Anda di halaman 1dari 34

HEALTH PROMOTION PADA INFANT-REMAJA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 1

Disusun oleh: Kelompok 6

Anggota Kelompok:

1. Carmelita Gusmao Da Silva (17C10074)


2. I Wayan Okky Budiantara (17C10076)
3. Kadek Yuni Kartika (17C10077)
4. Luh Ade Alit Juwita Anjani (17C10079)
5. Ida Ayu Putu Aniaka Dewi (17C10082)
6. Ni Made Rai Sri Widari (17C10083)
7. Ni Luh Ariska Dewi (17C10089)
8. Pande Ayu Monica Sari (17C10090)
9. Ni Made Titin Pradnyantari (17C10101)
10. Putu Lanang Payana (17C10117)
11. Ni Kadek Yenita Endra Swari (17C10119)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan kerja keras penulis makalah yang berjudul “Health Promotion Pada
Infant-Remaja” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan
tugas untuk menempuh mata kuliah Keperawatan Anak I. Penulis menyadari
bahwa penulisan makalah ini tidak dapat terselesaikan jika tidak ada bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis
menyampaikan ungkapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini diantaranya:

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ph.D selaku rektor


Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk menempuh pendidikan di Institut Teknologi dan Kesehatan
Bali.

2. Ibu Ns. AA Istri Wulan Krisnandari, S.Kep,M.S selaku dosen pembimbing


yang telah memberikan bimbingan dan arahan.

3. Teman – teman kelompok 6 atas ide dan kerjasamanya dalam penyelesaian


makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna atau masih perlu
perbaikan. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan
kritik serta saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki penyusunan
makalah selanjutnya. Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Denpasar, 20 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan ..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2

Bab II Pembahasan...................................................................................................3

2.1 Konsep Dasar Tori..........................................................................................3

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................14

Bab III Penutup......................................................................................................24

3.1 Kesimpulan...................................................................................................24

3.2 Saran.............................................................................................................24

Daftar Pustaka .......................................................................................................25


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini, anak-anak sering tidak terurus terutama masalah
kesehatannya. Para orang tua yang sibuk akan urusannya masing-masing
membuat anak-anak atau remaja tidak pernah mendapat ilmu dan edukasi
kesehatan untuk usianya. Banyak hal yang seharusnya perlu diketahui anak-
anak dan remaja untuk menjaga kesehatannya selama masa tumbuh kembang.
Sehingga karena minimnya ilmu yang mereka dapatkan mengenai kesehatan,
banyak hal yang dianggap para remaja itu hal wajar bahkan sepele untuk
dilakukan, seperti menjaga kesehatan dan kebersihan organ reproduksi,
menjaga kesehatan bayi agar tidak mudah sakit. Apabila remaja salah
menyikapinya, akan berdampak tidak baik bagi kesehatan si remaja
kedepannya. Begitu pula anak-anak, apabila tidak diawasi secara penuh
dalam tumbuh kembangnya, maka dapat berisiko terhadap kesehatannya.
Remaja dan anak-anak merupakan individu yang memiliki eksistensi, dan
memiliki egoisentris yang tinggi dalam pencapaian keputusan berpendapat.
Pemberian edukasi secara dini merupakan hal yang paling penting agar
remaja dan anak mengetahui sejak awal bagaimana dan apa yang harus ia
lakukan untuk menjaga kesehatannya secara mandiri. Hal ini dimulai dari
orang tua yang merupakan orang yang paling dekat dan menjadi role model
bagi anak-anaknya.
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi penelitian
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi
yang dirancang untuk memudahkan terjadinya perubahan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Promosi kesehatan merupakan
bentuk pemberian edukasi kepada remaja dan anak-anak yang secara
terapeutik diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan kesehatan remaja
dan anak-anak melalui penggunaaan bina hubungan saling percaya dan
pemberian edukasi pada orang tua agar dapat memulai untuk hidup sehat di
rumah. Masih banyak diantara orang tua yang juga minim pengetahuan
mengenai kesehatan anak-anaknya. Kurangnya pemahaman ini disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain: adat istiadat, budaya, agama, dan kurangnya
pemahaman dari sumber yang benar. Kurangnya pemahaman ini justru amat
merugikan kelompok remaja dan anak-anak bahkan juga keluarganya. Health
promotion merupakan langkah awal untuk menangani masal kesehatan yang
akan terjadi di masa yang akan datang. Health promotion juga harus diberikan
secara tepat agar audience yang mendengarkan akan melakukan apa yang
disampaikan. Health promotion terutama perihal masalah kesehatan yang
banyak terjadi kepada remaja dan anak-anak merupakan hal yang tidak
mudah, dikarenakan para orang tua yang sudah mulai acuh mengenai masalah
kesehatan anak-anaknya atau bisa dikatakan menganggap masalah kesehatan
yang sering terjadi adalah masalah kesehatan yang mudah untuk ditangani.
Oleh karena itu, penyampaian kata-kata yang tidak memaksa dan bernilai
menekan harus dihilangkan agar orang tua bisa antusias untuk mendengarkan
dan mengikuti arahan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Peran perawat
ialah sebagai fasilitator dan pendidik orang tua maupun remaja untuk
mempertahankan dan menjaga kualitas terutama kesehatan remaja dan anak-
anak yang dapat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan. Fokus
utama dalam health promotion adalah peningkatan pengetahuan remaja dan
orang tua untuk pencegahan penyakit secara dini agar tidak timbul masalah
kesehatan di usia mendatang, dengan falsafah yang utama yaitu asuhan
keperawatan yang terapeutik yaitu membina hubungan saling percaya antara
petugas kesehatan dengan audience.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari health promotion?
1.2.2 Apa tujuan dari health promotion?
1.2.3 Apa sasaran dari health promotion?
1.2.4 Apa ruang lingkup dari health promotion pada infant-remaja?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari health promotion
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan dari health promotion
1.3.3 Untuk mengetahui sasaran dari health promotion
1.3.4 Untuk mengetahui ruang lingkup dari health promotion pada infant-
remaja

