Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

            Terbukanya dunia global diantara bangsa-bangsa bukan merupakan hal positif saja yang
dapat diperoleh, melainkan dampak negatif pun harus dinikmati. Bermula dengan meluasnya
ekonomi dan bisnis internasional dan terbuka lebar di belahan dunia, semakin mendorong
terjadinya resiko bisnis yang semakin besar. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena memang
transaksi atas kegiatan ekonomi dan bisnis global banyak dipengaruhi oleh banyak faktor yang
tidak pasti, misalnya saja kurs mata uang.
            Kurs mata uang merupakan faktor penting yang menetukan harga sebuah transaksi antar
Negara yang melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis. Ketika nilai kurs (dollar) menguat, maka
akan memberikan sinyal bagi negara-negara yang melakukan transaksi dengan mata uang dollar
akan mengurangi impornya atau transaksinya, kondisi ini akan merugikan bagi importir.
                 Kurs mata uang memang krusial posisinya dalam transaksi internasional sehingga
beberapa pelaku bisnis memberikan solusi dengan melakukan kontrak derevatif, dimana hal ini
akan menjawab ketidakpastiaan bisnis yang selama ini menjadi polemik diantara mereka.
Kontrak derevatif melalui lindung nilai akan mengurangi resiko bisnis karena kontrak ini akan
memberikan jaminan bagi pelaku bisnis atas pergerakan kurs mata uang yang terjadi.       
            Risiko perubahan kurs mata uang asing bagi perusahaan multinasional berdampak pada
tingkat profitabilitas, arus kas bersih, dan nilai pasar perusahaan. Atas risiko perubahan kurs
tersebut, perusahaan dapat melakukan lindung nilai dengan menggunakan instrumen kontrak
forward valas. Pemahaman aspek pajak dari derivatif dan lindung nilai ini sangat perlu dikuasai
oleh para praktisi di lapangan.
            Perusahaan yang melakukan transaksi lintas negara (cross-border) terutama ekspor-impor
pada umumnya akan dihadapkan pada risiko perubahan kurs mata uang asing, atau memiliki
eksposur mata uang asing (foreign exchange exposure). Risiko perubahan kurs tersebut
mempunyai dampak potensial pada tingkat profitabilitas, aruskas bersih dan nilai pasar
perusahaan.

1
            Yang menjadi pertanyaan penting adalah apa yang akan terjadi pada suatu perusahaan
jika kurs mata uang asing mengalami perubahan? Menurut Eiteman, Stonehill dan Moffett,
terdapat 3 (tiga) tipe risiko perubahan kurs mata uang asing, yaitu transaksi, operasional dan
translasi.
            Eksposur transaksi (transaction exposure) disebutkan untuk mengukur perubahan dalam
nilai piutang atau kewajiban keuangan yang belum jatuh tempo atau dibayar, yang timbul
sebelum perubahan dalam kurs mata uang asing tertentu, sampai dengan dibayar atau
pelunasan di mana telah terjadi perubahan kurs mata uang asing tertentu. Dengan demikian, ia
terkait dengan perubahan dalam arus kas yang berasal dari kewajiban kontraktual yang sudah
ada, atau arus kas di masa depan yang sudah terikat dalam suatu kontrak atau perjanjian
(contractual future cash flows). Risiko ini pada umumnya terjadi pada piutang dagang dan utang
dagang dalam mata uang asing.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah apa saja
ruang lingkup transaksi dalam mata uang asing, derivatif dan lindung nilai?

1.3. TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Akuntansi Keuangan dan sebagai pengingat di kala lupa bagi pembaca pada umumnya serta
untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi disekitar kita terkait pembahasan ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PSAK 10 Transaksi Mata Uang Asing


            Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign
activities) dalam dua cara yakni melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki
kegiatan usaha luar negeri (foreign operations). Untuk memasukkan transaksi dalam valuta asing
pada laporan keuangan suatu perusahaan, transaksi tersebut harus dinyatakan dalam mata uang
pelaporan perusahaan.
            Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang meliputi
penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs vauta
asing dalam laporan keuangan.

2.1.1 Ruang Lingkup


            Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk transaksi dalam valuta asing.
Dimana pernyataan ini mengatur akuntansi hedge sebatas selisih kurs dalam transaksi hedge.
Aspek lain dari akuntansi hedge diatur dalam standar akuntansi keuangan terkait.
            Pernyataan ini tidak mengatur tentang penjabaran laporan keuangan dari kegiatan usaha
luar negeri untuk tujuan konsolidasi, atau konsolidasi parsial, atau melalui penerapan dengan
metode ekuitas (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11 tentang Penjabaran
Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing) dan pernyataan ini tidak mengatur penyajian
laporan arus kas tentang arus kas yang bersumber dari transaksi valuta asing (lihat Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 2 tentang Laporan Arus Kas).

2.1.2 Definisi
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:
1.      Kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) adalah suatu anak perusahaan (subsidiary),
perusahaan asosiasi (associates), usaha patungan (joint venture) atau cabang perusahaan
pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara di luar negara perusahaan pelapor.
Kegiatan usaha tersebut dapat merupakan suatu bagianintegral dari suatu perusahaan pelapor
atau suatu entitas asing. Entitas asing (foreign entity) adalah suatu kegiatan usaha luar negeri

3
(foreign operation), yang aktivitasnya bukan merupakan suatu bagian integral dari perusahaan
pelapor.
2.      Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan
keuangan.
3.      Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan suatu perusahaan.
4.      Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.
5.      Selisih kurs (exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit
mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda. 
6.      Kurs penutup (closing rate) adalah nilai tukar spot pada tanggal neraca. 
7.      Investasi neto dalam suatu entitas asing adalah bagian (share) perusahaan pelapor dalam
aktiva neto suatu entitas asing. 
8.      Pos moneter adalah kas dan setara kas, aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau dibayar
yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan. 
9.      Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran
aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan
berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction).

2.1.3 Pengakuan Awal


            Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau
membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika
suatu perusahaan:
1.      Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang
asing.
2.      Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata
uang asing.
3.      Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau
4.      Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang
didenominasi dalam suatu mata uang asing.

4
            Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat
terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot
(spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering
digunakan, contohnya, suatu  kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan mungkin digunakan
untuk seluruh transaksi dalam setiap mata uang asing yang terjadi selama periode itu. Namun,
jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk satu periode tidak dapat
diandalkan.

2.1.4 Pelaporan Pada Tanggal Neraca Berikutnya


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada setiap tanggal neraca:
1.      Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang
rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam
menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai
indikator yang obyektif.
2.      Pos non- moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi
tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi, dan
3.      Pos non- moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan
dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.

            Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai dengan standar akuntansi yang relevan.
Misalnya, instrumen keuangan dan properti tertentu (investasi yang dilakukan Dana Pensiun),
mungkin dinilai pada nilai wajar atau pada biaya historis. Apakah nilai tercatat ditentukan
berdasarkan biaya historis atau nilai wajar, nilai yang ditentukan untuk pos valuta asing
dilaporkan pada mata uang pelaporan sesuai dengan Pernyataan ini.

Untuk setiap tanggal neraca:


1.      Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang
rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca;
2.      Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi
tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi; dan

5
3.      Pos non- moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan
dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.

2.1.5 Pengakuan Selisih Kurs (Recognition of Exchange Differences)


            Pernyataan ini mengatur akuntansi hedge sebatas selisih kurs dalam transaksihedge.
Aspek lain dari akuntansi hedge diatur dalam standar akuntansi keuangan terkait. Kecuali untuk
selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca
dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam  mata uang asing dikreditkan atau
dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan.
            Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal
penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing.
Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam  suatu  periode akuntansi yang
sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan
diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs
harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk
masing-masing periode.
            Selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada
tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan
atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan.

2.1.6 Transaksi Valuta Berjangka


            Salah satu transaksi valuta berjangka  SWAP  adalah transaksi pertukaran dua valuta
asing melalui  pembelian  tunai dengan penjualan  kembali secara berjangka atau penjualan tunai
dengan pembelian kembali secara berjangka. Pada hakekatnya transaksi tersebut dilakukan untuk
lebih mendapatkan kepastian tentang kurs penjabaran yang bersifat tetap selama dalam kontrak
sehingga pembuat transaksi terhindar dari kerugian akibat perubahan kurs. Dalam transaksi
SWAP pembuat transaksi umumnya memperhitungkan premi yang ditetapkan terlebih dahulu.
            Perlakuan akuntansi transaksi valuta berjangka yang dilakukan untuk tujuan hedging
hutang adalah sebagai berikut:

6
1.      Selisih kurs tunai (spot rate) dan kurs masa depan (forward rate) dicatat sebagai diskonto
atau premi yang arus diamortisasi sesuai dengan jangka waktu kontrak valuta berjangka.
2.      Setiap akhir periode harus dihitung selisih kurs untuk hutang dalam mata uang asing (yang
diproteksi melalui hedging), forward receivable dan forward payable dalam mata uang
asing. Selisih kurs yang timbul sebagai akibat perbedaan antara kurs tanggal neraca dengan
kurs tunai pada saat terjadinya transaksi diakui sebagai keuntungan atau kerugian kurs
periode berjalan.
3.      Dalam neraca, forward receivable atau forward payable, dan diskonto atau premi yang
belum diamortisasi yang timbul dari kontrak valuta berjangka yang berhubungan harus
dijadikan satu di bagian aktiva atau kewajiban, tergantung pada posisi neto dari seluruh pos
tersebut.

2.1.7 Investasi Neto dalam suatu Entitas Asing.


            Selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang dalam substansinya membentuk
bagian investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas
dalam laporan keuangan perusahaan hingga saat pelepasan (disposal) investasi neto dan pada
saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban.
            Suatu perusahaan mungkin memiliki suatu pos moneter berupa hutang piutang dengan
suatu entitas asing. Apabila timbulnya dan penyelesaian pos moneter tersebut tidak terencana,
dalam substansinya merupakan suatu perluasan, atau pengurangan dari, investasi neto
perusahaan dalam entitas asing tersebut. Pos moneter itu mungkin mencakup piutang jangka
panjang atau pinjaman tetapi tidak mencakup piutang dagang atau hutang dagang.
            Selisih kurs yang timbul dari kewajiban valuta asing yang diperhitungkan sebagai suatu
hedging dari investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai
ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga pelepasan (disposal) investasi neto, dan pada
saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau sebagai beban.

2.1.8 Perlakuan Alternatif yang Diijinkan


            Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata
uang dalam keadaan tidak tersedia fasilitas hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak
terselesaikan akibat-perolehan aktiva yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi dalam mata

7
uang asing. Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount)
aktiva tersebut sepanjang nilai tercatat aktiva yang telah disesuaikan tidak melebihi jumlah
terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali
(amount recoverable) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut. Alternatif yang dipilih
harus diungkapkan secukupnya.
            Selisih kurs tidak termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva jika tersedia fasilitas hedging
hutang valuta asing yang timbul dari perolehan aktiva. Tetapi, kerugian akibat perubahan kurs
adalah bagian yang secara langsung dapat diatribusikan pada biaya perolehan aktiva jika
kewajiban tidak dapat diselesaikan dan tidak terdapat alat praktis untuk hedging. Contohnya, jika
sebagai hasil dari pengendalian valuta asing terdapat penundaan dalam memperoleh mata uang
asing. Maka dalam keadaan demikian biaya perolehan aktiva termasuk selisih kurs.

2.1.9 Pengungkapan
Sebuah perusahaan harus mengungkapkan:
1.      Jumlah selisih kurs yang diperhitungkan dalam laba neto atau kerugian untuk periode
tersebut; 
2.      Selisih kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang
terpisah, dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode; dan
3.      Jumlah selisih kurs yang timbul selama periode, yang termasuk dalam nilai tercatat suatu
aktiva sesuai dengan perlakuan alternatif yang diijinkan.

            Perusahaan mengungkapkan dampak atas pos-pos moneter mata uang asing sehubungan
dengan suatu perubahan dalam kurs yang terjadi setelah tanggal neraca jika perubahan tersebut
sedemikian besar sehingga bila tidak diungkapkan akan mempengaruhi kemampuan pembaca
laporan keuangan untuk membuat evaluasi dan keputusan yang tepat. Pengungkapan juga
diperlukan sehubungan dengan kebijakan manajemen risiko mata uang asing.

8
2.2 SAK ETAP bab 26 : Transaksi Dalam Mata Uang Asing .

