Tinjauan Pustaka RAN
Tinjauan Pustaka RAN
PENDAHULUAN
pengembangan dan perubahan fokus pelayanan, yang semula hanya berfokus pada
pengelolaan obat (drug oriented) menjadi pelayanan yang lebih berfokus pada
tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab Apoteker dalam praktik
sebagai peserta PKPA untuk menerapkan ilmu atau teori yang diterima dalam
1
perkuliahan dan membandingkan dengan praktek yang ada di lapangan. Proses
memahami secara langsung peran apoteker dalam pengelolaan suatu apotek serta
USU) yang merupakan apotek pendidikan milik Fakultas Farmasi USU. Laporan
ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan
1.2 Tujuan
2
BAB II
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika (Presiden RIb, 2009).
3
kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh apoteker yang bersangkutan
1. Lokasi
pelayanan kefarmasian.
2. Bangunan
dan orang lanjut usia. Bangunan Apotek harus bersifat permanen dan dapat
rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
d. Ruang konseling
e. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai
f. Ruang arsip
4
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas instalasi air bersih, instalasi
listrik, sistem tata udara, dan sistem proteksi kebakaran. Peralatan apotek
meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin,
farmasi dan/atau alat kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan
pelayanan apoteker yang diberikan kepada pasien dan peralatan lain sesuai
dengan kebutuhan.
4. Ketenagaan
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin praktik
Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
Apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA).
tentang Apotek, Surat Izin Apotek (SIA) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
menyelenggarakan Apotek.
5
Untuk mendapat Surat Izin Apotek (SIA), Sesuai dengan Peraturan
Kabupaten/Kota.
yang meliputi tenaga kefarmasian dan tenaga lainnya yang menangani bidang
6
kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
10. Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA, maka penerbitannya bersama
dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA. Masa berlaku SIA
7
a. Memiliki Ijazah Apoteker;
d. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai kepada apotek
lainnya, puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit, instalasi farmasi klinik, dokter,
Apotek wajib memasang papan nama yang terdiri atas: papan nama
apotek, yang memuat paling sedikit informasi mengenai nama apotek, nomor SIA,
dan alamat; dan papan nama praktik apoteker, yang memuat paling sedikit
informasi mengenai nama apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktik apoteker.
Papan nama harus dipasang di dinding bagian depan bangunan atau dipancangkan
di tepi jalan secara jelas dan mudah terbaca (Menkes RI, 2017).
keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. Bila obat yang
diresepkan terdapat obat merek dagang, maka apoteker dapat mengganti obat
merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat
8
merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien. Bila obat yang
diresepkan tidak tersedia di apotek atau pasien tidak mampu menebus obat yang
dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat lain (Menkes RI, 2017).
tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila
dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, maka apoteker tetap memberikan
pelayanan sesuai dengan resep dengan memberikan catatan dalam resep bahwa
Resep bersifat rahasia dan harus disimpan di apotek dengan baik paling
singkat lima tahun. Resep atau salinan resep hanya dapat diperlihatkan kepada
dokter penulis resep, pasien yang bersangkutan atau yang merawat pasien, petugas
kesehatan atau petugas lain yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
9
menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya
terjamin dan Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang
e. Surat Izin Kerja Apoteker (SIPA) Pengelola Apotik dicabut dan atau
sendiri atau milik pihak lain, sarana dan kegiatan pelayanan apotek.
pencabutan izin apotek karena apotek tidak lagi memenuhi persyaratan mengenai
dikeluarkan:
(Form APT-12).
10
telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan (Form APT-14) dan pencairan izin apotek dilakukan setelah
15), dan tembusan disampaikan kepada Menteri dan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi setempat serta Kepala Balai POM setempat. Apabila surat izin apotek
obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di
apotek.
11
Apoteker harus memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap masalah
semua kegiatan di apotek berlangsung secara efektif dan efisien. Apoteker harus
1. Kepemimpinan (Leadership)
(anggota atau bawahan) untuk bekerja dengan rela sesuai dengan apa yang
antar manusia, dapat membentuk tim dengan kinerja tinggi dan dapat
2. Perencanaan (Planing)
12
dimana rencana tersebut meliputi rencana jangka pendek maupun rencana
baik harus berdasarkan atas fakta bukan atas emosi maupun harapan yang
hampa. Oleh karena itu, perencanaan yang baik harus dilengkapi dengan
3. Pengorganisasian (Organizing)
ada dengan sistem yang teratur dan mengatur orang-orang dalam suatu pola
4. Pengarahan (Actuating)
2008).
