Renc Penelitian 2020
Renc Penelitian 2020
USULAN PENELITIAN
HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN ANEMIA GIZI PADA REMAJA DI SMA
….
TIM PENGUSUL
AGUSTUS 2020
i
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA
Judul Kegiatan : Meningkatkan Kognitif Lansia Melalui Terapi Kognitif Bermain Ular
Tangga di Dinas Sosial Pusat Layanan Sosial Lanjut Usia Mappakasunggu Pare-Pare
Anggota Peneliti
A. Nama Lengkap : Mery Sambo
B. NIDN : 0930058102
C. Perguruan Tinggi : STIK Stella Maris Makassar
D. Program Studi : Sarjana Keperawatan
E. No Hp : 081342548458
F. Surel/Email : ns.merysambo@yahoo.com
Menyetujui
Ketua UP2M STIK Stella Maris
Asrijal Bakri,.Ns.,M.Kes
NIDN: 0918087701
ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
Judul Penelitian
Meningkatkan Kognitif Lansia Melalui Terapi Kognitif Bermain Ular Tangga di Dinas
Sosial Pusat Layanan Sosial Lanjut Usia MappakaSunggu Pare-Pare
Tim Peneliti
Bidang Alokasi
Instansi
No Nama Jabatan Keahlian Waktu
Asal
(jam/minggu)
1 Rosmina Situngkir Ketua Kesehatan STIK Stella 12
Masyarakat Maris
2. Mery Sambo Anggota Keperawatan STIK Stella 8
Maris
1. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian):
Objek penelitian ini adalah lansia yang berada di Pusat Layanan Sosial Lanjut Usia di
dinas sosial pusat layanan lansia Mappakasunggu Pare-pare. Dimensia sering
dialami oleh lansia sehingga perlu diberikan terapi kognitif yaitu dengan bermain
ular tangga, untuk melatih daya ingat lansia. Penelitian ini menggunakan instrument
Mini-Mental State Exam (MMSE) sebagai alat ukur untuk menilai kognitif lansia.
2. Masa Pelaksanaan
Mulai : bulan: sejak ditanyakan profosal lolos tahun 2019
iii
Dalam bidang keperawatan gerontik, dimensia merupakan masalah yang sering
dialami lansia, walaupun secara fisiologis penurunan daya ingat merupakan hal
wajar,namun jika dimensia terjadi pada lansia bisa dikatakan lansia memiliki
kualitas hidup yang rendah, karena berdampak pada aktifitas yang dilakukan sehari
– hari oleh lansia tersebut yang akan menyebabkan tingkat ketergantungan lansia
pada orang lain /keluarga sangat tinggi.
iv
DAFTAR ISI
SAMPUL………………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM………………………………… iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… iv
RINGKASAN……………………………………………………………… v
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………… 1
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 17
LAMPIRAN……………………………………………………………… 20
v
MENINGKATKAN KOGNITIF LANSIA MELALUI TERAPI KOGNITIF BERMAIN ULAR
TANGGA DI DINAS SOSIAL PUSAT LAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAPPAKASUNGGU
PARE-PARE
Ringkasan
Penurunan fungsi kognitif umumnya dialami lansia sebagai akibat dari proses
penuaan. Dampak dari penurunan fungsi kognitif ini akan menyebabkan keterbatasan
dalam melaksanakan aktivitas fungsional (Mongosidi, R.,2013).
Kecelakaan - kecelakaan kecil dapat terjadi akibat penurunan kewaspadaan, dan
rasa cemas serta ketakutan dapat meningkat akibat gangguan orientasi.
Kemampuan berpikir, daya ingat, dan pemecahan masalah yang berkurang
menyebabkan lansia kesulitan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, bahkan
dalam aktivitas rutin yang sebelumnya dapat dilakukan dengan mudah
(Kusumowardani,A.,2017)
Terapi kognitif merupakan bentuk terapi non farmakologi yang dilakukan
pada lansia untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap lansia agar mampu
bertahan dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan
lansia dapat tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem penduduk
yang ada ketika menjalani terapi. Terapi kognitif yang sering digunakan yaitu
Life Review dengan modifikasi permainan ular tangga. Terapi ini berlangsung
lebih kurang 12 – 16 sesi. Peneliti menggunakan permainan ular tangga yang
terbuat dari papan catur yang sudah dimodifikasi dengan mencantumkan kegiatan
atau peristiwa yang dialami lansia. Media ini terbuat dari bahan plastic yang
tentunya dapat bertahan lama sehingga bisa digunakan oleh lansia sewaktu-waktu
untuk melatih ingatannya.
