BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Otak
Sistem saraf adalah sistem pengendalian aktivitas tubuh (sistem koosrdinasi), seperti
misalnya kontraksi otot. Sistem ini bereaksi ketika tubuh manusia bereaksi terhadap
rangsangan dari luar tubuh. Rangsangan tersebut disebut stimulus, sedangkan reaksi
dari stimulus tersebut dinamakan respons. Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh
yang cepat, seperti kontraksi otot atau peristiwa visceral yang berubah dengan cepat.
(Maryana, 2016).
b. Fisiologi Otak
Serebrum terbagi menjadi beberapa lobus atau daerah berdasarkan posisinya ditulang
2) Lobus parietalis, yaitu lobus yang berfungsi mengatur perubahan kulit dan otot
pengecapan.
d. Diensefalon
1) Talamus adalah stasiun relay untuk impuls saraf sensorik bertolak dari sumsum
tulang belakang untuk otak besar. Beberapa impuls saraf diurutkan dan
mengontrol sistem saraf otonom dan mengatur emosi, perilaku, lapar, haus, suhu
tubuh, dan jam biologis. Hal ini juga menghasilkan dua hormon (ADH dan
Bagian dorsal dari otak tengah terdiri dari dua kolikulus superior yang berhubungan
dengan sistem penglihatan, dan dua kolikulus inferior yang berhubungan dengan
3) Mengontrol pendengaran
Terletak di bagian belakang kepala dekat leher: Otak kecil berfungsi untuk
mengkoordinasi gerakan otot secara sadar, posisi tubuh, dan keseimbangan, jika otak
kecil ini rusak, maka gerakan otot manusia berpotensi tidak dapat bekerja optimal.
Batang otak terletak didepan otak kecil dan dibawah otak besar, serta menjadi
fisiologis, seperti denyut jantung, suhu tubuh, tekanan darah. Kecepatan bernapas,
2. Definisi
Skizofrenia berasal dari dua kata “skizo” yang berarti retak atau pecah (split), dan
”frenia” yang berarti jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan jiwa
Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir
serta disharmonisasi antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor
disertai distorsi kenyataaan terutama karena waham dan halusinasi, assosiasi terbagi-
bagi sehingga muncul inkoherensi, afek dan emosi inadekuat, psikomotor menunjukkan
komunikasi akibat kehilangan kontak dengan realita dan kemunduran tingkat fungsi
dalam bekerja, hubungan sosial atau pemeliharaan diri dari sebelumnya. Jenis-jenis
skizofrenia ditinjau dari segi klinis meliputi; skizofrenia tidak teratur, catatonic,
Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang memengaruhi persepsi klien, cara berpikir,
3. Etiologi
sosial. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya
pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku
tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar
dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan (Kusumawati, Hartono, 2010)
a. Faktor genetis
Dari hasil penelitian ditemukan beberapa kasus yang disebabkan oleh faktor
keturunan (genetis).
5
Dari studi terhadap keluarga para penderita dijumpai angka/presentasi yang lebih
tinggi disbanding populasi umum. Demikian juga, pada studi anak kembar dijumpai
kemungkinan yang cukup besar jika saudara kandung penderita adalah skizofrenik.
penyakit ini tidak hanya dipengaruhi/disebabkan oleh faktor genetis tetapi juga
lingkungan.
b. Faktor non-genetis
1) Faktor Lingkungan
2) Faktor Biologi
Yang dimaksud dengan faktor biologis adalah faktor faali sebagai penyebab
penyakit. Faktor faali bisa berupa kerusakan jaringan otak atau struktur otak yang
3) Faktor Psikososial
Gangguan yang terjadi sebagai akibat distorsi dalam hubungan timbal balik
antara bayi dan ibunya, dimana si anak tidak dapat berkembang melampaui fase
telah hancur.
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Ann Isaac, 2005) tanda dan gejala dari skizofrenia adalah sebagai berikut:
a. Waham: keyakinan keliru yang sangat kuat, yang tidak dapat dikurangi dengan
menggunakan logika.
b. Asosiasi longgar kurangnya hubungan yang logis antara pikiran dan gagasan yang
c. Halusinasi: persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra; dalam
terjadi.