5. Pengawasan (Controling)
dilakukan manajer guna melengkapi fungsi yang sudah dilakukan lebih dahulu.
13
Pengawasan merupakan fungsi yang bertujuan untuk melakukan perbaikan-
rencana mengenai pemasaran obat, sehingga obat yang diterima atau pun
dikeluarkan ke pasaran berada dalam jumlah yang tepat. Kunci sukses seorang
1. Identifying
2. Stimulating-Satisfying Demands
Stimulating yaitu memberi isyarat atau dorongan sosial dan komersial dengan
produk yang akan dibeli. Hal ini perlu dilakukan karena sepandai-pandainya
Berikan pelayan yang terbaik, jujur serta penuh kesabaran, dan yang
terpenting adalah produk yang dijual harus tepat kualitas, tepat jumlah, tepat
Fungsi dan tugas Apoteker menurut WHO yang semula dikenal dengan
14
researcher dan entrepreneur yang kemudian mengubahnya menjadi "Nine Stars
of Pharmacist", yaitu:
2011).
sumber daya yang tepat, bermanfaat, aman dan tepat guna seperti SDM, obat-
obatan, bahan kimia, alat kesehatan, prosedur dan pelayanan (Mashuda, 2011).
dan pasien dan untuk memberikan informasi kesehatan dan obat-obatan pada
masyarakat. Apoteker harus memiliki ilmu pengetahuan dan rasa percaya diri
d. Leader (pemimpin)
15
multi disiplin, apoteker harus mampu menjadi pemimpin, yaitu mampu
mengambil keputusan yang tepat dan efektif, serta mampu mengelola hasil
(manusia,fisik dan anggaran) dan informasi secara efektif, juga harus dapat
dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan (Mashuda, 2011).
Apoteker harus selalu belajar, baik pada jalur formal maupun informal
meningkatkan pengetahuan)
daya yang ada, membagi ilmu pengetahuan pada yang lainnya, tapi juga
pada pengguna obat secara rasional dalam tim pelayanan kesehatan. Dengan
16
peneliti, apoteker dapat meningkatkan akses dan informasi yang berhubungan
dengan obat pada masyarakat dan tenaga profesi kesehatan (Mashuda, 2011).
sepenuhnya berada ditangan apoteker, oleh karena itu apoteker harus mengelola
secara efektif sehingga obat yang disalurkan kepada masyarakat akan lebih dapat
17
Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja. Dalam melakukan
1. Persyaratan administrasi
yang berkesinambungan.
mandiri.
standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang berlaku (Menkes
RI, 2016).
harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan prasarana apotek dapat
menjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta
18
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang Pelayanan
resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer. Ruang
penerimaan Resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat
oleh pasien.
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
obat, air minum (air mineral) untuk pengenceran, sendok obat, bahan
etiket dan label obat. Ruang ini diatur sedemikian agar mendapatkan cahaya
dan sirkulasi udara yang baik atau cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin
4. Ruang konseling
19
5. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai
6. Ruang arsip
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
2016).
2.5.3 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai
2.5.3.1Perencanaan
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola
2.5.3.2 Pengadaan
20
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang
undangan.
2.5.3.3 Penerimaan
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
2.5.3.4 Penyimpanan
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan
tanggal kadaluwarsa.
b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
d. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO
2.5.3.5 Pemusnahan
21
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep, dan
2.5.3.6 Pengendalian
kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi penggandaan (surat
22
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan
paraf.
2. Stabilitas
23
3. Kompatibilitas (ketercampuran obat)
4. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinis lain)
5. Kontra indikasi
6. Interaksi
2.5.4.2 Dispensing
c. Memberikan etiket
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda.
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
24
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan
obat.
f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik.
h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh Apoteker
(apabila diperlukan).
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan
obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai
obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal (Menkes RI, 2016).
2.5.4.4 Konseling
25
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya (Menkes RI, 2016).
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran
hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: Parasetamol (Depkes RI, 2006).
26
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan
tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas
adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: CTM (Depkes
RI, 2006).
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran
27
Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapatdiserahkan oleh apoteker
kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Tujuan dari obat wajib apotek adalah
mengatasi masalah kesehatan dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat
28
meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional (Menkes RI,
1993).
