Bab I, Ii, Iii
Bab I, Ii, Iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada anak, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan
dengan yang terjadi pada usia bayi, balita,remaja, maupun orang dewasa. Hal ini
disebabkan oleh karakteristik khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia
dan perkembangannya. Komunikasi pada anak sangat penting karena pada proses
tersebut mereka dapat saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat
diketahui oleh orang lain. Kemampan komunikasi pada anak merupakan saah satu
indikator perkembangan anak. Komunikasi sangat mempengaruhi tingkat
perkembangan anak dalam beraktivitas dengan lingkungannya (Mundakir, 2006).
Ketika anak sedang menunjukkan perilaku maupun sikap yang tidak seperti
biasanya (misal marah, takut, “mogok” makan maupun “mogok” untuk bersekolah),
orangtua merasa bingung untuk berkomunikasi dengan mereka. Komunikasi akan
efektif dan efisien jika kedua belah pihak menunjukkan perhatian penuh terhadap
lawan bicara. Perhatian yang penuh ini dapat diartikan sebagai bentuk bahwa
orangtua mendengarkan apa yang diungkapkan anak (kaitannya dengan komunikasi
orangtua dan anak). Anak akan merasa senang dan dihargai jika apa yang
diungkapkan tersebut didengarkan oleh orangtuanya.
Komunikasi merupakan wahana yang digunakan perawat untuk mengenal
klien, menetapkan kebutuhan dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(Ermawati dkk, 2009). Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering
berinteraksi dengan anak dan keluarga harus dapat menempatkan keluarga sebagai
bagian integral dari setiap asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat yang
mempunyai banyak waktu dengan pasien , diharapkan dapat memulai menciptakan
komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat penting
karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa
percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat mengekspresikan
perasaannya sehingga dapat dicari solusinya. Sehubungan dengan itu perawat
1
dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dalam memberikan askep pada
anak, menguasai teknik-teknik komunikasi yang cocok bagi anak sesuai dengan
perkembangannya.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah Komunikasi pada anak?
C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui Komunikasi pada anak.
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar penulis mengetahui dan memahami Komunikasi pada anak.
2. Agar pembaca mengetahui dan memahami Komunikasi pada anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan
berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi
dengan anak, metode dalam berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah-
langkah dalam melakukan komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam
membantu proses komunikasi dengan anak sehingga bisa didapatkan informasi yang
benar dan akurat.
Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal dimana perawat dan
klien memperoleh pengalaman belajar bersama seta memperbaiki pengalaman
emosional klien yang negatif. (Stuart Laraia, 2000). Sieh A., Louise K., dan Brenti,
mengemukakan tentang komunikasi terapiutik sebagai segala komunikasi yang
dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan distres
psikologi. Komunikasi terapiutik ditunjukkan dengan empati, rasa percaya, validasi
dan perhatian.
a) Empati
Empati adalah kemampuan untuk mengerti sepenuhnya tentang kondisi atau
perasaan orang lain. Kemampuan untuk empati didasari oleh adanya keinginan
untuk memberi perhatian dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
klien. Kemampuan untuk bersikap empati dapat ditunjukkan baik secara verbal
maupun non verbal.
b) Rasa Percaya
Satu hal yang harus diingat adalah perawat tidak boleh mempunyai praduga
yang negatif terhadap pasien. Tanamkan rasa percaya kepadanya bahwa perawat
merasakan apa yang sedang dirasakan.
c) Validasi
Dengan validasi kita dapat menegaskan kembali pesan yang telah disampaikan
kepada pasien. Tujuan validasi ialah menegaskan pesan yang telah disampaikan
atau meyakinkan pasien tentang pesan yang diterimanya.
d) Perhatian
Perhatikan yang diberikan kepada pasien merupakan adanya keterlibatan emosi
dari perawat yang di ekspresika secara nonverbal. Memandang, mengangguk,
4
terdiam mendengarkan, dan tersenyum merupakan perilaku yang paling sering
digunakan untuk menunjukkan perhatian perawat pada pasien
5
bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan
kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain dan pada bulan kedua puluh
bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat
beberapa gambar yang terdapat dalam buku, pada akhir tahun pertama sudah
mampu melakukan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
2) Usia Todler ( 1 – 2,5 Tahun ) Dan Prasekolah ( 2,5 – 5 Tahun )
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami
kurang lebih sepuluh kata, pada tahun kedua sudah mampu 200 – 300 kata dan
masih terdengar kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai
900 kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan
sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin
tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa mulai meningkat,
mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap
komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidak tahuan dan perlu
diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara.
Pada usia ini cara komunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka
untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada
suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulangi lebih jelas dengan
pengarahan yang sedrehana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti
kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan
mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi,
menagtur jarak interaksi dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung,
duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalumemberi
doronganak mencetakan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan
sentuh anak tanpa disetujui dari anak, salaman dengan anak merupakan cara
untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis, atau bercerita,
dalam menggali perasaan dan fikiran anak disaat melakukan komunikasi.