Pengakuan untuk transaksi dalam mata uang asing adalah transaski yang
didenominasi atau harus diselesaikan dalam mata uang asing, yang meliputi
transaksi yang timbul ketika entitas:

 Membeli dan menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam
mata uang asing
 Meminjam atau meminjamkan dana atas sejumah utang atau piutang yang
didenominasi dalam mata uang asing
 Memperoleh atau melepas aset, atau terjadinya menyelesaikan kewajiban,
yang didenominasi dalam mata uang asing

Entitas harus mencatat transaksi mata uang asing, pada pengakuan awal dalam mata
uang fungsional, dengan menggunakan kurs tunai pada tanggal transaksi antara mata
fungsional dan mata uang asing tersebut. Bila transaskis dilakukan dengan mata
uang asing maka otomatis akan berhubungan dengan kurs atau nilai tukar suatu mata
uang dengan mata uang yang lain. Dimana kita tahu sendiri bahwa niali untuk kurs
ini setiap hari atau setiap tanggal pasti akan berubah-ubah atau naik turun(flutuatif)
dimana naik turunnya kurs ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perekenonomian dan
politik dari Negara tersebut. Tanggal transaksi kurs adalah tanggal dimana dimana
transaksi pertama kali memenuhi syarat pengakuan  sesuai dengan ketentuan yang
telah diatur dalam SAK ETAP. Namun untuk tujuan praktis, kurs yang mendekati
kurs sebenarnya pada tanggal transaksi sering digunakan misalnya kurs rata-rata
yang terjadi selama seminggu atau sebulan mungkin dapat diginakan untuk seluruh
transaksi dalam mata uang asing yang terjadi selama periode tersebut.

Untuk pelaporan transaksi dalam mata uang asing ini maka entitas harus membuat:

 Pos moneter dalam mata uang asing dilaporkan dengan menggunakan kurs
penutup
 Pos nonmoneter yang diukur dengan biaya perolehan historis dalam mata
uang asing dilaporkan dengan menggunakan kurs pada tanggal transaksi

9
 Pos nonmoneter yang diukur dengan nilai wajar dalam amta uang dilaporkan
dengan menggunakan nilai tukar pada saat nilai wajar ditentukan.

Entitas harus mengakui keuntungan atau kerugian selisih kurs pada laporan laba
rugi periode terjadinya yang timbul dari penyelesaian transaksi moneter atau
penjabaran transaksi moneter pada kurs yang berbeda dengan kurs penjabaran pada
pengakuan awal selama periode berjalan atau pada laporan keuangan sebelumnya.
Pada saat keuntungan atau kerugian transaksi nonmoneter diakui secara langsung
dalam ekuitas, maka entitas harus mengakui komponen keuntungan atau kerugian
dari pertukaran secara langsung dalam ekuitas. Akan tetapi sebaliknya, jika pada
saat keuntungan atau kerugian transaksi non moneter diakui dalam laporan laba rugi
maka entitas harus mengakui komponen keuntungan atau kerugian dari pertukaran
tersebut dalam laporan laba rugi. Dalam pengungkapan maka entitas harus
mengungkapkan mata uang yang disajikan dalam laporan keuangan dan
mengungkapkan jumlah selisih kurs yang diakui dalam laporan laba rugi. Jika
entitas menyajika laporan keuangan atau informasi keuangan lainnya dalam mata
uang yang berbeda dengan mata uang fungsional atau mata uang pelaporan.

2.3. PSAK 11: Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing
            Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign
activities) dalam dua cara: melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan
usaha luar negeri (foreign operations). Untuk memasukkan kegiatan usaha luar negeri pada
laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri harus dijabarkan
kedalam mata uang pelaporan perusahaan.
            Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk penjabaran laporan keuangan dalam mata uang
asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari
perubahan kurs valuta asing dalam laporan keuangan.

10
Berikut ini pengertian yang digunakan dalam pernyataan ini:
  Kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) adalah suau anak perusahaan (subsidiary),
perusahaan asosiasi (associates), usaha potongan (joint venture) atau cabang dari perusahaan
pelapor, yang aktifitasnya dilaksanakan di suatu Negara di luar Negara perusahaan pelapor
atau entitas asing.
  Entitas asing (foreign entity) adalah suatu kegiatan usaha di luar negeri (foreign operation),
yang aktivitasnya bukan merupakan bagian integral dari perusahaan pelapor.
  Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan.
  Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan suatu perusahaan
  Nilai tukar (kurs) adalah rasio pertukaran dua mata asing
  Selisih kurs (Exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit
mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda.
  Kurs penutup (closing rate) adalah nilai tukar spot pada tanggal neraca.
  Investasi neto dalam suatu entitas asing adalah bagian (share) perusahaan pelapor dalam asset
neto suatu entitas asing.
  Pos moneter adalah kas dan setara kas, asset, dan kewajiban yang akan diterima atau dibayar
yang jumlahnya  pasti atau dapat ditentukan.
  Nilai wajar (fair value) adalah nilai dimana suatu asset yang dipertukarkan atau suatu
kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk transaksi wajar
(arm’s length transaction).

2.3.1 Kegiatan Usaha Luar Negeri (Foreign Operation) yang Merupakan Bagian Integral
dari Perusahaan Pelapor
            Laporan keuangan dari suatu kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral
dari perusahaan harus dijabarkan dengan menggunakan prosedur sebagaimana dinyatakan PSAK
10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing, seolah-olah transaksi kegiatan usaha luar negeri
tersebut merupakan transaksi perusahaan pelapor sendiri.

11
2.3.2Entitas Asing
            Dalam menjabarkan laporan keuangan suatu entitas asing untuk ditentukan/diinkorporasi
dengan laporan keuangan pelapor, digunakan prosedur sebagai berikut:
1.      Aset dan kewajiban entitas asing, baik moneter maupun non moneter dijabarkan dengan
menggunakan kurs penutup (closing rate).
2.      Pendapatan dan beban entitas asing dijabarkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada
tanggal transaksi.
3.      Selisih kurs yang terjadi disajikan sebagai selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dan
disajikan sebagian dari ekuitas sampai pelepasan investasi neto yang yang bersangkutan.

Pelaporan (Disposal) suatu Entitas Asing


            Pada pelepasan (disposal) suatu entitas asing, jumlah kumulatif selisih kurs yang telah
ditangguhkan dengan entitas asing tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban periode
yang sama pada waktu keuntungan atau kerugian pelepasan (disposal) diakui.

Perubahan dalam Klasifikasi Kegiatan Usaha Luar Negeri (Foreign Operation)


            Jika terdapat perubahan klasifikasi suatu kegiatan usaha luar negeri, prosedur penjabaran
yang dapat diterapkan pada klasifikasi yang direvisi harus diterapkan sejak tanggal perubahan
klasifikasi.
2.3.3 Pengungkapan
            Perusahaan harus mengungkapkan selisih kurs bersih yang diklasifikasikan dalam
kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang terpisah, dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada
awal dan akhir periode.
            Jika mata uang pelaporan berbeda dengan mata uang negara tempat perusahaan
berdomisili, alasan untuk menggunakan mata uang yang berbeda harus diungkapkan. Alasan
untuk setiap perubahan dalam mata uang pelaporan juga harus diungkapkan.