Obat keras yang dapat diberikan tanpa resep dokter merupakan obat-obat
yang termasuk kedalam Daftar Obat Wajib Apotek. Ketentuan mengenai Daftar
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan/ atau alat khusus yang harus
Indonesia.
29
terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
golongan,yaitu:
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
30
amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin dan fensiklidin (Presiden RI, 1997).
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta
RI, 1997).
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan
dapat digunakan untuk pengobatan tetapi harus dengan resep dokter. Contoh:
RI, 1997).
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang
2.8.1 Peredaran
31
dan penyerahan. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor yang diedarkan harus
Prekursor dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin
edar dari Menteri. Untuk mendapatkan izin edar tersebut dalam bentuk obat jadi
sebagaimana dimaksud harus melalui pendaftaran pada Badan Pengawas Obat dan
jadi yang digunakan dalam program terapi dan rehabilitasi medis dilaksanakan
a. Penyaluran
Prekursor wajib memenuhi Cara Distribusi Obat yang Baik sesuai dengan
berdasarkan:
puskesmas.
ii. Surat pesanan sebagaimana dimaksud poin a (i) hanya dapat berlaku untuk
iii. Surat pesanan narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis narkotika.
32
iv. Surat pesanan psikotropika atau prekursor hanya dapat digunakan untuk 1
v. Surat pesanan sebagaimana dimaksud pada poin a harus terpisah dari pesanan
barang lain.
b. Penyerahan
dilakukan dalam bentuk obat jadi. Penyerahan dilakukan kepada pasien, harus
2.8.2 Pemesanan
Pesanan narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma
stempel apotek. Satu Surat Pesanan terdiri dari rangkap empat dan hanya dapat
a. Surat pesanan.
i. Nama Narkotika.
iii. Kekuatan.
33
iv. Kemasan.
v. Jumlah.
tecantum dalam surat pesanan, faktur, dan/atau surat pengantar barang yang
2.8.3 Penyimpanan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi pada Bab III, dinyatakan tempat
34
digunakan untuk menyimpan barang selain narkotika, psikotropika dan
prekursor Farmasi.
sebagai berikut:
a. Dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang dilengkapi
dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
c. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi.
d. Gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker
Penanggungjawab.
yang dikuasakan.
berikut:
b. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi.
berikut:
35
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
c. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi
Pemerintah.
d. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk apotek,
2.8.4 Penyerahan
dan prekursor farmasi, baik antar penyerah maupun kepada pasien dalam rangka
berikut:
36
kefarmasian.
oleh:
a. Apotek.
b. Puskesmas.
e. Dokter.
kepada:
a. Apotek lainnya.
b. Puskesmas.
e. Dokter.
f. Pasien.
berdasarkan resep yang telah diterima berdasarkan surat permintaan tertulis yang
Farmasi Rumah Sakit dan Instalasi Farmasi Klinik hanya dapat menyerahkan
37
Penyerahan narkotika, psikotropika dan prekusor oleh apotek kepada
b. Dokter menjalankan tugas atau praktik di daerah terpencil yang tidak ada
a. Pencatatan
Prekursor Farmasi.
38
iii. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan.
penyaluran/penyerahan.
b. Pelaporan
Kepala Badan.
prekusor dalam bentuk obat jadi setiap bulan kepada Kepala Dinas
39
psikotropika dan prekusor dalam bentuk obat jadi kepada Kepala Dinas
atas:
prekusor.
prekusor.
40
c) jumlah yang diterima.
Laporan sebagaimana dimaksud pada poin (i) sampai dengan (iv) dan (vi)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan Psikotropika diatur oleh
Direktur Jenderal.
2.8.6 Pemusnahan
b. Telah kadaluarsa.
41
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu
ii. Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Obat dan Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
42
Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah Kabupaten/Kota,
dimaksud poin b.
d. Narkotika, psikotropika dan prekusor dalam bentuk bahan baku, produk antara
dan produk ruahan harus dilakukan sampling untuk kepentingan pengujian oleh
e. Narkotika, psikotropika dan prekusor dalam bentuk obat jadi harus dilakukan
pemusnahan.
oleh pihak ketiga, wajib disaksikan oleh pemilik psikotropika dan saksi.
Pemusnahan.
b. tempat pemusnahan.