6
Dari aspek bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Oleh karena itu
saat menjelaskan, gunakan kata – kata yang sederhana, singkat dan gunakan
istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara padanya adalah
jongkok, duduk dukursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan mata kitz akan
sejajar denganya. (Yupi Supartini, 2004)
3) Usia Sekolah ( 5 – 11 Tahun )
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan
kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang
besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan
kemampuan anak membaca di sini sudah dapat dimulai, pada usia kedelapan
anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata sederhana
yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau
sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingin tahuan pada aspek fungsional
dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi maka jelaskan arti fungsi dan
prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan
jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.
Anak Usia 5 sampai 8 tahun, Anak usia ini sangat peka terhadap stimulus
yang dirasakannya akan mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu,
apabila perawat akan melakukan suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa
dilakukan, untuk apa, dan bagaimana caranya dilakukan ? anak membutuhkan
penjelasan atas pertanyaanya. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti anak dan
berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya. (Yupi
Supartini, 2004 : 84)
Anak usia 8 sampai 12 tahun, Anak usia sekolah sudah lebih mampu
berkomunikasi dengan orang dewasa. Perbendaharaan kata sudah lebih banyak
dikuasai dan anak sudah mampu berpikir secara konkret. Apabila akan
melakukan tindakan, perawat dapat menjelaskanya dengan mendemontrasikan
7
pada mainan anak. Misalnya, bagaimana perawat akan menyuntik diperagakan
terlebih dahulu pada bonekanya. ( Yupi Supartini, 2004)
4) Usia Remaja ( 11 – 21 Tahun )
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara
konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia ini sering
kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam
komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan kearah yang
lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa ini adalah
masa peralihan anak menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada
usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari
beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan
dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan
merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
8
kebutuhannya dan mengajarkan kepada ibu, karena ibu muda memerlukan
bantuan ini.
b. Ocehan dan celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut “ocehan” (cooing) atau “celoteh”
(babbling). Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal yang disebabakan oleh
perubahan gerakan mekanisme ‘suara’. Ocehan ini terjadi pada bulan awal
kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis dan
mengeluh. Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan
hilang. Sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian
meningkat cepat antara bulan ke enam dan kedelapan. Celoteh merupakan
indikator mekanisme perkembangan otot saraf bayi. Nilai celoteh :
Berceloteh adalah praktek verba sebagsi dasar perkembangan gerakan terlatih
yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara.
Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh
membantu bayi merasakan bahwa dia merupakan kelompok sosial.
c. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau
pelengkap bicara. Bahasa isyarat bayi dapat mempercepat komunikasi dini pada
anak. Contoh :
Mendorong puting susu dari mulut artinya kenyang atau tidak lapar.
Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti ingin digendong
Menggeliat, meronta, menangis pada saat ibu mengenakan pakaiannya atau
memandikannya. Hal ini berarti bayi tidak suka akan pembatasan gerak.
d. Ungkapan emosional
Adalah melalui perubahan tubuh dan roman muka.
Contoh :
Tubuh yang mengejar atau gerakan – gerakan tangan atau kaki disertai jeritan
dan wajah tertawa adalah bentuk ekspresi kegembiraan pada bayi.
9
Menegangkan badan, gerakan membanting tangan atau kaki, roman muka
tegang dan menangis adlah bentuk ungkapan marah atau tidak suka.
(Kemenkes,2013)
10
f. Kesempatan Praktek Atau Untuk Berlatih
Agar bayi atau anak dapat segera bicara, maka bayi perlu diajarkan atau
diberikan untuk meniru kata-kata yang sering kita ucapkan.
11
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang
sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
5) Meminta untuk Menyebutkan Keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta
anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang
didapatkan, dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat
itu.
6) Pilihan Pro dan Kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada situasi yang
menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7) Penggunaan Skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan
lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8) Menulis
Melalui ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan
sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel,
marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki
kemampuan untuk menulis.
9) Menggambar
Seperti halnya menulis, menggambarpun juga dapat digunakan untuk
mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel marah biasanya dapat
diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila gambar
yang ditulisnya ditanya tentang maksudnya.
10) Bermain
12
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini
hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang disekitarnya dapat terjalin,
dan pesan-pesan dapat disampaikan.
13
maka dapat menunjukkan kepercayaan dari penerima pesan atau informasi. Sikap
yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya, empati,
menghargai dan lain-lain, kesemuanya dapat mendukung berhasilnya komunikasi
terapeutik.
4. Usia Tumbuh Kembang
Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapat
ditunjukkan semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam
komunikasi semakin kompleks dan sempurna yang dapat dilihat perkembangan
bahasa anak.
5. Status Kesehatan Anak
Status kesehatan sakit dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal ini dapat
diperlihatkan ketiak anak sakit atau mengalami gangguan psikologis maka
cenderung anak kurang komunikatif atau sangat pasif, dengan demikian dalam
komunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mencapai
komunikasi yang efektif.
6. Sistem Sosial
Sistem sosial yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di masyarakat,
di mana setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. Hal
tersebut dapat juga mempengaruhi proses komunikasi seperti orang Batak engan
orang Madura ketika berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan
sama-sama tidak memahami bahasa daerah maka akan merasa kesulitan untuk
mencapai tujuan dan komunikasi.
