Anda di halaman 1dari 13

BIDAN SEBAGAI SUATU PROFESI

Diajukan untuk memenuhi tugas laporan individu bidang studi

“Konsep Kebidanan”

Pembimbing: ..................................

Penyusun: Dea Ulfiah Andrian

Tingkat: IA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK IDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

2013
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yaang membutuhkan pengetahuan
khusus dalam bidang ilmu, melaksanakan cara-cara dan peraturan yang
telah disepakati anggota profesi itu. (Chin Yacobus, 1993).

Profesi adalah akitivitas yg bersifat intelektual berdasarkan ilmu


dan pengetahuan digunakan untuk tujuan praktek pelayanan dapt
dipelajari, terorganisir secara internal dan altristik (Abraham Flexman,
1915).

Profesi adalah yang berorientasi kepada pelayanan memiliki ilmu


pengetahuan teoritik dgn otonomi dari kelompok pelaksana
(Suessman,1997).

Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris
"Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang
bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas
khusus secara tetap/permanen".

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan


penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi
yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada
bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik desainer, tenaga
pendidik.

Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut


profesional. Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk
suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir.
Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk
pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri
umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi.

2|Kebidanan sebagai Profesi


B. Bidan sebagai Suatu Profesi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus.
Sebagai pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:

1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-


anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah
yang didapat melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu.
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang
bertugas meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan
dengan tetap memegang teguh kode etik profesi.

C. Bidan sebagai Suatu Profesi Menurut Ikatan Bidan


Indonesia (IBI)
Bidan sebagai suatu profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yang dapat
diuraikan sebagai berikut:

1. Disiapkan melalui pendidikan yang formal agarlulusannya


dapat melaksanakan/mengerjakan pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya secara profesional.
2. Dalam menjalakan tugasnya, bidan memiliki alatyang
dinamakn Standar Pelayanan Kebidanan, Kode Etik dan Etika
Kebidanan.
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam
menjalankan profesinya.
4. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
(Permenkes No. 572 Tahun 1996).
5. Memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
6. Memiliki wadah organisasi profesi.
7. Memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta
dibutuhkan masyarakat.
8. Menjadikan bidan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama
kehidupan.

D. Karakteristik Profesi
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah
profesi. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya

3|Kebidanan sebagai Profesi


dari pekerjaan lainnya. Daftar karakterstik ini tidak memuat semua
karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini
berlaku dalam setiap profesi:

1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis:


Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang
ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada
pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik.
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang
diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi
tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi
anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya
memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan
tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional,
biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang
menguji terutama pengetahuan teoretis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya
dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana
calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum
menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan
melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses
sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa
dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja
dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya
intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi
para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang
melanggar aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur
organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah.
Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang
dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari
kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan
kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi
terhadap kesehatan masyarakat.

4|Kebidanan sebagai Profesi


11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses
akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang
layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai
pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi
masyarakat.

E. Perkembangan Profesi, Pendidikan Bidan serta Pelayanan


Kebidanan di Negara Indonesia
Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Dalam Negeri

 Tahun 1807 yakni pada zaman pemerintahahan Gubernur


Jenderal Hendrik William Daendels, para dukun bayi
dilatih untuk pertolongan persalinan, akan tetapi hal ini
tidak berlanjut karena tidak ada pelatih kebidanan.
 Tahun 1849, dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia,
tepatnya di Rumah Sakit Militer Belanda yang sekarang
dikenal RSPAD Gatot Subroto.
 Tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi
di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda bernama Dr.
W. Bosch.
 Tahun 1952, mulai diadakan pelatihan bidan secara formal
agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan.
 Tahun 1953, mulai ada Kursus Tambahan Bidan (KTB).
 Tahun 1957, Mulai ada Pusat Kesehatan Masyarakat
(Pusksmas).
 Tahun 1990, pelayanan kebidanan diberikan secara merata
dan dekat dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.