            Jika terdapat perubahan dalam klasifikasi suatu kegiatan usaha luar negeri yang
signifikan, perusahaan harus mengungkapkan:
1.      Sifat perubahan dalam klasifikasi,

12
2.      Alasan perubahan,
3.      Dampak perubahan atas klasifikasi modal pemegang saham, dan
4.      Dampak pada laba bersih atau kerugian untuk setiap perode sebelumnya jika perubahan
klasifikasi terjadi pada periode sebelumnya yang paling awal.

            Perusahaan harus mengungkapkan metode yang dipilih misalnya metode untuk
pencatatan goodwill dan penyesuaian nilai wajar yang timbul pada akuisisi suatu entitas asing.

2.3.4 Ketentuan Transisi


            Pada saat pernyataan ini pertama kali diterapkan, perusahaan harus mengklasifikasikan
secara terpisah dan mengungkapkan saldo kumulatif, pada awal periode, selisih kurs
ditangguhkan dan diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam periode sebelumnya, kecuali jika
jumlah tersebut tidak dapat ditentukan secara wajar. Dalam hal tersebut, maka perlu dijelaskan
alasannya.
            Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup periode laporan
yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 januari 1995. Penerapan dini dianjurkan.

2.4. PSAK 52: Mata Uang Pelaporan


            Pada umumnya laporan keuangan dilaporkan dalam mata uang lokal. Namun demikian,
apabila perusahaan menggunakan mata uang selain mata uang lokal (misalnya dolar Amerika)
sebagai mata uang pelaporan, maka mata uang pelaporan tersebut harus merupakan mata uang
fungsional. Mata uang fungsional dapat merupakan mata uang rupiah atau mata uang selain
rupiah (misalnya dolar Amerika), tergantung pada fakta substansi ekonominya.
            Laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi finansial tentang kinerja,
posisi keuangan, dan arus kas perusahaan. Laporan keuangan dihasilkan dari catatan akuntansi
perusahaan, sehingga mata uang yang digunakan dalam catatan akuntansi adalah mata uang yang
digunakan dalam laporan keuangan. Dengan konsep ini prosedur pengukuran kembali
(remeasurement) dari catatan akuntansi laporan keuangan atau penjabaran laporan keuangan
(translation) tidak diperlukan lagi, kecuali untuk periode yang diperbandingkan apabila
perusahaan untuk pertama kali mengadopsi Standar ini dan untuk laporan keuangan perusahaan

13
yang dikonsolidasikan, karena pada hakekatnya laporan keuangan telah disajikan pada mata uang
fungsionalnya.

2.4.1 Mata Uang Fungsional


            Suatu mata uang merupakan mata uang fungsional apabila memenuhi indikator berikut
ini secara menyeluruh (kumulatif):
1.      Indikator arus kas: arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan
didominasi oleh mata uang tertentu,
2.      Indikator harga jual: harga jual produk perusahaan dalam periode jangka pendek sangat
dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang tertentu atau produk perusahaan secara
dominan dipasarkan untuk ekspor, dan
3.      Indikator biaya: biaya-biaya perusahaan secara dominan sangat dipengaruhi oleh pergerakan
mata uang tertentu.

            Harga jual atau biaya perusahaan sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata
uang tertentu apabila harga jual atau biaya tersebut dihitung berdasarkan nilai tukar mata uang
tertentu.
            Untuk perusahaan yang mempunyai lebih dari satu anak perusahaan atau operasi terpisah
dan dapat dibedakan, seperti cabang atau divisi, dimana operasi ini dapat dipandang sebagai
suatu perusahaan atau kegiatan operasi terpisah, mungkin digunakan beberapa mata uang
fungsional yang berbeda sehingga masing-masing mata uang tersebut perlu dipertimbangkan
dalam penentuan mata uang fungsional perusahaan tersebut. Dalam penentuan mata uang
fungsional tingkat relevansi dan keandalan diperoleh, misalnya melalui pemberian bobot pada
masing-masing indikator tersebut di atas, kemudian atas bobot indikator individu ini ditentukan
bobot secara keseluruhan. Dalam hal ini, arus kas masuk memiliki bobot paling besar. Selain
pemberian bobot, juga perlu dipertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
kondisi ekonomi dalam jangka panjang.
            Faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi penentuan mata uang fungsional perlu
ditentukan agar perusahaan mempunyai tolok ukur yang konsisten. Apabila faktor-faktor tersebut
di atas tidak dapat secara jelas dikaitkan dengan salah satu mata uang sebagai mata uang
fungsional, maka dibutuhkan pertimbangan profesional (professional judgement) dengan

14
mempertimbangkan operasi dan kegiatan perusahaan secara rinci, dan harus dilakukan dengan
tingkat relevansi dan keandalan yang paling tinggi.
            Perlakuan akuntansi untuk transaksi dan saldo dalam mata uang non fungsional adalah
sebagaimana diatur dalam PSAK 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing.
            Mata uang selain mata uang fungsional dianggap sebagai mata uang non-fungsional,
sedangkan mata uang fungsional dianggap sebagai mata uang dasar (base currency) dalam
menentukan nilai tukar atau dalam perhitungan selisih kurs. Sebagai contoh, apabila berdasarkan
fakta substansi ekonomi mata uang fungsional perusahaan adalah dolar Amerika, maka mata
uang selain dolar Amerika dianggap sebagai mata uang non-fungsional, sehingga semua
transaksi dalam mata uang non-fungsional harus ditranslasikan ke mata uang fungsional.

2.4.2 Penentuan Saldo Awal


            Penentuan saldo awal untuk tujuan pencatatan akuntansi dilakukan dengan pengukuran
kembali akun-akun laporan keuangan seolah-olah mata uang fungsional tersebut telah digunakan
sejak tanggal terjadinya transaksi. Prosedur pengukuran kembali adalah sebagai berikut:
1.      Aktiva dan kewajiban moneter diukur kembali dengan menggunakan kurs tanggal neraca;
2.      Aktiva dan kewajiban non-moneter serta modal saham diukur kembali dengan menggunakan
kurs historis atau kurs tanggal terjadinya transaksi perolehan aktiva tetap, terjadinya
kewajiban atau penyetoran modal saham;
3.      Selisih antara aktiva, kewajiban dan modal saham dalam mata uang pelaporan baru, yang
merupakan hasil perhitungan prosedur a dan b di atas, diperhitungkan pada saldo laba atau
akumulasi kerugian pada periode tersebut;
4.      Pendapatan dan beban diukur kembali dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang
selama periode yang diperbandingkan, kecuali untuk beban penyusutan aktiva tetap atau
amortisasi aktiva non-moneter yang diukur kembali dengan menggunakan kurs historis
aktiva yang bersangkutan;
5.      Dividen diukur dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen tersebut;
6.      Prosedur d dan e di atas akan menghasilkan selisih pengukuran kembali yang diperhitungkan
pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut;

15
7.      Selisih pengukuran kembali merupakan hasil dari perhitungan berikut: saldo laba (akumulasi
kerugian) akhir tahun (hasil dari prosedur c) ditambah dengan dividen (hasil dari prosedur e)
dan dikurangi dengan hasil perhitungan laba (rugi) bersih selama periode yang
diperbandingkan (hasil dari prosedur d).