Penilaian fungsi kongnitif pada lansia menggunakan Mini-Mental State
Examination (MMSE). MMSE ini merupakan pemeriksaan status mental singkat
dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat
dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan
fungsi kognitif. MMSE digunakan untuk menguji aspek kognitif yang terdiri dari
fungsi mental: orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali, dan
kemampuan bahasa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melengkapi dan menilai,
tetapi tidak dapat digunakan sebagai diagnostik, namun berguna untuk mengkaji
kemajuan klien (Surnaryo, 2017).
Fungsi kognitif dikatakan normal jika nilai yang diperoleh adalah 24-30,
dikatakan gangguan ringan jika nilai yang diperoleh adalah 17-23, dan dikatakan
gangguan berat jika nilai yang diperoleh adalah 0-16 (Surnaryo, 2017). Fungsi
kognitif ini akan dinilai sebelum dan sesudah permainan. Dari penilaian tersebut
dapat diketahui secara dini terkait fungsi kognitifnya sehingga dapat
mengantisifasi pada kondisi yang lebih buruk yaitu terjadinya dimensia yang
berdampak pada kwalitas hidup lansia.
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini, peneliti akan membahas latar belakang, tujuan penelitian, permasalahan,
asumsi/hipotesa, skema penelitian, pencapaian target dan definisi istilah-istilah
Beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi penurunan kognitif salah
satunya dengan terapi modalitas. Terapi Modalitas merupakan bentuk terapi non farmakologi
yang dilakukan pada lansia untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap lansia agar mampu
bertahan dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan lansia dapat
tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem penduduk yang ada ketika menjalani
terapi modalitas..Terapi modalitas yang sering digunakan yaitu terapi modalitas Life
Reviewdengan modifikasi permainan ular tangga. Permainan ular tangga merupakan metode
bermain yang menggunakan dadu untuk menentukan beberapa langkah cara yang harus
dijalani. Permainan ini sangat ringan dan sangat mudah dimengerti karena permainan ular
tangga sangat sederhana, yang memiliki fungsi untuk meningkatkan pemahaman dan
8
memperkuat ingatan. (Satiya,2012, dalam(Sunaryo, 2017). Dari data demografi klien di Dinas
Sosial Pusat Layanan Sosial Lanjut Usia Mappakasunggu Maros (bulan Desember 2018) jumlah
lanjut usia berjumlah 97 orang, dan 30 orang diantaranya mengalami gangguan kognitif ringan
sampai sedang.
Sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka salah satu upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan kualitas hidup lansia dengan melakukan terapi modalitas dengan modifikasi
permainan ular tangga, terapi modalitas diberikan karena terapi modalitas dapat
memperlambat kemunduran, membantu adaptasi dengan situasi yang sekarang, menimbulkan
kesadaran terhadap salah satu perilaku klien, mengurangi gejala, mempengaruhi keterampilan
merawat diri sendiri, meningkatkan aktifitas, dan meningkatkan kemandirian lansia. Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas terapi modalitas modifikasi permainan ular tangga
untuk meningkatkan kognitif lansia di Dinas Sosial Pusat Layanan Sosial Lanjut Usia
Mappakasunggu Pare-Pare
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi yang jelas dan lengkap tentang
gangguan kognitif pada lansia. Rendahnya kwalitas hidup lansia dilihat dari gangguan kognitif yang
berdampak pada aktifitas sehari- harinya yang tentunya mempengaruhi keluarga. Penelitian ini
akan sangat berguna bagi pihak Pusat Layanan Sosial Lanjut Usia Mappaka Sunggu Marosdi
Sulawesi Selatan untuk dapatmendeteksi secara dini gangguan yang dialami oleh lansia sehingga
lansia bisa mandiri dan produktif. Mengingat penelitian tentang fungsi kognitif dengan terapi
bermain ulartangga ini belum pernah dilakukan pada lansia , maka penelitian ini akan menjadi
sumbangan bagi para peneliti berikutnya serta memperkaya referensi yang sudah pernah ada
sebelumnya.