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat


melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka
dapat mandiri menolong diri sendiri juga mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya local dan
didukung oleh kebijakan masyarakat yang berwawasan kesehatan (Depkes
RI, 2007).
Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan
memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan
meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai
pemberdayaan diri sendiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat serta sesuai dengan sosial budaya
setempat. Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik dari
fisik, mental maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan
mewujudkan aspirasi dan kebutuhannya, serta mampu mengubah atau
mengatasi lingkungannya (Kemenkes, 2011).

2.2 Tujuan Health Promotion

Tujuan Promosi Kesehatan menurut WHO:

1. Tujuan Umum: Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang


Kesehatan
2. Tujuan Khusus:
a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi
masyarakat.
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.

2.3 Sasaran Health Promotion

Menurut Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal


memiliki 3 jenis sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.
a. Primer
Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat
diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak
sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perubahan
perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit
dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan norma sosial serta
norma hukum yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para
pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal.
b. Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka
informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun
pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan
lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka
diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: berperan
sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan
informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi
PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna
mempercepat terbentuknya PHBS (Maulana, 2009).

c. Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang
berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan
sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan
PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:
a) Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang
tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung
terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat.
b) Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain)
yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta
masyarakat luas pada umumnya (Maulana, 2009).

2.4 Ruang Lingkup Health Promotion pada Infant-Remaja


a. Health promotion pada Infant/bayi

Beberapa promosi kesehatan yang dapat dilakukan pada ibu dalam


menangani bayi baru lahir adalah:

1. Memberikan dukungan dan edukasi kepada ibu dalam pemberian


ASI. Beberapa cara yang dapat dilakukan perawat untuk mendukung
ibu dalam pemberian ASI:
a) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama
beberapa jam pertama.
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut
dengan inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan
menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana
bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya
dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat
membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi
b) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu
untuk mencegah masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi
darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga
pengeluaran ASI lancar.
c) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir
sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap puting susu
ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini
disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada
hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang
bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI.
d) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu
dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginannya (on
demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik,
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi berikutnya.
e) Menghindari susu botol
Pemberian susu dengan botol dapat membuat bayi bingung
puting dan menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik.
Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap dari puting susu ibu
dengan botol jauh berbeda.
2. Memberikan promosi kesehatan tentang imunisasi

Upaya mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas pada anak


salah satunya dengan pemberian imunisasi. Imunisasi merupakan
salah satu strategi yang efektif dan efisien dalam meningkatkan
derajat kesehatan nasional dengan mencegah enam penyakit
mematikan, yaitu: tuberculosis, dipteri, pertusis, campak, tetanus dan
polio.

Peran pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar sangat berpengaruh


terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi (Dewi, dkk, 2013).
Pengetahuan berpengaruh pada kepatuhan dan kesadaran orang tua
untuk membawa bayinya imunisasi. Ibu yang tidak bersedia
mengimunisasikan bayinya dapat disebabkan karena belum
memahami secara benar dan mendalami mengenai imunisasi dasar.
Selain itu kurang memperhatikan dalam membawa bayinya untuk
imunisasi sesuai jadwal. Perawat harus memiliki strategi untuk
meningkatkan kepatuhan ibu dalam melaksanakan imunisasi.
Suparyanto (2011)
3. Memberikan ibu edukasi tentang perawatan tali pusat
Tujuan merawat tali pusat adalah mencegah terjadinya infeksi
dan tetanus pada bayi baru lahir sehingga talipusat tidak terinfeksi
dan tidak menimbulkan penyakit pada tali pusat.
4. Upaya Advokasi
Peran penentu kebijakan dirasa cukup penting agar diperoleh
komitmen yang kuat.

b. Health promotion pada Balita


Pada umumnya kekurangan gizi terjadi pada balita, karena pada umur
tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat dan termasuk kelompok
yang rentan gizi, karena pada masa itu merupakan masa peralihan antara
saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa. Kurangnya
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan pada orang tua, khususnya ibu
merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita.
Keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan banyak mempengaruhi pola
makan di daerah pedesaan. Terdapat pantangan makan pada balita
misalnya anak kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan
cacingan, kacang-kacangan juga tidak diberikan karena dapat
menyebabkan sakit perut atau kembung.