Penyajian Komparatif
            Laporan keuangan periode yang diperbandingkan yang tidak menggunakan mata uang
fungsional, harus diukur dan disajikan kembali. 

2.4.3 Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan


            Perusahaan diharuskan untuk mengubah mata uang pencatatan dan pelaporan ke rupiah,
apabila mata uang fungsional berubah dari bukan rupiah ke rupiah. Perubahan mata uang
pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada awal tahun buku, tidak di tengah tahun buku.
            Keputusan perusahaan untuk mengubah mata uang pelaporan hanya dapat dilakukan
apabila telah terjadi perubahan substansi ekonomi dari mata uang fungsional. Dalam perjalanan
hidup perusahaan, karena perubahan operasi atau pasar, mata uang fungsional perusahaan dapat
saja berubah.

2.4.4 Konsolidasi
            Laporan keuangan konsolidasi disajikan dalam mata uang fungsional setelah
mempertimbangkan indikator pada paragraf 08 terhadap induk perusahaan dan tiap anak
perusahaan. Penjabaran laporan keuangan anak perusahaan ke mata uang fungsional pada
laporan keuangan konsolidasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.       Aktiva dan kewajiban dijabarkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca;
b.      Ekuitas dijabarkan dengan menggunakan kurs historis;
c.       Pendapatan dan beban dijabarkan dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang;
d.      Dividen diukur dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen tersebut;
e.       Prosedur a sampai d di atas akan menghasilkan selisih penjabaran kembali yang disajikan
dalam akun ekuitas sebagai “Selisih Penjabaran”. Mata uang pencatatan induk perusahaan
harus sama dengan mata uang pelaporan konsolidasi.

16
2.4.5 Pengungkapan
Perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut ini:
1.      Alasan penentuan mata uang pelaporan berdasarkan indikator pada paragraf 08;
2.      Perubahan mata uang pelaporan dan alasan perubahannya:
  Alasan perubahan berdasarkan indikator pada paragraf 08,
  Kurs (historis, sekarang, atau rata-rata tertimbang) yang digunakan dalam pengukuran
kembali atau penjabaran,
  Ikhtisar neraca dan laporan laba-rugi yang disajikan sebagai perbandingan dalam mata
uang pelaporan sebelumnya.

2.4.6 Pengukuran Kembali ke Mata Uang Fungsional


            Pengukuran kembali dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang sama seperti apabila
catatan akuntansi perusahaan tersebut diselenggarakan dalam mata uang fungsionalnya. Dalam
proses pengukuran kembali digunakan kurs historis, kurs sekarang, dan kurs rata tertimbang.
Berikut ini adalah contoh akun yang menggunakan kurs historis, kurs sekarang, dan kurs rata
tertimbang.

2.4.7 Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Historis


Akun Neraca
  Surat berharga yang dinilai berdasarkan harga perolehan
  Persediaan yang dinilai berdasarkan harga perolehan
  Pembayaran di muka, seperti asuransi, iklan dan sewa
  Aktiva tetap
  Paten, merk dagang, lisensi, dan formula
  Goodwill
  Aktiva tidak berwujud lainnya
  Beban ditangguhkan dan kredit, kecuali biaya perolehan polis untuk
  Perusahaan asuransi
  Pendapatan ditangguhkan
  Saham biasa
  Saham preferen dinilai berdasarkan harga penerbitan

17
Akun Laporan Laba-Rugi
  Pendapatan dan biaya yang terkait dengan aktiva atau kewajiban non-moneter
  Harga pokok penjualan
  Penyusutan aktiva tetap
  Amortisasi aktiva tidak berwujud
  Amortisasi pendapatan yang ditangguhkan

2.4.8 Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Sekarang


            Aktiva dan kewajiban selain yang disebutkan di atas diukur dengan menggunakan kurs
sekarang. Pada umumnya, akun yang menggunakan kurs sekarang adalah aktiva dan kewajiban
moneter.

2.4.9 Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Rata-Rata Tertimbang


            Akun laporan laba-rugi seharusnya diukur dengan menggunakan kurs historis. Namun
apabila hal ini diterapkan, penyusunan laporan keuangan akan menjadi tidak praktis. Dalam hal
ini dapat ditempuh cara lain, yaitu dengan penggunaan kurs rata-rata tertimbang yang dapat
mencerminkan perubahan kurs selama periode laporan keuangan yang dicakup.

2.5. ISAK NO. 4: Interpretasi atas Paragraf 32 PSAK 10 Tentang Alternatif Perlakuan
yang Diizinkan atas Selisih Kurs
            Paragraf 32 PSAK 10 memuat ketentuan sebagai berikut: 
            "Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa
suatu mata uang dimana tidak mungkin dilakukan hedging dan menimbulkan kewajiban
yang tak terselesaikan akibat perolehan aktiva yang harus dibayar dalam suatu mata uang asing.
Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount) aktiva yang
bersangkutan dengan pengertian nilai tercatat yang disesuaikan tersebut tidak melampaui jumlah
terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang mungkin diperoleh kembali
(amount recoverable) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut. Alternatif yang dipilih
harus diungkapkan secukupnya"

18
2.5.1 Alasan Interpretasi 
            Dalam penerapan paragraf 32 tersebut di atas, timbul berbagai pertanyaan sebagai
berikut:
  Apa yang dimaksud dengan "depresiasi luar biasa" dalam paragraf 32? 
  Akibat gejolak moneter, terjadi akselerasi depresiasi rupiah yang mengakibatkan terjadinya
kesulitan dalam penentuan premi hedging serta tingginya tingkat premi instrumen  hedging
pada periode tertentu. Apakah kondisi tersebut dapat memenuhi persyaratan "tidak
dimungkinkan dilakukan hedging"  sebagaimana dimaksud dalam paragraf 32? 
  Apabila persyaratan  yang ditentukan dalam paragraf 32 dapat terpenuhi, bagaimana
melakukan kapitalisasi selisih kurs? 