43
c. nama penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas
d. nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain badan/sarana
tersebut.
f. cara pemusnahan.
RI, 2015).
Studi kelayakan adalah suatu metode pengkajian gagasan atau ide suatu
berdasarkan data-data dari berbagai sumber yang dianalisis dari berbagai aspek.
Pemahaman dan pelaksanaan studi kelayakan ini dapat menghindarkan kita dari
2004).
perapotekan
44
b. Modal yang dibutuhkan ternyata lebih tinggi dari dana yang diperkirakan
efisien
d. Kesulitan dalam pengadaan modal kerja akibat sediaan farmasi yang harus
usaha. Dasar pertimbangan yang paling utama ialah pasar. Pasar merupakan hal
yang tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, dalam pemilihan lokasi suatu apotek
a. Jumlah penduduk
d. Jarak lokasi apotek dengan supplier, sebaiknya relatif dekat dan mudah
dicapai
f. Lokasi aman dan nyaman: daerahnya tidak kotor, tidak macet dan sempit
45
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat analisis
keuangan yaitu modal minimal, sumber modal, analisis impas dan target.
A. Modal minimal
Modal minimal adalah modal yang diperlukan untuk pengadaan sarana dan
a. Pengadaan aktiva atau harta tetap yaitu aktiva atau harta relatif yang didapat
segera diuangkan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, termasuk
b. Pengadaan aktiva atau harta lancar yaitu harta yang relatif mudah segera
diuangkan dalam jangka waktu kurang dari setahun. Dalam hal ini adalah
dijual di apotek.
c. Biaya awal yaitu pengeluaran yang dapat digolongkan sebagai biaya yang
d. Kas yaitu uang kontan, baik di tangan atau di Bank dalam bentuk rekening
B. Sumber modal
46
b. Modal kredit yaitu modal yang diperoleh dari pembeli kredit (kreditur)
kepada penerima kreditur (debitur). Dalam hal ini ada hubungan kepercayaan
antara kedua pihak bahwa dimasa mendatang debitur akan sanggup memenuhi
segala sesuatu sesuai perjanjian. Sumber-sumber modal kredit ini antara lain
adalah bank, teman sejawat, PBF yang umumnya berupa sediaan farmasi
C. Analisis impas
hubungan antara pendapatan, biaya dan laba atau keuntungan. Dengan kata lain
Analisa Break Event Point (analisa impas) yaitu analisa yang dilakukan untuk
menetapkan titik dimana hasil penjualan akan menutupi biaya, baik biaya tetap
BT BT
= =
BV HPP
1− 1−
Titik impas Penjualan atau Titik impas Omzet
Keterangan:
yang terjual
Penjualan = Nilai penjualan dari barang yang terjual. Nilai penjualan adalah
HPP = Harga pokok penjualan yaitu nilai pembelian dari barang yang
47
Omset = Jumlah hasil penjualan pada kurun waktu tertentu.
D. Target
dimana posisi suatu usaha sehingga target akan tercapai. Faktor yang
a. Biaya tetap
b. Margin keuntungan
2.9.4 Perpajakan
Apotek sebagai tempat usaha, sudah pasti harus membayar pajak. Pajak adalah
suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian dari kekayaannya
masyarakat.
48
ii. SITU (Surat Izin Tempat Usaha)
Pajak penghasilan (PPh pasal 21) adalah pajak yang dipungut atas
Pajak penghasilan (PPh pasal 25) adalah pajak yang dipungut atas laba
yang diperoleh. Penentuan besar pajak ini didasarkan pada penghasilan bersih.
Pajak pertambahan nilai (PPN) menurut Undang-Undang PPN Tahun 1984 bahwa
tarif pajak secara umum adalah 10% untuk semua Barang Kena Pajak (BKP)
(Umar, 2004).
49
BAB III
Jalan Dr. Mansyur No.66 Kampus USU Medan. Apotek Rumah Sakit USU
didirikan melalui pembiayaan hibah multi tahun Program Iptek bagi Inovasi dan
Kreativitas Kampus (IbIKK). Visi Apotek Rumah Sakit USU adalah menjadi
apotek pilihan bagi masyarakat sekitar, dan menjadi apotek pendidikan yang
mampu melahirkan tenaga farmasi profesional, serta menjadi apotek rujukan bagi
mewujudkan praktik farmasi sesuai standar, yang dapat menjadi rujukan bagi
sesuai ketentuan.