Untuk mencapai tujuan ini, peneliti akan meneliti 60 responden/ lansiayang mengalami
gannguan kognitif. Penelitian ini akan menggunakan alat test yang sudah diverifikasi dan yang telah
diuji realibilitasnya. Instrumen tersebut adalah Mini mental state examination(MMSE)
1.3. Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah pertanyaan berikut:
9
1) Apakah karakteristik demografi Lansia ditinjau dari:
a. Gender
b. Tingkat pendidikan
c. Riwayat pekerjaan
2) Apakah ada perbedaan signifikan fungsi kognitif lansia berdasarkan karaktristik lansia
tersebut
3) Apakah ada dampak dari terapi bermain ulartangga tersebut pada lansia.
1.4. Asumsi/hipotesa
Asumsi penelitian ini : Ada perbedaan signifikan kognitif lansia sebelum dan sesudah terapi
modalitas bermain ular tangga
Gangguan ringan
Fungsi
Terapi modalitas
Lansia kognitif Fungsi
bermain ular tangga
Kognitif
Gangguan sedang
Pada bagian skema, masing-masing variable akan dihubungkan satu sama lain sehingga
Pada bagian latar belakang ini, peneliti adalah dosen yang juga merupakan peneliti
10
No Jenis Luaran Indikator Capaian
1 Publikasi ilmiah di jurnal nasional (ber ISSN) draft
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian tinjauan pustaka, peneliti akan membahas beberapa hal yang berkaitan
dengan literatur, yaitu: fungsi kognitif lansia , terapi modalitas
12
Modifikasi ular tangga sebagai alat terapi modalitas life review diharapkan dapat
membantu meningkatkan kembali kemampuan kognitif dalam mengingat sesuatu serta
meningkatkan interaksi dan sebagai terapi yang juga dapat mempertahankan gerak aktif
pada lansia.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh (Yuliastuti C, Kirana SAC, 2017)dengan
judul penelitian Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia Melalui Terapi Modalitas Life Review
Menggunakan Snakes Ladders Game. Terapi modifikasi Snakes Ladders Game ini diberikan
selama 2 bulan dengan pelaksanaan 2 minggu sekali.Tiap kali pertemuan berlangsung
selama 60 menit dan dilakukan maksimal 5 orang dalam 1 kali bermain. Pada data awal
sebelum diberikan terapi modalitas Life Review menggunakan perawatan menggunakan
modifikasi Snakes Ladders Game didapatkan hasil 12 orang (27.3%) demensia ringan, hasil
setelah pemberian terapi meningkat menjadi 21 orang (47.7%), demensia sedang sebelum
pemberian terapi modalitas Life Review menggunakan modifikasi Snakes Ladders Game
sebanyak 17 orang (38.6%) dan setelah pemberian terapi menjadi 10 orang (22.7%),
demensia berat sebelum pemberian terapi modifikasi Snakes Ladders Game didapatkan 15
orang (34.1%) dan sesudah pemberian terapi modifikasi Snakes Ladders Game mengalami
penurunan menjadi 13 orang (29.5%). Kesimpulan bahwa lansia yang mengalami demensia
ringan mengalami peningkatan sebanyak 10 orang (5,9%), demensia sedang ada 7 orang
(4,13%) yang mengalami perubahan menjadi demensia ringan, sedangkan demensia berat
ada 2 orang (1,18%) yang mengalami perubahan menjadi demensia ringan.
NO KEGIATAN
Defenisi :
13
standar. Setiap orang dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan
jumlah kotak, ular, dan tangga yang berlainan (Istiqomah, 2018)
Tujuan :
1. Tujuan Umum
Melatih otak sehingga dapat meningkatkan daya ingat pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Melatih daya ingat dengan bermain ular tangga.
b. Menciptakan suasana relaks dan menyenangkan.
c. Membina hubungan sosialisasi sesama lansia.
d. Lansia dapat memahami tujuan dan manfaat bermain ular tangga
(Muhammad, 2016)
Indikasi :
I Persiapan Perawat :
Jelaskan tujuan dan manfaat permainan ular tangga (Hasan, M. I., 2016).