Perkembangan pelayanan kebidanan berkembang pesat dari


tahun ke tahun, sehingga sampai pada suatu titik tolak baru, sejak
adanya konferensi kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994.
Pada konferensi itu diputuskan adanya penekanan pada
reproductive health (kesehatan reproduksi), yang oleh karenanya
memperluas area garapan pelayanan bidan.

Area tersebut ialah :

 Safe motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan


abortus.
 Family planning (Keluarga Berencana).
 Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat
reproduksi.

5|Kebidanan sebagai Profesi


 Kesehatan Reproduksi Remaja.
 Kesehatan Reproduksi pada orang tua.

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya,


seorang bidan harus didasarkan pada kemampuan dan kewenangan
yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes), yang menyangkut wewenang
bidan. Sedangkan wewenang bidan tersebut selalu mengalami
perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Permenkes tersebut adalah secara urut sebagai
berikut :

 Permenkes No. 5380/IX/1963


Wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan
normal secara mandiri, didampingi tugas lain.
 Permenkes No. 363/IX/1980 diubah menjadi Permenkes
623/1989
Wewenang bidan dibagi menjadi dua, yaitu wewenang
umum dan wewenang khusus. Dalam wewenang khusus
ditetapkan bahwa bidan melaksanakan tindakan khusus
diibawah pengawasan dokter.
 Permenkes No. 572/VI/1996
Mengatur tentang registrasi dan praktik kebidanan. Dalam
wewenang tersebut mencakup; Pelayanan kebidanan yang
meliputi pelayanan ibu dan anak, Pelayanan Keluarga
Berencana, dan Pelayanan kesehatan masyarakat
 Permenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002
Mengatur tentang registrasi dan praktik kebidanan. Bidan
dalam melaksanakan praktiknya diberi kewenangan untuk
memberikan pelayanan yang meliputi; pelayanan kebidanan
yang meliputi pelayanan pranikah, antenatal, intranatal,
postnatal, bayi baru lahir, dan balita, pelayanan keluarga
berencana yang meliputi pemberian obat dan alat
kontrasepsi melalui oral, suntikan, pemasangan dan
pencabutan AKDR dan AKBK tanpa penyulit.

Di dalam melaksakan tugasnya, bidan harus melakukan


kolaborasi, konsultasi dan merujuk, sesuai dengan kondisi pasien,
kewenangan dan kemampuannya.

Sampai pada tahun 2012 pengembangan pelayanan


kebidanan yaitu:

6|Kebidanan sebagai Profesi


a. Bidan Delima: Standarisasi pelayanan BPS. 15
propinsi, 196 kab/ kota, jumlah bidan delima 8397, jumlah
fasilitator 1602 (dana dari USAID)

b. Pos Bakti Bidan: Bidan beserta masyarakat yang


ada di lingkungan bidan meningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak. Tahun 2009: Jumlah proposal 159. Yang
mendapatkan awards : MDGs 4 - 5 bidan

c. Pelayanan Tanggap Darurat, misalnya

- Relawan bidan 124 orang

- Pelayanan KIA/ KB di camp pengungsi

- Pelayanan KIA/ KB relokasi pengungsi

- Pelatihan Kespro dan KKG untuk IBI dan


Poltekes NAD (Dana dari Ford Foundation)

Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Dalam Negeri

 Tahun 1851, seorang dokter militer Belanda (Dr. W.


Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di
Batavia, tapi berlangsung dalam jangka waktu pendek.
 Tahun 1902, pendidikan bidan bagi wanita pribumi dibuka
kembali di Rumah Sakit Militer di Batavia.
 Tahun 1904, pendidikan bagi wnita Indonesia dibuka di
Makassar.
 Tahun 1911-1912, mulai program pendidikan tenaga
keperawatn secara terencana di RSUP Semarang dan RSUP
Cipto Mangunkusumo dengan lama pendidikan selama
empat tahun.
 Tahun 1935-1938, pemerintah kolonial Belanda mulai
membuka pendidikan bidan lulusan Mulo (setingkat SMP),
juga dibuka sekolah kebidanan di Jakarta (RSB Budi
Kemuliaan) serta di Semarang (RSB Palang Dua dan RSB
Mardi Waluyo).
 Tahun 1950-1953, dibuka sekolah kebidanan untuk lulusan
SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama
pendidikan selama tiga tahun.
 Tahun 1953, dibuka KTB
 Tahun 1954, dibuka pendidikan guru bidan dan guru
perawat juga perawat kesehatan masyarakat di Bandung.