2.5.2 Interpretasi  
a.       Akibat gejolak moneter, depresiasi rupiah terhadap suatu mata uang asing yang terjadi pada
periode tertentu dapat melampaui batas-batas wajar bila diukur dari tingkat rata-rata
depresiasi periode sebelumnya. Depresiasi rupiah terhadap suatu mata uang asing dianggap
melampaui batas-batas wajar dan merupakan depresiasi luar biasa apabila pada periode
tertentu depresiasi rupiah yang disetahunkan mencapai 133% dari rata-rata depresiasi rupiah
tiga tahun takwim terakhir.
b.      Yang dimaksud dengan "tidak mungkin dilakukan hedging" adalah apabila pada suatu
periode tertentu tidak ekonomis dan atau tidak praktis dilakukan hedgingkarena kondisi
berikut:
1)      Tingkat premi hedging pada periode tertentu demikian tinggi sehingga tidak ekonomis untuk
melakukan hedging. Tingkat premi hedging dianggap tinggi apabila mencapai 133% dari rata-
rata premi hedging 3 (tiga) tahun takwim terakhir, atau 
2)      Fasilitas hedging tidak tersedia karena bank tidak dapat menentukan
premi hedgingberhubung fluktuasi rupiah yang tinggi.
c.       Selisih kurs yang terjadi sejak awal tahun buku sampai dengan awal periode tertentu tersebut
harus dibebankan langsung ke perhitungan laba-rugi. Apabila pada suatu periode tertentu
terjadi depresiasi luar biasa dan tidak mungkin dilakukan hedging sebagaimana dijelaskan di
atas, maka sesuai dengan paragraf 32 PSAK 10, selisih kurs yang timbul

19
(baik realized maupun unrealized) pada periode tersebut dapat dikapitalisasi. Kerugian selisih
kurs yangtimbul atas saldo kewajiban dalam mata uang asing setelah periode tertentu tersebut
dibebankan ke perhitungan laba-rugi, sedangkan keuntungan selisih kurs yang timbul harus
diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap selisih kurs yang dikapitalisasi.Yang dimaksud
dengan periode tertentu adalah suatu periode yang merupakan bagian tahun buku yang
dimulai sejak dipenuhinya kondisi yang dipersyaratkan pada butir 1 dan 2, dan berakhir sejak
kondisi tersebut tidak lagi dipenuhi.
d.      Selisih kurs dikapitalisasi ke aktiva yang bersangkutan (misalnya aktiva tetap dan
persediaan) dengan syarat nilai tercatat (carrying amount) aktiva yang bersangkutan setelah
dikapitalisasi tidak melampaui nilai terendah antara biaya pengganti (replacement cost)
dengan jumlah yang mungkin diperoleh kembali (amount recoverable). Bagi perusahaan yang
memilih untuk melakukan kapitalisasi kurs yang telah memenuhi persyaratan butir 1 dan butir
2, alternatif tersebut harus diungkapkan dalam laporan keuangan.

2.6. SFAS 52: Foreign Currency Translation


            Penerapan pernyataan ini akan mempengaruhi pelaporan keuangan sebagian besar
perusahaan yang beroperasi di luar negeri. Operasi dan karakteristik ekonomi beragam jenis
operasi asing akan dibedakan dalam akuntansi untuk mereka. Penyesuaian untuk perubahan kurs
mata uang yang dikeluarkan dari laba bersih bagi fluktuasi yang tidak mempengaruhi arus kas
dan termasuk bagi mereka yang melakukannya. Persyaratan mencerminkan kesimpulan umum
ini:
1.      Dampak ekonomi dari perubahan nilai tukar pada operasi yang relatif mandiri dan
terintegrasi dalam negara asing berhubungan dengan investasi bersih dalam operasi itu.
Selisih kurs yang timbul dari konsolidasi operasi asing tidak mempengaruhi arus kas dan tidak
termasuk dalam laba bersih.
2.      Dampak ekonomi dari perubahan nilai tukar pada kegiatan operasi luar negeri yang
merupakan perpanjangan dari operasi induk domestik berhubungan dengan aset dan
kewajiban individu dan dampak arus kas induk secara langsung. Dengan demikian,
keuntungan dan kerugian dalam operasi seperti pertukaran termasuk dalam laba bersih.
3.      Kontrak, transaksi, atau saldo yang pada kenyataannya, lindung risiko nilai tukar akan
diperhitungkan sebagai lindung nilai tanpa memperhatikan bentuk mereka.

20
            Lebih khusus, pernyataan ini menyajikan standar untuk penjabaran mata uang asing yang
dirancang untuk (1) memberikan informasi yang umumnya kompatibel dengan dampak ekonomi
yang diharapkan dari perubahan kurs pada arus kas perusahaan dan ekuitas dan (2)
mencerminkan dalam hasil laporan konsolidasi keuangan dan hubungan yang diukur dalam mata
uang utama di mana setiap entitas melakukan bisnisnya (disebut sebagai "mata uang
fungsional").
            Mata uang fungsional entitas adalah mata uang dari lingkungan ekonomi primer dimana
entitas beroperasi. Mata uang fungsional dapat berupa dolar atau mata uang asing tergantung
pada fakta-fakta. Biasanya, itu akan menjadi mata uang dari lingkungan ekonomi dimana kas
dihasilkan dan dikeluarkan oleh entitas. Sebuah entitas dapat berbentuk operasi, termasuk anak
perusahaan, divisi, cabang, atau joint venture. Pernyataan ini juga memberikan panduan kunci
penentuan di mana pertimbangan manajemen adalah penting dalam menilai fakta-fakta.
            Sebuah mata uang dalam lingkungan inflasi yang sangat tinggi (3 tahun tingkat inflasi
sekitar 100 persen atau lebih) dianggap tidak cukup stabil untuk melayani sebagai mata uang
fungsional dan mata uang yang lebih stabil dari induk pelaporan yang akan digunakan sebagai
gantinya.
            Pendekatan penjabaran mata uang fungsional diadopsi dalam pernyataan ini meliputi:
  Mengidentifikasi mata uang fungsional lingkungan ekonomi entitas.
  Mengukur semua elemen laporan keuangan dalam mata uang fungsional.
  Menggunakan kurs saat ini untuk translasi dari mata uang fungsional menjadi mata uang
pelaporan, jika mereka berbeda.
  Membedakan dampak ekonomi dari perubahan nilai tukar pada investasi bersih dari dampak
perubahan tersebut pada aktiva dan kewajiban individu yaitu piutang atau hutang dalam
mata uang selain mata uang fungsional.