III Persiapan Lingkungan :
Siapkan lingkungan yang aman dan nyaman untuk lansia sesuai dengan
kebutuhan.
IV Persiapan Alat :
Salam terapeutik
VI Langkah kerja :
14
urutan bermain;
2. Menentukan urutan bisa menggunakan cara “Hompimpa”;
3. Pemain yang mendapat urutan pertama melempar dadu dan bermain
dahulu;
4. Pemain pertama menjalankan bidaknya menuju kotak yang sesuai
dengan mata dadu yang diperoleh ketika melakukan pelemparan;
5. Setelah selesai, dilanjutkan pemain kedua dan selanjutnya sesuai
dengan urutan;
6. Ketika bidak berhenti pada kotak yang terdapat gambar tangga, pemain
harus menjalankan bidaknya mengikuti tanda panah tersebut;
7. Jika pemain mendapatkan gambar tangga, ia berhak melempar dadu
kembali;
8. Jika bidak behenti pada satu kotak maka pemain harus mejawab
pertanyaan yang diberikan fasilitator sesuai dengan gambar yang ada
dikotak tersebut.
9. Apabila bidak berhenti pada kotak yang terdapat bidak pemain lain,
bidak pemain yang pertama kali di kotak tersebut tertabrak dan harus
mengulang kembali ke kotak START;
10. Ketika pemain berada diantara 7 kotak terakhir, ia akan menjadi
pemenang apabila memperoleh mata dadu yang sesuai dengan kotak
yang ia tempati. Namun jika pemain tersebut mendapat mata dadu
yang berbeda dengan kotak yang ia tempati, ia harus menjalankan
bidaknya ke kotak depannya sesuai dengan mata dadu;
11. Jika kotak di depannya tidak ada yang sesuai, ia harus mundur
kebelakang satu kotak;
12. Pemain yang memenangkan permainan menjalankan bidaknya ke kotak
FINISH
15
perilaku yang diancang untuk mengatasi gejala depresi. Dalam beberapa penelitian, tetapi
ini sama efektifnya dengan terapi antidepresan (Glod, 1998, dalam Setyoadi, 2011)
b. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap uji realitas.
c. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien mengubah cara berpikir
atau mengembangkan pola pikir yang rasional.
d. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang maladaptif, pikiran
yang menganggu secara otomatis, serta proses pikir tidak logis yang dibesar-besarkan.
Berfokus pada pikiran individu yang menentukan sifat fungsionalnya (Videbeck, 2008,
dalam Setyoadi, 2011).
e. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan. Tanda dan gejala depresi
dihilangkan melalui usaha yang sistematis yaitu mengubah cara berpikir maladaptif dan
otomatis. Dasar pendekatannya adalah suatu asumsi bahwa kepercayaan – kepercayaan
yang mengalami distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan dapat menyebabakan
depresi. Klien harus menyadari kesalahan cara berpikirnya. Kemudian klien harus belajar
cara merespon kesalahan cara berpikirnya. Kemudian klien harus belajar cara merespon
kesalahan tersebut dengan cara yang lebih adaptif. Dengan perspektif kognitif, klien dilatih
untuk mengenal dan menghilangkan pikiran – pikiran dan harapan – harapan negatif. Cara
lain adalah dengan membantu klien mengidentifikasi kondisi negatif, mencarikan alternatif,
membuat skema yang sudah ada menjadi lebih fleksibel, dan mencari kognisi perilaku baru
yang lebih adaptif.
f. Membantu menargetkan proses berpikir serat perilaku yang menyebabkan dan
mempertahankan panik atau kecemasan. Dilakukan dengan cara penyuluhan klien,
restrukturisasi kognitif, pernapasan rileksasi terkendali, umpan balik biologis,
mempertanyakan bukti, memeriksa alternatif, dan reframing
g. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan obsesif
kompulsif dan selanjutnya mencegah responnya. Misalnya dengan cara pelimpahan atau
pencegahan respon, mengidentifikasi, dan merestrukturisasi distorsi kognitif melalui
psikoedukasi.
h. Membantu individu mempelajari respon rileksasi, membentuk hirarki situasia fobia, dan
kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya sambil tetap mempertahankan
respons rileksasi misalnya dengan cara desensitisasi sistematis. Restrukrisasi kognitif
bertujuan untuk mengubah persepsi klien terhadap situasi yang ditakutiya.