Sejak Rumah Sakit Pendidikan USU dibuka penuh pada tanggal 28 Maret
2016, letak apotek yang semula berada di ruang instalasi farmasi Rumah Sakit,
50
dipindah menempatisalah satu toko di antara pertokoan di depan Rumah Sakit
apotek
Apotek Rumah Sakit USU didirikan pada tahun 2014 dengan nomor SIA
saat ini 442/16027/IX/2014 yang dikelola oleh Zahniar, S.Farm., Apt., sebagai
Apoteker Pengelola Apotek, Hari Ronaldo Tanjung, S.Si, M.Sc., Apt., sebagai
administrasi dan keuangan serta Prof. Dr. Wiryanto, M.S., Apt., sebagai manajer
utama.
Apotek Rumah Sakit USU memiliki SDM sebanyak 2 orang yang terdiri
dari 1 orang Apoteker dan1 orang Asisten Tenaga Kesehatan (asisten apoteker).
51
Kegiatan apotek dilakukan setiap hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 08.00 WIB
Struktur organisasi Apotek Rumah Sakit USU dapat dilihat pada Gambar
Rektor USU
Dewan Pengawas
WD 1, WD 2, WD 3
Manajer Utama
Prof. Dr. Wiryanto, M.S., Apt.
Petugas apotek di ruang penjualan obat bebas (OTC) dan ruang peracikan
52
membuat daftar kebutuhan barang yang tinggal sedikit dan telah habis melalui
barang di gudang dan mencatat di buku defecta (buku pesanan) barang, kemudian
diperiksa.
pagi hari pukul 09.30 sampai dengan pukul 11.00 menggunakan surat pesanan
(SP) (lihat Lampiran 1 halaman 69). tahap pengadaan dilakukan sebagai berikut:
a. Buku defecta barang yang diberikan ke Apoteker Pengelola Apotek akan di-
b. Menetapkan item dan jumlah barang yang akan dibeli berdasarkan kriteria
sediaan farmasi tersebut apakah merupakan fast moving atau slow moving.
c. Barang yang akan dipesan selanjutnya akan ditulis dalam surat pesanan (SP)
supplier.
Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang datang ke apotek dan untuk barang yang
53
oleh Apoteker Pengelola Apotek. Berdasarkan surat pesanan tersebut, PBF akan
Biasa dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 69. Formulir Surat Pesanan
psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 70. Formulir Surat Pesanan
prekursor dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 71. Formulir Surat Pesanan
Barang/Faktur.
No.Batch dan expired date apakah sesuai dengan surat pesanan dan faktur
barang. Meminta penjelasan dari supplier apabila barang yang diterima tidak
c. Barang yang telah diterima dan diperiksa kemudian dikirim ke bagian gudang
yang disusun dalam rak lemari dan ditata berdasarkan golongan obat, bentuk
sediaan dan abjad yang menggunakan sistem FIFO (First In First Out), yaitu obat
54
yang pertama masuk lebih awal dikeluarkan terlebih dahulu dan FEFO (First
Expired First Out), yaitu obat dengan kadaluarsa yang lebih dekat dikeluarkan
terlebih dahulu. Begitu pula dengan penataan di ruang penjualan OTC dan ruang
peracikan sudah habis maka akan dibuat order list ke gudang untuk dipenuhi
kebutuhan stoknya.
Obat yang dapat dijual bebas tanpa resep dokter, obat tradisional, sediaan
kosmetik dan alat-alat kesehatan disusun dalam etalase ruang penjualan bagian
depan, sedangkan untuk obat golongan keras disusun dalam ruang peracikan
diurutkan menurut abjad. Pada ruang peracikan, obat-obat ditempatkan pada kotak
obat dimana tertulis nama obat. Untuk obat generik dan obat golongan narkotika
disimpan dalam lemari pendingin. Bahan baku obat disimpan dalam wadah
3.5.2 Dispensing
55
a. Pengecekan ketersediaan obat.
b. Penetapan harga obat dalam resep, diperiksa kembali oleh apoteker atau tenaga
c. Tanyakan kepada pasien apakah setuju untuk membeli semua obat atau tidak.