Adanya promosi kesehatan diharapkan kepada orang tua, sedapat


mungkin memenuhi kebutuhan anak, mengusahakan pertumbuhan dan
perkembangan yang baik, juga memenuhi kebutuhan organis (makanan
bergizi, kebutuhan psikis (perhatian dan kasih sayang) dan kebutuhan
intelektual. Promosi kesehatan kepada balita dapat dilakukan melalui
penyuluhan dengan metode ceramah yaitu salah satu cara menerangkan
atau menjelaskan suatu ide, pengertian atau peran secara lisan kepada
sekelompok pendengar yang disertai diskusi dan tanya jawab, sehingga ibu
memahami apa yang diberikan dan disampaikan. Selain itu, materi juga
ditampilkan melaui leaflet yang berisi informasi penting mengenai
posyandu disertai gambar menarik sehingga informasi dapat ditangkap
dengan mudah.
c. Health promotion pada Pre-school

Anak usia prasekolah banyak mengalami permasalahan kesehatan


yang sangat menentukan kualitas anak dikemudian hari. Masalah
kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan,
gangguan perilaku, gangguan belajar. Pada anak usia prasekolah anak
sering menggunakan fungsi biologisnya untuk menemukan berbagai hal
yang ada di dalam dunianya. Dimana anak lebih suka bermain dengan
segala sesuatu yang dekat dengan dirinya, seperti meletakkan suatu barang
dimulutnya, makan, dan membuang sekretnya sendiri (Wong, 2009).

Perilaku yang kurang sehat dapat berdampak pada tingginya kejadian


infeksi pada anak usiaprasekolah karena memudahkan penyebaran infeksi
melalui tangan. Bibit penyakit akan mudah masuk kedalam tubuh
melalalui tangan yang mengakibatkan timbulnya penyakit seperti diare,
cacingan, TB, infeksi tangan dan mulut dan ISPA (Depkes, 2011).

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), pelaksanaan


bidang pengembangan pembiasan perilaku di Taman Kanak-kanak dapat
dilakukan dengan cara kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan teladan,
kegiatan terprogram. Pengembangan perilaku mencuci tangan disampaikan
oleh pihak sekolah melalui kegiatan rutin setiap harinya ketika waktu
istirahat/makan/bermain dengan pembiasaan perilaku mencuci tangan,
terutama sebelum dan sesudah makan.

Pendidikan kesehatan pada anak usia empat tahun sampai dengan


enam tahun diperlukan metode yang memungkinkan anak dapat belajar
secara nyata. Promosi kesehatan dapat dilakukan di sekolah dengan
menggunakan berbagai media. Media promosi kesehatan adalah semua
sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator, baik itu dari media cetak, media
elektronika (televisi (TV), radio, komputer dan lain sebagainya) dan media
luar ruang, agar sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang
akhirnya diharap dapat berubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan
(Notoatmodjo, 2007, hlm.290).

Ada beberapa metode pembelajaran untuk anak usia prasekolah,


diantaranya bercerita, demontrasi, bercakap-cakap, pemberian tugas,
bermain peran, karyawisata, eksperimen, bernyanyi, dan pembelajaran
terpadu (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2014).

a) Metode Bercakap-cakap/ Tanya Jawab


Seorang pendidik dapat mengarahkan berbagai pikiran dan
perasaan yang sedang dialami anak dengan mengajak mereka
bercakap-cakap tentang berbagai hal. Banyak topik bisa dijadikan
bahan percakapan, contohnya adalah bercakap-cakap tentang topik
yang disukai oleh anak-anak seperti makanan kesukaan, binatang
kesayangan, cita-cita, dan termasuk percakapan tentang kesehatan.

b) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi memiliki makna yang penting bagi anak usia


dini, karena melalui metode ini maka dapat membantu
mengembangkan kemampuan untuk melakukan segala pekerjaan
secara teliti, cermat dan tepat; dan membantu mengembangkan
kemampuan peniruan dan pengenalan secara tepat.

c) Metode Bermain Peran

Bermain peran adalah permainan yang dilakukan anak untuk


memainkan peran tertentu, dengan menirukan perilaku seseorang
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Perkembangan anak yang
dapat dikembangkan melalui metode bermian peran adalah
perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor. Menggunakan metode
bermain peran pendidik dapat mengembangkan imajinasi anak tentang
pentingnya perilaku hidup sehat.

d) Metode Praktek Langsung

Metode praktek langsung ini disamping melibatkan aktivtas


pikiran dan penalaran dalam memecahkan masalah kehidupan
seharihari, juga dapat mengembangkan sikap dan keterampilan
motorik dalam area kesehatan.

e) Metode Bercerita

Bercerita dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media


seperti menggunakan buku cerita bergambar, boneka, atau media
lainnya sehingga lebih menarik bagi anak usia dini. Metode bercerita
dapat melatih anak untuk belajar mendengarkan.

f) Metode Bermain

Melalui kegiatan bermain akan mengembangkan seluruh aspek


kecerdasan anak, baik kecerdasan logika berpikir, bahasa,
keterampilan motorik, kemandirian, maupun kecerdasan sosial
emosional anak. Berbagai bentuk permainan bisa dipilih dalam
mengambangkan perilaku hidup sehat pada anak, dan anak sebaiknya
diberi kesempatan untuk memilih permainan yang disukainya.

g) Pembiasaan

Melalui metode pembiasaan yang dilakukan dalam perilaku hidup


sehat sejak usia dini makan itu akan menjadi gaya hidupnya sampai
dewasa kelak.

h) Metode Bernyanyi

Melalui kegiatan menyanyi banyak sekali pesan-pesan


pendidikan yang bisa kita sampaikan kepada anak. Dengan demikian
maka pengetahuan dan keterampilan perilaku hidup sehat bisa kita
sampaikan kepada anak melalui kegiatan bernyanyi.