16
i. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil bertahan hidup dan
bukan sebagai korban, misalnya dengan cara restrukrisasi kognitif.
j. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi sistem keyakinan yang salah.
k. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk
meningkatkan aktivitas sosialnya.
l. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan – pesan internal (Setyoadi, 2011)
17
(b) Mengonsolidasikan pembelajaran melalui tugas – tugas terapi sendiri(Setyodi &Kushariyadi ,
2011).
18
Jumlah
Interprestasi :
Salah 0 – 3 : fungsi intelektual utuh.
Salah 4 – 5 : fungsi intelektual kerusakan ringan.
Salah 6 – 8 : fungsi intelektual sedang.
Salah 9 – 10 : fungsi intelektual berat.
19
b) Mini Mental State Exam (MMSE)
Penilaian kongnitif pada lansia menggunakan penilaian Mini-Mental State Exam (MMSE).Mini-Mental
State Exam (MMSE) merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan yang
telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan
mengikuti perkembangan gangguan fungsi kognitif.Mini-Mental State Exam (MMSE) digunakan
untuk menguji aspek kognitif dari fungsi mental: orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi,
mengingat kembali, dan bahasa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melengkapi dan menilai, tetapi
tidak dapat digunakan diagnostik, namun berguna untuk mengkaji kemajuan klien (Sunaryo, 2017)
Table 2.3
MMSE (Mini-MentalState Exam)
20
5 Bahasa 2 1. Minta pasien menyebutkan 2 buah
benda, dan beri 1 poin setiap
jawaban benar, misalnya : jam dan
pensil.
1 2. Beri 1 poin bila kata brikut ini
dapat diulangi dengan benar “tidak,
jika, dan, atau, tetapi)
3
3. Beri 1 poin setiap tahap bila tiga
buah perintah dapat diikuti dengan
benar. “ambil kertas, lipat, dan
letakkan di lantai”.
1
4. Di atas kertas kosong, tulis “tutup
matamu” dan minta pasien untuk
menuruti apa yang ditulis.
1 5. Minta klien untuk menulis sebuah
kalimat. Kalimat harus berisi subjek
dan predikat. Beri 1 poin bila
kalimat dapat dimengerti.
6. Minta klien untuk menggambar dua
buah segi lima yang saling
1
berhimpitan. Jika benar, beri 1
poin.
To 30
ta
l
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian ini akan dibahas mengenai desain penelitian, subyek, waktu dan lokasi
penelitian, mengukur data, proses pengumpulan data, analisis data dan instrumen penelitian
Tabel 4.1
22
3.3 Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang digunakan
untuk mengukur status kognitif lansia berupa fungsi mental dengan melakukan penilainan
terhadap orientasi, registrasi, perhatian, dan kalkulasi, mengingat kembali, dan bahasa dengan
menggunakan kuesioner yang sudah baku yaitu Mini Mental Status Eximinitation (MMSE). Fungsi
kognitif dikatakan normal jika nilai yang diperoleh adalah 24-30, dikatakan ringan jika nilai yang
diperoleh adalah 17-23, dan dikatakan berat jika nilai yang diperoleh adalah 0-16 (Sunaryo, 2017).
Untuk terapi terapi modalitas peneliti menggunakan permainan ular tangga yang terbuat dari
papan catur yang sudah dimodifikasi dengan mencantumkan kegiatan atau peristiwa yang dialami
lansia. Media ini terbuat dari bahan plastic yang tentunya dapat bertahan lama sehingga bisa
digunakan oleh lansia sewaktu-waktu untuk melatih ingatannya.
Pada bagian ini, penelitian akan menjelaskan mengenai estimasi biaya penelitian dan rencana
kegiatan penelitian.
4.1. Biaya Penelitian.
Estimasi biaya yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
23
Rekapitulasi Anggaran Penelitian
Tabel 1:
24
Jadwal Kegiatan
Tabel 2:
Minggu
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Proposal
2 Persiapan
Pengumpulan data
3
Pegumpulan data
4 Analisa Data
5 Finishing
25
DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah. (2018). Penerapan Metode Bermain Mellaui Ular Tangga Dalam Mengembangkan Kognitif
Anak Usia 5-6 Tahun di Paud Sriwijaya Lampung Timur. (1), 430–439.
