Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-
data indera kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Sedangkan
motivasi juga merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan
keberhasilan perilaku yang tetap ke  arah tujuan tertentu.
Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki
kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan
di sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa
yang dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan apa yang hendak
dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi kemampuan kognitif pada manusia meliputi tingkat intelegensi,
kondisi fisik, serta kecepatan sistem pemrosesan informasi terganggu, maka akan
berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi yang
dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada
kemampuan kognitif. Masalah yang dialami dapat terjadi sejak lahir, atau terjadi
perubahan pada tubuh manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami
kecelakaan yang dapat menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik dan juga
mental. Akibat dari adanya keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi tidak
mampu untuk memproses informasi dengan sempurna. Dengan
ketidaksempurnaan ini maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif
mengalami masalah dalam meraba, mempelajari, atau berfikir untuk bereaksi
terhadap keadaan yang dihadapinya.
Motivasi adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa
memerlukan bantuan orang lain. Memotivasi diri adalah proses menghilangkan
faktor yang melemahkan dorongan kita. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi
pribadi yang lebih percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali dengan
membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai.

1
B.     Tujuan
1.      Mempelajari tentang apa pengertian persepsi dan motivasi
2.      Mempelajari tentang proses dan factor yang mempengaruhi persepsi dan
motivasi
3.      Mempelajari tentang gangguan persepsi dan motivasi
4.      Mempelajari tentang coping behaviour persepsi dan motivasi
5.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi.

iii
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Persepsi
1.      Pengertian Persepsi
a.      Menurut Matlin (1998), persepsi adalah proses aplikasi
pengetahuan sebelumnya untuk memperoleh/ mengumpulkan dan
menginterpretasikan stimulus yang ditangkap panca indera
(sensory register) .
b.      Menurut Davidoff (1981), persepsi adalah stimulus yang diterima
indera oleh individu di organisasikan, kemudian diinterpretasikan
sehingga individu menyadari, mengerti apa yang diindera.
2.      Proses Persepsi
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa tahap-tahap persepsi
antara lain:
a.      Tahap pertama
Merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau
proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat
indera manusia.
b.      Tahap kedua
Merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan
proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat
indera) melalui saraf-saraf sensoris
c.      Tahap ketiga
Merupakan tahap yang dikenal dengan proses psikologik, merupakan
proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima
reseptor.
d.      Tahap keempat
Merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa
tanggapan dan perilaku.

iii
3.      Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut David Krech dan Ricard Crutfield dalam Jalaludin Rahmat
(2003:55) membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi
menjadi 2 yaitu:
a.      Faktor Fungsional
Faktor Fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang kita sebut sebagai
faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi
adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang
melakukan persepsi.
b.      Faktor Struktural
Faktor Struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat
stimulus fisik terhadap efek-efek syarat yang ditimbulkan pada
sistem saraf individu.
4.      Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi (dispersepsi) adalah kesalahan atau gangguan persepsi.
Menurut Maramis (1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi, yaitu:
a.      Halusinasi atau mava
Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apapun
pada pancaindera seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun
dasarnya mungkin organik, fungsional psikotik ataupun histerik. Secara
singkat halusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu.
Jenis-jenis halusinasi, yaitu:
a)      Halusinasi optik (halusinasi penglihatan)
Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk, tidak berbentuk, berwarna,
dan tidak berwarna.
b)      Halusinasi auditif/akustik
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara manusia, hewan,
barang, musik dan kejadian alami.
c)      Halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman)
Halusinasi yang seolah-olah mencium suatu bau tertentu.
d)     Halusinasi gustatorik (halusinasi pengecapan)
Halusinasi yang seolah-olah mengecap suatu zat atau rasatentang