Jika setuju maka disiapkan obatnya, diracik untuk obat yang perlu diracik, lalu
diberi etiket, diperiksa kembali oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian
e. Pasien membayarkan harga resep. Jika dibutuhkan, kuitansi dan salinan resep
dapat diberikan pada pasien, sedangkan resep asli disimpan sebagai arsip.
pasien atau keluarga pasien. Informasi meliputi indikasi, efikasi, dosis, bentuk
sediaan, rute dan cara pemakaian obat, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, harga, sifat fisika dan kimia dari
obat.
3.5.4 Konseling
56
e. Pasien yang mendapatkan obat dengan instruksi khusus.
Pada pelayanan resep tunai, pasien membayar langsung resep yang ingin
a. Apoteker menerima resep dari pasien dan memeriksa kelengkapan resep dan
c. Bila pembeli setuju dengan harga obat yang diinformasikan maka resep
apakah obat dan etiket yang diberikan telah sesuai dengan resep dan dikemas.
Bila obat yang diambil hanya setengah resep, maka dibuat salinan resep.
d. Obat yang diserahkan dari bagian peracikan, di-cross check kembali oleh
obat tersebut.
57
f. Resep asli disimpan sebagai arsip, untuk resep yang mengandung narkotika,
Selain pelayanan resep, ada juga pelayanan penjualan bebas atau tanpa
resep. Pelayanan penjualan bebas di Apotek Rumah Sakit USU dilakukan dengan
harga.
sebagai berikut:
apabila pasien setuju dengan obat yang disarankan, maka obat disiapkan
dibutuhkan pasien.
58
3.7 Administrasi
meliputi:
a. Laporan pembelian dalam buku pembelian, yaitu buku yang mencatat semua
barang yang diterima dari distributor dengan faktur sebagai hasil pembelian.
b. Laporan penjualan dalam buku penjualan, yaitu buku yang mencatat semua
penjualan barang setiap hari baik dengan resep ataupun penjualan bebas
c. Laporan pemesanan barang dalam buku defecta, yaitu buku yang mencatat
daftar barang yang akan dipesan atau barang yang sudah habis persediaannya.
d. Laporan pemesanan barang (order list) dalam bentuk kertas daftar pesanan
e. Buku stok obat, yaitu buku yang mencatat pemasukan dan pengeluaran obat
dari gudang sehingga dapat diketahui berapa sisa obat dan berapa obat yang
harus dipesan.
f. Laporan hutang dagang dalam buku hutang dagang, yaitu buku yang mencatat
g. Pengarsipan resep per hari, yaitu berdasarkan nomor urut resep yang masuk
ke apotek.
59
dokumen pelaporan yang sewaktu-waktu dapat diperiksa dan ditinjau oleh
(pajak) yang harus dipenuhi oleh Apotek RS USU ke pemerintah pusat dan daerah
meliputi:
atas gaji atau upah honorium, imbalan jasa dan kenikmatan lain yang
Indonesia.
dipungut dari perusahaan atas laba yang diperoleh oleh perusahaan tersebut.
60
BAB IV
PEMBAHASAN
calon apoteker dalam hal keahlian di bidang perapotekan. Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini dilaksanakan di Apotek Rumah Sakit USU, Jalan Dr. Mansyur No.66
Medan.
4.1 Lokasi
Apotek Rumah Sakit USU merupakan salah satu apotek swasta yang
berlokasi di dalam lingkungan Rumah Sakit USU, di pinggir jalan besar, berada di
Hal ini akan sangat menunjang fungsi apotek, baik fungsi ekonomi maupun fungsi
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dalam hal sarana
dan prasarana, salah satu poinnya menyatakan bahwa suatu apotek itu seharusnya
berlokasi pada daerah yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu,
Apotek Rumah Sakit USU dapat dikatakan telah memenuhi ketentuan ini.
61
4.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Apotek Rumah Sakit USU, melayani penjualan obat bebas maupun resep
dengan cukup baik dengan harga obat yang bersaing, karyawan/asisten apoteker
yang ramah, dan kondisi apotek yang bersih serta susunan obat yang teratur.
Dalam hal ini asisten apoteker di Apotek Rumah Sakit USU selain membantu
Apoteker Pengelola Apotek dalam melayani resep dan obat-obat over the counter
perbekalan farmasi di Apotek Rumah Sakit USU dilakukan oleh seorang Apoteker
perbekalan famasi yang akan habis yang ditulis setiap harinya, kemudian pemasok
dipilih adalah pemasok obat yang resmi dan memberikan diskon harga terbesar.
baik karena dalam pengadaannya telah mengutamakan obat-obat fast moving serta
dengan memperhatikan obat-obat apa saja yang sering dibutuhkan oleh pasien.