Kusumowardani. (2017). Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Kemampuan Kognitif Lansia Di Desa Ngesrep
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2), 168–178.
Mongisidi, R., Tumewah, R., & Kembuan, M. A. H. N. (2013). Profil Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia
di Yayasan-Yayasan Maula di Kecamatan Kawangkoan. E-CliniC, 1(1). Retrieved from
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/3297
Muhammad (2016). Standar Prosedur OPrasional Meningkatkan Kongnitif pada lansia dengan Bermaian
Ular Tangga. https://www.scribd.com/document/
Pusat Data dan Informasi . (2017). Analisis Lansia di Indonesia. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta Selatan
Rakhmawati. (2017). Hubungan Gangguan Penglihatan Dengan Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-Hari
Pada Lansia Di Desa Karangpucung Kabupaten Purbalingga. Skripsi: Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Retrieved from http:/repository.ump.ac.id/id/eprint/4599
Setyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada KLien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Subdirektorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial. 2011. Statistik Penduduk Lanjut Usia
Provinsi Sulawesi Selatan 2010. Badan Pusat Statistik : Jakarta – Indonesia
Yuliastuti C, Kirana SAC, F. I. (2017). Lansia Melalui Terapi Modalitas Life Review Menggunakan. 319–
325.
Lampiran-Lampiran
26
(Jam/Minggu) Tahun (Rp)
Ketua 8.500 12 22 2.244.000
Anggota 1 8.000 10 20 1.600.000
SUBTOTAL (Rp) 3.844.000
2. Pembelian bahan habis pakai
28
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Pengusul dan Pembagian Tugas
29
Biodata Ketua Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Rosmina Situngkir,Ns,M.Kes
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional -
4 NIP/NIK/Identitas lainnya
5 NIDN 0925117501
6 Tempat dan Tanggal Lahir Aek nabara 25 Nopember 1975
7 E-mail Rosmina76stkr@yahoo.co.id
9 Nomor Telepon/HP 082188337373
1 Alamat Kantor Jl. Maipa No. 19 Makassar
0
1 Nomor Telepon/Faks 0411854808
1
1 Lulusan yang Telah Dihasilkan
2
1. Keperawatan Gerontik
2. Keperawatan Keluarga
13. Mata Kuliah yg Diampu 3. Pendidikan Kesehatan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama STIK Famika Makassar Universitas Indonesia -
Perguruan Timur
Tinggi
Bidang Ilmu Keperawatan Kesehatan -
Masyarakat
Tahun Masuk- 2009-2010 2013-2015 -
Lulus
Judul Perbedaan Perilaku konsumsi Analisis Faktor yang -
Skripsi/Tesis/ sayur pada Mahasiswa Diploma berhubungan dengan
Disertasi III Keperawatan penggunaan partograf
pada pertolongan
persalinan di wilayah
kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Gowa
Nama Edison siringo-ringo. Ns,.M.Kep Prof Dr. Syahrudin -
Pembimbing/ Kadir,MSc
30
Promotor
31
3. 2016 Penyuluhan Kesehtan dan deteksi dini STIK Stella
Kanker payudara pada kelompok Maris 3.000.000
persekutuan doa kaum wanita Gereja isa
Alamasih Gowa
2. Pengaruh senam nifas pada involusio uteri pada Jurnal Vol.2, edisi 2,
ibu nifas di rs khusus ibu dan anak Siti Fatimah Mitrasehat Nopember,
Makassar 2017
32
J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan Penugasan Penelitian Dosen Pemula.