mendasar
f. Afek datar: tidak adanya respons emosional; afek juga dapat digambarkan sebagai
tumpul (respons datar) atau tidak tepat (kebalikan) dengan apa yang diharapkan dari
situasi)
h. Avolisi: kurangnya motivasi untuk melanjutkan aktivitas yang orientasi pada tujuan
k. Anhedonia: kurang senang melakukan aktivitas dan hal-hal lain yang secara normal
menyenangkan
7
komunikasi orang lain secara harfiah. Pemikiran konkrit dapat diuji dengan meminta
a. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah, dan isi pikiran). Yang paling menonjol
f. Emosi berlebihan
h. Gangguan kemauan:
i. Gejala psikomotor
2) Stereotipi
5) Autism
Menurut Keliat (2012) ada beberapa tanda dan gejala dari skizofrenia diantaranya:
a. Gejala positif
8
5. Klasifikasi
a. Skizofrenia Paranoid
3) Perilaku kurang regresif, kerusakan sosial lebih sedikit dan prognosisnya lebih
1) Ciri-ciri utamanya adalah percakapan dan perilaku yang kacau serta afek yang
menarik diri secara sosial yang ekstrim, mengabaikan hygiene dan penampilan
diri
3) Awitan biasanya terjadi sebelum usia 25 tahun dan dapat bersifat kronis
4) Perilaku regresif, dengan interaksi sosial dan kontak dengan realitas yang buruk
c. Skizofrenia Katatonik
3) Catatonic excitement melibatkan agitasi yang ekstrem dan dapat disertai dengan
1) Ciri-ciri utamanya adalah tidak adanya gejala akut saat ini, melainkan terjadi di
masa lalu
2) Klasifikasi ini digunakan bila kriteria untuk jenis lain tidak terpenuhi
e. Skizofrenia residu
1) Ciri-ciri utamanya adalah tidak adanya gejala akut saat ini, melainkan terjadi di
masa lalu
2) Dapat terjadi gejala-gejala negatif, seperti isolasi sosial yang nyata, menarik diri
Menurut Ana (2016) kriteria diagnostik DSM III adalah sebagai berikut:
bercerita kepada banyak orang, terselip pemikiran untuk menarik diri, hayalan-
hayalan yang bersifat somatic, kemegahan, relijius, dan nihiilistik atau hayalan-
hayalan lain tanpa hal yang menyiksa atau mengandung unsur kecemburuan.
pemikiran-pemikiran, atau dua atau lebih suara yang bertentangan satu dengan
lainnya.
peristiwa dengan konten lebih dari satu atau lebih kata yang tidak berkaitan jelas
5) Inkorehensi dan hilangnya tanda berkaitan dengan tanda pemikiran tak logis atau
b. Kemunduran
Bentuk kemunduran level fungsi seperti; dalam bekerja, hubungan sosial dan
c. Durasi:
Tanda-tanda lanjutan dari penyakit ini selama sedikitnya enam bulan berturut-turut,
dengan beberapa tanda yang muncul saat ini. Periode enam bulan ini harus meliputi
11
satu fase aktif yang mana gejala-gejala dari kriteria A (diuraikan di atas) di
Gejala depresi penuh atau mania (episode depresi penuh atau mania) berkembang
7. Penatalaksanaan
a. Pertimbangan umum
pengobatan diberbagai tempat, termasuk rumah sakit jiwa akut, rumah sakit jiwa
dari keluarga dan sosial. Pengobatan ini biasanya diberikan dilingkungan dengan
secara terkoordinasi.
gejala akut dan memberikan lingkungan yang aman dan terstruktur serta berbagai
pengobatan, termasuk:
2) Manajemen lingkungan
12
1) Hospitalisasi jangka panjang diberikan pada klien dengan gejala persistem yang
crisis community residence; pengasuhan anak angkat; dan board and care home
2) Program day treatment memberikan seorang manajer kasus dan sejumlah ahli
3) Terapi pendukung melibatkan seorang manajer kasus dan sejumlah ahli terapi
masyarakat
resiko.
e. Rehabilitasi Psikososial
yang diperlukan untuk hidup, belajar dan bekerja dengan baik di komunitas
13
dibeberapa tempat.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Stuart dan Sundeen (2002) yang dikutip dari Yusuf (2015: 40-41), pengkajian
merupakan sebagai tahap awal proses keperawatan meliputi pengumpulan data, analisis
data dan perumusan masalah klien. Data yang dikumpulkan adalah data klien secara
holistic, meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Seorang perawat jiwa
diharapkan memiliki kesadaran atau kemampuan titik diri (self awarences), kemampuan
berespon secara efektif. Secara lebih terstruktur pengkajian kesehatan jiwa meliputi hal
berikut.
a. Identitas klien
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik/biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
h. Mekanisme koping
j. Pengetahuan
k. Aspek medis
14
Data tersebut dapat dikelompokkan menjadi data objektif dan data subjektif. Data
objektif adalah data yang didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan secara
langsung oleh perawat. Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan
Jenis data yang diperoleh dapat sebagai data primer bila didapat lansung oleh
perawat, sedangkan data sekunder bila data dari hasil pengkajian perawat yang lain
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito (1998) yang dikutip dari Yusuf (2015:43), diagnosis keperawatan
adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial dari individu, keluarga, atau
permasalahan (P) berhubungan dengan etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab
akibat secara ilmiah. Perumusan diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada pohon
3. Perencanaan
Proses keperawatan adalah perencanaan dimana perawat akan menyusun rencana yang
4. Implementasi
rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi klien saat ini (here and
15
interpersonal, intelektual dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan.