d. Health promotion pada Anak Usia Sekolah

WHO (2009) mendefinisikan promosi kesehatan sebagai suatu


proses untuk mencapai keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial.
Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk
dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya. Dengan
promosi kesehatan diharapkan masyarakat mampu mengendalikan
determinan kesehatan. Partisipasi merupakan sesuatu yang penting
dalam upaya promosi kesehatan (Lutfi, 2011).
Usia Sekolah Dasar (SD) merupakan usia yang sangat potensial
untuk melakukan upaya promosi kesehatan agar anak dapat mengadopsi
kebiasaan sehat dan karakter yang kuat untuk memenangkan tantangan
dan persaingan hidup di masa depan karena pada masa ini anak
mengalami banyak kemajuan perkembangan secara keseluruhan, dari
seorang pra sekolah yang belum matang ke masa remaja. Kemampuan
kognitif anak meningkat secara dramatis, didukung dengan adanya
keinginan untuk menguasai tugas-tugas dan kemampuan untuk
mengembangkan penilaian moral. Dunia anak juga berkembang pesat di
luar keluarga ketika sekolah dan teman sebaya mulai memberikan
pengaruh yang besar.
Prinsip dalam memberikan promosi kesehatan kepada anak usia
sekolah yaitu bisa menggunakan prinsip caring, caring disini berarti
dengan kasih sayang dan kepedulian (caring), anak-anak dapat
memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan oleh keluarga, teman,
dan orang- orang di sekitarnya. Pengembangan dukungan sosial akan
sangat berkontribusi positif terhadap pencegahan munculnya efek
negatif dari peristiwa hidup yang menimbulkan banyak tekanan. Nilai
kasih sayang dan kepedulian (caring) akan menjadi bekal anak untuk
dapat menjalankan perannya secara optimal dalam keluarga dan mampu
mengatasi beban hidup yang dihadapi keluarga, baik secara fisik,
psikologis dan sosial. Tujuan umum dari pengembangan sikap “caring”
pada anak usia sekolah adalah untuk menanamkan kasih sayang,
kepedulian dan kerjasama agar dapat menjalankan perannya secara
optimal dalam keluarga dan masyarakat.
Anak usia sekolah berada pada stadium industry versus inferiority
confussion. Pada stadium ini, anak mengembangkan kapasitas untuk
bekerja dan bekerjasama dengan orang lain. Inferiority berkembang
ketika pengalaman negatif di rumah, di sekolah, atau dengan teman
sebaya menyebabkan perasaan incompetence dan inferiority.
Masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah salah satunya
yaitu masalah PBHS dengan cara melakukan promosi kesehatan pada
lingkungan sekolah. Banyak sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk
menanamkan nilai PHBS melalui promosi kesehatan terintegrasi dg
program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Guru dan Masyarakat
Sekolah menjadi mitra pengembangan promosi kesehatan di sekolah
Anak sekolah menjadi kader kesehatan bagi keluarga dan masyarakat.

Upaya meningkatkan kemampuan peserta didik, guru dan


masyarakat lingkungan sekolah agar mandiri dalam mencegah penyakit,
memelihara kesehatan, menciptakan dan memelihara lingkungan sehat,
terciptanya kebijakan sekolah sehat serta berperan aktif dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat sekitarnya.
a. Tujuan Promosi Kesehatan di Sekolah
1) Meningkatkan peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah untuk ber-PHBS.
2) Meningkatkan lingkungan sekolah yang sehat, aman dan
nyaman.
3) Meningkatkan pendidikan kesehatan di sekolah
4) Meningkatkan akses (kesempatan) untuk pelaksanaan
pelayanan kesehatan di sekolah
5) Meningkatkan peran aktif peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah
6) Meningkatkan penerapan kebijakan sehat dan upaya di
sekolah untuk mempromosikan kesehatan.
b. Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi kesehatan perlu dikenali secara khusus,
rinci, dan jelas agar promosi kesehatan lebih efektif. Oleh
karena itu, sasaran promosi kesehatan pada anak usia sekolah
tersebut dihubungkan dengan tatanan Keluarga, tatatan di
Sekolah, tatanan di sekitar Lingkungan Bermain, tatanan
lingkungan sekitar anak, (Maulana, 2009).
1. Sasaran primer
Pada promosi kesehatan anak usia sekolah sasaran
primernya yaitu pada anak sekolah tersebut dimana mereka
diharapkan dapat menerapkan PHBS.
2. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder pada promosi kesehatan anak usia
sekolah yaitu keluarga, guru dan teman-teman bermainnya
dimana guru merupakan panutan untuk para anak di
sekolah dan teman-temannya merupakan suatu pengaruh
besar terhadap tumbuh kembang anak di lingkungan
bermainnya.
3. Sasaran tersier
Sasaran tersier disini bisa merupakan kepala desa dan
kepala Sekolah dan lain-lain, dimana mereka dapat
memberikan dukungan dalam menentukan kebijakan dan
pendanaan dalam proses pembinaan kepada anak usia
sekolah.
c. Strategi Promosi Kesehatan di Sekolah
WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di
sekolah yaitu:
a. Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah
sangat ditentukan oleh dukungan dari berbagai pihak yang
terkait dengan kepentingan kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan masyarakat sekolah. Guna
mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak
terkait tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi
untuk menyadarkan akan arti penting program kesehatan
sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak
yang akan menentukan kebijakan program, termasuk
kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan
b. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat
bermanfaat bagi jalannya programpromosi kesehatan
sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai pihak dapat saling
belajar danberbagi pengalaman tentang keberhasilan dan
kekurangan program, tentang caramenggunakan berbagai
sumber daya yang ada, serta memaksimalkan investasi
dalampemanfaatan untuk melakukan promosi kesehatan.

c. Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di
sekolah harus dapat dilaksanakansecara optimal. Untuk itu
berbagai sektor terkait harus diyakini dapat memberikan
dukunganuntuk memperkuat program promosi kesehatan di
sekolah. Dukungan berbagai sektor inidapat terkait dalam
rangkapenyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan,
monitoring danevaluasi program promosi kesehatan
sekolah
d. Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik
pemerintah, LSM maupun usaha swasta akansangat
mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan
sekolah. Disamping itu, dengankemitraan akan dapat
mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan
di sekolah.
e. Penelitrian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari
pengembangan dan penilaian programpromosi kesehatan.
Bagi sektor terkait, penelitian merupakan akses untuk
masuk dalammengembangkan promosi kesehatan di
sekolah baik secara nasional maupun regional, disamping
untuk melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa
sekolah.
f. Hasil yang Diharapkan
1) Anak sekolah menerapkan PHBS
2) Anak sekolah menjadi kader kesehatan bagi
keluarganya
3) Sekolah menjadi lembaga pembelajaran dalam promkes
4) Para guru menjadi mitra pengembangan promkes di
sekolah
5) Anak sekolah tumbuh sehat & berprestasi
g. Kegiatan promosi kesehatan PHBS di Sekolah
1) Jajan di kantin sekolah yang sehat
2) Membuang sampah pada tempatnya
3) Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah
4) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi
5) Badan setiap 3-6 bulan
6) Tidak merokok di sekolah
7) Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin
8) Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah
9) Menerapkan cuci tangan dimana saja dan kapan saja
h. Program promosi kesehatan pada anak usia sekolah di
Sekolah
Promosi kesehatan disekolah pada prinsipnya adalah
menciptakan sekolah sebagai komunitas yang mampu
meningkatan kesehatannya (health promoting school). Oleh
sebab itu, program promosi kesehatan sekurang-kurangnya
mencakup 3 usaha pokok, yakni:
1. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat (healthful
school living): Lingkungan sekolah yang sehat,
mencakup 2 aspek, yakni sosial (non-fisik) dan fisik.
2. Pendidikan Kesehatan (Health Education)
Pendidikan kesehatan, khususnya bagi murid utamanya
untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat
bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri serta
lingkungannya serta ikut aktif didalam usaha-usaha
kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tahap-tahap:
a. Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar
hidup sehat.
b. Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat.
c. Membentuk kebiasaan hidup sehat.
3. Pelayanan kesehatan disekolah (health services in
school)
Karena sekolah adalah sebuah komunitas, meskipun
interaksi efektif diantara anggota komunitas hanya
sekitar 6-8 jam, namun perlu adanya pemeliharaan
kesehatan, khususnya bagi murid-murid sekolah.
Pemeliharaan kesehatan disekolah ini mencakup:
1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala, baik
pemeriksaan umum atau khusus, misalnya: gigi,
paru-paru, kulit, gizi, dan sebagainya.
2) Pemeriksaan dan pengawasan kebersihan
lingkungan.
3) Usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular, antara lain dengan imunisasi.
4) Usaha perbaikan gizi.
5) Usaha kesehatan gizi sekolah.
6) Mengenal kelainan-kelainan yang mempengaruhi
pertumbuhan jasmani, rohani, dan sosial. Misalnya,
penimbangan berat badan, dan pengukuran tinggi
badan.
7) Mengirimkan murid yang memerlukan perawatan
khusus atau lanjutan ke puskesmas atau rumah sakit.
8) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan
pengobatan ringan.

e. Health promotion pada Remaja

Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan


kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan
organisasi yang dirancang untuk memudahkan terjadinya perubahan
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan (Notoatmodjo,
2012). Promosi kesehatan menurut WHO adalah suatu proses yang
memungkinkan individu untuk meningkatkan kontrol dan
mengembangkan kesehatan mereka. Promosi kesehatan adalah pemberian
motivasi untuk meningkatkan kesehatan individu dan mewujudkan potensi
kesehatan individu. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini
bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan dengan
pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam
membuat keputusan yang sehat.

Menurut Sarwono (2012), remaja adalah suatu masa ketika


individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda
sosial seksual sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual.
Indivudu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif
lebih mandiri. Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal
anak-anak hingga masa awal dewasa. Jumlah remaja di Indonesia terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Perkembangan yang sangat menonjol terjadi pada masa remaja
adalah pencapaian kemandirian serta identitas (pemikiran semakin
logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu
di luar keluarga. Remaja pada masa perkembangannya dihadapkan pada
tuntutan yang sering bertentangan, baik dari orangtua, guru, teman
sebaya, maupun masyarakat di sekitar.
Remaja memiliki suatu kemandirian tersendiri di dalam dirinya.
Kemandirian merupakan hasrat/keinginan seorang remaja untuk
melakukan segala sesuatu bagi dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab atas apa yang
dilakukan tanpa harus membebani orang lain. Salah satu tugas
perkembangan bagi remaja untuk belajar dan berlatih dalam membuat
rencana, memilih alternative, membuat keputusan serta tanggung jawab
atas segala sesuatu yang dilakukannya. Kemandirian merupakan sikap
otonomi dari seorang remaja yang relative bebas dari pengaruh,
penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain.
Proses perkembangan kemandirian yaitu Kemandirian anak remaja
berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan
dilakukan sejak dini. Dalam proses pencarian identitas diri, remaja
mulai ingin melepaskan diri dari ikatan phisikis orang tuanya. Remaja
juga ingin mulai diperlakukan dan dihargai seperti orang dewasa.
Kemandirian seorang remaja diperkuat melalui proses sosialisasi yang
terjadi antara remaja dengan peer groupnya, dengan tujuan
mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompoknya.
1. Masalah Kesehatan pada Remaja
a. Narkotika
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang
menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh
manusia. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa
sakit, rangsangan semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan-
khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi
pemakainya.