iii
sesuatu yang dimakan.
e)      Halusinasi taktil (halusinasi peraba)
Halusinasi yang seolah-olah merasa diraba, disentuh, dicolek,
ditiup, dirambati ulat dan disinari.
f)       Halusinasi kinestik
Halusinasi yang seolah-olah merasa badannya bergerak disebuah
ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak sendiri.
g)       Halusinasi viseral
Halusinasi yang seolah-olah ada perasaan tertentu yang timbul
ditubuh bagian dalam (mis. Lambung seperti ditusu-tusuk jarum).
h)      Halusinasi hipnagonik
Persepsi sensorik bekerja yang salah terdapat pada orang normal,
terjadi sebelum tidur.
i)        Halusinasi hipnopompik
Persepsi sensorik bekerja yang salah terdapat pada orang normal,
terjadi tepat sebelum bangun tidur.
j)        Halusinasi histerik
Halusinasi yang timbulpada neurosis histerik karena konflik
emosional.
b.      Ilusi
Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang
penyerapan (persepsi) yang sebenarnya sunguh terjadi karena adanya
rangsang pada pancaindera. Secara singkat ilusi adalah persepsi atau
pengamatan yang menyimpang. Contoh: bayangan daun pisang
dilihatnya seperti seorang pejahat, bunyi angin terdengar seperti ada
orang yang memanggil namanya, suara binatang disemak-semak
terdengar seperti ada tangisan bayi.
c.     Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah perasaan yang aneh tentang dirinya sudah
tidak seperti biasa lagi, tidak menurut kenyataan atau kondisi
patologis yang seseorang. Contoh: perasaan bahwa dirinya seperti
sudah di luar badannya, perasaan bahwa kaki kanannya bukan
miliknya lagi.

iii
d.     Derealisasi
Derealisasi adalah perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar dan
tidak menurut kenyataan sebenarnya. Contoh: segala sesuatu
dirasakan seperti mimpi.
e.     Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
Somatosensorik adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara
simbolik menggambarkan adanya suatu konflik emosional. Contoh:
anestesia yaitu kehilangan sebagian atau seluruh kepekaan indera
peraba pada kulit, perestesia yaitu perubahan pada indera peraba
(seperti ditusuk-tusuk jarum), gangguan penglihatan atau
pendengaran, makropsia, dan mikropsia.
f.       Gangguan psikofisiologik
Gangguan psikofisiologik adalah gangguan pada tubuh yang disyarafi
oleh susunan syaraf yang berhubungan dengan kehidupan dan
disebabkan oleh gangguan emosi. Contoh:
  Kulit : radang kulit, biduran, gatal-gatal, dan banyak cairan pada
kulit.
  Otot dan tulang : otot tegang sampai kaku dikepala dan punggung.
  Alat pernafasan: sindrom hiperventilasi (nafas berlebihan).
  Jantung dan pembuluh darah: debaran jantung yang cepat, dan
tekanan darah meningkat.
  Alat pencernaan: lambung perih, mual, muntah, kembung, dll.
g.      Agnosia
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan
persepsi, baik sebagian maupun total sebagai akibat kerusakan otak.

5.      Coping Behavior Gangguan Persepsi


Tingkah laku coping yang berhasil maka terjadi penyesuaian antara diri
individu dengan lingkungannya (adaptasi). Otto Soemarwoto (1987),
mengungkapkan bahwa adaptasi itu ada tiga macam, yaitu:
a.       Adaptasi Fisiologi, adalah proses adaptasi melalui faal. Contohnya:
orang yang hidup di lingkungan yang tercemar dalam tubuhnya
berkembang kekebalan terhadap infeksi.

iii
b.      Adaptasi Morfologi, yaitu terjadi perubahan bentuk fisik pada dirinya.
Contohnya orang eskimo yang hidup di daerah dingin mempunyai
bentuk tubuh yang pendek dan kekar.
c.       Adaptasi kultural / adjusment, yaitu adaptasi yang terjadi dengan
melakukan perubahan pada lingkungan tempat hidup agar tercapai
keseimbangan dengan dirinya. Contohnya penggunaan alat pendingin
ruangan.
 Penjelasan mengenai bagaimana manusia mengerti dan menilai
lingkungan dapat didasarkan pada 2 cara pendekatan:
a) Pendekatan pertama, adalah yang dinamakan pandangan konvesional.
Bermula dari adanya rangsang dari luar individu (stimulus), individu
menjadi sadar akan adanya stimulus ini melalui sel-sel syaraf reseptor
(penginderaan) yang peka terhadap bentuk-bentuk energi tertentu
(cahaya, suara, suhu). Bila sumber energi itu cukup kuat untuk
merangsang sel-sel reseptor maka terjadilah penginderaan. Jika
sejumlah penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat
syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan
menilai obyek-obyek, maka keadaan ini dinamakan persepsi. Secara
umum pandangan konvensional ini menganggap persepsi sebagai
kumpulan penginderaan (sensation). Jadi, kalau kita melihat sebuah
benda yang bisa bergerak cepat, punya roda empat maka kumpulan
penginderaan itu akan diorganisasikan secara tertentu, dikaitkan
dengan pengalaman dan ingatan masa lalu, dan diberi makna tertentu
sehingga kita bisa mengenal benda itu sebagai mobil. Pandangan
seperti ini dinamakan juga pendekatan konstruktivisme. Akan tetapi,
aktivitas mengenali obyek atau benda itu sendiri adalah aktivitas
mental, atau disebut juga aktivitas kognisi (kesadaran yang didapat
dari proses kerja pikiran yang dengannya orang akan waspada
terhadap obyek yang ada dalam pikirannya). Maka sebenarnya otak
tidak secara pasif menggabung-gabungkan kumulasi (tumpukan)
pengalaman dan memori, melainkan aktif untuk menilai, memberi
makna, dan sebagainya. Karena adanya fungsi aktif dari kesadaran
manusia, pandangan ini digolongkan juga pada pandangan