7. Saluran
Saluran ini merupakan faktor luar yang berpengaruh dalam proses
komunikasi seperti intonasi suara, sikap tubuh dan sebagainya semuanya akna
dapat memberikan pengaruh dalam proses komunikasi, sebagai contoh apabila
kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara atau intonasi jelas maka
sangat mudah kita menerima informasi ataupun pesan yang disampaikan.
Demukian sebaliknya apabila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki
14
suara yang tidak jelas kita akan kesulitan menerimapesan atau informasi yang
disampaikan.
8. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan
dalam hal komunikasi yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi
yang ada. Lingkungan yang baik atau tenang akan memberikan dampak
berhasilnya tujuan komunikasi sedangkan lingkungan yang kurang baik akan
memberikan dampak yang kurang. Hal ini dapat kita contohkan apabila kita
berkomunikasi dengan anak pada tempat yang gaduh misalnya atau tempat yang
bising, maka proses komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan baik,
kemungkina sulit kita berkomunikasi secara efektif karena suara yang tidak jelas,
sehingga pesan yang akan disampaikan sulit diterima oleh anak.
15
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang
berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang
kehidupan) atau lingkaran keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah
untuk melambangkan orang-orang
Non Verbal
(1) Teknik orang ketiga
semacam ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang ketiga, semisal “ia”
atau “mereka”. Teknik tersebut sangat membantu guna mengurangi
perasaan terancam pada diri anak dibandingkan dengan bertanya secara
langsung pada diri mereka. Cara semacam ini sangt efektif guna
memberikan kesempatan kepada anak guna memilih setuju tanpa ada
keinginan untuk bertahan.
(2) Teknik NLP (Neuro Linguistik Programming)
Pendekatan ini dilakukan untuk mengerti proses suatu komunikasi, yaitu
dengan memperhatikan cara, gaya, atau kelakuan individu. Seorang perawat
bisa menggunakan sensoris yang sama guna meningkatkan hubungan
sekaligus mengomunikasikan informasi yang lebih efektif, seperti jenis
orang:
a) Tipe Visual (penglihatan) Orang yang biasa memanfaatkan alat bantu
visual, seperti diagram dan ilustrasi.
b) Tipe Mendengar (Pendengaran)
Orang yang biasa menggunakan kata-kata atau suara.
c) Tipe kinestetis
Orang yang memiliki kecenderungan belajar dari manipulasi objek.
(3) Facilitative Responding
Mendengarkan secara seksama sama sekaligus membayangkan kembali
perasaan pasien dan isi pernyataan anak.
(4) Story Telling (Bercerita)
Fungsi cerita tidak hanya membantu membuka pikiran anak, tetapi berguna
untuk mengubah menghilangkan rasa takut dan persepsi anak.
16
(5) Bibliotherapy
Adapun petunjuk umum bagi seorang perawat dalam menggunakan
bibliotherapy adalah:
a) Jajaki perkembangan emosi serta pengetahuan anak
b) Hayati isi buku serta sesuaikan dengan tingkat usia anak.
c) Menikmati buku tersebut bersama anak.
d) Menyisir secara lebih mendalam mengenai isi yang terkandung dalam
buku tersebut kemudian ceritakan kembali.
(6) Fantasi
Bentuk khusus dari bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasi,
penting bagi seorang perawat untuk memberikan penjelasan terhadap anak
mengenai arti dari cerita dongeng tersebut.
(7) Mimpi
Salah satu cara pada ilmu psikoterapi guna mengatasi penafsiran mimpi
dengan menanyakan kepada anak atau orang tua mengenai mimpi yang
dialaminya.
(8) Three Wishes
Tiga permintaan merupakan salah satu teknik yang sangat efektif serta
merupakan salah satu strategi guna mengundang anak-anak kedalam suatu
komunikasi.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu pesan
yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti oleh si komunikan. Dalam
melakukan komunikasi pada anak dan remaja, perawat perlu memperhatikan
berbagai aspek diantaranya adalah cara berkomunikasi dengan anak, tehnik
komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor yang mempengaruhi komuikasi.
Komunikasi anak yaitu usaha, tingkah laku atau kegiatan penyampaian
informasi mengenai pikiran, makna atau perasaan pada anak terutama anak usia dini.
Jumlah & jenis kosakata anak tidak sama, tergantung pada inteligensi anak, pajanan
yang diberikan, dan intensitas interaksi verbal.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan
dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Dalam proses
berkomunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan prinsip-prinsip, strategi /
tehnik, dan hambatan - hambatan yang mungkin akan timbul / ada dalam
komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung pada
umur dari anak tersebut.
B. Saran
Sebaiknya sebagai seorang perawat dalam melakukan komunikasi, kita harus
bersikap ramah, sopan, dan mampuh menempatkan diri terhadap orang yang diajak
berkomunikasi khususnya pada anak, dengan melihat tingkatan usia tumbuh
kembang pada anak, sosial, latar belakang, dan budayanya.
18