b. Aborsi
Aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan
sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum
janin dapat hidup diluar secara mandiri (Munajat, N., 2000).
Aborsi atau pengguguran berbeda dengan keguguran atau
keluron (bahasa jawa). Aborsi adalah terminasi (penghentian)
kehamilan yang disengaja (abortus provokatus), yakni
kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara
sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah
kehamilan yang berhenti karena faktor – faktor alamiah atau
disebut abortus spontaneous (Hawari, D., 2006).
Aborsi merupakan semua upaya atau tindakan yang
dimaksudkan untuk menghentikan kehamilan, baik dilakukan
melalui pertolongan orang lain sepeti dokter, dukun bayi, dukun
pijat dan sebagainya, maupun dilakukan sendiri dengan cara
meminum obat-obatan atau ramuan tradisional (Wiknjosastro,
Gulardi dalam Ulfah, M. dan Ghalib, A., 2004). Namun
tindakan aborsi tersebut mengandung risiko yang cukup tinggi,
apalagi bila dilakukan tidak sesuai dengan standard profesi
medis (Munajat, N.,2000).
c. HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam
cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan sindrom
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang
yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam
penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita telah
menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui: Hubungan
seksual, Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai
bergantian, Mendapatkan transfusi darah yang mengandung
virus HIV, dan Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika
dalam kandungan.

2. Tingkatan Promosi Kesehatan pada Remaja

Promosi kesehatan menggunakan pendekatan pada klien sebagai


pusat dalam pemberian pelayanan dan membantu mereka untuk
membuat pilihan dan keputusan.

Istilah “promosi kesehatan” merupakan suatu payung dan


digunakan untuk menggambarkan suatu rentang aktivitas yang
mencakup pendidikan kesehatan dan pencegahan penyakit (Gillies,
Ada tiga tingkatan dari pendidikan kesehatan menurut Gillies:
a. Primary Health education, tujuannya tidak hanya mencegah
perubahan kesehatan tetapi juga meningkatkan kualitas
kesehatan, dengan demikian kualitas hidup, nutrisi, kontrasepsi
dan hubungan seksual secara aman, pencegahan kecelakaan
dengan menggunakan helm dan lain-lain pada remaja.
b. Secondary health education, tujuannya adalah untuk membantu
remaja dengan masalah kesehatan yang reversible untuk
menyesuaikan dengan gaya hidupnya, contohnya berhenti
merokok, merubah kebiasaan makan dan olahraga
c. Tertiary health education, tujuannya untuk membantu Remaja
yang sakit dan tidak sembuh total sehingga mereka dapat
melewati hidup dengan sesuai kemampuan yang dimiliki.

3. Sasaran Promosi Kesehatan pada Remaja

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga)


jenis sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3)
sasaran tersier.

1. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan
sesungguhnya adalah Remaja dan keluarga. Mereka ini
diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak sehat
menjadi perilaku hidup yang lebih sehat. Akan tetapi disadari
bahwa mengubah perilaku pada seorang remaja yang memiliki
perubahan emosi dan mental yang tidak stabil bukanlah sesuatu
yang mudah.
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan
lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan,
pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan
dan media massa serta keluarga dan peran sekolah untuk remaja
tersebut. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya
meningkatkan perilaku kesehatan pada remaja, remaja dapat
sehat dengan cara: Berperan sebagai panutan dalam
mempraktikkan perilaku yang sehat. Turut menyebarluaskan
informasi tentang kesehatan dan menciptakan suasana yang
kondusif bagi remaja. Berperan sebagai kelompok penekan
(pressure group) guna mempercepat terbentuknya remaja yang
sadar akan kesehatan. Selain itu, sasarannya juga di tujukan
kepada teman sebaya, karena remaja tidak jauh beda dengan
anak usia sekolah yang emosionalnya masih belum stabil
sehingga masih mudah terpengaruh oleh lingkungan, rema juga
akan lebih mudah dan memerankan peer group pada
lingkungannya.
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang
berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan
bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat
memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka
diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan kesehatan
remaja, dengan cara:
a. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan
yang tidak merugikan kesehatan remaja dan bahkan
mendukung terciptanya kesehatan pada remaja
b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan
lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya penyuluhan
dan Pendidikan kesehatan di kalangan remaja.