iii
fungsionalisme. Jadi, secara konvensionalisme, persepsi adalah
kegiatan mengkonstruksikan dari suatu fungsi.
b) Pendekatan kedua, adalah pendekatan ekologik.
Pendekatan ini dikemukakan oleh Gibson (Fisher et al, dalam
Sarwono 1992), individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa
yang diinderakannya karena sesungguhnya makna-makna itu telah
terkandung dalam stimulus itu sendiri dan tersedia untuk organisme
yang siap menyerapnya. Ia berpendapat bahwa persepsi terjadi secara
spontan dan langsung. Jadi, bersifat holistik. Spontanitas itu terjadi
karena organisme selalu menjajaki (eksplorasi) lingkungannya dan
dalam penjajakan itu ia melibatkan setiap obyek yang ada di
lingkungannya dan setiap obyek menonjolkan sifat-sifatnya yang khas
untuk organisme bersangkutan. Dengan kata lain menurut Gibson,
obyek-obyek atau stimulus sendiripun aktif berinteraksi dengan
makhluk yang mengindera sehingga akhirnya timbul makna-makna
spontan itu. Adapun kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah
ia bisa mengubah kemanfaatan dari suatu stimulus sehingga lebih
memenuhi keperluanya sendiri.
B.     Motivasi
1.      Pengertian Motivasi
a.       Menurut Wahjosumidjo (1987), motivasi adalah semua hal verbal,
fisik atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu
dengan respon dan juga merupakan proses psikologis yang
mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan
keputusan yang terjadi pada diri seseorang.
b.      Menurut Herlina, adalah kekuatan, tanaga, keadaan yang komplek,
kesiapsediaan dalam diri individu dalam bergerak (motion) ke arah
tujuan tertentu, baik disadari atau pun tidak disadari.
2.      Proses Motivasi
a.     Tahap pertama, keadaan yang mendorong, yang biasa disebut drive.
Istilah drive sering digunakan saat keadaan motif memiliki dasar
biologis atau fisiologis. Drive dipandang sebagai pendorong
seseorang untuk bertindak. Drive dapat muncul bila organisme

iii
kekurangan sesuatu atau memiliki kebutuhan. Drive juga bisa
muncul bila ada stimulus dari lingkungan.
b.     Tahap kedua, tingkah laku, yang ditimbulkan oleh karena adanya
Drive. Sebagai contoh rasa lapar mendorong manusia untuk mencari
makanan. Cepat atau lambat, bila tingkah laku itu berhasil, maka
kebutuhan maupun drive akan berkurang. Dengan perkataan lain,
tingkah laku pencarian makanan oleh manusia, merupakan alat untuk
mendapatkan makanan dan mengurangi dorongan lapar.
c.     Tahap ketiga, tingkah laku manusia diarahkan pada tahap ketiga
dari siklus  motifasional, yaitu mencapai tujuan. Contoh siklus
motivasi ini adalah pada rasa haus. Kekurangan air pada tubuh
menimbulkan kebutuhan dan dorongan (tahap I), memunculkan
tingkah laku mencari air minum (tahap II), yang merupakan tujuan
(tahap III). Minum meredakan kebutuhan air dalam tubuh sehingga
rasa haus terpuaskan, dan siklus motifasional berhenti. Tetapi
dengan segera kebutuhan akan air timbul kembali, maka manusia
akan memulai kembali siklus motifasionalnya.
3.     Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Porter dan Miles, ada 3 faktor utama yang berpengaruh pada
motivasi antara lain :
a.      Ciri-ciri pribadi seseorang.
b.      Tingkat dan jenis pekerjaan.
c.       Lingkungan kerja.
4.      Gangguan Motivasi
a.      Hyperactive/hiperaktif
Ciri anak ini tidak bisa duduk diam dikelas. Kadang anak ini
berlarian, meloncat, bahkan berteria-triak. Anak ini sulit dikontrol
untuk melaukan aktifitas secara teratur dan tertib, serta suka
menganggu teman sekelasnya.
b.     Distractibility child
Tipe anak ini cenderung cepat bosan, mudah mengalihkan
perhatiannya keberbagai objek lain dikelas, mudah dipengaruhi, dan