            Selisih kurs merupakan hasil yang melekat pada proses menerjemahkan laporan
keuangan suatu entitas asing dari mata uang fungsional untuk dolar Amerika Serikat. Selisih kurs
tidak termasuk dalam menentukan laba bersih untuk periode tetapi diungkapkan dan
diakumulasikan dalam komponen terpisah dari ekuitas konsolidasi sampai penjualan atau sampai
likuidasi lengkap atau substansial telah selesai dari investasi bersih dalam entitas asing terjadi.

21
            Keuntungan dan kerugian transaksi adalah hasil dari pengaruh perubahan kurs terhadap
transaksi dalam mata uang selain mata uang fungsional (misalnya, sebuah perusahaan AS dapat
meminjam franc Swiss atau anak perusahaan Perancis mungkin memiliki piutang dalam mata
uang kroner dari pelanggan Denmark). Keuntungan dan kerugian atas transaksi-transaksi dalam
mata uang asing umumnya termasuk dalam menentukan laba bersih untuk periode di mana nilai
tukar berubah kecuali transaksi lindung nilai komitmen mata uang asing atau investasi bersih
pada entitas asing. Transaksi yang bersifat investasi jangka panjang dianggap sebagai bagian dari
investasi neto induk dan karenanya tidak menimbulkan keuntungan atau kerugian. 

2.6.1 Standar Akuntansi Keuangan Dan Pelaporan


            Penjabaran laporan keuangan setiap entitas komponen perusahaan harus mencapai tujuan
sebagai berikut:  
1.      Memberikan informasi yang secara umum kompatibel dengan dampak ekonomi yang
diharapkan dari sebuah perubahan pada arus kas perusahaan dan ekuitas.
2.      Pertimbangkan hasil keuangan dan hubungan individu entitas konsolidasi yang diukur dalam
mata uang fungsional mereka sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

            Aset, kewajiban, dan operasi dari suatu entitas asing harus diukur dengan menggunakan
mata uang fungsional entitas tersebut. Mata uang fungsional entitas adalah mata uang utama
lingkungan ekonomi dimana entitas beroperasi, biasanya, yaitu mata uang dari lingkungan di
mana entitas terutama menghasilkan dan mengeluarkan lebih uang tunai. 
            Semua elemen laporan keuangan harus diterjemahkan dengan menggunakan kurs saat ini.
Untuk aset dan kewajiban, kurs yang berlaku pada tanggal neraca harus digunakan. Untuk
pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian, nilai tukar pada tanggal di mana unsur-unsur yang
diakui harus digunakan. Karena translasi dengan kurs pada tanggal berbagai pendapatan, biaya,
keuntungan, dan kerugian diakui umumnya tidak praktis, sebuah nilai tukar rata-rata tertimbang
yang tepat untuk periode dapat digunakan untuk mentranslasi elemen-elemen tersebut.

2.6.2 Bursa Kontrak

22
            Sebuah kontrak valuta berjangka (forward contract) adalah perjanjian untuk bertukar
mata uang yang berbeda pada tanggal tertentu dan pada tingkat tertentu (forward rate). Sebuah
keuntungan atau kerugian dari kontrak berjangka yang tidak memenuhi kondisi yang dijelaskan
dalam paragraph 20 dimana, Keuntungan dan kerugian transaksi valuta asing berikut tidak
dimasukkan dalam menentukan laba bersih tapi harus dilaporkan dalam cara yang sama seperti
penjabaran (Ayat 13):
1.      Transaksi valuta asing yang ditetapkan sebagai, dan efektif sebagai, lindung nilai ekonomi
atas investasi bersih pada entitas asing, terhitung sejak tanggal penunjukan
2.      Antar transaksi valuta asing yang bersifat jangka panjang-investasi (yang adalah,
penyelesaian tidak direncanakan atau diantisipasi di masa mendatang), ketika entitas untuk
transaksi dikonsolidasikan, digabungkan, atau dicatat dengan metode ekuitas dalam pelaporan
laporan keuangan perusahaan itu harus dimasukkan dalam menentukan laba bersih sesuai
dengan persyaratan untuk transaksi mata uang asing lainnya (ayat 15).

            Perjanjian yang, pada dasarnya, pada dasarnya sama dengan kontrak forward, misalnya,
swap mata uang, harus dicatat dengan cara yang sama dengan akuntansi untuk maju kontrak.

2.6.3 Penghasilan Pajak Konsekuensi Perubahan Tarif


            Alokasi pajak antarperiode diperlukan sesuai dengan APB Opini No 11, Akuntansi Pajak
Penghasilan, jika keuntungan selisih pajak atau rugi selisih pengurangan pajak yang dihasilkan
dari transaksi valuta asing entitas tersebut dimasukkan dalam laba bersih pada periode yang
berbeda untuk tujuan laporan keuangan dari itu untuk keperluan pajak.

2.6.4 Penghapusan Laba


            Penghapusan laba yang dapat diatribusikan pada penjualan atau transfer lainnya antara
entitas yang dikonsolidasi, digabungkan, atau dicatat dengan metode ekuitas dalam laporan
keuangan perusahaan itu harus didasarkan pada kurs yang berlaku pada tanggal penjualan atau
transfer. Penggunaan perkiraan wajar atau rata-rata yang diizinkan.

2.6.5 Nilai Tukar

23
 Nilai tukar adalah rasio antara satu unit mata uang dan jumlah lain unit mata uang yang dapat
ditukar pada waktu tertentu. Jika kurang dipertukarkan antara dua mata uang untuk sementara
pada saat transaksi atau tanggal neraca, yang pertama tingkat berikutnya di mana pertukaran bisa
dibuat harus digunakan untuk tujuan pernyataan ini. Jika kurangnya dipertukarkan bersifat
sementara, kepatutan konsolidasi, penggabungan, atau akuntansi untuk operasi asing dengan
metode ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan harus dipertimbangkan dengan cermat (ARB
43, Bab 12, ayat 8).
            Jika entitas asing yang tanggal neracanya berbeda dari perusahaan adalah konsolidasi
atau dikombinasikan dengan atau dicatat dengan metode ekuitas dalam laporan keuangan
perusahaan, tingkat saat ini adalah tarif yang berlaku pada tanggal neraca entitas asing untuk
tujuan penerapan persyaratan pernyataan ini dengan entitas asing.

2.6.6 Pengungkapan
            Laporan keuangan suatu perusahaan tidak boleh disesuaikan untuk perubahan tingkat
yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan perusahaan atau setelah tanggal mata uang asing
laporan entitas asing jika mereka konsolidasi, digabungkan, atau dicatat dengan metode ekuitas
dalam laporan keuangan perusahaan. Namun, pengungkapan perubahan tingkat dan dampaknya
pada saldo yang belum diselesaikan yang berkaitan dengan transaksi valuta asing, jika signifikan,
mungkin diperlukan.