4. Strategi Promosi Kesehatan pada Remaja


a. Advokasi
Strategi advokasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Wajo, berupa bentuk pengusulan bantuan dana ke
Pemerintah Daerah. Tujuan dari pengusulan bantuan dana ini
akan digunakan untuk melakukan penyuluhan kesehatan yang
berkaitan dengan pergaulan bebas, seks bebas, narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza). Keberhasilan
sebuah advokasi dapat dilihat dari tenaga advokator yang
mampu memperoleh dukungan, yang dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam melakukan komunikasi interpersonal
untuk mengajukan usulan maupun tawaran konsep kepada
pemberi kebijakan dalam hal ini Pemerintah Daerah. Menurut
Notoatmodjo (2005 dalam Ricky Saida, 2012) bahwa dalam
advokasi, peran komunikasi sangat penting sebab advokasi
merupakan aplikasi dari komunikasi interpersonal maupun
massa yang ditujukan kepada para penentu kebijakan (policy
makers) atau pada pembu-at keputusan (decission makers) pada
semua tingkat dan tatanan sosial.

b. Kemitraan
Selain melakukan tahap advokasi, Dinkes selanjutnya
membangun strategi kemitraan. Strategi ini dijalankan dengan
bekerjasama dengan beberapa instansi terkait, yang dianggap
mampu membantu proses penanggulangan narkoba di
Kabupaten Wajo. Adapun instansi yang terlibat kerjasma lintas
sektor yaitu puskesmas, sekolah dan polres.
Bentuk kemitraan yang dilakukan antara dinas kesehatan
dan puskesmas berupa penyuluhan kepada remaja yang
bertujuan menambah tingkat pengetahuan remaja tentang
dampak pergaulan bebas, seks bebas, dan napza bagi kesehatan,
sehingga diharapkan terciptanya pemberdayaan remaja terhadap
penanggulangan narkoba berupa pembentukan kader kesehatan
remaja. Bentuk kemitraan yang dilakukan antara dinas
kesehatan dan sekolah dalam penanggulangan narkoba yaitu
membatu mengumpulkan remaja pada saat dinas kesehatan
melakukan penyuluhan di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh
informasi mengenai manfaat kemitraan yang disampaikan oleh
informan berupa terciptanya efektifitas penyuluhan, pekerjaan
terasa ringan dan dianggap mampu membantu pemberantasan
narkoba, pencegahan seks bebas dan pergaulan bebas pada
remaja.
Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh (Hasrat
Jaya Siliwu, (2007), bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama
formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu. Konsep kemitraan merupakan upaya melibatkan
berbagai komponen baik sektor, kelompok, masyarakat,
lembaga pemerintah atau non pemerintah untuk bekerjasama
mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip
dan peran masing-masing.
c. Pemberdayaan
Pemberdayaaan yang dilakukan dinas kesehatan terhadap
upaya penanggulangan narkoba dengan cara membentuk kader
kesehatan remaja di sekolah. Tujuannya adalah memberikan
pemahaman terhadap remaja tentang bahaya penyalahgunaan
napza, seks bebas bagi kesehatan, sehingga remaja memiliki
kesadaran untuk ikut terlibat memerangi tindak penyalahgunaan
narkoba, pergaulan bebas dan seks bebas.
Hal ini senada dengan peneliti sebelumnya yang
menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran
kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan.
Pembentukan kader kesehatan remaja yang ditujukan
kepada siswa remaja diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi
aktif dari siswa akan pentingnya penanggulangan narkoba dalam
segala aktivitasnya sehari-hari. Partisipasi yang bertanggung
jawab sebaiknya dimiliki setiap masyarakat dan organisasi
lokal.Partisipasi dapat dicapai bila mengetahui dengan jelas apa
yang diharapkan dari kegiatan yang dilakukan. Dengan
sendiriya dibutuhkan pembagian tugas pada masing-masing
anggota dalam organisasi tersebut.

5. Program Promosi Kesehatan pada Remaja


1. Sosialisasi
Sosialisa pada remaja dimulai dari dalam lingkungan yaitu
keluarga, tetangga, sekolah, dan organisasi umum. Remaja
sebagai permasalahan, seperti masa peralihan, kebutuhan untuk
mandiri, menyebabkan timbulnya gejolak yang macam-macam.
faktor lingkungan bagi remaja dalam proses sosialisasi
memegang peranan penting, sebab proses sosialisasi pemuda
terus berlanjut dengan segala daya imitasi dan identitasnya.
lebih-lebih pada masa peralihan atau transisi dari masa muda
menjelang dewasa, ketika sering terjadi konflik nilai, wadah
pembinanya harus lebih fleksible,mampu dan mengerti dalam
membina remaja tanpa harus mematikan jiwa mudanya yang
penuh dengan vitalitas hidup.
2. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dikalangan remaja sangat
dibutuhkan dalam membibing remaja untuk lebih
memperhatikan kesehatan hidup. Batasan pendidikan kesehatan
meliputi:
1) Perbaikan sanitasi lingkungan
2) Perubahan perilaku sehat pada remaja
3) Mencegah penyakit menular
4) Pendidikan kebersihan perorangan
5) Pelayanan medis
6) Untuk menjamin setiap orang hidup yang layak
dalam pemeliharaan kesehatan.
Pendidikan kesehatan remaja mencakup masalah
kesehatan reproduksi, sexsualitas, kebersihan diri dan lain
sebagainya, agar remaja bisa lebih menjaga dan memperhatikan
perilaku kesehatannya.