iii
sulit memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang
berlangsung di kelas.
c.      Poor self concept
Ciri anak ini pendiam, sangat perasa atau sensitif, mudah
tersinggung, sikapnya pasif dan cenderung tidak berani bertanya
karena merasa diri tidak mampu dan kurang bergaul.
d.      Impulsive
Ciri anak ini cepat bereaksi. Anak jenis ini langsung berbicara, tanpa
menghiraukan pertanyaan guru, jawaban spontan, kurang
mendukung kemampuan berfikir logis. Anak ini berteriak pada saat
menjawab, ingin menunjukan diri sebagai anak yang pandai, namun
jawaban atau reaksinya mencerminkan ketidakmampuanya,
jawabannya tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan
e.     Distractive behavior
Anak ini tipe perusak, sikapnya agresif kearah negatif, suka
membanting atau melempar. Anak ini termasuk anak yang
bermasalah (trouble maker) sikap mudah tersinggung dengan
tempramen yang tinggi dan suka merusak.
f.       Dependency
Ciri anak ini tidak dapat tinggal dikelas tanpa ditemani oleh ibunya,
ketergantungan ini dapat disebabkan oleh sikap ibu yang sangat
melindungi anak sehingga saat di sekolahpun harus ditemani oleh
ibu.
g.      Withdrawl
Ciri anak ini adalah pemalu dan menganggap dirinya bodoh,
sehingga malu pergi kesekolah. Harga diri rendah yang disebabkan
karena latar belakang sosial ekonomi orang tua yang rendah.
h.      Underachiever
Anak ini tidaklah termasuk anak “bodoh”atau “tolol”. Meskipun
semangat belajarnya sangat rendah, sering melipakan PR dan hasil
ulangannya selalu rendah. Anak ini potensi intelektualnya diatas
rata-rata. Guru diharapkan memberi perhatian yang serius kepada
anak yang berprestasi dibawah kemampuan ini.

iii
i.        Overrachiever
Anak ini memiliki motivasi belajar yang tinggi, cepat merespon dan
sering tidak menerima kritik. Sikapnya agak sombong serta
merespon dengan sangat cepat. Anak ini tidak bisa menerima
kegagalan dirinya.
j.       Slow learner
Anak ini acapkali malas, kalau ditanya biasanya membutuhkan
waktu lama untuk menjawabnya, sering lupa mengerjakan tugasnya,
kalaupun dikerja biasanya tidak tuntas dan cara berfikirnya lamban.
k.      Social interception
Sikap anak ini seperti “cuek” ia kurang peka terhadap
lingkungannya, sulit membaca ekspresi guru dan teman-temannya.
Oleh karena itu, anak ini sering dikucilkan oleh teman-teman
sekitarnya.
5.     Coping Behaviour Gangguan Motivasi
a.       Motivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu cara
memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau
kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus
dilakukan. Contoh: seorang komandan akan memberikan hukuman
pada anak buahnya apabila tidak disiplin.
b.      Motivasi dengan bujukan (motivacing by enticement), yaitu cara
memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan
sesuatu sesuai harapan yang dimotivasi. Contoh: mahasiswa
berprestasi akan mendapat hadiah berupa bebas membayar SPP
selama 2 semester.
c.       Motivasi dengan identifikasi (motivating by identification or ego-
involvement), yaitu cara memotivasi dengan menambahkan
kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya
keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai
tujuan. Contoh: seorang mahasiswa belajar giat karena termotivasi
bila belajar dengan baik hingga berprestas, yang akan memetik
hasilnya adalah diri sendiri.