(Rosmina Situngkir,Ns,M.Kes)
33
Biodata Anggota Peneliti 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Mery Sambo,Ns,.M.Kes
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Asissten Ahli
4 NIP/NIK/Identitas lainnya -
5 NIDN 0930058102
6 Tempat dan Tanggal Lahir Ledu-Ledu, 30 Mei 1981
7 E-mail ns.merysambo@yaho.com
9 Nomor Telepon/HP +62 81342548 458
1 Alamat Kantor Jalan Maipa 19 Makassar
0
1 Nomor Telepon/Faks 0411 8942906
1
1 Lulusan yang Telah Dihasilkan 1. Ners ; 1480
2
2. Sarjana : 1553
2. DIII : 4300
13. Mata Kuliah yg Diampu 1. Keperawatan Anak
2. Pasien Safety
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Universitas Gadjah Mada -
Perguruan STIK Famika (UGM)
Tinggi
Bidang Ilmu
Keperawatan Keperawatan -
Nama Supardi, S.Kep., Ns., M.Kes Dr. I.L. Gamayanti, M.Si., Psi. -
Pembimbing/ dr. Diah V. Lestiarini Purwanta, S.Kp., M.Kes
Promotor
34
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian Sumber Jml (Juta
Rp)
1. 2019 Hubungan Dukungan Informasi Perawat Dengan Self STIK Stella 3.000.000
Efficacy Orang Tua Dalam Merawat Anak Dengan Maris
Kanker
2018 Persepsi dan Harapan Orang Tua tentang STIK Stella 5.000.000
2 komunikasi Perawat Anak di Ruang Perawatan Maris
Anak RS Stella Maris
35
Hipertensi Dan Pemeriksaan Kolesterol Di Desa Maris
Tanete Kabupaten Maros
5. Pengaruh Edukasi tentang Perawatan Metode Kanguru Jurnal Mitra Volume VIII
(PMK) terhadap self efficacy perawat dan bidan di Sehat no.1 Mei
Puskesmas Sungai Bali 2018
36
Confenrence 2015
2
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1
2
H. Perolehan HKI dalam 10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1
2
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 10 Tahun Terakhir
Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya Tempat Respon
No. yang Telah Diterapkan Tahun Penerapan Masyarakat
1
2
J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan Penugasan Penelitian Dosen Pemula.
(Rosmina Situngkir,Ns,.M.Kes)
37
38
39
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan individu baik pria atau wanita yang berada pada masa atau usia antara
anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa remaja akan mempengaruhi status kesehatan
dan gizi remaja tersebut (Sulistyoningsih, 2012). Remaja dikategorikan rentan terhadap masalah
gizi sehingga berisiko terhadap kesehatan. Pada usia remaja percepatan pertumbuhan dan
perkembangan tubuh memerlukan energi lebih banyak selain itu, pada remaja terjadi perubahan
gaya hidup dan kebiasaan yang suka mencoba-coba makanan sehingga terjadi ketidaksesuaian
asupan energi dan zat gizi lainnya (Marmi, 2013). Permasalahan gizi banyak dijumpai pada usia
remaja, diantaranya gizi lebih, obesitas, gizi kurang, anemia, pola makan yang salah dan
sebagainya.
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2010) menyatakan prevalensi gizi
kurang pada remaja usia 13-15 sebesar 10,1% terdiri dari 2,7% sangat kurus dan 7,4% kurus dan
prevalensi gizi lebih sebesar 2,5%. Di provinsi Jawa Tengah prevalensi gizi kurang mencapai
9,9% serta gizi lebih diatas prevalensi nasional yaitu sebesar 2,8%. Masalah gizi lainnya pada
anak usia sekolah khususnya remaja adalah masih rendahnya konsumsi energi dan protein
dibawah kebutuhan minimal yaitu sebesar 44,4% dan 30,6% (Depkes, 2010). Menurut penelitian
Arimurti (2012), menyatakan prevalensi kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur 2 pada usia
remaja masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 93,6% dan aktifitas fisik pada remaja masih
tergolong rendah sebesar 66,9%. Pada usia remaja lebih suka mengkonsumsi jajanan fastfood
dengan frekuensi lebih dari 7 kali per minggu (Oktaviani, 2012). Kristianti dkk (2009),
menyatakan pada remaja di Surakarta dari keseluruhan sampel yang diteliti sebanyak 75
responden lebih banyak mengkonsumsi jajanan fastfood sebesar 54,7%.
Masalah gizi yang timbul pada usia sekolah khususnya remaja dipicu oleh beberapa
faktor seperti kebiasaan makan yang buruk, pemahaman gizi yang salah, kesukaan yang
berlebihan terhadap satu jenis makanan, promosi yang berlebihan tentang produk makanan di
media masa dan maraknya produk impor makanan. Pengetahuan pangan dan gizi juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi sehingga diperlukan pendidikan gizi
secara formal maupun non formal (Sulistyoningsih, 2012). Tingkat pengetahuan pada remaja
akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan disekolah maupun
dirumah yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari
makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik dapat mempengaruhi konsumsi makanan
yang baik sehingga mencapai status gizi yang baik.
