Anda di halaman 1dari 15

1.

1 PENGERTIAN SEWA GUNA USAHA (LEASING)


Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha : Sewa
guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala.
Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha
dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa
guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.
Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha
merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha adalah
barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa.
Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu:
1.1. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal ini pihak yang memiliki
hak kepemilikan atas barang
1.2. Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi pada
akhir perjanjian
1.3. Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.
Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Leasing
Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang
berkepentingan, yaitu : lessor, lessee, supplier, dan bank atau kreditor.
1.3.1. Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada
pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk
mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang
modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor
bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa
yang berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.
1.3.2. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan
pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara
berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya,
pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan harga berdasarkan
nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di
samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap
kerusakan.
1.3.3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang
untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam
mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa
melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam
operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.
1.3.4. Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak
terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan
dalam hal penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme leverage lease di
mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak supplier dalam
hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank, untuk memperoleh barang-
barang yang nantinya akan dijual sebagai objek leasing kepada lessee atau lessor.
Penggolongan Perusahaan Leasing
Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat digolongkan ke dalam 3
(tiga) kelompok, yaitu :
1. Independent Leasing Company
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing. Perusahaan
tipe ini berdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin dapat sekaligus
sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan barang modal
nasabahnya (lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai supplier atau
produsen kemudian di-lease kepada pemakai. Untuk memperoleh gambaran jelas
mengenai mekanisme leasing jenis ini dapat dilihat pada Gambar 1. Lembaga keuangan
yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, misalnya bank-bank, dapat pula disebut
sebagai lessor independent. Banyak lembaga keuangan yang bertindak sebagai lessor
tidak hanya
memberikan pembiayaan leasing kepada lessee tetapi juga memberikan pendanaan
kepada perusahaan leasing. Di samping itu lessor independen dapat pula memberikan
pembiayaan kepada supplier (manufacturer) yang sering disebut dengan vendor
program.
Pembelian Barang
Supplier Independent
Pembayaran
(Manufacturer) ( Lessor)

Angsuran Kontrak
Leasing

Lessor

Gambar 1. Independent Lessor


2. Captive Lessor
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan
leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila pihak
supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan leasing sendiri akan
dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan
menggunakan pembiayaan trasdisional.
Captive lessor ini sering pula disebut dengan twoparty lessor. Pihak pertama terdiri atas
perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary) dan pihak kedua adalah
lessee atau pemakai barang. Untuk jelasnya perhatikan Gambar 7-2.
Pembayaran
Perusahaan Subsidiary
Induk Penjualan Barang
(Manufacturer ) (Lessor )

Angsuran Kontrak
Leasing

Lessor

Gambar 2. Captive Lessor


3. Lease Broker atau Packager
Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker atau packager. Broker leasing
berfungsi mempertemukan calon lessee denngan pihak lessor yang membutuhkan suatu
barang modal dengan cara leasing. Broker leasing beasanya tidak memiliki barang atau
peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas namanya. Disamping itu
perusahaan broker leasing memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing
tergantung apa yang dibutuhkan dalam suatu transaksi leasing. Mekanisme lease broker
atau packager dapat dilihat pada Gambar 3.

Lessor

Lessor
Lessor Broker Lessor

Lessor

Gambar 3. Lease Broker


Proses Dan Mekanisme Transaksi Leasing
Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi antara lain
bidang perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi leasing yang telah dibahas
pada awal bab ini dapat disimpulkan bahwa leasing mengandung arti suatu perjanjian antara
pemilik barang (lessor) dengan pemakai barang (lessee). Mekanisme leasing tersebut
merupakan dasar-dasar dalam suatu transaksi leasing (basic lease). Pihak lessee
berkewajiban membayar sewa secara periodic kepada lessor sebagai kompensasi atas
penggunaan barang tersebut (lihat Gambar 4). Dalam definisi ini hanya dua pihak yang
terkait yaitu lessor dan lessee padahal dalam praktiknya pihak supplier merupakan pihak
yang terlibat dalam suatu mekanisme transaksi leasing (lihat Gambar 5).
Kontrak Leasing
Lessor Angsuran ( Lease Payment ) Lessor

