerah ini dapat
sedangkan kekar terdapat dalam hampir semua jenis batuan dan tampaknya terjadi
dalam beberapa periode. Pada Kala Miosen Tengah, bagian timur kerak samudera
di Mandala Sulawesi Timur yakni Lempeng Banggai Sula yang bergerak ke arah
barat terdorong naik (terobduksi). Dibagian barat lajur penunjaman dan busur luar
danau yang dilaluinya yakni danau Matano. Analog dengan sesar Palu Koro, sesar
Sulawesi dan bertemu kira-kira disebelah utara Bone, pada kelurusan Palu-Koro.
Sepanjang sesar mendatar ini terdapat juga cekungan tipe “pull apart
basin”. Yang paling nyata adalah Danau Matano dengan batimetri sekitar 600
m dan dikontrol oleh sesar - sesar normal yang menyudut terhadap kelurusan
dan teluk Losoni sebagai “pull apart basin” dan menerus ke laut sampai ke utara