iii
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu
informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan
terhadap objek, peristiwa ataupun hubungan-hubungan antar gejala yang
selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi.
Permasalahan atau gangguan persepsi sangat beragam, diantaranya:
halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi, gangguan somatosensorik
pada reaksi konversi, gangguan psikologi dan agnosia.
2.     Motivasi merupakan keinginan, hasrat penggerak dalam diri manusia,
motivasi berhubungan dengan faktor psikologi manusia yang
mencerminkan antara sikap, kebutuhan, kepuasan yang terjadi pada diri
manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri seseorang ditimbulkan
oleh pimpinan.motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan
daya dan potensi bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif
sehingga dapat mencapai dan mewujudkan tujuan perusahaan yang telah
ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal
menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya
mau bekerjasama secara giat sehingga mencapai hasil yang optimal.
B.     Saran
1.     Setiap persepsi senantiasa diarahkan pada hal-hal yang positif agar
tercipta kerukunan hidup antara satu dengan yang lain.
2.     Saling memberikan motivasi yang positif harus selalu dipupuk untuk
menciptakan semangat dan rasa percaya diri.
3.      Persepsi dan motivasi adalah bagian dari perilaku manusia yang
masing-masing memiliki karakter atau ciri khas yang berbeda. Oleh
karena itu perlu dijaga keseimbangan masing

iii
DAFTAR PUSTAKA

Ibadina, Azkia. Motivasi Psikologi 2014 .

http//tugasku4free.blogspot.com/2014/12/psikologi-motivasi.html

Khadiyanto, Parfi. 2009. Pemahaman tentang Persepsi.

http://parfikh .blogspot.com/2009/02/pemahaman-tentang-persepsi.html

Korneliz. 2009. Masalah Motivasi dalam Psikologi

http://psikologimotivasi.blogspot.com/200905/masalah-motivasi-dalam-ilmu-

psikologi.html

Medical Stuff. 2013. Gangguan Persepsi.

http://xianide.blogspot.com /2013/03/gangguan-persepsi_5.html

Setiawan, Agus. 2012. Gangguan Persepsi.

http://agusetiawan-onpapers.blogspot.com/2012/01/pengertian-persepsi.html

Tedjo. 2012. Persepsi dan Motivasi.

https://tedjho.wordpress.com/2012/04/15/motivasi-dan-persepsi.html

West sinjai. 2009. Masalah motivasi dalam ilmu psikologi

http://psikologimotivasi.blogspot.com/2009/05/masalah-motivasi-dalam-ilmu-

psikologi.html

iii
MAKALAH
PSIKOLOG
(PRESEPSI & MOTIVASI)

Dosen Pembimbing

Hj. Yuhana.S.S.T,M.Kes

Disusun Oleh

Kelompok II (Dua) :

1. Muh. Saprisal
2. Nurfadillah Jupri
3. Putri Masyita Marjan
4. Sri Murtini
5. Selviafitri

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A.  Latar Belakang ............................................................................... 1
B.  Tujuan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
A.  A. Persepsi............................................................................................... 3
      1. Pengertian Persepsi.......................................................................... 3
      2. Proses Persepsi................................................................................ 3
      3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi............................................. 4
      4. Gangguan Persepsi.......................................................................... 5
      5. Coping Behavior Gangguan Persepsi............................................. 8
  B. Motivasi.............................................................................................. 10
      1. Pengertian Motivasi........................................................................ 10
      2. Proses Motivasi.............................................................................. 11
      3. Faktor Yang Mempengaruhi Motifasi............................................ 12
      4. Gangguan Motivasi......................................................................... 12
      5. Coping Behaviour Gangguan Motivasi......................................... 15
BAB III BAB III PENUTUP.................................................................................. 16
A.  A. Kesimpulan.......................................................................................... 16
   B. Saran................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA 18

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Alloh SWT yang telah memberikan

rahmat serta karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

makalah ini yang berjudul Model Praktik Keperawatan Betty Neuman &

Leininger.

Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan

demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai

akhir.

Kolaka, Sept 2018

Penulis

iii
17

Anda mungkin juga menyukai