3. Pendidikan Pergaulan
Pergaulan dikalangan remaja adalah salah satu kebutuhan
hidup dari manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang
dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan
antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal
relationship). Pergaulan yang terjadi saat ini sudah sangat
memperhatikan. Banyak sekali terjadi perilaku yang telah
menyimpang dan melanggar nilai sosial yang ada dalam
masyarakat. Perilaku anak muda atau remaja zaman sekarang
telah jauh dari norma agama sebagi pegangan hidup. Sehingga,
pergaulan remaja saat ini harus lebih dipilah dan dipilih untuk
menentukan yang baik dan yang buruk dengan diberikannya
Pendidikan pergaulan pada remaja.

Bentuk – bentuk pergaulan bebas di kalangan remaja :

a. Penyalahgunaan narkoba dan narkotika


b. Perilaku seksual yang menyimpang dari norma-norma
agama
c. Pesta Miras (minuman keras) atau mabuk-mabukan dan
masih banyak lagi.

Beberapa factor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan


bebas dikalangan remaja yaitu:

a. Faktor agama dan iman


Remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem
nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem
nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan
agama.
b. Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan
media.
Kurang perhatian orangtua, kurangnya Pendidikan
hidup dan perilaku sehat di dalam rumah, kurangnya
penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan
bebas sehingga remaja memiliki permasalahan kesehatan
yang tidak diinginkan, pengetahuan yang minim ditambah
rasa ingin tahu yang berlebihan.
c. Perubahan Zaman.

Cara menangani pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu


pendidikan pergaulan yang harus dilakukan antara lain sebagai
berikut :
1) Tidak menonton film – film, media - media yang
menyimpang
2) Para remaja harus bisa memfilter pergaulan yang
mana yang harus diikuti
3) Memberikan pendidikan tentang kesehatan secara
terbuka, sabar dan bijaksana
4) Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang
penyimpngan perilaku sehat serta segala akibat baik
dan buruk
5) Menghindari hal – hal yang menyimpang dari
norma- norma agama dan kesusilaan
6) Menumbuhkan rasa malu untuk melakukan hal – hal
yang dianggap buruk
7) Menumbuhkan rasa takut untuk melakukan
penyimpangan perilaku kesehatan
8) Menjauhi atau “Say No To Drugs”
9) Orang tua harus selalu mengontrol apa yang
dilakukan oleh anak remajanya
10) Orang tua harus lebih memberi perhatian pada anak
remajanya
11) Adanya rasa keterbukaan antara orang tua dengan
anak remajanya

4. Pendidikan pada Orang Tua Remaja


Pada promosi kesehatan ini peranan orang tua sangat
penting dalam perubahan sikap dan perilaku remaja terhadap
kesehatan.
1. Memperlakukan anak sesuai karak teristiknya masing-
masing, tidak untuk disamakan atau disbanding-bandingkan
2. Memantau kegiatan anak mulai dari yang di dalam rumah
dan di lar rumah
3. Mengajarkan, membiasakan serta mempraktikan langsung
perilaku-perilaku sehat sehingga anak mudah dan terbiasa
mencontoh kebiasaan baik orang tua di dalam rumah.
4. Mengantarkan anak ke dalam religious yang kuat dalam
membangun komunikasi dan hubungan spiritual yang kokoh
baik dengan cara habluminallah maupun habluminannas.
5. Memfasilitasi anak dalam berbagai keterampilan praktis,
serta di berbagai sektor kehidupan sesuai dengan
kemampuan dan bakat, serta kepribadia anak.
6. Melatih anak untuk belajar mengambil keputusan
yang konsisten dan responbility.
7. Mengerti perasaan dan keinginan anak
8. Tegas namun lembut dalam mengambil suatu kebijakn yang
nantinya akan di terapkan pada remaja tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
agar mereka dapat mandiri menolong diri sendiri juga mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan kondisi sosial
budaya local dan didukung oleh kebijakan masyarakat yang berwawasan
kesehatan.
Tujuan Promosi Kesehatan menurut WHO:
1) Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang Kesehatan
2) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi
masyarakat.
3) Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
4) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
Sasaran dari health promotion ada 3 yaitu:
1. Primer
2. Secunder
3. Tersier
Pada ruang lingkup health promotion pada infant-remaja yaitu:
1. Pada infant/bayi
2. Pada balita
3. Pada pre-school
4. Pada anak usia sekolah
5. Pada remaja
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan acuan oleh tenaga kesehatan, baik
perawat maupun tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan health
education/pendidikan kesehatan dari infant sampai remaja. Semoga dapat
dijadikan acuan oleh pembaca khususnya orang tua dalam menjaga kesehatan
anak demi pertumbuhan dan perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Regyana, 2018. “Anticipatory Guidance dan Health Promotion pada


Infant-Remaja”. Dalam
(http://www.scribd.com//dokumen/386996575/TM-11-Makalah-
Anticipatory-Guidance-dan-Healthy-Promotion-pada-Infant-Remaja-
docx) diakses tanggal 20 september 2019.

Maulana, Wahyu, 2019. “Anticipatory Guidance dan Health


Promotion pada Infant Remaja”. Dalam
(https://www.scribd.com/dokumen/409496824/386996575-TM-11-
Makalah-Anticipatory-Guidance-Dan-Healthy-Promotion-Pada-
Infant-Remaja-Docx) diakses tanggal 20 september 2019.

Andzani, Dwi Shafa. “Konsep Promosi Kesehatan”. Dalam


(https://www.academia.edu/36607694/Konsep_Promosi_Kesehatan)
diakses tanggal 20 september 2019.

Anda mungkin juga menyukai