2.6.7 Hubungan dengan Konsep Fundamental Sebelumnya


            Penolakan terhadap perspektif dolar memiliki konsekuensi jauh melampaui proyek ini
dan tidak perlu dalam terjemahan proyek. Meskipun tidak secara eksplisit menyatakan, model
akuntansi saat ini meliputi pemeliharaan konsep modal bahwa pendapatan dari entitas
konsolidasi Amerika Serikat ada hanya setelah pemulihan biaya historis diukur dalam dolar.
            Beberapa responden terhadap Exposure Draft mengkritik tujuan itu sebagai upaya untuk
memperhitungkan transaksi mata uang lokal dan asing operasi asing seolah-olah mereka adalah
transaksi dolar atau, untuk beberapa responden, seolah-olah mereka dolar transaksi di Amerika
Serikat. Dalam putusan dewan, kritik tersebut adalah tidak berlaku. Baik tujuan maupun
prosedur untuk mencapainya mengubah denominasi transaksi atau lingkungan di mana itu
terjadi. Prosedur yang diterapkan oleh dewan konsisten dengan tujuan konsolidasi laporan
keuangan.

24
            Transaksi mata uang asing dari suatu perusahaan dan transaksi dalam mata uang lokal
dan asing dijabarkan dan dicatat sebagai transaksi dari perusahaan tunggal. Denominasi transaksi
dan lokasi aset tidak berubah, namun identitas terpisah perusahaan dalam kelompok konsolidasi
diabaikan. Prosedur translasi hanyalah sarana pengukuran kembali dalam dolar jumlah yang
berdenominasi atau awalnya diukur dalam mata uang asing. Artinya, prosedur mencoba untuk
mensimulasikan apakah biaya investasi asing telah berada di Amerika Serikat, melainkan mereka
mengakui faktor-faktor yang ditentukan biaya pabrik di luar negeri dan menyatakan bahwa biaya
dalam dolar. Jika prosedur translasi yang mampu mengubah denominasi dari aset atau kewajiban
dari mata uang asing ke rupiah, tidak ada risiko nilai tukar akan hadir.
            Perbedaan perlakuan akuntansi untuk lindung nilai transaksi diperkirakan sebagai lindung
nilai arus kas dengan lindung nilai komitmen mata uang asing yang dapat di identifikasi sebagai
lindung nilai atas nilai wajar. Transaksi yang diperkirakan adalah terjadi sesuai dengan yang
diperkirakan,tetapi lindung nilai atas transaksi yang diperkirakan diperlakukan sebagai lindung
nilai arus kas dengan bagian efektif dari perubahan nilai wajarnya diakui dalam pendapatan
komprehensif. Jenis lindung nilai ini adalah lindung nilai terhadap perubahan dalam arus kas
yang mungkin terjadi dimasa depan yang akan timbul dari perubahan dalam kurs mata uang
asing. Transaksi yang diperkirankan dapat menjadi komitmen jika pihak pihak terlibat membuat
perjanjian yang mengikat.
            Sebuah entitas memutuskan untuk berspekulasi dalam mata uang asing sebagaimana
dapat dilakukan pada komoditas lain. Sebagaimana contoh,perusahaan Indonesia menduga
rupiah akan menguat terhadap euro, yaitu kurs langsung akan menurun. Dalam kasus ini
perusahaan Indonesia dapat berspekulasi dengan kontrak masa depan dengan menjual euro untuk
penyerahan dimasa depan, dengan harapan dapat membeli euro dengan harga lebih rendah pada
saat penyerahan.
            Substansi ekonomis dari spekulasi mata uang asing adalah untuk memberikan risiko mata
uang asing kepada investor, dengan mana investor berharap dapat memperoleh laba. Kurs untuk
penilaian terkait dengan kontrak mata uang asing spekulasi adalah kurs masa depan spekulatif
adalah kurs masa depan dengan jangka waktu kontrak. Keuntungan atau kerugian kontrak masa
depan spekulasi dihitung dengan menentukan perbedaan antara kurs masa depan pada tanggal
kontrak (atau tanggal penilaian sebelumnya) dengan kurs masa depan yang tersedia selama
jangka waktu kontrak. Kurs masa depan digunakan untuk menilai kontrak masa depan.

25
2.6.8 Ilustrasi Translasi

BAB III
PENUTUP

26
27
28
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
            Dari uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
a.       Mata uang fungsional (mata uang pengukuran) adalah mata uang yang digunakan dalam
transaksi pengukuran. Sedangkan mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan
dalam menyajikan laporan keuangan.
b.      Pernyataan dari PSAK 11 harus diterapkan dalam penjabaran laporan keuangan dari
kegiatan usaha luar negeri untuk tujuan konsolidasi, atau konsolidasi parsial atau melalui
penerapan dengan metode ekuitas.
c.       Pada umumnya laporan keuangan dilaporkan dalam mata uang lokal. Namun demikian,
apabila perusahaan menggunakan mata uang selain mata uang lokal (misalnya dolar
Amerika) sebagai mata uang pelaporan, maka mata uang pelaporan tersebut harus
merupakan mata uang fungsional. Mata uang fungsional dapat merupakan mata uang rupiah
atau mata uang selain rupiah (misalnya dolar Amerika), tergantung pada fakta substansi
ekonominya.
d.      Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata
uang dimana tidak mungkin dilakukan hedging dan menimbulkan kewajiban  yang tak
terselesaikan akibat perolehan aktiva yang harus dibayar dalam suatu mata uang asing.
e.       Pernyataan dari SFAS 52 menyajikan standar untuk penjabaran mata uang asing yang
dirancang untuk (1) memberikan informasi yang umumnya kompatibel dengan dampak
ekonomi yang diharapkan dari perubahan kurs pada arus kas perusahaan dan ekuitas dan (2)
mencerminkan dalam hasil laporan konsolidasi keuangan dan hubungan yang diukur dalam
mata uang utama di mana setiap entitas melakukan bisnisnya (disebut sebagai "mata uang
fungsional").

29
DAFTAR PUSTAKA

Bahrain Pasha Irawan. 2014. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Instrumen Derivatif
Valuta Asing sebagai Pengambilan Keputusan Hedging. Skripsi. Universitas Diponegoro-
Semarang.

Beams, A Floyd. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Choi Frederick D. S. dan Meek, Gary K. 2010. International Accounting. Buku 2. Jakarta:


Salemba Empat.

Intermediade Accounting
Kieso, Weygandt, Walfield 13th Edition , John Wiley

Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan”,

https://dconsultingbusinessconsultant.com/sak-etap-bab-26-transaksi-dalam-mata-uang-asing/

30

Anda mungkin juga menyukai