Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

445/MenKes/Permenkes/1998 “Kosmetik merupakan suatu paduan bahan atau

sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar badan yaitu epidermis,

rambut, kuku, bibir, organ genital bagian luar, gigi, dan rongga mulut. Hal ini untuk

membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya

tetap dalam keadaan baik, dan untuk memperbaiki bau badan tetapi tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Kosmetika

memiliki berbagai macam bentuk sesuai dengan kegunaannya misalnya pada sediaan

lipstik yang dipakai sebagai pewarna bibir dan memperindah bibir (Nur Adliani dan

Nazliniwaty, 2012).

Lipstik merupakan salah satu contoh kosmetika dekoratif yang mana zat warna

merupakan senyawa aktif dari formula lipstik. Seiring dengan berkembangnya

industri kosmetika dan persaingan pasar, memacu penyalah gunaan senyawa warna

yang terkandung dalam lipstik ini dengan menggunakan pewarna sintetis yang

berbahaya bagi kesehatan. Untuk itu diperlukan pencarian alternative pewarna alami

seperti antosianin (Hanum, 2000).

Zat warna menurut asalnya terdiri dari zat warna sintetis dan zat warna alami.

Pewarna sintetis berbahaya yang sering ditambahkan pada pembuatan lipstik adalah

rhodamin B karena harganya relatif lebih murah, warna yang dihasilkan lebih menarik

dan tingkat stabilitas warnanya lebih baik daripada pewarna alami. Zat warna ini

dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik
(dapat menyebabkan kanker) serta dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan

kerusakan pada hati (Risnawaty R, Nazliniwaty N, Purba D. 2012)

Antosianin merupakan golongan senyawa kimia organik yang dapat larut

dalam pelarut polar, serta bertanggung jawab dalam memberikan warna oranye,

merah, ungu, biru, hingga hitam pada tumbuhan tingkat tinggi seperti: bunga, buah-

buahan, biji- bijian, sayuran, dan umbi-umbian (Wang, L. S. dkk. 2015). Tanaman

yang bisa dijadikan sebagai pewarna alami adalah buah naga merah (Hylocereus

costaricensis) dan wortel (Daucus carota).

Wortel (Daucus carota L.) mengandung senyawa karotenoid dalam jumlah

besar, berkisar antara 6000-54800 pg/100 g (Kotecha et al., l998 dalam Ikawati,

2005:1). Karotenoid adalah pigmen berwarna kuning, orange dan orange kemerahan

yang larut dalam lipid yang meliputi kelompok hidrokarbon yang disebut karoten dan

derivate oksigenasinya, xantofil (Tranggono, 1988 dalam Ikawati, 2005 : 1).

Buah naga merah (Hylocereus costaricensis), dengan warna merah yang

sangat pekat menunjukkan buah tersebut mengandung pigmen warna, yang dapat

digunakan sebagai bahan pewarna alami pengganti bahan pewarna sintetik.

Kandungan konsentrasi antosianin pada buah naga merah yaitu (8,8 mg/100 gr

daging buah naga) (Winarti, S., Sarofa, U., & Rodiyah, K. F. 2018)

Berdasarkan perkembangan pewarna alami yang dapat digunakan sebagai zat

warna pada sediaan lipstick maka dilakukan penelitian suatu formulasi lipstick

terhadap kombinasi ekstrak buah naga merah (Hylocereus costaricensis) dan ekstrak

wortel ( Ducus corota L.) sebagai zat warna dan stabilitas secara fisik.
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut dapat dirumuskan

suatu permasalahn yaitu sebagai berikut :

1.2.1 Apakah ekstrak buah naga merah dan wortel dapat dikombinasi sebagai zat

warna pada sediaan lipstick?

1.2.2 Bagaimana stabilitas fisik sediaan lipstik dengan kombinasi ekstrak buah

naga merah dan wortel?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui apakah ekstrak buah naga merah dan wortel dapat dikombinasi

sebagai zat warna pada sediaan lipstik

1.3.2 Mengetahui stabilitas fisik sediaan lipstick yang dihasilkan

1.4 Manfaat Penelitian

Memanfaatkan buah naga merah dan wortel sebagai zat pewarna pada sediaan

lipstik, memberikan informasi mengenai stabilitas sediaan dan memberikan tambahan

pengetahuan kepada penulis mengenai sediaan lipstick.

Anda mungkin juga menyukai