40
Penyuluhan gizi sangat penting untuk menambah pengetahuan gizi remaja sehingga perlu
diberikan penyuluhan gizi agar dapat merubah kebiasaan makan yang salah dan tidak
menimbulkan masalah gizi (Sediaoetama, 2000). Penyuluhan tentang gizi sembang masih belum
dikenal di kalangan masyarakat luas khususnya remaja maka dari itu perlu adanya sosialisasi dan
penyampaian pesan-pesan 13 pedoman umum gizi seimbang. Upaya 3 untuk meningkatkan
pengetahuan tentang gizi seimbang pada remaja memerlukan cara pendekatan yang strategis agar
tercapai secara efektif dan efisien sehingga diperlukan strategi atau metode yang tepat untuk
menyampaikan.
Metode penyuluhan kesehatan merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan
untuk menyampaikan pesan atau informasi sehingga informasi yang diberikan dapat diterima dan
dipahami dengan baik oleh audien. Berbagai media yang digunakan sebagai penunjang dan alat
bantu untuk metode penyuluhan salah satunya adalah media audiovisual yang dapat memberikan
stimulasi secara nyata berisi gambar gerak dan unsur suara dengan durasi waktu relatif pendek
yang ditayangkan dalam bentuk video (Notoatmodjo, 2007). Video merupakan media perantara
yang materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun
kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Materi
gizi seimbang dalam video dikemas berupa efek gambar yang bergerak dengan alur cerita yang
menarik serta suara sehingga memberikan gambaran yang lebih nyata.
Penelitian Erviana dkk (2012), menyatakan bahwa responden yang diberikan penyuluhan
dengan video memiliki pengetahuan baik karena informasi yang disampaikan lebih mudah
dipahami. Penyuluhan menggunakan media video mulai sering digunakan seiring dengan
perkembangan teknologi karena dinilai efektif untuk penyampaian pesan kepada masyarakat
dibandingkan dengan penyuluhan kesehatan tanpa media atau hanya dengan media ceramah,
seminar, diskusi, powert point yang sifatnya masih konvensional. 4
Hasil survey pendahuluan yang telah dilakukann pada remaja di mamasa masih
mempunyai pengetahuan gizi yang rendah serta masih banyak ditemui jajanan fastfood disekitar
sekolah yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak sehingga dapat memicu pola makan
tidak sehat dan laporan dari kepala sekaolah mengatakan banyak remaja putrid yang mengalami
anemia dan diberikan suplen penambah darah tetapi tidak diminum. Berdasarkan uraian diatas
maka penulis tertarik untuk melakukan penyuluhan tentang pengetahuan gizi seimbang pada
remaja.
41
penyuluhan dengan media video 5 c. Menganalisis perbedaan pengetahuan gizi seimbang pada
remaja sebelum dan sesudah diberi penyuluhan dengan media video. d. Menginternalisasi nilai-
nilai keislaman pada proses penelitian khususnya mengenai ayat Al-Quran yang berkaitan
dengan variabel penelitian. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Sekolah di SMP Negeri 2
kartasura Penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi pada sekolah tentang
gambaran tentang gizi seimbang pada remaja 2. Bagi Dinas kesehatan Sukoharjo Sebagai
refrerensi untuk melakukan upaya promotif dan preventif kesehatan tentang pengetahuan gizi
seimbang sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merencanakan dan menyusun
kebijakan untuk menanggulangi masalah gizi pada remaja 3. Bagi peneliti Dapat menambah
wawasan dan pengetahuan ilmu tentang gizi Seimbang pada remaja, menjadi tambahan
pengalaman praktek dilapangan serta dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan
yang berkaitan dengan gizi seimbang dengan metode penyuluhan menggunakan media video 4.
Bagi Remaja Penelitaian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada remaja tentang
pengetahuan gizi seimbang melalui komunikasi, informasi dan 6 edukasi sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai kebiasaan hidup sehat.
42