Oleh karena itu, dapat mencegah penumpukan obat yang slow moving dan
salesman yang datang setiap pagi hari secara sistem tender skala kecil. Pengadaan
obat biasanya dengan pertimbangan harga yang ditawarkan dan discount dari
62
PBF. Apabila ada obat yang tidak tersedia pada salesman, maka pemesanan
dilakukan via telepon langsung ke PBF (Pedagang Besar Farmasi) lain. Kemudian
surat pesanan yang telah diisi sesuai dengan pesanan obat dan ditandatangani oleh
Pengelola Apotek.
kembali kesesuaian jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang diterima dengan
surat pemesanan. Selain itu juga diperiksa mutu, tanggal kadaluarsa dan harga dari
Penyimpanan obat bebas dan bebas terbatas di Apotek Rumah Sakit USU
dilaksanakan berdasarkan efek farmakologi, bentuk sediaan dan abjad. Obat keras
dan obat-obatan yang harus disimpan pada suhu rendah disimpan dalam lemari
dengan menggunakan system FIFO (First In First Out) yaitu penyimpanan obat
berdasarkan obat yang datang lebih dulu dan dikeluarkan lebih dulu dan FEFO
(First Exprired First Out) yaitu penyimpanan obat berdasarkan obat yang
memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu. Obat-obatan
golongan narkotika dan psikotropika disimpan terpisah dengan obat lainnya dalam
63
suatu lemari khusus. Tempat penyimpanan obat narkotika dan psikotropika belum
tersebut akan mengganti dengan obat-obat baru yang tanggal kadaluarsanya masih
jauh.
perbekalan farmasi di Apotek Rumah Sakit USU telah dilaksanakan dengan baik.
apotek, pencatatan hutang apotek untuk dilunasi dan pencatatan piutang untuk
64
4.3 Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek Rumah Sakit USU
dilakukan saat ini meliputi pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat
(PIO) dan konseling. Pelayanan farmasi klinik lain seperti pelayanan kefarmasian
di rumah (home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring
Efek Samping Obat (MESO) belum dapat dilaksanakan karena terkendala waktu,
Kendala yang ditemui dalam hal pelayanan resep adalah tidak semua item
obat tersedia. Hal ini terjadi disebabkan oleh pola peresepan di Rumah Sakit yang
belum menentu, karena Rumah Sakit yang baru aktif berjalan tahun ini. Oleh
karena itu, Apoteker Pengelola Apotek dapat lebih memperhatikan lagi pada
peresepan pada pasien di Rumah Sakit USU, sehingga jika ada permintaan resep,
apotek dapat menyediakannya. Kendala lain yang ditemui adalah masih sedikitnya
pasien yang datang membeli obat ke Apotek ini disebabkan masih sedikitnya
USU sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari pengkajian resep dan
65
Dengan terlaksananya peran Apoteker dalam apotek maka masyarakat
mengenai obat kepada masyarakat dapat berjalan dengan baik, serta senantiasa
mengangkat derajat profesi apoteker menjadi suatu profesi yang diakui oleh
masyarakat.
tempat penyimpanan obat bersuhu <8°C, tempat tunggu pasien, komputer dan
informasi yang aktual dan cepat yang mencakup informasi obat, jumlah item obat
(misal: wifi) sehingga lebih memudahkan dalam pelaporan obat narkotika juga
menjadi lebih terbuka dalam masuknya informasi seputar peraturan atau kebijakan
66
BAB V
5.1 Kesimpulan
diantaranya adalah:
2. Perbekalan yang telah didapat oleh calon apoteker dari praktik kerja
5.2 Saran
67
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 3-4.
68
Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 31
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tentang Kefarmasian. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Umar, M. (2004). Manajemen Apotek Praktis. Cetakan III. Solo: Penerbit CV.Ar-
Rahman. Halaman 1-19, 114, 183.
69
Lampiran 1. Formulir Surat Pesanan Biasa
70
Lampiran 2. Formulir Surat Pesanan Psikotropika
71
Lampiran 3. Formulir Surat Pesanan Prekursor
72
Lampiran 4. Formulir Surat Pesanan Narkotika
73
Lampiran 5. Salinan Resep
74