kontrak dengan klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta
klien yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait dengan standar
tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi ada dua macam, yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi
respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan
a. Subjektif (S)
Respon subjektif merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan.
b. Objektif (O)
Respon objektif merupakan respon objektif klien terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan.
c. Analisis (A)
menyimpulkan apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data
d. Planning (P)
16
1. Definisi
Menurut Townsend, M.C (1998) yang dikutip dari Sary (2015:103) isolasi sosial
merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap
Menurut Carpenito-Moyet (2009) yang dikutip dari Sutejo (2017:43) isolasi sosial
adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Isolasi sosial merupakan keadaan
ketika individu atau kelompok memiliki kebutuhan atau hasrat untuk memiliki
keterlibatan kontak dengan orang lain, tetapi tidak mampu membuat kontak tersebut.
Menurut Nanda (2008) yang dikutip dari Endang, dkk (2016:64-65) isolasi sosial adalah
suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain
Menurut NANDA-I, (2018:455) isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami oleh
individu dan dianggap timbul karena orang lain serta sebagai suatu keadaan negative
atau mengancam.
2. Etiologi
Menurut Endang, dkk (2016:67) penyebab terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh
faktor biologis dapat berupa genetic dapat menunjang tehadap respon sosial maladaptif,
17
disfungsi otak, kurangnya ambang ransang pada sistim limbic, tingkat serotonin yang
rendah atau zat kimia toxic. Dari faktor perkembangan yaitu gangguan dalam
respon sosial maladaptif. Dari faktor sosiobudaya isolasi sosial merupakan faktor dalam
gangguan berhubungan, akibat dari norma yang tidak mendukung untuk pendekatan
dengan orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif.
Isolasi sosial dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistim nilai yang
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Kurangnya stimulasi maupun kasih saying dari ibu/pengasuh pada bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya
orang lain maupun lingkungan dikemudian hari. Jika terdapat hambatan dalam
mengembangkan rasa percaya pada masa ini, maka anak akan mangalami
kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya. Pada
Begitupunn pada masa remaja, remaja akan merasa tertekan atau menimbulkan
hubungan tersebut.
2) Faktor biologis
Genetic merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi
Selain itu, kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
18
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbic, diduga dapat
menyebabkan skizofrenia..
Gangguan ini juga dapat disebabkan oleh norma-norma yang salah yang dianut
oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif yang diasingkan dari
lingkungan sosial. Selain itu, norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik juga turut menjadi faktor
b. Faktor presipitasi
1) Faktor sosiokultural
2) Faktor psikologik
Intensitas ansietas yang ekstrim akibat berpisah dengan orang lain dan
psikotik.
3) Stressor intelektual
b) Klien dengan kegagalan adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
4) Stressor fisik
Stressor fisik yang memicu isolasi sosial: menarik diri dapat meliputi penyakit
3. Rentang respon
Saling Ketergantungan
Keterangan :
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon individu menyelesaikan suatu hal dengan cara yang
1) Menyendiri (solitude)
Respon yang dilakukan individu dalam merenungkan hal yang telah terjadi atau
rencana-rencana.
2) Otonomi
pengaturan diri.
20
3) Kebersamaan (mutualisme)
individu mampu untuk saling memberi dan menerima dalam hubungan sosial.
Suatu hubungan saling bergantung antara satu individu lain dalam hubungan
sosial.
b. Respon maladaptif
cara yang bertentangan dengan norma agama dan masyarakat. Respon maladaptif
1) Manipulasi
dimana hubungan terpusat pada pengendalian masalah orang lain dan individu
2) Impulsif
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang tidak dapat
diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu untuk
belajar dari pengalaman, dan tidak dapat melakukan penilaian secara objektif.
3) Narsisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris, harga
diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan, dan mudah marah jika tidak
Menurut Sary (2015:104) tanda dan gejala pada klien dengan isolasi sosial adalah
sebagai berikut.
21
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
5. Batasan Karakteristik
c. Ketidaksesuaian budaya
d. Ingin sendirian
g. Afek datar
h. Riwayat ditolak
i. Afek sedih
22
j. Menarik diri
l. Penyakit
m. Menunjukan permusuhan
6. Mekanisme Koping
Menurut Sutejo (2017:50) Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi
ansietas yang merupakan suatu kesepian yang nyata yang mengancam dirinya.