7|Kebidanan sebagai Profesi


 Tahun 1972, institusi pendidikan tersebut dilebur menjadi
Sekolah Guru Perawat (SGP).
 Tahun 1975-1984, institusi pendidikan bidan ditutup
sehingga selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan.
 Tahun 1985, dibuka lagi program pendidikan bidan (PPB)
 Tahun 1993, dibuka Pendidikan Bidan Program B, yaitu
lulusan dari Akademi Perawat di tambah 1 tahun kebidanan
dan diharapkan menjadi pengajar di pendidikan bidan.
Program ini berlangsung hanya 2 (dua) tahun, karena
ternyata kompetensi yang dicapai sama dengan PPB-A.
Atas permintaan beberapa propinsi, untuk memenuhi
kebutuhan tenaga bidan yang mendesak maka masih dibuka
Program Pendidikan Bidan–C (PPB-C) di 11 propinsi
tertentu, dari lulusan SMP dan lama pendidikan 3 (tiga)
tahun.
 Tahun 1996 dengan SK Menkes No.4118 tahun 1987 dan
SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.009/U/1996
dibuka Program DIII Kebidanan. Tahun ini merupakan
awal dari peningkatan pendidikan bidan yang berorientasi
pada pengembangan profesi dan menjawab tantangan
perubahan dan perkembagan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat.
 Untuk memenuhi tenaga pendidik pada program
Pendidikan D-III Kebidanan dibuka Program D IV Bidan
Pendidik pada tahun 2000 yang berlangsung hingga saat
ini. D IV bidan pendidik ini merupakan Crash programme.
 Tahun 2002 dibuka Program DIV bidan pendidik di
UNPAD.
 Tahun 2003 dibuka Program DIV bidan pendidik di
STIKES Ngudi Waluyo Semarang, STIKIM Jakarta Tahun
2004 dibuka Program DIV bidan pendidik di USU.
 Sejalan dengan perubahan peraturan dan perundangan yang
berlaku, serta tuntutan dampak globalisasi telah
dikembangkan pendidikan akademik dan profesi kebidanan
pada jenjang Strata I (S1) dan Strata II (S2).
 Tahun 2006 dibuka S2 Kebidanan di UNPAD Bandung
 Tahun 2010 seluruh bidan telah menerapkan pelayanan
yang sesuai dengan standar praktik bidan internasional dan
dasar pendidikan minimal D3 Kebidanan.

8|Kebidanan sebagai Profesi


F. Pengembangan Profesi dan Karir Bidan
Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha meningkatkan
kemampuan teknis, hubungan antar-manusia, dan moral karyawan/bidan
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/pelayanan dan standar yang telah
ditentukan pleh konsil melalui pendidikan formal dan informal.

Pada tahun 2010 seluruh bidan telah menerapkan pelayanan yang


sesuai standar praktek bidan internasional dan dasar pendidikan minimal
D3 kebidanan. Misi pendidikan ini mengembangkan pendidikan
berkelanjutan berbentuk “sistem”, membentuk unit pendidikan bidan di
tingkat pusat, provinsi/daerah, dan kabupaten/cabang, membentuk tim
pelaksana pendidikan berkelanjutan, dan mengadakan jaringan/kerja sama
dengan pihak terkait.

Pendidikan berkelanjutan sebagai sitem tersusun atas


berbagaikomponen yang saling terkait antara orang, kebijakan,
perencanaan, fungsi, institusi dan sarana. Pendidikan ini merupakan
bagian dari berbagai sistem lain dan juga berkaitan dengan sistem
pendidikan formal dasar.