Gambar 4. Transaksi Dasar Leasing

1.2 AKUNTANSI LEASING OLEH LESSEE

1. Metode Lease Modal (Lessee)


Jangka waktu dan provisi dari perjanjian lease tersebut dan data terkait lainnya sebagai berikut:
1. Jangka waktu lease adalah 5 tahun ,dan perjanjian lease tidak dapat dibatalkan,yang
mengharuskan pembayaran sewa yang sama sebesar $25.981,62 pada awal setiap
tahun( dasar anuitas jatuh tempo)
2. Peralatan tersebut memiliki nilai wajar pada awal lease sebesar $100.000 dengan
estimasi umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu.
3. Sterling membayar seluruh biaya executory secara langsung kepada pihak ketiga
kecuali untuk pajak properti sebesar $2.000 pertahun,yang dimasukan dalam pembayaran
tahunan pada lessor.
4. Lease ini tidak mencakup opsi pembaruhan,dan peralatan kembali menjadi milik
Caterpillar pada akhir masa lease.
5. Suku bunga pinjaman inkremental sterling adalah 11% pertahun .
6. Sterling menyusutkan peralatan serupa miliknya atas dasar garis lurus
7. Caterpillar menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat pengembalian atas
investasi sebesar 10% pertahun
Lease ini memenuhi kriteria untuk diklasifikasi sebagai lease modal alasan sbb:
1. Jangka waktu lease selama 5 tahun yang sama dengan estimasi umur ekonomis peralatan
selama 5 tahun ,memenuhi pengujian 75%.
2. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimun ($100.000 sebagaimana di hitung di
bawah) melebih 90% dan nilai wajar properti($100.000)
Pembayaran lease minimun adalah $119.908,10($23.981,62 x 5), dan jumlah yang
dikapitalisasi sebagai aktiva yang di lease di hitung sebagai nilai sekarang dari pembayaran
lease minimun(tidak termasuk biaya executory pajak properti sebesar $2.000) sbb:
Jumlah yang dikapitalisasi = ($25.981,62-$2.000) x Nilai sekarang
anuitas jatuh tempo
sebesar 1 selama 5
periode pada 10%

= $23.981,62 x 4, 16986
= $100.000

Suku bunga implitsit lessor sebesar 10% yang digunakan ,bukan suku bunga pinjaman
inkremental lessee sebesar 11% karena (1) nilainya lebih rendah dan (2) lessee mengetahui
suku bunga ini
Ayat jurnal untuk mencatat lease modal pada pembukuan sterling per 1 januari 2008
adalah;
peralatan yang dilease menurut lease modal 100.000
kewajiban lease 100.000
Jurnal diatas mencatat kewajiban pada jumlah bersih sebesar $100.000 (nilai sekarang
dari pembayaran sewa masa depan) dan bukann jumlah kotor sebesar $
119.908,10($23.981,62 x 5).
Jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama per 1 jan 2008 adalah;
beban pajak properti 2.000,00
kewajiban lease 23.981,62
kas 25.981,62
STERLING CONSTRUCTION
SKEDUL AMORTISASI LEASE
(DASAR ANUITAS JATUH TEMPOH)

Pembayaran Bunga (10%) Pengurangan


Biaya Kewajiban
Tanggal Lease Atas kewajiban
Executor (b) Lease (e)
Tahunan (a) kewajiban (c) Lease (d)

1/1/08 $100.000,00

1/1/08 $ 25.981 ,62 $2.000 $ -0- $ 23.981,62 76.018,38

1/1/09 25.981,62 2.000 7.601,84 16.379,78 59.638,60

1/1/10 25.981,62 2.000 5.963,86 18.017,76 41.620,84

1/1/11 25.981,62 2.000 4.162,08 19.819,54 21.801,30

1/1/12 25.981,62 2.000 2.180,32* 21.801,30 -0-

$129.908,10 $10.000 $19.908,10 $100.000,00

(a) Pembayaran lease seperti diwajibkan oleh lease.


(b) Biaya executory dimasukan dalam pembayaran sewa
(c) 10% dari saldo sebelumnya(e) kecuali untuk 1/1/08 ; karena ini merupakan anuitas jatuh
tempoh ,maka tidak ada waktu yang berlalu pada tanggal pembayaran pertama dan tidak
ada bunga akrual.
(d) (a) dikurangi (b) dan (c).
(e) Saldo sebelumnya dikurangi (d) dibulatkan sebesar 19 sen
Pada akhir tahun fiskal lessee company,31 des 2008 ,bunga akrual (accrued interest) dicatat
sbb;
beban bunga 7.601,84
hutang bunga 7.601,84
Penyusutan atas peralatan yang dilease selama 5 tahun jangka waktu lease,dgn
menggunakan kebijakan penyusutan normal sterling(metode garis lurus),menghasilkan ayat
jurnal berikut per 31 des 2008;
beban penyusutan─lease modal 20.000
akumulasi penyusutan─lease modal 20.000
($100.000÷5 tahun)
Pada tanggal 31 des 2008, aktiva yang dicatat menurut lease modal telah diidentifikasi
secara terpisah pada neraca lessee.
Transaksi lease pada tgl 31 des 2008 akan disajikan sebagai berikut

kewajiban lancar
utang bunga $ 7.601,84
kewajiban lease 16.379,78
kewajiban tidak lancar
kewajiban lease $ 59.638,60