Mekanisme koping yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah) dan
isolasi. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu di toleransi dan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting merupakan
Sementara itu, isolasi merupakan perilaku mengasingkan diri dari orang lain maupun
lingkungan
7. Pohon Masalah
Penerapan SP 2 klien Terhadap Kemampuan Berkenalan Dengan Orang lain pada Klien X
dan Y dengan Masalah Klien Menarik Diri di Wilayah Kerja Puskesmas Kumun Tahun
2020.
dan pada saat dilaksanakan merupakan latihan kemampuan yang terintegrasi antara
intelektual, psikomotor dan efektif, SPTK terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama:
proses keperawatan yang memuat kondisi, diagnosis keperawatan, tujuan, dan tindakan
keperawatan.
diterapkan pada klien dan keluarga klien yang bertujuan untuk mengurangi masalah
keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan adalah panduan yang dijadikan
sebagai panduan oleh seorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Arianti,
2013). Strategi pelaksanaan (SP) 2 klien isolasi sosial adalah fokus pelaksanaan tindakan
pada klien. Pada SP 2 klien isolasi sosial terdapat tindakan yang dilakukan, yang
pertama melatih klien dan memberikan kesempatan kepada klien untuk mempraktekkan
Strategi Pelaksanaan (SP) yang dilakukan peneliti adalah SP 2 klien yakni, melatih klien
untuk berkenalan dengan orang lain dan mempraktekkan cara berkenalan dengan orang.
Strategi Pelaksanaan (SP) 2 klien tersebut dilaksanakan pada 2 klien, yang nantinya akan
untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan klien melalui
dalam perawatan. Proses komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah
laku klien dan keluarga untuk membantu keluarga dalam rangka mengatasi persoalan
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan.
a. Proses Keperawatan
Pada SPTK dituliskan garis besar dari proses keperawatan yang merupakan
justifikasi ilmiah dari mana sumber tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Hal
25
ini merupakan kemampuan intelektual yang harus selalu dilakukan oleh perawat
Pra interaksi dilakukan sebelum berinteraksi dengan klien, yaitu SPTK sebagai
rencana interaksi.
2) Tahap Perkenalan/Orientasi
Secara garis besar tahapan ini dapat dibagi tiga pola sepanjang merawat klien,
yaitu pertemuan awal (kontak pertama), pertemuan kedua dan seterusnya (kontak
selama proses keperawatan) dan pertemuan akhir (kontak di akhir shift atau akhir
perawatan). Isi dari tahapan ini merupakan ringkasan teoritis yang dianggap
3) Tahap Kerja
Tahap Kerja ini berisi berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan
tindakan kolaborasi dengan berbagai tim kesehatan jiwa. Prinsip pada tahapan ini
adalah perawat menggunakan diri secara terapeutik yang tepat dari teknik
26
sesuai rencana.
4) Tahap terminasi
Tahap terminasi hampir sama dengan perkenalan dan orientasi, yaitu dibagi
menjadi dua macam, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Isi dari
terminasi adalah evaluasi (evaluasi obyektif dan subyektif), rencana tindak lanjut
bagi klien (planning bagi klien) dan kontrak yang akan datang berupa topik,
waktu dan tempat (planning bagi perawat) yang terkait dengan rencana tindakan
keperawatan selanjutnya.
Adapun strategi pelaksanaan Isolasi sosial menurut (keliat, 2006 : 100), sebagai berikut:
a. Orientasi:
1) Salam terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi pak! Bagaimana ? Nama saya SA, bapak boleh
panggil saya S. Saya mahasiswa Keperawatan Bina Insani Sakti Sungai Penuh
yang sedang melakukan penelitian kepada bapak. Kalau boleh tau nama bapak
2) Evaluasi/validasi
3) Kontrak
a) Topik: “Hari ini saya akan mencoba mengajak bapak untuk berkenalan
duduk saja?”
menit?”
27
b. Kerja
bapak X bisa berkenalan dengan perawat D seperti yang bapak kita praktikkan
“ada lagi yang bapak X ingin tanyakan kepada perawat D? Coba tanyakan tentang
“jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak X dapat menyudahi perkenalan ini.
Lalu bapak X bias buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat D, misalnya besok”.
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
2) Evaluasi objektif
“coba bapak sebutkan nama dan alamat dari perawat yang berkenalan dengan
bapak X tadi?”.
“Bagaimana bapak, apakah bapak ingin berkenalan lagi dengan orang lain?”.
a) Topik: “bagaimana kalau besok kita lanjut berkenalan lagi dengan perawat
yang lain?”.
c) Tempat: “bapak inginnya jam berapa? Bagaimana kalau jam 13.00, setelah