Karakteristik sistem pendidikan berkelanjutan:

1. Komprehensif. Sistem pendidikan berkelanjutan harus dapat


mencakup seluruh anggota profesi kebidanan.
2. Berdasarkan analisis kebutuhan. Sitem pendidikan
berkelanjutan menyelenggarakan pendidikan yang
berhubungan dengan tugas (job related) dan relevan dengan
kebutuhan masyarakat atau pelayanan kesehatan.
3. Berkelanjutan. Sistem pendidikan berkelanjutan
menyelenggarakan pendidikan yang bersifat berkesinambungan
dan progresif.
4. Terkoordinasi secara internal. Sistem pendidikan berkelanjutan
bekerja sama dengan institusi pendidikan dalam hal
pemanfaatan berbagai sumber daya dalam mengelolaberbagai
program pendidikan berkelanjutan
5. Berkaitan dengan sistem lain. Sistem pendidikan berkelanjutan
memiliki tiga aspek subsistem yang merupakan bagian dari
sistem lain di luar sistem pendidikan berkelanjutan. Kegita
aspek tersebut adalah perencanaan tenaga kesehatan (health
manpower planning), produksi tenaga kesehatan (health
manpower production), dan manajemen tenaga kesehatan
(health manpower management). Perencanaan tenaga kesehatan
dan manajemen tenaga kesehatan merupakan bagian dari sistem

9|Kebidanan sebagai Profesi


kesehatan, sedangkan produksi tenaga kesehatan adalah bagian
dari sistem pendidikan.

Komponen pendidikan berkelanjutan bidan:

1. Sasaran:
a. Bidan praktik swasta
b. Bidan berstatus pegawai negeri sipil (PNS)
c. Tenaga kesehatan lain
d. Kader kesehatan, dukun
e. Masyarakat umum
2. Jenis pendidikan berkelanjutan:
a. Seminar, lokakarya
b. Pengembangan (manajemen, hubungan interpersonal,
komunitas)
c. Keterampilan teknis untuk pelayanan
d. Administrasi
e. Lain-lain sesuai dengan perkembangan iptek
3. Langkah dalam melaksanakan pendidikan berkelanjutan:
a. Beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam
penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan adalah:
 Prinsip-prinsip pendidikan (termasuk penilaian)
 Penjamin mutu (quality assurance)
 Menunjukan representasi (memperlihatkan
kesetaraan beberapa lingkup/jenis metode
pendidikan berkelanjutan)
b. Membentuk lembaga pendidikan berkelanjutan
 Menentukan kebijakan
 Penyusunan program
 Implemntasi program
 Akreditasi/penilaian
4. Sumber daya pendidikan berkelanjutan yang mendukung
pelaksanaan pendidikan berkelanjutan bidan adalah:
a. Kurikulum
b. Bahan ajar
c. Sarana dan prasarana
d. Sumber dana
e. Tenaga
5. Metode pembelajaran
a. Metode ceramah mandiri
b. Metode belajar kelompok
c. Metode ceramah dan tanya-jawab
d. Metode belajar diskusi dan seminar

10 | K e b i d a n a n s e b a g a i P r o f e s i
e. Metode belajar lapangan/klinik
6. Penilaian dan penghargaan hasil belajar
a. Penilaian
b. Tujuan
c. Cara penilaian
d. Aspek yang dinilai dan macam-macam penilaian
7. Materi pendidikan berkelanjutan yang dapat dilaksanakan oleh
Diklat IBI sesuai dengan sasarannya adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pelayanan
 Manajemen asuhan kebidanan
 Manajemen pelayanan kebidanan
 Tindakan kebidanan
b. Pendidik
 Pembimbing klinik
 Pelatih
c. Peneliti/penilai
 Melaksanakan penilaian pelayanan
 Audit maternal perinatal (AMP)
 Pengumpulan data penelitian
 Penelitian

G. Sistem Penghargaan Bidan di Indonesia


.    Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Bidan
Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja seorang bidan antara lain :
a. Faktor Individu: kemampuan, keterampilan, latar belakang
keluarga, pengalaman, tingkat social, dan demografi
seseorang.
b. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian,
motivasi dan kepuasan kerja.
c. Faktor organisasi: stuktur organisasi, desain pekerjaan,
kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).
Tujuan adanya penghargaan kepada bidan
a. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu
maupun dalam kelompok setinggi-tingginya. Peningkatan
prestasi kerja perorangan pada gilirannya akan mendorong
kineja staf.
b. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan
meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi.
c. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan
perasaannya tentang pekerjaan, sehingga terbuka jalur
komunikasi dua arah antara pimpinan dan staf.
Pemeliharaan SDM perlu diimbangi dengan sistem ganjaran
(reward system), baik yang berupa financial, seperti gaji, tunjangan,
maupun yang bersifat material seperti; fasilitas kendaraan, perubahan,

11 | K e b i d a n a n s e b a g a i P r o f e s i
pengobatan, dan lain lain dan juga berupa immaterial seperti; kesempatan
untuk pendidikan dan pelatihan, dan lain lain. Pemeliharaan SDM yang
disertai dengan ganjaran (reward system) akan berpengaruh terhadap
jalannya organisasi.
Tujuan utama dari pemeliharaan adalah untuk membuat orang yang
ada dalam organisasi betah dan bertahan, serta dapat berperan secara
optimal. Salah satu upaya untuk meningkatkan SDM Kebidanan adalah
melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan
keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan interpersonal.
Faktor yang mempengaruhi kinerja bidan adalah iklim organisasi
yaitu kurangnya semangat kelompok, kurangnya kerja sama antara
pimpinan dengan karyawan bank struktural maupun fungsional.
Penghargaan yang diberikan kepada bidaan diharapkan dapat memotivasi
bidan untuk meningkatkan kinerja mereka. Dalam rangka meningkatkan
motivasi dan memberi penghargaan pada bidan atas darma baktinya dalam
melayani masyarakat, bidan diberi penghargaan oleh IBI bekerjasama
dengan koalisi Indonesia Sehat memberikan peghargaan dengan kriteria
“Bidan Bintang” yang mulai dilaksanakan tahun 2003.
Penghargaan “Bidan Bintang” diberikan setiap wilayah propinsi,
diberikan kepada 1 bidan senior dan 1 bidan junior. Diberikan kepada
bidan yang telah melaksanakan peran dan fungsi bidan sesuai dengan
kewenangan bidan, Kepmenkes No.900/SK/VII/2002
KEPANJANGAN BIDAN BINTANG :
BIDAN
 B : Bersih kerjanya dan bersih hatinya
 I : Ilmu mengikuti perkembangan
 D : Dedikasi yang tinggi
 A : Akurat dalam memberikan pelayanan (sesuai
standar)
 N : Nyaman bagi klien bila dilayani bidan
BINTANG
 B : ber-KB (melayani KB)
 I : infeksi (memperhatikan pencegahan infeksi)
 N : natal (prenatal,antenatal,natal,postnatal)
 T : TT (imunisasi)
 A : ASI
 N : Nutrisi
 G : Gawat darurat dirujuk tepat waktu
Penghargaan juga diberikan kepada bidan yang berprestasi (bidan
teladan). Selain itu bidan juga diberi beasiswa.
Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan
masalah etik yang berhubungan dengan hokum. Masalah dapat
diselesaikan dengan hokum, tetapi belum tentu dapat diselesaikan
berdasarkan prinsip dan nilai etik. Berdasarkan pertimbangan yang ada
seorang bidan berhak :
1. Mendapat perlindungan hokum dalam melaksanankan tugas
sesuai dengan profesinya.

12 | K e b i d a n a n s e b a g a i P r o f e s i
2. Bekerja sesuai dengan standar profesi disetiap
tingkat/jenjang pelayanan kesehatan.
3. Menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kode
etik profesi.
4. Mempunyai privasi, menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan baik oleh pasien,keluarga, maupun profesi lain.
5. Mendapatkan kesempatan utuk meningkatkan jenjang
karier dan jabatan yang sesuai.
6. Mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan diri, baik
melalui pendidikan maupun pelatihan.
7. Mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

13 | K e b i d a n a n s e b a g a i P r o f e s i

Anda mungkin juga menyukai