Ayat ju rnal untuk mencatat pembayaran lease per 1 jan 2009 adl sbb;
beban pajak properti 2.000,00
hutang bunga 7.601,84
kewajiban lease 16.379,78
kas 25.981,62
Pada saat berakhirnya masa lease,jumlah yang dikapitalisasi sebagai peralatan yang
dilease telah seluruhnya diamortisasi dan kewajiban lease telah seluruhnya dilunasi. Jika
peralatan dibeli pada akhir masa lease dengan harga $ 5.000 dan estimasi umur peralatan di ubah
dari 5 menjadi 7 tahun. Ayat jurnal di buat sbb
peralatan ($ 100.000+ $ 5.000) 105.000
akumulasi penyusutan ──lease modal 100.000
peralt yang dilease menurut lease modal 100.000
akumulasi penyust.─peralatan 100.000
kas 5.000
2. Metode Operasi (Lessee)
Dalam metode operasi,beban sewa (dan kewajiban yang berhubungan) harus diakturalkan
dari hari ke hari ke lessee ketika properti digunakan. Lessee membebankan sewa ke periode-
periode yang memperoleh manfaat dari penggunaan aktiva dan mengabaikan ,dalam
akuntansi,setiap komitmen untuk melakukan pembayaran masa depan.
Perbandingan lease modal dengan lease operasi
Lease diklasifikasikan sebagai lease operasi, maka beban tahun pertama akan menjadi $
25.981,62 ,yaitu jumlah pembayaran sewa.
Walaupun total beban operasi selama jangka waktu lease adalah sama baik apakah lease
diperlakukan sebagai lease modal maupun lease operasi,namun menurut perlakuan lease modal
beban akan lebih besar di tahun-tahun awal dan lebih rendah di tahun-tahun terakhir.

STERLING
CONSTRUCTION SKEDUL
BEBAN OPERASI
Lease modal vs .lease operasi
tanggal penyusutan Biaya bunga Total Beban perbedaan
executory beban lease
operasi

2008 $20.000 $ 2.000 $7.601,84 $ 29.601,84 $25.981,62 $ 3.620,22

2009 20.000 2.000 5.963,86 27.963,86 25.981,62 1.982,24

2010 20.000 2.000 4.162,08 26.162,08 25.981,62 180,46

2011 20.000 2.000 2.180,32 24.180,32 25.981,62 (1.801,30)

2012 20.000 2.000 --- 22.000,00 25.981,62 (3.981,62)

$100.000 $10.000 $19.908,1 $129.908,10 $129.908,10 $ -0-


0
Jika digunakan metode penyusutan dipercepat,maka perbedaan antara jumlah beban
operasi menurut kedua metode tersebut akan semakin besar di tahun –tahun awal dan
akhir.penggunaan pendekatan lease modal akan mengakibatkan aktifa dan kewajiban terkait
sebesar $100.000 dilaporkan pada pertama kali pada neraca.tidak ada aktifa dan kewajiban .
perbedaan –perbedaan akan terjadi jika lease modal dan bukan lease operasi yang
digunakan ;
1. Kenaikan jumlah hutang yang dilaporkan (baik jangka pendek maupun jangka panjang)
2. Kenaikan jumlah total aktiva (terutama aktiva jangka panjang ),dan
3. Laba yang rendah pada awal masa lease dan karenanya,laba ditahan menjadi lebih rendah.
Jadi,banyak perusahaan percaya bahwa lease modal memiliki dampak yang merugikan
terhadap posisi keuangan perusahaan karena rasio hutang terhadap total ekuitas meningkat
dan
tingkat pengembalian atas total aktiva menurun.

1.3 PENYAJIAN DAN ANALISIS TRANSAKSI LEASING


1. Perlakuan Akuntansi oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee)

a. Capital Lease
1. Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban
pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna
usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada
akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna
usaha dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan
beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban
penyewa guna usaha.
2. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa
guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha atau
tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha.
3. Aktiva yang disewagunausaha harus diamortisasi dalam Jumlah yang wajarberdasarkan
taksiran masa manfaatnya.
4. Kalau aktiva yang disewagunausaha dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha,
maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban dibebankan
atau dikreditkan pada tahun berjalan.
5. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka panjang
sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha.
6. Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sales and leaseback) maka
transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi
penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva
yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan.
Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara
proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewagunausaha apabila leaseback
merupakan capital lease atau secara proporsional dengan biaya sewa apabila leaseback
merupakan operating lease.
b. Sewa Menyewa Biasa (Operating Lease)
Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui
dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran
sewa guna usaha dilakukan dalam Jumlah yang tidak sama setiap periode.
2. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha oleh Penyewa Guna Usaha
(Lessee)
a. Capital Lease
1. Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban
pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna
usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada
akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna
usaha dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan
beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban
penyewa guna usaha.
2. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa
guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha atau
tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha.
3. Aktiva yang disewagunausaha harus diamortisasi dalam Jumlah yang wajarberdasarkan
taksiran masa manfaatnya.
4. Kalau aktiva yang disewagunausaha dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha,
maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban dibebankan
atau dikreditkan pada tahun berjalan.
5. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka panjang
sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha.
6. Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sales and leaseback) maka
transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi
penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva
yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan.
Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara
proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewagunausaha apabila leaseback
merupakan capital lease atau secara proporsional dengan biaya sewa apabila leaseback
merupakan operating lease.
b. Sewa Menyewa Biasa (Operating lease)
Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan
dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran
sewa guna usaha dilakukan dalam Jumlah yang tidak sama setiap periode.
3. Perlakuan Akuntansi oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha (Lessor)
a. Finance Lease
1. Penanaman neto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat
sebagai penanaman neto sewa guna usaha. Jumlah penanaman neto tersebut terdiri dari
Jumlah piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang akan diterima oleh
perusahaan sewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha dikurangi dengan
pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income), dan simpanan
jaminan (security deposit).

2. Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan harga
perolehan aktiva yang disewagunausahakan diperlakukan sebagai pendapatan sewa guna
usaha yang belum diakui (unearned lease income).

3. Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten
sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat pengembalian berkala
(periodic rate of return) atas penanaman neto perusahaan sewa guna usaha.

4. Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa guna usaha
sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara harga jual dengan
penanaman neto dalam sewa guna usaha pada saat penjualan dilakukan harus diakui dan
dicatat sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan.

5. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi Sewa Guna Usaha harus
diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.
b. Operating lease
1. Barang modal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva
sewa guna usaha berdasarkan harga perolehan.

2. Pembayaran sewa guna usaha (lease payments) selama tahun berjalan yang diperoleh dari
penyewa guna usaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus
diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa guna usaha,
meskipun pembayaran sewa guna usaha mungkin dilakukan dalam Jumlah yang tidak sama
setiap periode.

3. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan harus dilakukan dalam Jumlah yang layak
berdasarkan taksiran masa manfaatnya.

4. Kalau aktiva yang disewagunausahakan dijual maka perbedaan antara nilai buku dan harga
jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun berjalan.

4. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha oleh Perusahaan Sewa
Guna Usaha
a. Finance lease
1. Aktiva dilaporkan berdasarkan urutan likuiditasnya, kewajiban dilaporkan berdasarkan
urutan jatuh temponya tanpa mengelompokkan ke dalam unsur lancar dan tidak lancar
(unclassified balance sheet).
2. Penanaman neto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus dilaporkan dalam neraca.
3. Laporan laba rugi disajikan sedemikian rupa sehingga seluruh pendapatan dilaporkan
dalam kelompok yang terpisah dari kelompok biaya (single step). Pendapatan sewa guna
usaha harus dilaporkan sebagai komponen utama dalam kelompok Pendapatan.
4. Jumlah penanaman neto dan pendapatan sewa guna usaha dalam sewa guna usaha sindikasi
dan leveraged leases harus dilaporkan oleh masing-masing pihak secara proposional sesuai
dengan penyertaannya.
5. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan
mengenai hal-hal sebagai berikut:
 Kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan transaksi sewa guna
usaha.
 Jumlah pembayaran sewa guna usaha paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya.
 Sifat dari simpanan jaminan yang merupakan kewajiban perusahaan sewa guna usaha
kepada penyewa guna usaha.
 Piutang sewa guna usaha yang dijaminkan kepada pihak ketiga.
 Sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases.

b. Operating Lease

1. Barang modal yang disewagunausahakan dilaporkan berdasarkan harga perolehan setelah


dikurangi dengan akumulasi penyusutannya.
2. Aktiva yang disewagunausahakan dilaporkan secara terpisah dari aktiva tetap yang tidak
disewagunausahakan.
3. Perhitungan rugi laba harus disusun sedemikian rupa sehingga seluruh pendapatan
dilaporkan dalam kelompok yang terpisah dari kelompok biaya (singlestep). Pendapatan
sewa guna usaha harus dilaporkan sebagai komponen utama dalam kelompok pendapatan.
4. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan dilaporkan secara terpisah dari penyusutan
aktiva yang tidak disewagunausahakan .
5. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan
mengenai hal-hal sebagai berikut:
 Kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan transaksi sewa guna
usaha.
 Jumlah pembayaran sewa guna usaha paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya.
 Sifat dari simpanan jaminan (jika ada)
 Aktiva yang disewagunausahakan yang dijaminkan kepada pihak ketiga.
 Sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases.
DAFTAR PUSTAKA

Fitrianda, Marissa. tt. Sewa Guna Usaha (Leasing). Tersedia pada


https://www.academia.edu/ diakses pada tanggal 17 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai